Share

58. Onty dan Uncle

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-05 16:43:59
Citra dan Atala belum juga pulang dari rumah kakaknya itu. Setelah mengobrol, menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh kakaknya, Atala yang tak kuasa ditanya lagi memilih menjauh dari sana. Citra ikutan. Kini mereka berdua malah menghabiskan waktu duduk-duduk berdua di area pesta tadi sambil menikmati makanan yang ada. Yakni kue brownies coklat dan kue ulang tahun Nuri yang sudah dipotong-potong.

"Onty Citra ...." Gadis mungil berambut panjang, mengenakan bando dan baju kembang itu berlari-lari kecil ke arah Citra.

"Hei, keponakan Onty yang paling cantik ...," sambut Citra riang.

Gadis kecil itu duduk ke pangkuan Citra dan tersenyum semringah menatapnya.

"Kangen ya sama Onty?"

"Onty lama nggak ke sini," balas bocah itu.

"Iya, Onty sibuk soalnya." Ya, dulu setiap kali main ke rumah Kak Shinta, apalabila dia ada di rumah, gadis kecil itu menyambut kedatangan Citra, dia senang mengajak Citra bermain. "Btw kamu cantik banget hari ini. Kayak princess kecil."

"Ya iyalah cantik, kan aku baru aja n
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    59. Sunset Cafe

    "Ciee ... senyum-senyum sendiri liatin foto kita ...."Citra sedikit tersentak mendengar suara Atala begitu dekat di telinganya. Cepat dia menelungkupkan ponselnya di pangkuan dan menoleh ke Atala.Pria itu memasang tampang menyebalkan sambil menaik-turunkan kedua alisnya. Citra benci melihat ekspresi itu.Tangan Citra spontan melayang ke pipinya. Tidak sakit tamparan itu, tapi cukup membuat kepala Atala bergerak. Atala yang sedang menyetir melotot menatapnya kemudian, ekspresinya berubah. "Kok gue ditampar?""Biarin." Citra mengulurkan lidahnya, mengejek Atala."Malu, ya, ketahuan liatin foto gue?" Citra mendelik. "Gue nggak liatin foto lo ya, di sini juga ada muka gue dan Nuri." Citra menunjuk-nunjuk layar ponselnya."Sama aja.""Beda, dong. Karena di sini ada muka gue dan Nuri yang lucu banget. Itu yang membuat gue senyum-senyum sendiri.""Terserah, deh." Atala malas berdebat. Lelaki itu lalu memilih fokus menyetir.Sejatinya mereka sama. Sama-sama gengsi.Citra pun memilih sibuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    60. Sunset Cafe (2)

    "Ada apa gerangan lo ke sini? Nggak mungkin kalau cuman mau pesan kopi."Atala tertawa mendengar pertanyaan itu. Belum sempat dia menjawab, Romi yang baru selesai mengantar pesanan muncul dan ikut bertanya. "Hai, La, sama siapa lo? Cewek mana lagi nih yang lo embat bawa ke sini?" tanyanya saat memperhatikan gadis yang berdiri di samping Atala sejak tadi, Citra.Tristan menatap Citra juga dengan pandangan serupa, dalam hati mengagumi kalau gadis di hadapannya ini manis, cantik natural. Tidak seperti cewek-cewek yang Atala bawa sebelumnya."Nah, inilah tujuan gue sekarang ke sini," ucap Atala kemudian sambil melirik Citra yang terdiam sejak tadi. Gadis itu tampaknya sibuk dengan pikirannya sendiri."Gue mau memperkenalkan istri gue ke elo pada." Atala semringah.Wajah Tristan dan Romi langsung berubah. Tristan tampak tersenyum sedangkan Romi tampak segan saat menatap Citra, entah kenapa."Kenalan dulu, Sayang," bisik Atala pada Citra.Citra pun mengulurkan tangannya pada Tristan lebih du

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    61. Terbakar Cemburu?

    Hari ini, Citra ketemuan dengan Dimas di salah satu perpustakaan daerah yang ada di Jakarta. Seperti biasa, mereka ketemuan untuk belajar. Citra minta diajari Dimas perihal cara mengisi soal tes masuk perguruan tinggi negeri. Dimas juga yang menyarankan tempat itu. Karena di sana tersedia banyak pilihan buku. Mereka jadi lebih mudah mencari referensi.Awalnya Citra fokus mendengarkan Dimas mengajarinya. Namun, lambat laun Citra merasa bosan dan mulai mengantuk."Sayang aku bosan ...," ucap Citra tiba-tiba saat Dimas masih semangat menjelaskan. Menuliskan angka-angka dalam rumus di atas kertas.Citra yang sejak tadi bertopang dagu menguap kecil. "Belajarnya udah dulu aja, ya." Citra menatap Dimas dengan pandangan memohon.Dimas yang mengerti langsung mengiyakan saja. Pria itu lalu mengemaskan buku-bukunya.Citra melirik jam di pergelangan tangannya, masih pukul dua siang. "Gimana kalau sekarang kita makan di Mall aja? Sekalian nonton film," ajak Citra sambil tersenyum. Gadis itu terlih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    62. Mencari Perhatian

    Begitu tiba di rumah, Citra langsung melepas rangkulan Atala dari bahunya. "Biasa aja." tegasnya. Melihat itu Atala pun menjawab. "Biasa aja kalik. Gue juga ogah meluk lo.""Terus tadi kenapa meluk gue di depan pacar gue?" tanya Citra tak suka."Sengaja aja, biar pacar lo cemburu.""Terus kenapa? Kenapa lo mau bikin pacar gue cemburu?""Mau liat seberapa cinta dia sama lo. Kira-kira tadi dia cemburu nggak, ya?" Atala terlihat berpikir sambil memegang dagu.Citra kesal melihatnya. "Kurang kerjaan lo.""Citra dari mana saja kamu?" Eyang putri tiba-tiba muncul. Atala dan Citra spontan melotot dan saling pandang. Citra harap kali ini eyang putri tak mendengar perdebatan mereka tadi. Dia juga berharap eyang tak melihat mobil Dimas yang sempat mengantarnya tadi. Duh, dia nyaris lupa!"Aku habis jalan-jalan dari perpustakaan, Eyang." Citra meringis. "Ngapain ke perpustakaan?" "Enggak, baca-baca aja, Eyang. Nggak pa-pa kan kalau aku baca-baca." Citra tersenyum. Dia berharap eyang tidak me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    63. Teman Makan

    Satu jam kemudian, masakan sop ayam homade ala Citra sudah jadi dan tersaji dalam mangkok besar.Warna kuah yang bening, potongan ayam dan sayur yang terlihat warna-warni membuat Atala semakin lapar melihatnya.Lelaki itu mengusap perutnya yang makin keroncongan. Dia jadi tidak sabar untuk mencicipi makanan itu."Udah selesai kan tugas gue? Udah, ya, lo sekarang tinggal makan aja. Nggak usah ganggu gue lagi." Citra melangkah hendak meninggalkan dapur. Namun, urung saat tangannya dipegang erat oleh suaminya. Membuat Citra mau tak mau berbalik menatap tajam netra lelaki itu."Enak aja bilang tugas lo udah selesai," ucap Atala."Apa lagi?""Duduk! Temenin gue makan!" titah Atala tidak ingin ditolak."Enak aja lo nyuruh-nyuruh. Lo pikir gue nggak punya kerjaan?!""Emang lo nggak punya pekerjaan kan?"Citra menatap Atala tak suka. Enak saja dia bicara. Citra punya banyak tugas yang harus dia selesaikan. Dia ingin mempelajari tugas yang Dimas kasih tadi. Dia sudah berjanji akan mengulangi pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    64. Cerita Masa Lalu

    "La, gue boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Citra tiba-tiba membuat Atala menatapnya.Lelaki itu menaikkan alisnya. "Tanya apa?""Lo dulu kok bisa nakal banget, sih?" Atala terdiam mendengar pertanyaan itu. Sendoknya yang sejak tadi bergerak, terhenti di atas piring, mulutnya juga berhenti mengunyah. Tatapannya mengarah ke piring.Melihat perubahan itu, Citra merasa tak nyaman. "Maaf pertanyaan gue nyinggung lo. Maksud gue kenapa lo dulu bisa senakal itu? Kelihatan kayak cowok bad boy, padahal sebenarnya lo baik." Citra meringis. Dia mengakui Atala baik.Dan kalimat terakhir itu berhasil membuat Atala menatapnya. Citra masih meringis."Kenapa lo malah nanyain itu?" Atala malah bertanya balik. "Gue emang nakal kali, nggak karena apa-apa.""Gue kirain ada sebabnya."Lagi, ucapan itu membuat Atala menatap Citra tak habis pikir. Atala bingung kenapa Citra bisa berpikir demikian. Apakah hanya kebetulan? Tapi rasanya tak mungkin hanya kebetulan. Dan Citra satu-satunya perempuan yang bertany

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    65. Kabar Baik Dari Papa

    Siang itu, tiba-tiba Papa Johan datang ke rumah. Atala dan Citra menyambut kedatangan pria itu dengan senang. Di sana juga ada eyang putri. Eyang putri ikut mendengarkan percakapan mereka. Awalnya mereka membahas banyak hal, sampai papa Johan fokus pada tujuan dia datang kemari."Oh iya, Atala, sebenarnya tujuan Papa datang kemari, karena ada kabar bahagia buatmu dan Citra."Ucapan Papa Johan yang demikian membuat keduanya makin penasaran."Oh iya apa itu, Pa?" Atala menatap papanya penasaran. Berharap kali ini benar-benar kabar bahagia. "Soal kuliah kamu. Papa sudah urus pendaftaran kuliahmu ke kampus yang bisa nerima kamu. Papa juga sudah bayarkan biaya masuknya. Selebihnya kamu yang urus. Ini kabar baik kan?""Serius, Pa?" Atala terlihat senang. "Iya, Pa. Baik banget, Pa. Makasih, ya, Pa." Dia tersenyum sekilas ke arah istrinya yang membalas senyumnya singkat.Johan mengangguk. "Kuliah yang benar.""Aku janji, Pa, bakal jalanin kuliah ini dengan baik dan sampai selesai."Papa Joh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    66. Masalah Baru

    "Melamun aja."Citra tersentak saat sesuatu yang dingin menyentuh hidungnya. Di hadapannya terulur es krim cone yang krimnya barusan menyentuh hidungnya.Citra langsung cemberut mengusap hidungnya yang terkena krim yang menempel di hidungnya. "Lengket."Dimas tertawa dan duduk di hadapannya. "Abis melamun muluk, sih. Nih buat kamu."Citra menerima es krim cone pemberian Dimas itu sambil tersenyum. "Makasih ....""Sama-sama, Sayang ...." Dimas mengacak rambut Citra.Kini dua sejoli itu sedang menikmati malam minggu di sebuah Mall, seperti biasanya. Dua sejoli itu memang senang menghabiskan waktu di Mall, walaupun tidak belanja banyak, walaupun hanya sekadar makan. Dimas adalah pribadi yang sederhana. Dia tidak suka berfoya-foya seperti Atala. Itulah salah satu kelebihannya yang Citra suka.Citra lalu menikmati es krimnya."Enak?" tanya Dimas yang juga mencicipi es krimnya.Citra mengangguk."Kamu mikirin apa, sih? Aku perhatiin melamun aja dari tadi," tegur Dimas lagi karena Citra tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09

Bab terbaru

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    172. Melupakan Kesedihan

    "Aku ... aku punya kabar duka, Eyang," ucap Citra pada eyang ditelepon setelah eyang bertanya ada apa."Kabar duka apa, Nduk?" Suara Eyang terdengar cemas. "Aku ... keguguran, Eyang." Air mata Citra sontak menetes bersamaan dengan dia mengucapkan kalimat itu. Masih sedih saja hatinya mengingat ketiadaan bayinya padahal kemarin bayinya masih ada dalam kandungannya. Dadanya juga terasa sesak. "Bayiku udah nggak ada.""Ya Allah Gusti ...." Suara Eyang terdengar sedih. Dan sepertinya eyang putri menangis di seberang sana. "Ini semua ...." Citra berhenti ketika hendak mengucapkan kata-kata 'ini semua salahku, aku nggak becus jaga kandungan, aku nggak bisa jadi ibu yang baik'.Dia berhenti mengucapkannya karena ingat pesan Atala yang mengatakan seharusnya dia tak boleh menyalahi diri. "Apa, Nduk?""Enggak, Eyang. Mungkin ini semua udah takdir Allah, ya, Eyang. Eyang jangan sedih, ya. Nanti aku pasti bisa hamil lagi, kok." Citra tersenyum. Sejatinya dia tengah menghibur dirinya sendiri."

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    171. Kesedihan Citra

    Dua hari berlalu. Citra masih memikirkan kandungannya yang keguguran. Meski Atala berkali-kali mengatakan sebaiknya dia tak perlu menyalahkan dirinya. Tetap saja, Citra merasa bersalah karena kenyataannya memang begitu. Karena dia sadar jauh dalam lubuk hatinya paling dalam, dia belum siap menjadi ibu, dan Atala tak tahu itu. Tak ada yang tahu isi hatinya selain dirinya dan Tuhan. Seketika kenangan dan kejadian lalu itu pun teringat lagi. Dia ingat bagaimana selama ini dia tak begitu menginginkan bayi itu. Percakapannya dengan Bi Rahma waktu pertama kali dia tahu dia hamil pun terngiang. "Aku nggak mau hamil, Bi ...." "Kenapa Non jadi sedih? Harusnya Non bahagia kan? Kan Non sudah menikah dengan Tuan Atala. Memang sudah seharusnya Non hamil." "Tapi, Bi .... Aku belum siap. Aku belum siap mengurus anak, aku takut ...." "Non jangan pesimis begitu .... Ingat, ya, apa pun yang Allah kehendaki itulah yang terbaik. Non ingat kan dulu Non sendiri juga ndak mau menikah dengan Tuan Atala.

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    170. Rasa Bersalah Citra

    Sejak dalam perjalanan hingga sampai ke rumah, Citra hanya berdiam diri. Bahkan dia tak menyahut ketika Bi Rahma menegurnya. Bi Rahma mengalihkan pandang pada Atala yang hanya dibalas gelengan kepala. Atala membiarkan Citra masuk ke kamar. Lantas dia bicara pada Bi Rahma."Ada apa, Tuan? Kenapa Non Citra begitu sedih? Kandungannya baik-baik saja, kan?" Meski sudah tahu apa yang mungkin terjadi, Bi Rahma masih berharap yang baik-baik.Atala terdiam lama sebelum akhirnya menjawab. "Citra keguguran, Bi." Dia berterus-terang. Wajahnya tertunduk lesu. Membayangkan bagaimana dia mengatakan berita buruk ini pada keluarga yang lain, terutama papa. "Ke-keguguran, Tuan?" Bi Rahma tampak tak percaya. Atala diam saja. Dan itu cukup menjelaskan."Ya Allah ...." Bi Rahma sampai menutup mulutnya. "Kasihan Non Citra." Art itu bisa langsung membayangkan bagaimana perasaan Citra saat ini. "Non Citra sekarang pasti sedih sekali. Pantas saja tadi banyak diam.""Iya, Bi. Bi aku ke kamar dulu, ya, temeni

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    169. Musibah

    Mendengar itu, Atala spontan menoleh. Wajah lelaki itu langsung berubah melihat istrinya kesakitan sambil memegangi perut."Citra!" Dia pun berlari mendatangi istrinya itu. "Perut kamu kenapa?" tanyanya saat memegangi tubuh istrinya. Rasa kesal tadi sontak menguap entah kemana bergantikan rasa khawatir luar biasa."Perut aku sakit banget." Citra merintih. "Kita ke rumah sakit sekarang, ya?"Atala langsung membopong istrinya turun ke bawah dengan tergesa. Sebelum pergi, dia meneriaki Bi Rahma untuk memberitahu kalau dia dan Citra akan pergi ke rumah sakit.Meski sempat khawatir melihat keadaan majikannya itu, Bi Rahma menurut. "Ya Allah semoga Non Citra ndak kenapa-kenapa. Semoga kandungannya baik-baik saja," doa sang art itu dengan tulus.***Atala mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang kebidanan. Di balik rasa khawatirnya terhadap kandungan istrinya, dia masih berharap dan berdoa kalau kandungan isrinya yang baru seumur jagung itu baik-baik saja. Begitu pintu ruang itu terbuka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    168. Salah Paham

    "Sayang, hari ini kita jalan-jalan, yuk!" ajak Citra kala dia mendapati suaminya sedang termenung di balkon lantai atas. Tapi suaminya itu hanya berdiam diri, tak bereaksi sedikit pun setelah mendengar suaranya. Seolah dia sudah bisa menebak hal itu.Citra sudah menduga semua ini. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi. Atala marah karena mengetahui Dimas masih meneleponnya. Begitu melihat siapa yang meneleponnya, Citra langsung bergegas ke atas menyusuli suaminya, berusaha untuk mencairkan suasana. Dia mencari suaminya itu ke sana kemari. Namun, ternyata suaminya di sini. Dan suaminya itu tak bergeming sedikitpun mendengar suaranya. Dia benar-benar marah.Tapi Citra tentu saja tak menyerah. Wanita itu menghela napas, berjalan mendekati suaminya. Mencoba memberanikan diri memeluk pinggang suaminya. Dan kali ini, Atala tak melepasnya, tapi tak juga membalas pelukannya. Citra pun melepas pelukannya. "Kamu marah, ya, sama aku? Kenapa?" Dia mulai bertanya.Citra tak ingin masalah ini be

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    167. Kekhawatiran yang Terjadi

    Hari-hari terus berlalu, kehidupan Citra dan Atala berjalan bahagia seperti biasanya. Meski kadang kala Atala merasa beban yang ditanggungnya terasa berat, dia tetap kuat. Karena dia bersama Citra. Kebahagiaan Citra adalah kebahagiaannya juga. Maka dia akan berusaha melakukan apa pun untuk kebahagiaan istrinya itu.Hari itu hari Minggu. Atala tentu saja tak ke kampus. Dan dia punya banyak waktu luang untuk istrinya. Sebenarnya Atala bisa mengajak Citra jalan-jalan. Namun, mengingat istrinya yang hamil dan harus lebih menjaga kandungan, mereka memilih diam di rumah saja. Lagipula bagi seorang Atala tak masalah dia diam di rumah, asal bersama sang istri tercinta.Citra sedang mandi di toilet yang ada di kamarnya saat Atala hanya rebahan di kasurnya.Pria itu nyaris jatuh tertidur ketika dia mendengar bunyi dering ponsel khas milik istrinya.Atala pun seketika terjaga. "Sayang, ponsel kamu bunyi tuh? Angkat, dong," racaunya setengah sadar. Hening, tak ada sahutan dari Citra. Dan ponsel

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    166. Bucinku

    Sejak hari itu, Citra jadi lebih kalem. Dia lebih serius mendengarkan apa kata suaminya. Dia makan dan minum vitamin secara teratur. Setelah makan dan minum dia rebahan, sesekali sambil main ponsel.Beberapa hari belakangan ini, Dimas tak ada menghubunginya lagi, entah itu sekadar chat atau telepon. Membuatnya sedikit lega. Kata dokter, selama masa kehamilan, sebisa mungkin Citra tak boleh banyak pikiran. Apalagi memikirkan hal yang tidak penting. Ya, Citra bisa untuk sedikit tenang dan tidak memikirkan apa pun dulu, kecuali ... masalah Dimas itu. Citra mungkin baru akan berhenti memikirkannya jika dia sudah bercerita pada suaminya. Tapi ... Citra belum berani cerita sekarang. Citra memijit pelipisnya yang tiba-tiba pusing. Peringatan Atala tempo hari yang terdengar begitu tegas kembali membayangi."Aku serius kali ini, Sayang. Aku mau mulai sekarang kamu lebih menjaga kandunganmu. Kamu harus lebih dengarkan aku. Kalau sekali aja aku dengar kabar buruk dari kamu dan itu karena ka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    165. Ketegasan Atala

    "Bi Rahma! Bi Rahma!" Atala mendengar suara Citra dari luar tepat saat lelaki itu berdiri di depan pintu kamarnya. Sebelum Bi Rahma datang memenuhi panggilan, Atala lebih dulu membuka pintu kamar tersebut. Dia mendapati istrinya duduk di atas kasur sambil berteriak. Dan istrinya itu langsung terdiam begitu melihat dirinya. "Ada apa teriak-teriak? Kamu butuh apa?" tanya Atala seraya berjalan mendekat. Citra menghela napas lega. "Kenapa, Sayang? Kamu mau makan?" tanya Atala lagi ketika jarak mereka sudah sangat dekat. "Atala." Citra malah memanggilnya dan memegangi tangannya. "Iya ada apa, Sayangku?" Atala mengecup tangan istrinya yang tampak memelas. "Kamu udah pulang?" "Udah barusan." Melihat suaminya ad di depan mata, Citra mengangguk lega. "Kenapa? Kamu manggil Bi Rahma ada apa?" tanya Atala lagi. "Enggak, aku cuman nyariin kamu tadi. Soalnya Bi Rahma bilang sebentar lagi kamu pulang, tapi kamu malah nggak pulang-pulang." Atala menyengir lebar mende

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    164. Kegelisahan Citra (2)

    "Bi Rahma! Bi Rahma!" Begitu tiba di rumah sahabatnya itu, Bi Rahma orang pertama yang Tasya panggil, karena dia tahu Atala sedang tak ada di rumah. Tanpa menunggu lama, Bi Rahma pun keluar dengan wajah paniknya. Beliau yang sudah mengenal Tasya pun bertanya ada apa? "Citra pingsan, Bi, Citra di dalam mobil," beritahu Tasya. "Aku nggak kuat angkatnya sendiri, Bi." Bi Rahma yang mengerti pun langsung tahu apa yang harus dia lakukan. Singkat cerita, Bi Rahma dan Tasya membopong Citra membawanya sampai ke kamar. Bi Rahma bahkan menyelimuti tubuh majikannya itu. "Kenapa Non Citra bisa pingsan?" tanya Bi Rahma pada Tasya yang terdiam. *** Bi Rahma duduk menunggu Citra. Cukup lama wanita itu pingsan sampai akhirnya dia siuman juga. Dan membuat Bi Rahma merasa lega. "Alhamdulillah, Non Citra sudah sadar." Citra hanya melirik Bi Rahma di sampingnya. "Apa yang Non rasakan sekarang? Perutnya masih sakit?" Citra hanya menggeleng. "Non Citra kenapa tadi bisa pingsan?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status