Usai berbicara dengan para Tetua Sekte, di dalam aula sekte Burung Api... Feng Huang dengan terpaksa menerima penobatan dirinya untuk menjadi Tetua baru dari Sekte Burung Api atas usul dari Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte lainnya. Setelah penobatannya, siang harinya Feng Huang pun menuju kediaman Yu. Ia pergi seorang diri. Namun Jinlong terus mengikutinya, mengawasinya dari kejauhan. Meski Jinlong telah setuju untuk mengikuti keinginan Shu Haocun agar mengijinkan Feng Huang untuk pergi sendiri ke kediaman Yu. Tapi ia tetap secara diam-diam mengikuti Feng Huang. Saat mendekati kediaman Yu, Feng Huang sempat berhenti sejenak tak jauh dari pintu gerbang kediaman Yu. Ia bisa merasakan ketegangan di udara saat ini ketika ia menatap gerbang kediaman Yu. Tapi ia tidak bisa mundur. Karena itu ia kembali melanjutkan langkahnya dengan kepala tegak. Kini ia telah tiba tepat di depan pintu masuk, ada dua orang pelayan pria yang berjaga di sana. Mata kedua pelayan itu menatapnya dengan tata
Setelah adu debat yang cukup sengit dengan Li Mei dan sedikit menyenangkan Ibu tiri Yu Jie itu, Feng Huang akhirnya berhasil tinggal di kediaman Yu atas seijin Li Mei. Tanpa tahu jika Li Mei melakukan hal itu agar Li Mei bisa kembali menyiksanya yang Li Mei anggap sebagai Yu Jie. Meski berhasil mendapatkan persetujuan dari Yu Zhuting untuk tinggal di kediaman Yu selama beberapa hari, baik Feng Huang mau pun Chun tidak diberi makan di dalam kediaman Yu. Semua pelayan yang berada di kediaman Yu juga menatap sinis dan tidak bersedia memberi makanan pada Chun ketika Chun pergi ke dapur kediaman demi mengambilkan makanan untuk Feng Huang. "Kalian..." Dengan tubuh bergetar menahan amarah, Chun menunjuk salah seorang pelayan yang telah berani mengusirnya dari dapur. "Sepertinya kalian lupa apa status kalian di sini!!" hardiknya."Lupa?" pelayan wanita yang ditunjuk Chun tersenyum sinis, "Kami tentu saja kami tidak lupa. Memang benar kami semua yang ada di sini hanyalah pelayan dari kediama
Merasa malu atas penjelasan dari pelayan wanita itu, Li Mei memerintahkan pada dua orang pelayan pria yang mengikutinya untuk menyeret pelayan tersebut guna diberi hukuman yang setimpal karena telah mempermalukan dirinya di hadapan putri tirinya. Bahkan dengan wajah merah padam ia pergi meninggalkan kamar Yu Jie. Feng Huang yang menyaksikan kemarahan Li Mei itu melepas kepergian Li Mei sembari tersenyum sinis. Beberapa saat kemudian, tatkala Chun kembali dari pusat kota dengan membawa sebungkus bakpao hangat, Feng Huang langsung bertanya pada Chun perihal tentang kebakaran yang terjadi di dapur kediaman Yu. "Apakah kamu ada hubungannya dengan kebakaran yang terjadi di dapur kediaman Yu?" Feng Huang menatap Chun dengan tatapan menyelidik. Sebenarnya ia tidak terlalu yakin kalau kebakaran di dapur kediaman Yu karena ulah Chun, ia bahkan sempat berpikir seseorang telah melakukannya demi membalas kejahatan Li Mei. Namun saat ini hanya ia dan Chun yang paling pantas untuk dicurigai.
Keesokan paginya, kediaman Yu dihebohkan dengan sakitnya Li Mei. Dari Tabib hingga Biksu dipanggil untuk menyembuhkan Li Mei yang diduga telah diganggu oleh hantu Nyonya Besar Yu. Seorang Biksu yang diutus oleh Biksu Changyi bahkan tidak bisa menyembuhkan Li Mei.Dari taman kecil kediaman Yu, tempat di mana Li Qui dulu sering menghabiskan waktunya bersama Li Qi hanya untuk menunggu Yu Jie meninggalkan kamarnya. Kini menjadi tempat bagi Feng Huang dan Chun untuk bersantai ria sambil memperhatikan para Tabib dan Biksu yang datang silih berganti."Nona, sepertinya apa yang Nona lakukan semalam untuk menakuti Nyonya Li Mei sedikit keterlaluan, Nona. Lihatlah! Betapa takutnya Nyonya Li Mei sekarang, sampai-sampai hari ini dia jatuh sakit dan mengundang banyak Biksu." Chun berbicara pada Feng Huang seraya terkikik geli.Feng Huang sama sekali tidak peduli atas ucapan Chun itu, dan justru asik menikmati bakpao yang ada di tangannya. Bakpao dingin sisa dari bakpao yang Chun beli kemarin sore.
Setengah dupa setelah ia berhasil membuat Kaisar Gao terdiam membisu, Feng Huang mengajak Kaisar Gao untuk mencari tempat yang lebih aman untuk berbicara empat mata tanpa harus disaksikan oleh Li Qui, Li Qi, dan Yu Zhuting yang terus menatapnya dari depan kamar Li Mei. Kaisar Gao sama sekali tidak berbicara selama ia melangkahkan kakinya untuk mengikuti Feng Huang. Semua yang ingin ia bicarakan pada wanita cantik itu menguap ke udara seiring pernyataan Feng Huang yang mengaku padanya bahwa pria yang selalu mengikutinya adalah suaminya. Tak lama berselang, Feng Huang dan Kaisar Gao pun tiba di lahan kecil yang terdapat di sudut barat kediaman Yu. Daripada disebut taman, tempat tersebut lebih mirip sebagai tempat untuk menyimpan stok kayu bakar dan tempat untuk menjemur pakaian. Ada sebuah sumur yang terdapat tak jauh dari dinding bangunan sebelah kediaman Yu. Sumur itu menggunakan timba kayu dan katrol untuk mengangkat air ke atas. Di sanalah Feng Huang menyandarkan bokongnya lalu me
"Bagaimana?"Chun terkejut ketika tiba-tiba Jinlong muncul di belakangnya di saat ia sedang memeriksa kamar Yu Jie."Nona tidak berada di sini, Tuan Muda. Bagaimana ini?" ia menoleh pada Jinlong dan menatap Jinlong dengan wajah cemas. "Apakah jangan-jangan Yang Mulia telah menculik Nona?""Tapi sepertinya itu terlalu berani, bukan? Bagaimana dia akan menyembunyikan Nonamu di tengah-tengah keramaian seperti ini? Kecuali...""Kecuali ada orang yang telah membantunya?""Orang itu!!" Jinlong dan Chun saling bertukar pandang. Bersamaan dengan memikirkan bahwa istrinya telah diculik oleh Kaisar Gao dalam kondisi kultivasi yang tertutup, rahang Jinlong sontak mengeras."Berani sekali dia kalau benar dia yang telah melakukannya," dengusnya geram.Kemarin, setelah meledakkan dapur kediaman Yu, ia pulang ke sekte Burung Api. Namun pagi ini, ketika ia tidak bisa merasakan energi Feng Huang setelah berbicara dengan Shu Haocun, Jinlong menjadi cemas dengan keadaan istrinya itu. Meskipun ia tahu
Sore hari, awan mendung berarak tebal di atas Istana Taiyang. Rintik hujan perlahan mulai membasahi atap. Di dalam sebuah kamar yang remang-remang karena hanya di terangi oleh sebatang cahaya lilin, Feng Huang yang berada di atas dipan perlahan-lahan membuka matanya. Belakang lehernya terasa menebal akibat pukulan yang telah ia terima sebelumnya."Di mana ini?" tidak mengenali di mana ia berada, Feng Huang mengerjapkan matanya berkali-kali. Mencoba menyesuaikan matanya dengan cahaya yang sangat minim di dalam kamar tempat ia berada. "Ahh!!" ia mengerang kala berusaha mengangkat tubuhnya yang terasa lemas, ada bau-bauan yang sangat tidak asing di dalam kamar. Bau itu berasal dari tanaman yang biasanya dipergunakan untuk menimbulkan efek halusinasi bagi orang yang mencium baunya. "Sial, di mana ini? Siapa yang membakar dupa dengan tanaman terlarang?!" umpatnya dalam hati.Feng Huang mencoba mengangkat tangannya untuk menutup mulut dan hidungnya, namun ia terlalu lemas untuk melakukan ha
Hujan mengguyur deras Benua Zhejiang, disusul oleh kilat dan petir yang sesekali terdengar. Di dalam aula Sekte Burung Api, saat ini baik Jinlong, Shu Haocun, maupun Biksu Changyi seolah larut dalam keheningan."Dewaku, tidak bisakah Yang Mulia memerintahkan Dewa Tanah untuk menyelidiki hal ini? Bukankah seharusnya Dewa Tanah lebih mengetahui semua yang terjadi di Alam Manusia?" usul Shu Haocun sesaat setelah ia berpaling ke arah Jinlong yang sedang mengerutkan keningnya. Saat ini sebenarnya Shu Haocun sedikit takut melihat ekspresi wajah Jinlong yang terlihat semakin dingin dan muram. Ditambah lagi kedua rahang indah milik Raja Naga itu yang seharusnya memperindah wajahnya kini semakin tampak tegas."Aku sudah bertanya padanya sebelum kembali ke Sekte Burung Api!" sahut Jinlong. Ia termangu selama beberapa saat, terus berpikir tentang di mana keberadaan istri kecilnya. Jika ini hanya masalah perang, ia mampu mengetahui semua taktik lawannya. Tapi penculikan Feng Huang... Ini baru pe
Setelah Raja Iblis dikirim kembali ke Sungai Akhirat-- Feng Huang pun menjentikkan jarinya untuk mengembalikan Kaisar Gao yang sedang terluka ke kapal yang ditumpangi oleh Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte. Ia dan Jinlong tidak menghampiri para Kultivator di kapal itu, melainkan hanya melambaikan tangan saja dari atap Istana Jinlong. Di saat yang sama, Hong Hu juga berpamitan pada Feng Huang dan Jinlong untuk kembali ke rakyatnya yang masih berada di hutan perbatasan. Sepeninggal Hong Hu, Feng Huang dan Jinlong memutuskan untuk kembali ke Alam Langit demi menemui para Dewa dan Dewi yang selama lebih dari 500 tahun telah dibiarkan hidup tanpa Pemimpin mereka. ***Keesokan harinya, keadaan di Benua Zhejiang kembali seperti sedia kala. Di Istana Taiyang, dua Tabib Istana sibuk bolak-balik ke ruangan kerja Kaisar Gao untuk mengobati Kaisar mereka itu. "Bagaimana keadaan Yang Mulia?" tanya Gong Fai pada seorang Tabib yang baru keluar dari kamar pribadi Kaisar Gao.Tabib itu mengernyit
Tanpa Feng Huang duga, Jinlong yang sejak tadi telah mencoba untuk tidak tertawa keras-- Kini justru terbahak di sampingnya. Melihat tingkah Suaminya itu, ia pun menghela nafas gusar. "Huftt!" ia mengerucutkan bibirnya lalu melemparkan pandangannya pada Raja Iblis yang saat ini telah berdiri tegak di atas rerumputan sambil menatap ke arahnya.Sejak Feng Huang menampakkan wujudnya, semua yang berada di balik kabut tebal sudah mengetahui di mana ia berada, termasuk Raja Iblis."Sekarang kamu sudah muncul? Bagus, jadi terimalah pembalasanku!!" teriak Raja Iblis yang langsung menyerang Feng Huang dengan senjata andalannya, yaitu pemusnah raga Dewa.Feng Huang menghindari serangan tersebut hanya dengan memiringkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada Jinlong, membuat serangan Raja Iblis itu tidak berhasil menyentuhnya dan justru melewatinya begitu saja."Apakah dia pikir ini adalah pertempuran 515 tahun yang lalu?" dengusnya.Jinlong hanya tersenyum smirk mendengar ocehan Istrinya i
"Bukankah itu maksud kedatanganku ke sini?" "Jika kamu bertemu dengannya, apakah kamu akan melakukan pertarungan dengan jujur kali ini?!" tukas Jinlong sambil menatap Raja Iblis dengan sebelah alis terangkat naik. "Selain itu, aku juga masih ingat bahwa di pertempuran kita yang terakhir kali di Alam Langit-- Saat itu kamu telah melukai Permaisuriku secara diam-diam." Lanjutnya lagi, di saat yang sama salah satu sudut bibirnya terangkat naik membentuk senyum sinis. Senyum Raja Naga itu yang seolah merendahkan kemampuannya, tentu saja membuat Raja Iblis menjadi geram. Ia bahkan berjanji di dalam hatinya akan membuat Raja Naga menyesali apa yang telah dilakukannya dengan cara membunuh Feng Huang di hadapan Raja Naga."Mengapa tidak perintahkan saja Istrimu untuk menampakkan wujudnya?!" cetus Raja Iblis lantang dengan kedua tangan yang terkepal dan rahang yang mengeras.Sesaat kemudian, suara pekikan pheonik memenuhi semua area di balik kabut tebal. Bersamaan dengan itu, seekor pheonik
Di dalam Istana Jinlong, saat ini Jenderal Shui sedang menahan lengan Jenderal Xiao yang sedang terbakar amarah agar tidak mengejar Raja Iblis. Dan sekeras apapun Jenderal Xiao memberontak, ia hanya terus menatap Sahabatnya itu. "Lepaskan, Jenderal Shui!!" teriak Jenderal Xiao garang sambil menyentakkan lengannya yang sedang dipegang oleh Jenderal Shui. Namun Jenderal Shui semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Jenderal Xiao hingga ia mendapatkan pelototan dari Jenderal Xiao. Beberapa saat yang lalu, sebelum mengejar Jenderal Xiao ke dalam Istana-- Jenderal Shui dan Hong Hu bekerja sama terlebih dahulu untuk menjatuhkan ketiga bawahan Raja Iblis. Sebab saat itu, Raja Naga sedang menghukum Jenderal Tiong dengan mengurung sebagian tubuh sebelah bawah Jenderalnya itu di dalam bongkahan batu es. Bahkan kedua kepalan tangan Jenderal Tiong ikut dibuat membeku.Setelah membuat ketiga bawahan Raja Iblis tak lagi berkutik, ia lalu menitipkan mereka pada Hong Hu untuk mengejar Jenderal
"Rajaku, hanya 3 Iblis yang masih bertahan sejauh ini. Dan dengan sisa kekuatan ini hamba pikir kita tidak akan bisa menghadapi Raja Naga juga kedua Jenderalnya. Jadi... Bagaimana jika kita..."Raja Iblis tidak menanggapi ucapan dari salah seorang bawahannya itu, ia justru melirik ke arah Istana Jinlong. Kebetulan kini ia telah berada sangat dekat dengan Istana tersebut, jika ia bisa secepat mungkin berkelebat ke dalam Istana untuk menemukan Feng Huang lalu membunuhnya-- Maka pengorbanan beberapa bawahannya kali ini tidak akan sia-sia.Hanya masalahnya, di bagian mana Istana wanita itu berada sekarang?Ketika pertanyaan ini berkelebat di dalam benaknya, Raja Iblis pun mendengus gusar.'Apakah aku benar-benar tidak bisa menemukan wanita itu?' ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah pembatas api dan air. Ada beberapa retakan tampak di bagian atas pembatas, melihat hal itu ia tersenyum licik.Namun, tanpa Raja Iblis duga-- Dari Langit tiba-tiba dua buah cincin emas melesat cepat ke arahn
Pertarungan di pulau terjadi dengan sengit, serangan demi serangan bahkan beberapa kali mengenai dinding pembatas api dan air. Saat itu terjadi, semua Kultivator yang berada di luar pembatas menahan nafas menyaksikan pertempuran antar Raja Naga dan Raja Iblis. Dan, di tengah-tengah kecemasannya akan nasib Benua Zhejiang, Kaisar Gao pun berpikir. Ia tidak bisa hanya diam saja mempertahankan pembatas sedangkan nasib semua penduduk di Benua Zhejiang dan sekitarnya sedang berada di ujung tanduk. "Te-Tetua Shu!" panggilnya pada Shu Haocun. Shu Haocun sontak berpaling setelah ia mendengar panggilan itu, netra tuanya nanar menatap Kaisar Gao. Mencoba mencari tahu apa yang ingin Kaisar Gao bicarakan padanya. "Ada apa, Yang Mulia?" tanyanya dengan kening berkernyit. "Bisakah Tetua Shu menjelaskan padaku, di mana aku bisa menemukan Permaisuri Raja Naga?" tanya Kaisar Gao. Shu Haocun berpikir sejenak, kemudian ia berpaling ke arah Biksu Changyi. Setelah saling bertukar isyarat... Shu Haocun
Netra Raja Iblis yang tajam berkeliaran, meneliti satu persatu ruangan Istana Raja Naga. Apa yang dilakukan oleh Raja Iblis itu tidak luput dari pandangan Jinlong, ia bahkan tersenyum tipis kala menyadari apa yang sedang dicari oleh Raja Iblis. Hingga suara erangan tertahan menyentakkannya dari mengamati Raja Iblis. Caping telinganya bergerak pelan mencoba mencari asal suara, sementara netranya berputar mengamati sekitar pulau. Hingga netranya jatuh pada sesosok tubuh yang berada di atas pundak Raja Iblis. Tubuh itu bergerak, dari sanalah erangan yang baru ia dengar berasal. Bukan hanya Jinlong yang tersentak mendengar erangan tadi, Raja Iblis yang tengah fokus mencari Feng Huang juga sama terkejutnya di saat ia menyadari kalau Hong Hu mulai tersadar di pundaknya. Tidak ingin Hong Hu kembali berontak padanya, Raja Iblis pun mengangkat tangannya untuk menyentuh kepala Hong Hu. Namun, tanpa ia duga, tiba-tiba... Wussh!! Hembusan sedingin badai salju memukul pergelangan tangannya. M
"Jenderal Shui, pembatas air!" titah Jinlong. Dengan cambuk air di tangannya, Jenderal Shui berkelebat melewati Raja Iblis dan ke tujuh bawahannya. Ia mengambang 30 kaki dari permukaan Laut Xishi lalu memecutkan cambuknya ke atas permukaan air laut. Permukaan air bergemuruh, air bergolak mengelilingi pulau di balik kabut. Naik ke atas membentuk pembatas air setinggi 100 kaki. "Sekarang, Jenderal Xiao!" teriak JinlongDua tombak Jenderal Xiao beradu, percikan api besar pun meluncur ke angkasa dan membentuk sebuah kubah api raksasa. Dua perpaduan elemen yang saling bertolak belakang dalam membentuk pembatas ini, membuat kagum para Kultivator yang baru saja menembus kabut tebal dengan belasan perahu. "Hentikan perahu!!" teriakan Shu Haocun menggema. Para juru kemudi segera menarik energi kultivasi mereka yang mereka pergunakan untuk menggerakkan perahu agar perahu segera berhenti. Di saat perahu-perahu itu telah berhenti sempurna tak jauh dari pembatas, Shu Haocun segera mendekati
Di pulau di balik kabut, di Istana Jinlong. Prajurit-prajurit Alam Langit yang ditugaskan untuk menjaga Istana, kini sedang mengumpulkan para pelayan yang dulunya merupakan korban persembahan untuk Dewa Naga di dalam sebuah ruangan. Setelah semua pelayan berkumpul di ruangan tersebut, sekeliling ruangan itu langsung disegel dan diberi penghalang oleh Jenderal Xiao. Agar jika Raja Iblis benar-benar menyerang Istana ini nantinya, maka para pelayan itu akan tetap aman. Usai dengan tugasnya, Jenderal Xiao pun pergi menemui Kaisarnya yang menunggu kedatangan Raja Iblis di depan Istananya bersama dengan Jenderal Shui. "Bagaimana dengan tugasmu, Jenderal Xiao?" lontar Jinlong ketika ia menyadari kehadiran bawahannya itu. Jenderal Xiao mengangguk, "Semua sesuai dengan perintah Yang Mulia," sahutnya, sembari mengambil tempat di sisi kanan Jinlong. Seperti halnya Jenderal Shui dan Jinlong, ia ikut melemparkan pandangannya ke arah perairan, di mana saat ini dari kejauhan... Kedatangan Raja Ibl