Share

122. Keajaiban Dunia Ke Delapan

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 20:46:09
"Kenapa? Lo mau kerja di sini? Seriusan? Emangnya lo mau jadi barista? Tukang bersih-bersih atau tukang cuci gelas?"

Lagi-lagi Tristan menertawainya habis-habisan. Sementara Citra hanya menahan senyum. Dia mengerti apa yang ada dipikiran Tristan hingga teman suaminya itu bereaksi demikian.

Kembali Tristan menatap Atala tak percaya. "Seorang Atala, sang pewaris kaya, lelaki paling gengsi yang pernah gue kenal mau kerja di kafe? Mimpi kali gue." Kembali Tristan tertawa.

"Eh, makanya lo ngeremehin gue sih. Kalau lo mikir gitu selama ini berarti lo belum kenal gue. Emang apa salahnya kalau gue kerja di kafe?" Atala tampak tak senang.

"Ya sebenarnya emang nggak ada salah. Cuman masalahnya gue udah kenal lo gimana, La. Bukan gue yang belum kenal lo, tapi lo yang berubah. Sumpah gue perhatiin lo banyak berubah. Ada apa, nih?"

Atala berdecak. "Lo ketawain gue terus, sih. Gue serius, nih. Ada pekerjaan nggak di sini? Kalau nggak ada mending gue balik. Gue ke sini bukan minta diketaw
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    123. Banting Setir

    Jadi sebenarnya merek kopi yang tersedia di Sunset Cafe yakni Kopi Muda-Mudi memang sudah banyak yang tahu meski namanya tak seterkenal merek kopi booming lain. Percaya diri dengan kopi yang diraciknya, orang tua Tristan mencoba mengambil keuntungan lebih dari sana, mereka memberanikan diri menjadikannya franchise. Meski belum cukup terkenal, kualitas rasa Kopi Muda-Mudi cukup tinggi, selain itu harganya menengah untuk takaran kopi yang mewah. Merek kopi tersebut belum cukup dikenal hanya karena dia masih sangat baru. Sampai sejauh ini baru ada belasan franchisee yang bekerja sama dengan Kopi Muda-Mudi yang tersebar di berbagai kota di luar Jakarta. Meski namanya Kopi Muda-Mudi, tapi rasanya cocok untuk semua kalangan, tak hanya kaum muda. Begitulah cerita dari Atala yang baru Citra ketahui. Rencana Citra dan Atala yang ingin bekerja sama dengan Tristan dengan menjadi franchisee Kopi Muda-Mudi membuat lelaki itu senang bukan main. Dan tentu saja Tristan menerimanya dengan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    124. Donat Kentang

    Dua hari berlalu setelah hari itu. Hari itu Atala mendapati Citra sedang sibuk di dapur. Istrinya itu tengah menghadap kitchen set, entah apa dibuatnya, ketika Atala memberanikan diri memeluk pinggang rampingnya dari belakang. Atala tersenyum ketika dia merasakan tubuh istrinya itu tersentak dan dia tak langsung melepas pelukannya. "Atala, apa-apaan, sih!" Citra berusaha melepas pelukan Atala dari pinggangnya dan Atala baru melepaskan. Gadis itu lantas berbalik. Menatap Atala tak suka. "Lancang tahu nggak?!" Atala tersenyum tipis. Istrinya itu pasti belum terbiasa. Lagi pula memang ini pertama kalinya Atala bersikap demikian. Ini pertama kalinya Atala bersikap mesra pada istrinya itu layaknya sepasang suami-istri yang telah lama saling mencintai. "Maaf. Kamu pasti nggak terbiasa, ya," ucap Atala kemudian. "Jangan mentang-mentang udah saling sayang, jadi seenaknya." Citra masih marah, wajahnya kecut. "Main peluk aja, nanti orang lain lihat, aku malu!" Lagi Atala hanya tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    125. Obat Penyemangat

    Membuat kue menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi Citra. Sejak saat itu dia lebih sering mengisi hari-harinya dengan membuat kue. Tak hanya membuat kue, tapi juga memasak. Sementara itu Atala juga mendapat kabar dari Tristan kalau dia sudah boleh bekerja di Sunset Cafe. Maka hari itu, sepulang dari kampus sore hari, Atala bersiap-siap mandi, berganti pakaian, dan makan. Karena nanti malam, tepatnya jam setengah tujuh dia harus berangkat lagi ke Sunset Cafe. "Makan yang banyak biar kuat dan semangat kerjanya," beritahu Citra sambil memasukkan nasi yang banyak ke dalam piring suaminya. Iya, baru saja Citra memasak menu makan siang buat Atala. Yakni oseng sayur dan cumi goreng. "Aku bakal lebih semangat kalau dapat cium tiap hari dari kamu," celetuk Atala memandangi wajah istrinya yang berubah kesal. "Makan, jangan ngelantur," ucap Citra saat meletakkan piring yang sudah berisi nasi dan lauk-pauk itu ke hadapan suaminya. Atala mendelik. "Setiap ngomong gitu pasti dibilang ngel

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    126. Bucin

    Selepas kepergian Atala, Citra masih mematung di teras. Hangatnya kecupan Atala masih terasa di dahinya. Citra sampai memegangi dahinya sambil membayangkan apa-apa yang telah terjadi belakangan ini. Citra sungguh tak menyangka, Atala, cowok nakal yang dulu dia benci, yang dulu senang mengganggunya sampai hidupnya tak tenang kini menjadi jodohnya, menjadi lelaki yang dia cintai. Dan dia tak menyangka sifat Atala bisa berubah seperti itu ketika mencintai seorang wanita. Kembali kejadian masa lalu di mana dia menolak dijodohkan oleh eyangnya teringat, seakan kejadian itu baru terjadi kemarin sore. "Jadi Eyang minta aku nikah sama dia?" "Selama ini kamu tinggal sama Eyang Putri dan Eyang Kakung saja. Orang tuamu udah ndak ada. Dua kakakmu juga sudah pada menikah. Tinggal kamu yang belum. Sedangkan sekarang kamu liat sendiri kondisi Eyang Kakung. Umurnya udah ndak lama lagi. Jadi kami mau kamu segera menikah, supaya ada yang menghidupimu, Nduk ...." "Tapi kan Eyang Putri dan Eyang K

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    127. Tidur Sambil Pelukan

    From suamiku: Hai, kamu lagi apa? Aku kangen sama kamu. Citra tersenyum geli membaca pesan dari suaminya itu. "Apaan, sih, baru beberapa jam pisah udah kangen aja. Lebay, deh," gumam Citra saat dia duduk-duduk santai di sofa. Pesan itu sebenarnya sudah dia balas dari tadi. Dan ada banyak percakapan mereka. Tapi dia kembali membaca pesan awal itu berulang-ulang saking herannya dia dengan sikap suaminya itu. Seingatnya dulu Dimas tidak begini padanya. Citra lalu melirik jam yang menunjukkan pukul sembilan. Dan membaca pesan terakhir dari suaminya. From suamiku: Aku pulangnya subuh, kamu tidur aja duluan, jangan tunggu aku. Bye, I love you. *** Atala terkejut. Ketika dia pulang ke rumah yang dibukakan oleh Bi Rahma, setelah Atala telepon suruh bangun, dia mendapati Citra malah tertidur di sofa. "Citra nggak tidur di kamar, Bi?" Atala menatap Bi Rahma heran. "Tadi udah Bibi suruh, kalau ngantuk masuk ke kamar saja. Terus Non Citra bilang iya. Jadi ya udah Bibi t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    128. Grand Opening Senja Cafe

    Sejak malam di mana Citra mendapati dirinya dipeluk Atala untuk pertama kali, terlewati. Hari-hari terus berlalu. Sepasang pengantin baru itu semakin harmonis saja. Citra tak dapat menghindar atas perlakuan manis Atala terhadapnya. Atala memperlakukannya dengan begitu manis. Dan itu membuat perasaan Citra membesar kian hari. Meski Citra belum mengizinkan Atala untuk menyentuhnya. Atala pun semangat menjalani hari-harinya, walau kadang terasa berat dan melelahkan. Karena setiap dia mengeluh karena lelah, ada Citra yang selalu menyemangatinya, memberinya wejangan, dan kata-kata mutiara yang memotivasi, tidak lupa Citra juga memberinya ciuman tiap kali Atala mengeluh, sesuatu yang paling Atala sukai dari semua yang telah Citra beri. Mereka menjalani rutinitas bersama. Proses membangun kafe bersama pun pelan-pelan terwujud. Kafe Citra dan Atala telah resmi berdiri. Sudah lengkap dengan alat dan bahan kopi, serta beberapa karyawan yang siap bekerja. Citra bahkan juga merekrut seseo

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    129. Andil Citra

    "Jujur Papa senang dan bangga sekali melihat perubahan dalam sikap Atala." Papa Johan memulai bicaranya saat dia duduk di kursi yang ada di ruang kerja Citra. Menatap Citra yang masih duduk di kursi kerjanya. Citra tersenyum. "Iya, Pa. Alhamdulillah Atala udah ada perkembangan sekarang." "Dan itu pasti karena jasamu. Papa tahu itu." Johan tersenyum. Citra terdiam. Dia merasa tidak melakukan apa pun. Tapi dia ingat ucapan papa dulu yang pernah mempercayainya kalau dia bisa mengubah perilaku Atala. "Tapi kamu harus percaya, Citra. Atala nggak seburuk yang kamu pikirkan. Atala jadi begitu gara-gara Papa. Papa nggak bisa jadi orang tua tunggal untuknya. Atala hanya butuh sosok perempuan yang lembut yang bisa mendidiknya. Dan dia sudah kehilangan sosok itu semenjak ibunya meninggal. Makanya Papa menikahkan dia dengan kamu. Papa berharap kamu bisa mengubahnya, mendidiknya layaknya ibu mendidik anaknya." "Tapi, Pa, aku juga nggak yakin aku bisa melakukannya." "Papa yakin kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    130. Hadiah Untuk Atala

    Malam harinya pasca grand opening itu. Di kamarnya, Citra merenung sambil duduk di pinggir kasur. Dia mengingat kejadian-kejadian hari ini. Dan bagaimana kejadian-kejadian di acara grand opening tadi. Bagaimana Atala memperlakukannya dengan baik dan istimewa di depan orang-orang. Atala juga sangat menghargainya. Terlebih papa mertuanya itu. Percakapannya dengan sang papa mertua pun kembali terngiang. "Jujur Papa senang dan bangga sekali melihat perubahan dalam sikap Atala. Dan itu pasti karena jasamu. Papa tahu itu." "Atala mau berubah pun karena kamu, Citra. Karena dia merasa sudah memiliki istri. Dan apa pun itu Papa percaya semua ada andil kamu di belakangnya, termasuk kesuksesan Atala kelak." "Kamu tahu ada kata-kata terdahulu yang mengatakan 'Di balik kesuksesan seorang pria, ada wanita yang hebat' kamu percaya? Kalau Papa sangat percaya." "Papa titip Atala sama kamu, ya, Citra. Terima kasih jika kamu mau menerima anak Papa yang masih punya banyak kekurangan. Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    172. Melupakan Kesedihan

    "Aku ... aku punya kabar duka, Eyang," ucap Citra pada eyang ditelepon setelah eyang bertanya ada apa."Kabar duka apa, Nduk?" Suara Eyang terdengar cemas. "Aku ... keguguran, Eyang." Air mata Citra sontak menetes bersamaan dengan dia mengucapkan kalimat itu. Masih sedih saja hatinya mengingat ketiadaan bayinya padahal kemarin bayinya masih ada dalam kandungannya. Dadanya juga terasa sesak. "Bayiku udah nggak ada.""Ya Allah Gusti ...." Suara Eyang terdengar sedih. Dan sepertinya eyang putri menangis di seberang sana. "Ini semua ...." Citra berhenti ketika hendak mengucapkan kata-kata 'ini semua salahku, aku nggak becus jaga kandungan, aku nggak bisa jadi ibu yang baik'.Dia berhenti mengucapkannya karena ingat pesan Atala yang mengatakan seharusnya dia tak boleh menyalahi diri. "Apa, Nduk?""Enggak, Eyang. Mungkin ini semua udah takdir Allah, ya, Eyang. Eyang jangan sedih, ya. Nanti aku pasti bisa hamil lagi, kok." Citra tersenyum. Sejatinya dia tengah menghibur dirinya sendiri."

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    171. Kesedihan Citra

    Dua hari berlalu. Citra masih memikirkan kandungannya yang keguguran. Meski Atala berkali-kali mengatakan sebaiknya dia tak perlu menyalahkan dirinya. Tetap saja, Citra merasa bersalah karena kenyataannya memang begitu. Karena dia sadar jauh dalam lubuk hatinya paling dalam, dia belum siap menjadi ibu, dan Atala tak tahu itu. Tak ada yang tahu isi hatinya selain dirinya dan Tuhan. Seketika kenangan dan kejadian lalu itu pun teringat lagi. Dia ingat bagaimana selama ini dia tak begitu menginginkan bayi itu. Percakapannya dengan Bi Rahma waktu pertama kali dia tahu dia hamil pun terngiang. "Aku nggak mau hamil, Bi ...." "Kenapa Non jadi sedih? Harusnya Non bahagia kan? Kan Non sudah menikah dengan Tuan Atala. Memang sudah seharusnya Non hamil." "Tapi, Bi .... Aku belum siap. Aku belum siap mengurus anak, aku takut ...." "Non jangan pesimis begitu .... Ingat, ya, apa pun yang Allah kehendaki itulah yang terbaik. Non ingat kan dulu Non sendiri juga ndak mau menikah dengan Tuan Atala.

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    170. Rasa Bersalah Citra

    Sejak dalam perjalanan hingga sampai ke rumah, Citra hanya berdiam diri. Bahkan dia tak menyahut ketika Bi Rahma menegurnya. Bi Rahma mengalihkan pandang pada Atala yang hanya dibalas gelengan kepala. Atala membiarkan Citra masuk ke kamar. Lantas dia bicara pada Bi Rahma."Ada apa, Tuan? Kenapa Non Citra begitu sedih? Kandungannya baik-baik saja, kan?" Meski sudah tahu apa yang mungkin terjadi, Bi Rahma masih berharap yang baik-baik.Atala terdiam lama sebelum akhirnya menjawab. "Citra keguguran, Bi." Dia berterus-terang. Wajahnya tertunduk lesu. Membayangkan bagaimana dia mengatakan berita buruk ini pada keluarga yang lain, terutama papa. "Ke-keguguran, Tuan?" Bi Rahma tampak tak percaya. Atala diam saja. Dan itu cukup menjelaskan."Ya Allah ...." Bi Rahma sampai menutup mulutnya. "Kasihan Non Citra." Art itu bisa langsung membayangkan bagaimana perasaan Citra saat ini. "Non Citra sekarang pasti sedih sekali. Pantas saja tadi banyak diam.""Iya, Bi. Bi aku ke kamar dulu, ya, temeni

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    169. Musibah

    Mendengar itu, Atala spontan menoleh. Wajah lelaki itu langsung berubah melihat istrinya kesakitan sambil memegangi perut."Citra!" Dia pun berlari mendatangi istrinya itu. "Perut kamu kenapa?" tanyanya saat memegangi tubuh istrinya. Rasa kesal tadi sontak menguap entah kemana bergantikan rasa khawatir luar biasa."Perut aku sakit banget." Citra merintih. "Kita ke rumah sakit sekarang, ya?"Atala langsung membopong istrinya turun ke bawah dengan tergesa. Sebelum pergi, dia meneriaki Bi Rahma untuk memberitahu kalau dia dan Citra akan pergi ke rumah sakit.Meski sempat khawatir melihat keadaan majikannya itu, Bi Rahma menurut. "Ya Allah semoga Non Citra ndak kenapa-kenapa. Semoga kandungannya baik-baik saja," doa sang art itu dengan tulus.***Atala mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang kebidanan. Di balik rasa khawatirnya terhadap kandungan istrinya, dia masih berharap dan berdoa kalau kandungan isrinya yang baru seumur jagung itu baik-baik saja. Begitu pintu ruang itu terbuka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    168. Salah Paham

    "Sayang, hari ini kita jalan-jalan, yuk!" ajak Citra kala dia mendapati suaminya sedang termenung di balkon lantai atas. Tapi suaminya itu hanya berdiam diri, tak bereaksi sedikit pun setelah mendengar suaranya. Seolah dia sudah bisa menebak hal itu.Citra sudah menduga semua ini. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi. Atala marah karena mengetahui Dimas masih meneleponnya. Begitu melihat siapa yang meneleponnya, Citra langsung bergegas ke atas menyusuli suaminya, berusaha untuk mencairkan suasana. Dia mencari suaminya itu ke sana kemari. Namun, ternyata suaminya di sini. Dan suaminya itu tak bergeming sedikitpun mendengar suaranya. Dia benar-benar marah.Tapi Citra tentu saja tak menyerah. Wanita itu menghela napas, berjalan mendekati suaminya. Mencoba memberanikan diri memeluk pinggang suaminya. Dan kali ini, Atala tak melepasnya, tapi tak juga membalas pelukannya. Citra pun melepas pelukannya. "Kamu marah, ya, sama aku? Kenapa?" Dia mulai bertanya.Citra tak ingin masalah ini be

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    167. Kekhawatiran yang Terjadi

    Hari-hari terus berlalu, kehidupan Citra dan Atala berjalan bahagia seperti biasanya. Meski kadang kala Atala merasa beban yang ditanggungnya terasa berat, dia tetap kuat. Karena dia bersama Citra. Kebahagiaan Citra adalah kebahagiaannya juga. Maka dia akan berusaha melakukan apa pun untuk kebahagiaan istrinya itu.Hari itu hari Minggu. Atala tentu saja tak ke kampus. Dan dia punya banyak waktu luang untuk istrinya. Sebenarnya Atala bisa mengajak Citra jalan-jalan. Namun, mengingat istrinya yang hamil dan harus lebih menjaga kandungan, mereka memilih diam di rumah saja. Lagipula bagi seorang Atala tak masalah dia diam di rumah, asal bersama sang istri tercinta.Citra sedang mandi di toilet yang ada di kamarnya saat Atala hanya rebahan di kasurnya.Pria itu nyaris jatuh tertidur ketika dia mendengar bunyi dering ponsel khas milik istrinya.Atala pun seketika terjaga. "Sayang, ponsel kamu bunyi tuh? Angkat, dong," racaunya setengah sadar. Hening, tak ada sahutan dari Citra. Dan ponsel

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    166. Bucinku

    Sejak hari itu, Citra jadi lebih kalem. Dia lebih serius mendengarkan apa kata suaminya. Dia makan dan minum vitamin secara teratur. Setelah makan dan minum dia rebahan, sesekali sambil main ponsel.Beberapa hari belakangan ini, Dimas tak ada menghubunginya lagi, entah itu sekadar chat atau telepon. Membuatnya sedikit lega. Kata dokter, selama masa kehamilan, sebisa mungkin Citra tak boleh banyak pikiran. Apalagi memikirkan hal yang tidak penting. Ya, Citra bisa untuk sedikit tenang dan tidak memikirkan apa pun dulu, kecuali ... masalah Dimas itu. Citra mungkin baru akan berhenti memikirkannya jika dia sudah bercerita pada suaminya. Tapi ... Citra belum berani cerita sekarang. Citra memijit pelipisnya yang tiba-tiba pusing. Peringatan Atala tempo hari yang terdengar begitu tegas kembali membayangi."Aku serius kali ini, Sayang. Aku mau mulai sekarang kamu lebih menjaga kandunganmu. Kamu harus lebih dengarkan aku. Kalau sekali aja aku dengar kabar buruk dari kamu dan itu karena ka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    165. Ketegasan Atala

    "Bi Rahma! Bi Rahma!" Atala mendengar suara Citra dari luar tepat saat lelaki itu berdiri di depan pintu kamarnya. Sebelum Bi Rahma datang memenuhi panggilan, Atala lebih dulu membuka pintu kamar tersebut. Dia mendapati istrinya duduk di atas kasur sambil berteriak. Dan istrinya itu langsung terdiam begitu melihat dirinya. "Ada apa teriak-teriak? Kamu butuh apa?" tanya Atala seraya berjalan mendekat. Citra menghela napas lega. "Kenapa, Sayang? Kamu mau makan?" tanya Atala lagi ketika jarak mereka sudah sangat dekat. "Atala." Citra malah memanggilnya dan memegangi tangannya. "Iya ada apa, Sayangku?" Atala mengecup tangan istrinya yang tampak memelas. "Kamu udah pulang?" "Udah barusan." Melihat suaminya ad di depan mata, Citra mengangguk lega. "Kenapa? Kamu manggil Bi Rahma ada apa?" tanya Atala lagi. "Enggak, aku cuman nyariin kamu tadi. Soalnya Bi Rahma bilang sebentar lagi kamu pulang, tapi kamu malah nggak pulang-pulang." Atala menyengir lebar mende

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    164. Kegelisahan Citra (2)

    "Bi Rahma! Bi Rahma!" Begitu tiba di rumah sahabatnya itu, Bi Rahma orang pertama yang Tasya panggil, karena dia tahu Atala sedang tak ada di rumah. Tanpa menunggu lama, Bi Rahma pun keluar dengan wajah paniknya. Beliau yang sudah mengenal Tasya pun bertanya ada apa? "Citra pingsan, Bi, Citra di dalam mobil," beritahu Tasya. "Aku nggak kuat angkatnya sendiri, Bi." Bi Rahma yang mengerti pun langsung tahu apa yang harus dia lakukan. Singkat cerita, Bi Rahma dan Tasya membopong Citra membawanya sampai ke kamar. Bi Rahma bahkan menyelimuti tubuh majikannya itu. "Kenapa Non Citra bisa pingsan?" tanya Bi Rahma pada Tasya yang terdiam. *** Bi Rahma duduk menunggu Citra. Cukup lama wanita itu pingsan sampai akhirnya dia siuman juga. Dan membuat Bi Rahma merasa lega. "Alhamdulillah, Non Citra sudah sadar." Citra hanya melirik Bi Rahma di sampingnya. "Apa yang Non rasakan sekarang? Perutnya masih sakit?" Citra hanya menggeleng. "Non Citra kenapa tadi bisa pingsan?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status