Share

Mertua baik

Penulis: Miss aLone
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 22:44:06

" Perubahan diri memerlukan perjuangan, bukan sekedar duduk diam. Berjuanglah demi perubahan diri, dan perbaiki keinginan kita. Serta, berikan ruang untuk perubahan."

~ Eneas Gervaso ~

*****

Pernikahan pun dilaksanakan begitu meriah, ribuan pengunjung yang tak henti-hentinya memadati ruangan. Zucca dan Sierra, baru saja bertemu hari ini. Tepatnya di atas pelaminan mereka, tanpa tegur sapa atau pun saling memperkenalkan diri.

Sierra merasa asing, seperti patung di atas pelaminan. Hanya mertua dan kakak iparnya yang menerima dirinya. Tatapan tajam sang suami dirasakannya. Terlihat jelas bahwa Zucca tidak menyukai ataupun menerima dirinya, masuk ke dalam keluarga Gervaso.

Sierra hanya melihat senyum kebahagiaan dari kedua kakaknya dan juga Nyonya Yoana, suaminya, dan putrinya.

Pernikahan ini memang atas permintaan Yoana, sebagai bentuk balas budi. Karena nyawanya pernah diselamatkan oleh gadis cantik itu.

"Jangan memamerkan gigimu, bodoh! Bersiaplah biasa aja, kau hanya boleh menundukkan kepalamu di hadapanku. Bukan pada tamu-tamu itu! Apa kau mengerti?" cerca Zucca mendekatkan bibirnya di dekat bahu Sierra.

Gadis itu merasakan kebencian dari suaminya, dia hanya membalas dengan anggukan. Menatap ke depan, meski ekor matanya melihat wajah sangar Zucca.

Hatinya kembali berdegup kencang. Ternyata, calon suaminya itu tidaklah jelek atau pun cacat seperti yang ditakutkan oleh Seina beberapa hari lalu.

Zucca adalah pria tampan berhidung mancung, mempunyai mata sipit karena kakeknya keturunan Jepang. Kulitnya putih dan postur tubuhnya yang tinggi, membuat lelaki di sampingnya terlihat sempurna. Garis ketampanan Tuan Fernando turun padanya. Sungguh ciptaan Tuhan yang begiti sempurna. Keluarga konglomerat itu memang sangat cantik dan tampan. Betapa beruntungnya Sierra di mata orang-orang.

_

Semua berjalan lancar semana mestinya dan kini waktunya mereka menyudahi semua pesta itu. Amat melelahkan bagi Sierra, dia menjadi perempuan paling cantik juga istimewa di hari ini. Semua mata memandang kagum oleh kecantikannya, tapi tidak bagi Zucca. Bahkan, menoleh ke arahnya pun tidak sudi.

Di dalam kamar besar nan mewah itu, Sierra serba salah. Sebenarnya, dia ingin segera tidur karena merasakan tubuhnya yang teramat lelah. Namun sayangnya, Zucca masih berkutat dengan laptopnya.

Zucca pun menatapnya sesaat, "Tolong jangan duduk di tempat tidurku, pergilah ke arah kiri ranjang!" ucapnya dengan nada kasar. Bagaimana mungkin, Zucca menyuruh Sierra tidur di sofa?

Tanpa menjawabnya, gadis itu pun segera menuju sofa dengan membawa bantal dan selimut. Dan beranjak tidur, Sierra pun terlelap dengan cepat.

***

Pukul lima pagi, Zucca telah bangun lebih dulu dari Sierra. Zucca memang lelaki pekerja keras, bahkan di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah sukses seperti ayah dan alm. kakeknya.

"Bangun! Jangan jadi pemalas di sini!" seru Zucca seraya menumpahkan air yang ada di dalam gelasnya, ke wajah dan tubuh Sierra. Gadis itu pun melonjak kaget, lalu bangun dari tidurnya.

Sierra melirik jam yang ada di dinding kamar. "Baru jam 05.00 padahal," desisnya dalam hati. Ia pun segera bangun dan merapikan selimut serta bantal yang ia gunakan. Dan segera menaruhnya kembali ke tempat tidur membiarkannya tetap basah karena air tadi.

"Eh, mau diletakkan di mana itu?" Belum juga sampai ke tempat tidur, suara Zucca kembali terdengar.

"Tempat tidur," jawabnya dengan malas dan santai.

"Enak saja, letakkan kembali di sofamu." Setelah bicara, dia pun berjalan ke ruang kerjanya. Masih di dalam kamar yang sama, hanya saja terpisah ruang.

"Dasar, pria sombong!" gumamnya.

Ruangan kamar Zucca amat besar, ini adalah berkali-kali lipat dari rumahnya. Dia pun memuji betapa besar dan kayanya keluarga Zucca. Kamar dengan design yang mewah dan bergaya klasik membuatnya betah berlama-lama di dalamnya.

Begitu pun dengan kamar mandinya yang terdapat sofa, televisi, dan kulkas kecil di dalamnya. Sierra pun terkekeh melihatnya, bagaimana bisa ada kulkas di dalam kamar mandi? Kamar mandi yang begitu harum dan besar juga bagus. Dia membandingkan kembali dengan rumahnya, sungguh lucu tingkah Sierra.

"Ngapain?" Suara itu, tiba-tiba mengagetkannya dari belakang.

Gadis itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Akhh, maaf." Sierra tak tahu, harus ngapain. Ini masih subuh, dia pun bingung harus melakukan apa.

"Ini, tanda tangan." Seraya menyodorkan kertas perjanjian dan juga pena.

"Apa ini?" tanya gadis itu dengan rasa bingung.

"Bisa baca, kan?" Zucca menjawab cepat dengan ketus, benar-benar lelaki yang tak punya hati. "jika sudah baca, tanda tangan dan berikan ke mejaku." Dan kembali ke ruangan kerjanya.

Sierra membaca dengan pelan, sebuah perjanjian tertulis.

Perjanjian pernikahan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak mana pun. Begitulah judul tertera saat lembar dibuka.

1.Tidak boleh tidur di tempat tidur

2.Tidak boleh melakukan apa pun di dalam kamar, tanpa seizin dirinya.

3.Tidak akan mempunyai anak.

4.Tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing.

5. blaa... blaaa... blaaa,

sampai di poin ke 36.

Segera ia tanda tangani. Baginya, semua itu tidak penting. Dia pun tidak pernah mengharapkan sesuatu dari keluarga ini. Ada satu poin yang membuatnya tidak nyaman, bila berada di depan keluarga atau kalangan harus bersikap seperti sepasang suami isteri.

'Jika saja bukan permintaan Nyonya Yoana, tidak sudi aku menikah dengan Zombie sepertimu.' Sierra bergumam dalam hati.

***

Siang itu, Zamora Nieva mengajak adik iparnya keluar membeli baju untuk Sierra sebelum ia kembali ke Amsterdam. Suaminya tidak bisa ikut karena bisnisnya terlalu padat.

Ketukan pintu dari luar kamar pengantin baru itu. Zucca melihat dari monitor CCTV siapa yang mengetuk, ternyata kakaknya. Buru-buru mereka berakting layaknya pasangan suami istri.

Tok-tok-tok!

"Sierra! Buka pintunya, ini kakak."

Mendengar ada ketukan pintu dan namanya dipanggil, Sierra menoleh ke arah Zucca memberi kode apakah boleh membukakan pintu atau menbiarkannya.

Pria dingij itu memberi kode dengan menggerakkan kepalanya ke kanan, tanda boleh dibuka.

"Lama amat?" Zamora Nieva melangkah masuk ketika pintu terbuka, lalu celingukan mencari adiknya.

"Maaf, Kak. Tadi saya—"

"Gak apa-apa, ayo ikut aku." Kakak iparnya berjalan ke arah ruang kerja adiknya.

"Maaf, Kak. Kita mau ke mana?" tanya Sierra ragu.

"Ke butik langgananku. Kurasa, baju yang kamu pakai itu sudah gak layak, deh." Perempuan 32 tahunan itu menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badan tersenyum kepada Sierra.

"Tapi Kak, baju saya masih bisa dipakai." Sierra menolak secara halus ajakan sang kakak ipar.

"Untuk apa membuang-buang uang, Kak." Zucca menghampiri kakaknya, mencium keningnya seperti biasa, lalu merangkulnya. Sejak menikah, mereka memang jarang sekali bertemu.

"Kamu ini gimana, sih? Lihat baju istrimu, seperti baju asisten rumah tangga kita aja."

Zucca tidak tahan lagi, dia tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan kakaknya. Bukan maksud Zamora Nieva untuk menghina Sierra, tetapi dia ingin adik iparnya itu merubah penampilannya.

Gadis itu menunduk malu, benar apa yang diucapkan oleh kakak iparnya.

"Maaf, Sierra. Bukan maksud untuk menghina kamu, tapi biar kamu sadar kalau kamu itu adalah bagian dari keluarga Gervaso."

Dengan senyum manis, ia pun menarik tangan adik iparnya itu keluar dari kamar, dan menuntunnya perlahan sampai masuk ke dalam mobil.

"Sudah. Jangan banyak protes. Ayo kita shopping." Kedipan mata dan sikap baiknya, membuat Sierra merasa dianggap ada.

"Terima kasih banyak, ya, Kak," ucapnya penuh sopan. Hanya senyuman yang Zamora Nieva balaskan.

Sepanjang perjalanan, digunakan untuk bertukar cerita. Gadis yang periang menurut Zamora, tidak salah jika ibunya begitu yakin dengan Sierra.

Mereka pun sampai di butik ternama dan termahal, langganan keluarganya.

Dua pegawai butik menyambut mereka dengan senyum ramah, "Selamat siang Nona, silahkan masuk."

"Pilihlah yang kamu suka," ucapnya Zamora santai, "Aku pun akan memilih baju untukku dan mama." Zamora meninggalkan Sierra.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" ucap salah satu pelayan butik dengan ramah.

"Harga yang paling murah di sini, berapa mba?" bisiknya pelan, tentu saja membuat gelak tawa sang pelayan.

"Ada yang tiga juta sembilan ratus, Nona," jawabnya dengan menahan tawa. Dalam hati pegawai itu, dia menertawakan tingkah polos Sierra.

Ya, para pelayan toko tahu, siapa yang datang bersama dengannya tadi. Bagi mereka, harga di butik ini adalah recehan.

Zamora pun telah selesai memilih dan segera menghampiri Sierra yang masih mematung.

"Gimana? Sudah dicoba?" tanyanya.

"A-anu, Kak, em--" Lalu Zamora pun menyodorkan semua baju ke tangan Sierra. Dia sembarang mengambil baju-baju yang menurutnya bagus.

"Sudah, jangan banyak alasan lagi. Ini kamu coba semua di dalam."

Hanya satu baju yang ia ambil dan itu membuat kesal Zamora.

"Ya sudah. Ini semua, Mbak, tolong bawa ke kasir, ya!" Seraya memberikan tumpukan baju ke tangan pelayan butik tersebut.

Total yang sangat membuat mata Sierra membelalak. 30 baju kaus, 25 celana jeans panjang dan pendek, 10 gaun malam, 15 mini dress, 15 rok mini, juga tak lupa sepatu dan tas untuknya. Hampir separuh toko ia pindahkan ke dalam bagasi mobil.

Mata Sierra melotot hampir saja ia menjatuhkan kedua bola matanya di meja kasir, bagaimana ia tidak kaget dengan totalannya? Hampir 990 juta rupiah. Belum lagi totalan pribadi Zamora, ia pun hampir pingsan melihatnya.

"Kak, apa ini tidak terlalu berlebihan? Emm, maksudku, ini terlalu banyak dan mahal." Sierra memelankan suaranya.

Hanya gelak tawa yang ia dapat dari Zamora Nieva. Setelah membayar, mereka meninggalkan butik segera.

"Sudahlah, jangan terlalu dianggap serius. Ini hanya sedikit. Oh, ya, apa kamu gak punya handphone?" tanya Zamora saat mereka telah berada di dalam mobilnya.

"Ada, tapi udah hilang. Sepertinya diambil sama dia preman itu," jawab Sierra.

"Ya, sudah. Kita mampir di apple store dulu, deh."

Sierra tidak paham apa yang dibicarakan kakak iparnya itu. Dia hanya duduk diam mengamati jalan di samping kemudi.

***

Bab terkait

  • Pengantin Semu   Shopping bersama

    Shopping Bersama Kakak ipar" Sepertinya memang lebih pantas untuk sekedar mengagumi, bukan untuk memiliki." ~ Sierra Suelita ~ ***Usai berbelanja, Zamora Nieva mengantarkan Sierra pulang ke rumah adiknya. Sementara dirinya kembali ke hotel tempatnya menginap. Sepanjang perjalanan, Sierra tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada kakak iparnya. "Sudah, ini tidak ada arti apa-apa. Jangan terlalu berlebihan begitu, deh."Zamora Nieva dengan ramah memberitahukan kepada adik iparnya itu, untuk tidak mengucapkan terima kasih berulang kali kepada siapa pun. Karena akan menjatuhkan martabat keluarga besarnya."Tapi, Kak—""Santai aja. Totalan segini hanya recehan bagi kami," kelakarnya lagi. Merasa sangat tidak enak hati, akhirnya Sierra hanya mengulas senyum. Dalam hatinya, dia amat bahagia. Ponsel mahal keluaran terbaru pun telah dibelikan oleh Zamora Nieva. "Ya, sudah. Aku langsung ke hotel, ya." Zamora Nieva berdiri di samping pintu mobilnya saat telah sampai di halaman rum

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Pengantin Semu   Seperti Kanebo Kering

    "Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya otak." ~ Zamora Nieva ~ ***Setelah puas melamun, Sierra masuk ke dalam ruangan kamar. Lampu telah menyala entah sejak kapan, mungkin si pria kanebo yang menyalakannya. Gadis itu merasakan tubuhnya tidak enak, hidungnya mengeluarkan embusan panas saat bernapas. Ya, sepertinya dia akan sakit. Sementara di ruangan kerja—hanya terhalang oleh dinding kamar—sepasang mata memperhatikan pergerakan gadis itu. Sesekali dia mendengus kesal serta mengumpat kecil. "Cih! Dasar kampungan!" Umpatan itu berkali-kali dilontarkan saat melihat Sierra bersiap berbaring di atas sofa."Bagaimana mungkin aku terjebak di dalam situasi seperti ini dengan gadis jorok itu?!" Zucca merasa begitu menyesali keadaannya, tetapi dia tidak ingin kehilangan hak warisnya. "Hebat! Dia bisa menipu mama dengan wajah polosnya. Cih! Kita lihat aja, sampai kapan dia akan bertahan di sini! Aku tidak akan memberikannya upa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Pengantin Semu   Bab 7

    "Hidup itu tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita inginkan, ada banyak kegagalan dan jatuh bangun pastinya. Semua itu adalah cara kerja Tuhan untuk menguatkan mental seseorang. Bukan karena Tuhan tidak sayang dengan kita."_Di tepi laut yang penuh dengan sampah, tak membuat Fabio dan Seina kembali pulang. Mereka sudah terbiasa dengan situasi kotor dan bau seperti itu. Bahkan, ada beberapa gubuk yang menjadi tempat pembuangan sisa-sisa makanan dalam tubuh pada manusia alias WC umum. Tentunya, kotoran dari sisa-sisa dalam tubuh langsung jatuh ke dalam air laut tersebut. "Ada masalah lagi sama Selena?" Fabio membuka percakapan saat melihat Seina telah tenang. Gadis itu menoleh sesaat ke arahnya, lalu menatap laut kembali. Terdengar embusan berat keluar dari mulutnya. "Hufh.""Selena masih minta uang sama Sierra. Dia marah karena Sierra gak bisa kasih lagi," ucap Seina tanpa menoleh. Fabio berdeham, "Hem. Kenapa Selena gak pernah bisa berubah, ya. Terus, Sierra diungkit seperti

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 8

    Benci yang tertanam _Seina mengirim pesan kepada Sierra. Karena Selena tidak kunjung membalas pesannya, Seina memutuskan untuk ke rumah Fabio. Menunggu di sana sepertinya akan lebih bagus, dari pada menunggu seorang diri di sini akan terasa memakan waktu. ***Hari ini, kedua orang tua Zucca dan kakaknya—Zamora Nieva—akan datang berkunjung, tentu saja untuk menemui menantu kesayangan dan sekalian mereka akan berpamitan pulang. Zucca dan Sierra telah menunggu kedatangan mereka layaknya sepasang pengantin baru, duduk di sofa ruang tamu dengan senyum yang dipaksakan."Hari ini, mama papa dan kakak akan datang. Bersikaplah seperti wanita anggun dan berkelas." Suara Zucca terdengar seperti ancaman bagi Sierra, terdengar begitu datar."Seperti apa?" tanya Sierra dengan bingung.Belum sempat Zucca melanjutkan ucapannya, mereka pun telah sampai. Segera Zucca dan Sierra beradu akting, Zucca memeluk bahu kecil Sierra, dan tangan Sierra pun berada di pinggang Zucca."Wahhh, waaah, wahhh, kita d

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 9

    "Selain diri sendiri yang berjuang, siapa lagi?" ~ Amoy Shanghai ~ ***(Serba Salah)"Zucca itu adalah suaminya, sudah seharusnya bertanggung jawab dengan semua kebutuhan istrinya, Paloma." Zamora Nieva menimpali. Paloma semakin kesal mendengarnya, dia pun pamit pulang sambil menahan emosi."Aku pulang dulu, deh, Tan. Kak." "Kok, buru-buru amat?""Iya, ada yang harus aku kerjakan. Terima kasih jamuan makan malamnya, Tan." Zaneta Paloma mencium pipi dua perempuan itu. Dia sengaja menginjak kaki Sierra dengan kuat. Sierra menahannya, sengaja tidak berteriak sakit. Dia tidak mau terlihat lemah di mata Zaneta Paloma. Dia sedikit meringis ketika ujung heels menancap di bagian punggung kakinya. Mendengar rintihan kecil, Zaneta Paloma pun tersenyum puas."Cika!" seru Nyonya Yoana memanggil asisten pribadi Sierra. "Iya, Nyonya." Cika datang beberapa detik kemudian. "Tolong panggilkan Zucca," titahnya kemudian. "Baik, Nyonya." Tak lama, dua pria berbeda generasi pun datang ke ruang tam

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 10

    (Pindah rumah)_Sierra ingin membuat kejutan untuk mereka. Dia terus tersenyum sepanjang malam, berharap pagi cepat datang dan membawa langkahnya menemui sang kakak.Pagi-pagi sekali, Sierra telah bersiap diri. Hatinya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan kedua kakaknya lagi. Tak lupa, gadis itu membawakan pakaian-pakaian miliknya yang masih baru, banyak yang belum ia pakai. Sengaja ia simpan untuk kedua kakaknya. Zucca sudah berkutat dengan laptopnya sejak subuh, lelaki itu memang pekerja keras. Wajar saja dia menjadi penguasa dunia di usianya yang masih 28 tahun.Sejak berada di rumah ini, Sierra sudah terbiasa dengan jadwal yang dibuat oleh Zucca. Berlari pagi, mengelap dan membersihkan ruang kerjanya. Meskipun ada pelayan, tetapi Zucca dengan sengaja menyuruh perempuan itu yang melakukannya. Tanpa mengeluh, Sierra melakukan semua itu dengan hati ikhlas. Tentu saja, itu membuat Zucca semakin terbakar emosi. Sebenarnya, lelaki itu ingin membuat istrinya tidak betah dan memin

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 11

    (Melakukan Tes)"Siapa yang suruh kamu tidur, hah!" bentak Zucca. Membuat Sierra bergidik takut.Setiap hari, ada saja kesalahannya. "Buka nih!" Zucca mengangkat kakinya dan menaruh di atas paha Sierra.Dengan pasrah, perempuan itu pun membukakan sepatu dan kaus kaki suaminya. Jauh di dalam hatinya, ia menyimpan luka yang teramat banyak.Sierra yang baru saja terbangun gegas mengikuti perintahnya. Dia tidak ingin membuat masalah dengan pria kanebo itu lagi. "Gimana? Sudah foto keluarga, dong?" ledek Zucca. Sierra tak menjawab, matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan dari mimik pria kanebo itu. 'Kenapa tertawanya seperti menyimpan sesuatu, ya? Apa yang dia rencanakan?' batin Sierra. Pantas saja dia memperbolehkan Sierra menemui kakaknya, ternyata lelaki tak berhati itu sudah menyiapkan kejutan besar untuk istrinya. Zucca terlihat begitu puas saat menatap wajah sembab gadis itu. 'Rasakan kau bodoh!' ucapnya dalam hati sambil menyeringai kecil."Besok kita akan ke rumah sakit, ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 12

    (Pembuahan)_Usai melakukan inseminasi, Dokter Brian mengingatkan kepada Zucca, agar dirinya tidak mengabaikan Sierra selama 9 bulan kedepannya. "Ingat. Selain nutrisi, istrimu juga harus selalu merasa bahagia dan nyaman. Jangan biarkan dia mengalami stress atau sedih yang berlebihan. Itu akan mempengaruhi calon anakmu nantinya." Zucca bergeming tanpa menjawab.Mendengar ucapan Dokter Brian, wajah Sierra mendadak kaku. Gadis itu tidak percaya apa yang dia dengar barusan. Dalam hatinya bertanya tanya, bagaimana mungkin dirinya akan mengalami kehamilan tanpa melakukan hubungan suami istri? "Sierra, banyak-banyak konsumsi buah buahan, ya. Jangan lupa meminum vitamin untuk perkembangan otak anakmu," ucap Dokter Brian pada gadis itu. "Anak? Aku tidak sedang hamil, Om." Sierra menjawab dengan tanda tanya. Baru saja Dokter itu akan menjelaskan padanya, Zucca dengan cepat memotong ucapan Dokter pribadinya itu."Dasar bodoh!" umpat Zucca. "Sudah, Om. Abaikan ucapannya," imbuhnya kembali. Z

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26

Bab terbaru

  • Pengantin Semu   bab 33

    Malam yang Indah___Hujan turun begitu deras malam ini membuat suasana semakin dingin, Zamora kini telah berpindah kamar. Bukan lagi di kamar pelayan, tetapi telah satu pintu dengan Tuan Raffa. "Kau hanya boleh membawa selimut, tidur di balkon dan jangan masuk jika tidak ada perintah dari ku. Apa kau mengerti?" "Tapi, Tuan ... bagai mana kalau saya ingin ke kamar mandi?" Zamora dengan cepat memberikan sebuah pertanyaan yang masuk diakal. Benar juga apa yang di katakan oleh Tuan muda Raffi, Zamora adalah gadis yang pintar. "Apa kau sebocor itu jika sudah terlelap?" Zamora mengangguk lugu. "Menyusahkan. Baiklah, kesempatan hanya ada dua kali. Pergunakan sebaik mungkin." Prayoga Raffa menaruh kedua tangan nya di pinggang. "Ingat. Kau hanya punya kesempatan masuk ke kamar mandi dua kali. Selebih nya tahan sampai besok pagi. Mengerti?!" "Mengerti." Zamora menghela napas kasar berkali kali, udara malam ini begitu dingin menusuk tulang. Bagai mana mungkin ia akan tidur di ruangan t

  • Pengantin Semu   bab 32

    Sedikit Rasa Prayoga Raffa baru saja keluar dari ruangan meeting. Deni mengikuti dari belakang. Lelaki itu tampak begitu serius saat melakukan pekerjaan. "Untuk beberapa hari ke depan, seperti nya kita akan sibuk." Pria tampan itu merogoh saku jas nya, mengambil sebuah kotak hitam kecil berbahan beludru, berisi sepasang cincin di dalam nya. Menatap nya sekilas lalu memasukkan nya kembali sebelum Deni melihat benda itu. "Benar, Tuan. Bahkan sampai akhir pekan nanti." Asisten setia itu mengingatkan kembali jadwal padat mereka. "Pelayan itu ... bukan. Maksud ku, istri ku. Kapan dia boleh pulang?" Mendengar kata kata yang tak biasa seperti itu, sontak saja membuat Deni terkejut dan menahan senyum di dalam hati nya. "Oh, dia sudah bisa pulang nanti sore, Tuan. Saya sudah menyuruh Boy untuk menjemput nya." Baru saja ia ingin berbicara kembali, telepon berdering. Nesya Amanda yang menelpon. Prayoga Raffa langsung mengheningkan suara ponsel nya. Lima panggilan tak terjawab dari mode

  • Pengantin Semu   Bab 31

    Cemburu___Sebuah mobil mendarat di halaman yang begitu luas melewati gerbang tinggi. Pintu mobil terbuka, seorang pemuda keluar mobil sport hitam milik nya. Berjalan menelusuri jalan menuju pintu utama kediaman keluarga Kuncoro. Tiba tiba saja langkah nya terhenti ketika melihat seorang wanita paruh baya tersenyum kepada nya. Senyuman ternyaman yang selalu ia dapatkan selama 28 tahun ini. "Akhir nya kamu pulang juga," ucap wanita itu dengan suara begitu lembut. "Ma ... ngapain di situ?" tanya Prayoga Raffa berjalan cepat dan memeluk ibu nya yang sedang menyiram tanaman angrek. "Biasa, lagi merawat bunga cantik ini." "Kan, bisa suruh Lasmi yang menyiram?" Prayoga Raffa memeluk erat ibunya, seolah sudah puluhan tahun tak bertemu. "Kamu tidur di sini, kan?" Nyonya Handayani bertanya tanpa membalas ucapan anak nya. "Iya. Raffa kangen sama masakan Mama." Baru juga dua hari mereka tidak bertemu, tetapi ibu dan anak itu merasakan rindu yang teramat dalam. "Adik mu, ya, yang menyur

  • Pengantin Semu   Bab 30

    *** Zamora mengelus perut datar nya, "Apakah kamu baik baik aja di dalam sana, Nak?" "Aku berjanji, akan membawa kalian pergi dari sini. Aku tidak akan meninggalkan mu bersama dengan Tuan muda dingin itu, meski pun sebenar nya memang dia adalah ayah mu." Zamora melirik jam dinding, kini jarum jam telah menunjuk ke angka satu siang. Gadis itu terus menghibur diri, entah kenapa dia merasa sedih dan kecewa. "Tuan Raffa menolak ku, maka nya dia tidak pulang." Lagi lagi dia berbicara sendiri di depan kaca. Masih memakai kemeja yang kebesaran, tidak tau ingin melakukan apa lagi gadis itu pun membaringkan tubuh nya kembali di atas kasur mewah. "Sarapan Tuan muda pasti sudah dingin, lebih baik aku memakan nya dari pada kebuang." Tiba tiba dia bangkit dari posisi tidurnya, bergegas ke dapur untuk menghabiskan sarapan yang ia buat tadi. Saat suapan terakhir hampir mendarat ke dalam mulut nya, derap langkah seseorang terdengar semakin dekat. Pintu terbuka, tetapi Zamora masih belum menya

  • Pengantin Semu   Sarapan

    #1800hari_S2_29 1024_Setelah merasa lebih baik, Seina menceritakan kepada kakaknya tentang kejadian yang baru saja ia alami."Cerita pelan pelan, ada apa, sih?" desak Selena penasaran. "Ta-tadi, tadi ada yang lempar tanah Kak." Seina mencoba mengatur napas, dia benar benar ketakutan sekali. Selena memang melihat banyak tanah seperti tanah kuburan di sekitar pintu, bahkan mengenai baju Seina. "Siapa yang melempar? Terus, kenapa kamu bisa sampai tiduran di sini?" Seina melanjutkan cerita nya sambil terisak, dia melihat dengan jelas ada sesosok yang menatap nya dengan tajam. Akan tetapi, karena sangking terlalu takut nya dia sampai terjatuh lemas. "Maksud kamu, di sini ada setan gitu? Ha ha ha, mana mungkin jaman sekarang masih ada demit, Seina!" Selena berkata sesumbar begitu lantang. "Kak! Gimana nanti kalo sesosok itu datang ke sini lagi, hah? Kakak jangan sesumbar!" hardik Seina kesal. Bagai mana mungkin Selena bisa berkata seperti itu? Sedangkan sebelum nya tadi dia sempat

  • Pengantin Semu   SeKaku Kanebo

    bab 28 _Setelah mengisi perut nya Sierra merasakan kantuk yang sangat luar biasa, gadis itu memutuskan untuk tidur sejenak sambil menunggu pemilik kamar kembali dari kantor nya. Beberapa jam kemudian, Zucca masuk ke dalam kamar nya dan melangkah ke ruang kerja nya. Pria itu belum menyadari ada seseorang di dalam kamar selain diri nya. Setelah puas berkutat dengan pekerjaan nya, Zucca merasakan badan nya begitu gerah meski pendingin ruangan menyala. Pria itu menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar nya, dia sungguh terkejut melihat Sierra sedang tertidur pulas di sofa. Sofa itu berdampingan dengan kamar mandi. Lelaki itu mengucek mata nya berulang kali, dia berpikir kalau salah lihat. "Hey! Bangun!" Zucca menendang nendang kaki Sierra. "Woy! Bangun!" teriak nya kencang. "Aaaarrrghh!" Sierra langsung membuka mata nya dan terkejut melihat keberadaan Zucca dengan mata tajam menatap nya. "Siapa yang menyuruh mu kembali, hah!" bentak nya kemudian. Padahal, dia sedikit lega ak

  • Pengantin Semu   Bab 27

    KEMBALI BERTEMU_"Non Sierra?!" pekik nya."Cika, apa kabar?" tanya Sierra seraya memeluk asisten nya itu."Non ke mana aja selama ini? Aku cemas sekali," tanya nya dengan terisak."Kita cerita di dalam aja, yuk.""Non sudah makan?" tanya Cika kembali. "Sudah. Tapi masih lapar," bisik nya lalu terkekeh."Ayo, kita ke dapur. Saya buatkan sup jagung untuk Non Sierra."_Sierra masuk ke dalam kamar tidur nya, kebetulan kamar ini memang tidak pernah terkunci meski tidak ada pemilik nya di dalam."Aku harus bagaimana ini? Apa kah aku harus menyapa nya terlebih dahulu dan meminta maaf? Atau ... aku berpura pura tidak melihat nya nanti?"Sierra berjalan mondar mandir di dalam kamar sambil menggigiti kuku ibu jari nya. Gadis itu benar benar merasa takut."Mata nya itu ... iiih, bikin bergidik ngeri aja." Sierra mengedikan bahu saat membayangkan tatapan tajam tuan muda itu.Tok tok tok!Sebuah ketukan pintu membuat Sierra kaget, "Kalo si kanebo gak mungkin ngetuk pintu, kan?" ucap nya sendir

  • Pengantin Semu   Bab 26

    Gejolak Hati."Menga lah bukan berarti kalah. Terkadang manusia tidak bisa membedakan mana arti makna tersebut."_Ryu mengantar pulang ke kediaman Gervaso. Di dalam mobil, Sierra merasakan jantung nya berdetak semakin cepat. Bukan karena dia sedang salah tingkah, tetapi karena takut menghadapi Zucca, suami kontrak nya itu."Ada apa?" tanya Ryu. "Takut." "Takut apa?""Takut suami ku akan marah. Apa yang akan terjadi dengan ku setelah ini, ya?" tanya Sierra, tatapan nya begitu cemas. Telapak tangan nya pun sudah mulai basah. "Tenangkan diri mu. Aku akan menunggu sampai kamu benar benar masuk ke dalam. Atau bahkan aku akan menunggu sampai malam tiba," jawab lelaki itu. Aneh. Sorot mata nya mampu membuat Sierra menjadi tenang. "Kalo terjadi sesuatu dengan ku, aku tidak akan menyesal." "Hush! Jangan ngomong sembarangan. Kamu akan baik baik aja, nanti aku bisa minta tolong ayah ku untuk mengecek keadaan kamu. Jangan lupa, kasih kabar setelah masuk ke dalam. Oke?""Terima kasih banyak

  • Pengantin Semu   Bab 25

    Bab 25 ( Pendekatan ).Beberapa hari menjalani perawatan intensif, perlahan lahan keadaan Zamora Anastasya mulai pulih. Sierra terus mencoba untuk mendekatkan diri pada perempuan muda itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Zamora?" Sierra duduk di sebelah ranjang pasien.Zamora masih belum bisa berdamai dengan kenyataan. Berulang kali dia menangis tanpa sebab, luka hati nya begitu dalam sampai sampai terlarut dalam kesedihan. "Zamora ... apa kau baik baik aja?" tanya Sierra kembali. Sierra mulai memahami keadaan Zamora Anastasya, kehilangan rasa percaya diri adalah sesuatu yang sulit.Zamora hanya menoleh dan menatap Sierra tanpa berkedip, mata nya memang menatap Sierra. Akan tetapi, pikiran nya entah sedang berlarian ke mana. Dengan sabar, Sierra tetap mendampingi gadis malang itu. Sudah dua minggu berlalu, Zamora masih betah berdiam tanpa berbicara. Langkah kaki terdengar mendekati ruang praktek di mansion itu. Sierra berdiri ke pintu dan membuka nya sebelum seseorang mengetuk p

DMCA.com Protection Status