Share

Hinaan

Author: Miss aLone
last update Last Updated: 2021-09-09 22:43:33

.

Kediaman Gervaso Hugo.

Semua orang sibuk menghias halaman dengan bunga-bunga indah, di dalam ruangan tak kalah indahnya bertabur lampu tampak begitu mewah. Tampak mereka begitu bersemangat dan bahagia menyambut acara besar nanti.

Temanya adalah outdoor. Bunga lily sesuai dengan arti nama Sierra bertabur indah. Semua tampak begitu sukacita, tetapi tidak untuk Zucca. Ibunya sudah mempersiapkan semuanya hampir 90 persen, padahal waktu masih tiga hari lagi.

Undangan virtual telah disebar ke berbagai kolega dan keluarga. Meskipun virtual, siapa pun yang tidak mendapatkan undangan tersebut, tidak akan bisa masuk ke pesta nanti.

Di dalam kamar, Zucca terlihat kesal. Dia yang terbiasa rapih dan bersih, kini menbiarkan kamarnya seperti kapal pecah. Buku-buku berserak di lantai, botol-botol minuman beralkohol pun tak kalah berantakan. Pecahan beling di mana-mana. Tidak ada pilihan lagi selain menjadi boneka hidup, pikirnya. Dia bersumpah akan membuat gadis itu menyesal telah menikah dengannya.

Ketukan pintu berulang kali terdengar, Zucca mengabaikannya. Pria tampan itu tau, pasti ibunya yang ada di balik pintu.

_

"Kak, kita batalkan aja pernikahan ini. Tiba-tiba aja hatiku jadi gelisah." Sierra duduk di samping kakaknya.

Selena dan Seina sedang asik mencoba gaun-gaun pemberian nyonya kaya itu, tak lupa berlian itu membuat dua orang itu lupa diri.

"Sudahlah, Dek. Ikutin aja permainan mereka. Lihat, belum menjadi menantunya aja, kita sudah dikasih segala macam. Baju-baju bagus, emas, berlian, uang, apa kamu gak mau jadi orang kaya, Dek?" Selena seakan lupa statusnya.

"Tapi, Kak. Sierra sepertinya gak bahagia," kata Seina khawatir melihat nasib adiknya kelak.

Selena menarik napas dan membuangnya kasar. "Denger, Dek. Yang penting, kami bisa ikut menikmatinya, kan? Apa kamu gak mau buat kita bahagia juga?"

"Kak! Jadi kakak tega liat Sierra gak bahagia, asalkan kita yang bahagia? Gitu?" Seina keberatan dengan ucapan kakaknya.

Baru kali ini mereka berdebat, Selena telah dibutakan oleh harta.

"Jadi orang jangan pada MUNAFIK! Kalo aja si nyonya itu milih gue, gue gak akan NOLAK! Apa kalian gak capek hidup susah terus, hah?!"

"Sudah, Kak. Sudah. Cukup! Baiklah, aku akan berkorban demi kalian. Puas?!" Sierra keluar dari kamar. Seina menyusul adiknya.

"Dek, tunggu." Sierra terus berjalan keluar, kebetulan Fabio datang.

"Sier? Ada apa?" Pertanyaan Fabio pun diabaikan.

Seina membiarkan adiknya menenangkan diri, sementara Fabio terus bertanya kepada Seina. Gadis manis itu menjelaskan secara detail pertengkaran tadi. Seina sebenarnya menyukai Fabio, tetapi dia tau kalau laki-laki itu menyukai adiknya.

Saat Fabio ingin menyusul langkah Sierra yang semakin menjauh, Seina menahan tangan Fabio dan menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Tapi, Sierra—"

"Sudah. Biarin dia sendiri dulu, dia butuh sendiri saat ini."

_

Sierra menatap langit mendung, biasanya dia selalu datang ke laut belakang rumahnya jika sedang banyak masalah. Hanya untuk menenangkan diri. Menatap ombak yang menari-nari membuat hatinya sedikit tenang dan damai.

Gadis itu membuang napasnya secara kasar. "Apa ini adalah keputusan terbaik? Aku belum ingin menikah," ujarnya lirih.

Akan tetapi, Sierra kembali mengingat kata-kata Selena tadi. Jika dia menikah dengan orang kaya, otomatis bisa membantu kehidupan mereka juga. Buktinya, belum apa-apa orang kaya itu selalu memberi macam-macam hadiah untuk kedua kakaknya.

Dengan terpaksa, ia mengikhlaskan dirinya berkorban demi kakaknya. Setelah hatiny tenang, Sierra kembali ke kontrakannya.

_

Pernikahan segera dilakukan dalam dua hari ke depan, segala persiapan hampir selesai. Hari bahagia itu, akan segera dinantikan oleh keluarga besar Zucca. Siapa yang tak mengenal keluarga besar Gervaso. Keluarga terkaya se-Asia, Zucca adalah cucu laki-laki satu-satunya di kelurga itu.

Ayahnya bernama Fernando Hugo Gervaso, investor terkenal dan juga pembisnis yang ambisius. Sang kakek bernama Eneas Gervaso, di juluki macan asia. Sepak terjang keluarga itu, sudah diakui di seluruh dunia.

"Mama sudah menyiapkan semuanya, Sayang. Bagaimana? Apa masih ada yang kurang?" tanya Yoana, seraya memperlihatkan dekorasi ruangan padanya melalui tablet miliknya.

"Terserah Mama aja." Tanpa melihat, Zucca menjawab singkat.

Zucca menganggap, semua ini hanyalah permainan baginya. Dia tak benar-benar tertarik apalagi sampai harus mencintai gadis itu. Semua ini, permintaan dari ibunya. Entah dari mana orang tuanya mengenal gadis miskin itu, pikirnya.

"Mama harap, kamu bisa bersikap baik dan menyayangi Sierra." Kecam mamanya, lalu berlalu dari ruang kerja Zucca.

Zucca semakin membenci gadis yang bernama Sierra, padahal mereka belum pernah bertemu sampai detik ini.

Di tempat lain, Zamora Nieva sedang memilih gaun untuk ia kenakan dalam acara lusa nanti. "Aku ingin memilih gaun yang paling menarik," ucapnya kepada salah satu pelayan butik, langganannya.

Dia pun mencoba semua yang ia sukai, juga tak lupa memilihkan dua gaun untuk kakak Sierra. Zamora Nieva, meskipun terlahir dari golongan atas. Sikapnya begitu ramah dan penyayang, juga dermawan dan berhati baik kepada semua orang. Persis seperti ibunya, Nyonya Yoana, tidak tegaan bila melihat orang lain kesusahan.

Tidak seperti Zucca, yang memiliki sifat cuek dan terkesan tertutup. Arogan, tegas, dan kejam, seperti alm. kakeknya.

"Semua ini, kan, idenya Mama? Aku hanya menuruti aja, kenapa harus bersikap baik dengan penipu itu?" Zucca menjawab ketus, dia sudah tidak tahan lagi.

"Zucca! Dua hari lagi dia akan menjadi istrimu, jangan bersikap seperti itu. Lihat aja jika kamu berani melakukan tindakan kasar pada Sierra!"

'Memangnya aku peduli?' gumamnya sinis.

"Kamu itu sudah saatnya menikah dan membina rumah tangga dengan gadis baik-baik. Umur kamu sebentar lagi 29 tahun, loh. Apa kamu gak ingin menggendong anak?"

"29 tahun itu masih terlalu muda, Ma. Lihat papa, dia menikahi Mama saat umurnya 35 tahun, kan?"

"Itu, kan, beda. Pokoknya kamu harus memperlakukan memantu mama dengan baik! Apa kamu mengerti?"

"Hem."

"Kenapa cuma, hem, aja? Jawab atuh," titah Nyonya Yoana lagi.

"Iya, iya, Ma!"

Yoana menepuk pundak anaknya, dia tau sifat Zucca yang tidak suka diperintah atau dibawah tekanan seseorang. Wanita itu sangat memaklumi anaknya.

Dua hari kedepan, Zucca tidak ingin memberikan satu hari pun gadis itu merasakan nikmatnya tinggal di rumah ini.

Kamar Zucca telah disulap menjadi kamar pengantin paling romantis. Kelopak bunga mawar segar menghiasi seluruh ruangan, padahal acara masih dua hari lagi. Kamar yang semula seperti kapal pecah, kini menjadi indah dan wangi.

Si pemilik kamar awalnya keberatan kamarnya menjadi sangat feminim seperti itu, akan tetapi tatapan mata ibunya menbuatnya tak berkutik. Lagi-lagi dia kalah dengan sorot mata teduh itu.

_

Di perkampungan kumuh, Fabio masih menemani Sierra. Dia tidak mau membuang-buang kesempatan terakhir kalinya sebelum gadis yang dia sukai pergi.

"Sier, apa kamu bahagia?"

"Semoga. Semua perlu waktu, kan?"

" ... sebenarnya, sebenarnya aku suka sama kamu." Tiba-tiba saja ucapan itu lolos begitu saja. Sadar ada yang salah, Fabio langsung menampar mulutnya pelan.

"Maaf-maaf, Sier. Aku bercanda."

Sierra tertawa melihat tingkah sahabat kecilnya itu. Dia mengira, Fabio memang sedang bercanda seperti biasanya. Sejak kejadian itu, mereka sudah tidak bekerja lagi di pasar. Nyonya Yoana memberikan sedikit modal kepada Fabio, pemuda itu meneruskan kembali bisnis ayahnya—servis jam dan membuka toko jam kecil-kecilan—yang lama terhenti karena kendala modal.

"Semoga kamu selaly bahagia, ya." Fabio menatap dalam mata sayu gadis itu.

Sierra memaksakan menarik garis pada bibirnya, lalu mengangguk berkali-kali. Kesedihan pun mereka rasakan. Tanpa mereka sadari, Seina sejak tadi memperhatikan mereka dari balik dinding.

Hatinya ngilu saat mendengar Fabio mengungkapkan perasaannya kepada Sierra, meskipun adiknya tidak merespon dengan serius ucapan Fabio tadi.

Seina tidak ingin gara-gara satu orang pria, dia menjauhi adiknya. Mereka sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain bertiga.

Related chapters

  • Pengantin Semu   Mertua baik

    " Perubahan diri memerlukan perjuangan, bukan sekedar duduk diam. Berjuanglah demi perubahan diri, dan perbaiki keinginan kita. Serta, berikan ruang untuk perubahan." ~ Eneas Gervaso ~ ***** Pernikahan pun dilaksanakan begitu meriah, ribuan pengunjung yang tak henti-hentinya memadati ruangan. Zucca dan Sierra, baru saja bertemu hari ini. Tepatnya di atas pelaminan mereka, tanpa tegur sapa atau pun saling memperkenalkan diri.Sierra merasa asing, seperti patung di atas pelaminan. Hanya mertua dan kakak iparnya yang menerima dirinya. Tatapan tajam sang suami dirasakannya. Terlihat jelas bahwa Zucca tidak menyukai ataupun menerima dirinya, masuk ke dalam keluarga Gervaso. Sierra hanya melihat senyum kebahagiaan dari kedua kakaknya dan juga Nyonya Yoana, suaminya, dan putrinya.Pernikahan ini memang atas permintaan Yoana, sebagai bentuk balas budi. Karena nyawanya pernah diselamatkan oleh gadis cantik itu. "Jangan memamerkan gigimu, bodoh! Bersiaplah biasa aja, kau hanya boleh menundu

    Last Updated : 2021-09-09
  • Pengantin Semu   Shopping bersama

    Shopping Bersama Kakak ipar" Sepertinya memang lebih pantas untuk sekedar mengagumi, bukan untuk memiliki." ~ Sierra Suelita ~ ***Usai berbelanja, Zamora Nieva mengantarkan Sierra pulang ke rumah adiknya. Sementara dirinya kembali ke hotel tempatnya menginap. Sepanjang perjalanan, Sierra tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada kakak iparnya. "Sudah, ini tidak ada arti apa-apa. Jangan terlalu berlebihan begitu, deh."Zamora Nieva dengan ramah memberitahukan kepada adik iparnya itu, untuk tidak mengucapkan terima kasih berulang kali kepada siapa pun. Karena akan menjatuhkan martabat keluarga besarnya."Tapi, Kak—""Santai aja. Totalan segini hanya recehan bagi kami," kelakarnya lagi. Merasa sangat tidak enak hati, akhirnya Sierra hanya mengulas senyum. Dalam hatinya, dia amat bahagia. Ponsel mahal keluaran terbaru pun telah dibelikan oleh Zamora Nieva. "Ya, sudah. Aku langsung ke hotel, ya." Zamora Nieva berdiri di samping pintu mobilnya saat telah sampai di halaman rum

    Last Updated : 2021-09-09
  • Pengantin Semu   Seperti Kanebo Kering

    "Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya otak." ~ Zamora Nieva ~ ***Setelah puas melamun, Sierra masuk ke dalam ruangan kamar. Lampu telah menyala entah sejak kapan, mungkin si pria kanebo yang menyalakannya. Gadis itu merasakan tubuhnya tidak enak, hidungnya mengeluarkan embusan panas saat bernapas. Ya, sepertinya dia akan sakit. Sementara di ruangan kerja—hanya terhalang oleh dinding kamar—sepasang mata memperhatikan pergerakan gadis itu. Sesekali dia mendengus kesal serta mengumpat kecil. "Cih! Dasar kampungan!" Umpatan itu berkali-kali dilontarkan saat melihat Sierra bersiap berbaring di atas sofa."Bagaimana mungkin aku terjebak di dalam situasi seperti ini dengan gadis jorok itu?!" Zucca merasa begitu menyesali keadaannya, tetapi dia tidak ingin kehilangan hak warisnya. "Hebat! Dia bisa menipu mama dengan wajah polosnya. Cih! Kita lihat aja, sampai kapan dia akan bertahan di sini! Aku tidak akan memberikannya upa

    Last Updated : 2021-09-09
  • Pengantin Semu   Bab 7

    "Hidup itu tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita inginkan, ada banyak kegagalan dan jatuh bangun pastinya. Semua itu adalah cara kerja Tuhan untuk menguatkan mental seseorang. Bukan karena Tuhan tidak sayang dengan kita."_Di tepi laut yang penuh dengan sampah, tak membuat Fabio dan Seina kembali pulang. Mereka sudah terbiasa dengan situasi kotor dan bau seperti itu. Bahkan, ada beberapa gubuk yang menjadi tempat pembuangan sisa-sisa makanan dalam tubuh pada manusia alias WC umum. Tentunya, kotoran dari sisa-sisa dalam tubuh langsung jatuh ke dalam air laut tersebut. "Ada masalah lagi sama Selena?" Fabio membuka percakapan saat melihat Seina telah tenang. Gadis itu menoleh sesaat ke arahnya, lalu menatap laut kembali. Terdengar embusan berat keluar dari mulutnya. "Hufh.""Selena masih minta uang sama Sierra. Dia marah karena Sierra gak bisa kasih lagi," ucap Seina tanpa menoleh. Fabio berdeham, "Hem. Kenapa Selena gak pernah bisa berubah, ya. Terus, Sierra diungkit seperti

    Last Updated : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 8

    Benci yang tertanam _Seina mengirim pesan kepada Sierra. Karena Selena tidak kunjung membalas pesannya, Seina memutuskan untuk ke rumah Fabio. Menunggu di sana sepertinya akan lebih bagus, dari pada menunggu seorang diri di sini akan terasa memakan waktu. ***Hari ini, kedua orang tua Zucca dan kakaknya—Zamora Nieva—akan datang berkunjung, tentu saja untuk menemui menantu kesayangan dan sekalian mereka akan berpamitan pulang. Zucca dan Sierra telah menunggu kedatangan mereka layaknya sepasang pengantin baru, duduk di sofa ruang tamu dengan senyum yang dipaksakan."Hari ini, mama papa dan kakak akan datang. Bersikaplah seperti wanita anggun dan berkelas." Suara Zucca terdengar seperti ancaman bagi Sierra, terdengar begitu datar."Seperti apa?" tanya Sierra dengan bingung.Belum sempat Zucca melanjutkan ucapannya, mereka pun telah sampai. Segera Zucca dan Sierra beradu akting, Zucca memeluk bahu kecil Sierra, dan tangan Sierra pun berada di pinggang Zucca."Wahhh, waaah, wahhh, kita d

    Last Updated : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 9

    "Selain diri sendiri yang berjuang, siapa lagi?" ~ Amoy Shanghai ~ ***(Serba Salah)"Zucca itu adalah suaminya, sudah seharusnya bertanggung jawab dengan semua kebutuhan istrinya, Paloma." Zamora Nieva menimpali. Paloma semakin kesal mendengarnya, dia pun pamit pulang sambil menahan emosi."Aku pulang dulu, deh, Tan. Kak." "Kok, buru-buru amat?""Iya, ada yang harus aku kerjakan. Terima kasih jamuan makan malamnya, Tan." Zaneta Paloma mencium pipi dua perempuan itu. Dia sengaja menginjak kaki Sierra dengan kuat. Sierra menahannya, sengaja tidak berteriak sakit. Dia tidak mau terlihat lemah di mata Zaneta Paloma. Dia sedikit meringis ketika ujung heels menancap di bagian punggung kakinya. Mendengar rintihan kecil, Zaneta Paloma pun tersenyum puas."Cika!" seru Nyonya Yoana memanggil asisten pribadi Sierra. "Iya, Nyonya." Cika datang beberapa detik kemudian. "Tolong panggilkan Zucca," titahnya kemudian. "Baik, Nyonya." Tak lama, dua pria berbeda generasi pun datang ke ruang tam

    Last Updated : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 10

    (Pindah rumah)_Sierra ingin membuat kejutan untuk mereka. Dia terus tersenyum sepanjang malam, berharap pagi cepat datang dan membawa langkahnya menemui sang kakak.Pagi-pagi sekali, Sierra telah bersiap diri. Hatinya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan kedua kakaknya lagi. Tak lupa, gadis itu membawakan pakaian-pakaian miliknya yang masih baru, banyak yang belum ia pakai. Sengaja ia simpan untuk kedua kakaknya. Zucca sudah berkutat dengan laptopnya sejak subuh, lelaki itu memang pekerja keras. Wajar saja dia menjadi penguasa dunia di usianya yang masih 28 tahun.Sejak berada di rumah ini, Sierra sudah terbiasa dengan jadwal yang dibuat oleh Zucca. Berlari pagi, mengelap dan membersihkan ruang kerjanya. Meskipun ada pelayan, tetapi Zucca dengan sengaja menyuruh perempuan itu yang melakukannya. Tanpa mengeluh, Sierra melakukan semua itu dengan hati ikhlas. Tentu saja, itu membuat Zucca semakin terbakar emosi. Sebenarnya, lelaki itu ingin membuat istrinya tidak betah dan memin

    Last Updated : 2021-10-30
  • Pengantin Semu   bab 11

    (Melakukan Tes)"Siapa yang suruh kamu tidur, hah!" bentak Zucca. Membuat Sierra bergidik takut.Setiap hari, ada saja kesalahannya. "Buka nih!" Zucca mengangkat kakinya dan menaruh di atas paha Sierra.Dengan pasrah, perempuan itu pun membukakan sepatu dan kaus kaki suaminya. Jauh di dalam hatinya, ia menyimpan luka yang teramat banyak.Sierra yang baru saja terbangun gegas mengikuti perintahnya. Dia tidak ingin membuat masalah dengan pria kanebo itu lagi. "Gimana? Sudah foto keluarga, dong?" ledek Zucca. Sierra tak menjawab, matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan dari mimik pria kanebo itu. 'Kenapa tertawanya seperti menyimpan sesuatu, ya? Apa yang dia rencanakan?' batin Sierra. Pantas saja dia memperbolehkan Sierra menemui kakaknya, ternyata lelaki tak berhati itu sudah menyiapkan kejutan besar untuk istrinya. Zucca terlihat begitu puas saat menatap wajah sembab gadis itu. 'Rasakan kau bodoh!' ucapnya dalam hati sambil menyeringai kecil."Besok kita akan ke rumah sakit, ja

    Last Updated : 2021-10-30

Latest chapter

  • Pengantin Semu   bab 33

    Malam yang Indah___Hujan turun begitu deras malam ini membuat suasana semakin dingin, Zamora kini telah berpindah kamar. Bukan lagi di kamar pelayan, tetapi telah satu pintu dengan Tuan Raffa. "Kau hanya boleh membawa selimut, tidur di balkon dan jangan masuk jika tidak ada perintah dari ku. Apa kau mengerti?" "Tapi, Tuan ... bagai mana kalau saya ingin ke kamar mandi?" Zamora dengan cepat memberikan sebuah pertanyaan yang masuk diakal. Benar juga apa yang di katakan oleh Tuan muda Raffi, Zamora adalah gadis yang pintar. "Apa kau sebocor itu jika sudah terlelap?" Zamora mengangguk lugu. "Menyusahkan. Baiklah, kesempatan hanya ada dua kali. Pergunakan sebaik mungkin." Prayoga Raffa menaruh kedua tangan nya di pinggang. "Ingat. Kau hanya punya kesempatan masuk ke kamar mandi dua kali. Selebih nya tahan sampai besok pagi. Mengerti?!" "Mengerti." Zamora menghela napas kasar berkali kali, udara malam ini begitu dingin menusuk tulang. Bagai mana mungkin ia akan tidur di ruangan t

  • Pengantin Semu   bab 32

    Sedikit Rasa Prayoga Raffa baru saja keluar dari ruangan meeting. Deni mengikuti dari belakang. Lelaki itu tampak begitu serius saat melakukan pekerjaan. "Untuk beberapa hari ke depan, seperti nya kita akan sibuk." Pria tampan itu merogoh saku jas nya, mengambil sebuah kotak hitam kecil berbahan beludru, berisi sepasang cincin di dalam nya. Menatap nya sekilas lalu memasukkan nya kembali sebelum Deni melihat benda itu. "Benar, Tuan. Bahkan sampai akhir pekan nanti." Asisten setia itu mengingatkan kembali jadwal padat mereka. "Pelayan itu ... bukan. Maksud ku, istri ku. Kapan dia boleh pulang?" Mendengar kata kata yang tak biasa seperti itu, sontak saja membuat Deni terkejut dan menahan senyum di dalam hati nya. "Oh, dia sudah bisa pulang nanti sore, Tuan. Saya sudah menyuruh Boy untuk menjemput nya." Baru saja ia ingin berbicara kembali, telepon berdering. Nesya Amanda yang menelpon. Prayoga Raffa langsung mengheningkan suara ponsel nya. Lima panggilan tak terjawab dari mode

  • Pengantin Semu   Bab 31

    Cemburu___Sebuah mobil mendarat di halaman yang begitu luas melewati gerbang tinggi. Pintu mobil terbuka, seorang pemuda keluar mobil sport hitam milik nya. Berjalan menelusuri jalan menuju pintu utama kediaman keluarga Kuncoro. Tiba tiba saja langkah nya terhenti ketika melihat seorang wanita paruh baya tersenyum kepada nya. Senyuman ternyaman yang selalu ia dapatkan selama 28 tahun ini. "Akhir nya kamu pulang juga," ucap wanita itu dengan suara begitu lembut. "Ma ... ngapain di situ?" tanya Prayoga Raffa berjalan cepat dan memeluk ibu nya yang sedang menyiram tanaman angrek. "Biasa, lagi merawat bunga cantik ini." "Kan, bisa suruh Lasmi yang menyiram?" Prayoga Raffa memeluk erat ibunya, seolah sudah puluhan tahun tak bertemu. "Kamu tidur di sini, kan?" Nyonya Handayani bertanya tanpa membalas ucapan anak nya. "Iya. Raffa kangen sama masakan Mama." Baru juga dua hari mereka tidak bertemu, tetapi ibu dan anak itu merasakan rindu yang teramat dalam. "Adik mu, ya, yang menyur

  • Pengantin Semu   Bab 30

    *** Zamora mengelus perut datar nya, "Apakah kamu baik baik aja di dalam sana, Nak?" "Aku berjanji, akan membawa kalian pergi dari sini. Aku tidak akan meninggalkan mu bersama dengan Tuan muda dingin itu, meski pun sebenar nya memang dia adalah ayah mu." Zamora melirik jam dinding, kini jarum jam telah menunjuk ke angka satu siang. Gadis itu terus menghibur diri, entah kenapa dia merasa sedih dan kecewa. "Tuan Raffa menolak ku, maka nya dia tidak pulang." Lagi lagi dia berbicara sendiri di depan kaca. Masih memakai kemeja yang kebesaran, tidak tau ingin melakukan apa lagi gadis itu pun membaringkan tubuh nya kembali di atas kasur mewah. "Sarapan Tuan muda pasti sudah dingin, lebih baik aku memakan nya dari pada kebuang." Tiba tiba dia bangkit dari posisi tidurnya, bergegas ke dapur untuk menghabiskan sarapan yang ia buat tadi. Saat suapan terakhir hampir mendarat ke dalam mulut nya, derap langkah seseorang terdengar semakin dekat. Pintu terbuka, tetapi Zamora masih belum menya

  • Pengantin Semu   Sarapan

    #1800hari_S2_29 1024_Setelah merasa lebih baik, Seina menceritakan kepada kakaknya tentang kejadian yang baru saja ia alami."Cerita pelan pelan, ada apa, sih?" desak Selena penasaran. "Ta-tadi, tadi ada yang lempar tanah Kak." Seina mencoba mengatur napas, dia benar benar ketakutan sekali. Selena memang melihat banyak tanah seperti tanah kuburan di sekitar pintu, bahkan mengenai baju Seina. "Siapa yang melempar? Terus, kenapa kamu bisa sampai tiduran di sini?" Seina melanjutkan cerita nya sambil terisak, dia melihat dengan jelas ada sesosok yang menatap nya dengan tajam. Akan tetapi, karena sangking terlalu takut nya dia sampai terjatuh lemas. "Maksud kamu, di sini ada setan gitu? Ha ha ha, mana mungkin jaman sekarang masih ada demit, Seina!" Selena berkata sesumbar begitu lantang. "Kak! Gimana nanti kalo sesosok itu datang ke sini lagi, hah? Kakak jangan sesumbar!" hardik Seina kesal. Bagai mana mungkin Selena bisa berkata seperti itu? Sedangkan sebelum nya tadi dia sempat

  • Pengantin Semu   SeKaku Kanebo

    bab 28 _Setelah mengisi perut nya Sierra merasakan kantuk yang sangat luar biasa, gadis itu memutuskan untuk tidur sejenak sambil menunggu pemilik kamar kembali dari kantor nya. Beberapa jam kemudian, Zucca masuk ke dalam kamar nya dan melangkah ke ruang kerja nya. Pria itu belum menyadari ada seseorang di dalam kamar selain diri nya. Setelah puas berkutat dengan pekerjaan nya, Zucca merasakan badan nya begitu gerah meski pendingin ruangan menyala. Pria itu menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar nya, dia sungguh terkejut melihat Sierra sedang tertidur pulas di sofa. Sofa itu berdampingan dengan kamar mandi. Lelaki itu mengucek mata nya berulang kali, dia berpikir kalau salah lihat. "Hey! Bangun!" Zucca menendang nendang kaki Sierra. "Woy! Bangun!" teriak nya kencang. "Aaaarrrghh!" Sierra langsung membuka mata nya dan terkejut melihat keberadaan Zucca dengan mata tajam menatap nya. "Siapa yang menyuruh mu kembali, hah!" bentak nya kemudian. Padahal, dia sedikit lega ak

  • Pengantin Semu   Bab 27

    KEMBALI BERTEMU_"Non Sierra?!" pekik nya."Cika, apa kabar?" tanya Sierra seraya memeluk asisten nya itu."Non ke mana aja selama ini? Aku cemas sekali," tanya nya dengan terisak."Kita cerita di dalam aja, yuk.""Non sudah makan?" tanya Cika kembali. "Sudah. Tapi masih lapar," bisik nya lalu terkekeh."Ayo, kita ke dapur. Saya buatkan sup jagung untuk Non Sierra."_Sierra masuk ke dalam kamar tidur nya, kebetulan kamar ini memang tidak pernah terkunci meski tidak ada pemilik nya di dalam."Aku harus bagaimana ini? Apa kah aku harus menyapa nya terlebih dahulu dan meminta maaf? Atau ... aku berpura pura tidak melihat nya nanti?"Sierra berjalan mondar mandir di dalam kamar sambil menggigiti kuku ibu jari nya. Gadis itu benar benar merasa takut."Mata nya itu ... iiih, bikin bergidik ngeri aja." Sierra mengedikan bahu saat membayangkan tatapan tajam tuan muda itu.Tok tok tok!Sebuah ketukan pintu membuat Sierra kaget, "Kalo si kanebo gak mungkin ngetuk pintu, kan?" ucap nya sendir

  • Pengantin Semu   Bab 26

    Gejolak Hati."Menga lah bukan berarti kalah. Terkadang manusia tidak bisa membedakan mana arti makna tersebut."_Ryu mengantar pulang ke kediaman Gervaso. Di dalam mobil, Sierra merasakan jantung nya berdetak semakin cepat. Bukan karena dia sedang salah tingkah, tetapi karena takut menghadapi Zucca, suami kontrak nya itu."Ada apa?" tanya Ryu. "Takut." "Takut apa?""Takut suami ku akan marah. Apa yang akan terjadi dengan ku setelah ini, ya?" tanya Sierra, tatapan nya begitu cemas. Telapak tangan nya pun sudah mulai basah. "Tenangkan diri mu. Aku akan menunggu sampai kamu benar benar masuk ke dalam. Atau bahkan aku akan menunggu sampai malam tiba," jawab lelaki itu. Aneh. Sorot mata nya mampu membuat Sierra menjadi tenang. "Kalo terjadi sesuatu dengan ku, aku tidak akan menyesal." "Hush! Jangan ngomong sembarangan. Kamu akan baik baik aja, nanti aku bisa minta tolong ayah ku untuk mengecek keadaan kamu. Jangan lupa, kasih kabar setelah masuk ke dalam. Oke?""Terima kasih banyak

  • Pengantin Semu   Bab 25

    Bab 25 ( Pendekatan ).Beberapa hari menjalani perawatan intensif, perlahan lahan keadaan Zamora Anastasya mulai pulih. Sierra terus mencoba untuk mendekatkan diri pada perempuan muda itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Zamora?" Sierra duduk di sebelah ranjang pasien.Zamora masih belum bisa berdamai dengan kenyataan. Berulang kali dia menangis tanpa sebab, luka hati nya begitu dalam sampai sampai terlarut dalam kesedihan. "Zamora ... apa kau baik baik aja?" tanya Sierra kembali. Sierra mulai memahami keadaan Zamora Anastasya, kehilangan rasa percaya diri adalah sesuatu yang sulit.Zamora hanya menoleh dan menatap Sierra tanpa berkedip, mata nya memang menatap Sierra. Akan tetapi, pikiran nya entah sedang berlarian ke mana. Dengan sabar, Sierra tetap mendampingi gadis malang itu. Sudah dua minggu berlalu, Zamora masih betah berdiam tanpa berbicara. Langkah kaki terdengar mendekati ruang praktek di mansion itu. Sierra berdiri ke pintu dan membuka nya sebelum seseorang mengetuk p

DMCA.com Protection Status