Hujan mengguyur deras Benua Zhejiang, disusul oleh kilat dan petir yang sesekali terdengar. Di dalam aula Sekte Burung Api, saat ini baik Jinlong, Shu Haocun, maupun Biksu Changyi seolah larut dalam keheningan."Dewaku, tidak bisakah Yang Mulia memerintahkan Dewa Tanah untuk menyelidiki hal ini? Bukankah seharusnya Dewa Tanah lebih mengetahui semua yang terjadi di Alam Manusia?" usul Shu Haocun sesaat setelah ia berpaling ke arah Jinlong yang sedang mengerutkan keningnya. Saat ini sebenarnya Shu Haocun sedikit takut melihat ekspresi wajah Jinlong yang terlihat semakin dingin dan muram. Ditambah lagi kedua rahang indah milik Raja Naga itu yang seharusnya memperindah wajahnya kini semakin tampak tegas."Aku sudah bertanya padanya sebelum kembali ke Sekte Burung Api!" sahut Jinlong. Ia termangu selama beberapa saat, terus berpikir tentang di mana keberadaan istri kecilnya. Jika ini hanya masalah perang, ia mampu mengetahui semua taktik lawannya. Tapi penculikan Feng Huang... Ini baru pe
Larut malam, di pusat kota Benua Zhejiang, seorang pria berjubah hitam berjalan-jalan di antara rintik-rintik gerimis yang masih tersisa. Netranya yang berwarna hitam kelam menyapu setiap sudut pusat kota, mencoba mencari energi yang ia kenal. "Katanya wanita itu sudah terlahir kembali dan sedang menjalani 7 cobaan Dewa di Alam Manusia, tetapi sejak aku tiba di sini... Mengapa aku tidak bisa melacak energinya sama sekali?" pria itu mendengus gusar dan terus mengedarkan pandangannya ke setiap bangunan yang ada di pusat kota. Dengan melakukan itu ia berharap bisa melihat cahaya yang tidak biasa."Di mana dia?" sekali lagi dengusan terlepas dari bibirnya, namun langkahnya sama sekali tidak surut. Yah, dia harus segera menemukan Feng Huang. Wanita yang telah membuatnya menerima banyak siksaan di sungai akhirat."Apakah dia bukan terlahir sebagai gadis biasa melainkan seorang Kultivator?" dugaan ini membuat pria itu mengerutkan keningnya selama beberapa saat, dan setelahnya ia tersenyum m
Menjelang subuh Sekte Seribu Bayangan ricuh kala ditemukannya 4 murid Sekte yang mati secara tidak wajar di halaman Sekte. Pada malam hari keempat murid ini bertugas memeriksa seluruh area Sekte seperti yang biasa para murid Sekte Seribu Bayangan lakukan di setiap malamnya. Bukan hanya Sekte Seribu Bayangan, semua Sekte yang berada di Benua Zhejiang juga melakukan hal yang sama. Baik Sekte besar maupun Sekte kecil, untuk menjaga keamanan Sekte-sekte tersebut dari penyusup. "Guru Tian!! Guru!!" Beberapa murid Sekte Seribu Bayangan menggedor kamar Tian Kong setelah banyak murid melihat kondisi mayat dari keempat saudara seperguruannya. Tian Kong yang semula tertidur nyenyak terbangun karena keributan yang ditimbulkan oleh para muridnya itu. "Guru, gawat!!"Dugg!! Dugg!! Dugg!! Tian Kong mendengus, dengan wajah gusar ia beranjak dari atas dipan miliknya untuk membukakan pintu untuk para muridnya yang masih terus mengetuk tanpa henti. "Sebentar!"Kriett!! "Guru, gawat! Semua murid
Tak lama setelah terjadi keributan di Sekte Seribu Bayangan, pagi harinya Sekte Telapak Angin juga mengalami hal yang sama. Para murid Sekte yang seharusnya berjaga semalam ditemukan telah tewas di atas tumpukan potongan kayu bakar yang terdapat di belakang Sekte. Wang Dunrui yang gusar melihat nasib para muridnya itu pergi menemui Sahabatnya Tian Kong untuk meminta saran. Namun alangkah terkejutnya Wang Dunrui ketika ia tiba di halaman Sekte Seribu Bayangan, di sana ia menemukan Tian Kong sedang memerintahkan beberapa murid untuk menggotong empat mayat murid Sekte Seribu Bayangan yang kondisinya hampir sama dengan para muridnya yang telah menjadi korban. "Tetua Tian, apa yang terjadi?" Wang Dunrui tergesa-gesa menghampiri Tian Kong. Sementara Tian Kong, ia langsung menoleh ke arah Sahabatnya ketika mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan Wang Dunrui padanya. "Aku tidak tahu siapa yang telah melakukan hal ini pada keempat muridku, tapi... Kondisi mereka benar-benar... Haizz
Sekte Burung Api pagi hari, Shu Haocun pergi menghampiri Jinlong ketika ia melihat Jinlong sedang duduk di atas sebuah batu besar yang terdapat di halaman Sekte. Raut wajah Kaisar Naga emas itu tampak terus berubah seiring suasana hatinya. Terkadang keningnya akan berkerut, di detik berikutnya wajahnya tampak muram, hitam bak wajah Jenderal Neraka yang siap untuk memberi hukuman bagi para pendosa. "Salam Dewa-ku," sapa Shu Haocun sembari menundukkan kepalanya setibanya ia di hadapan Jinlong. Menyadari kehadiran Shu Haocun, Jinlong mendengus sebal. Pagi ini sebenarnya ia sama sekali tidak ingin bertegur sapa dengan siapapun. Apalagi sejak kemarin semua pikirannya telah terkuras habis hanya untuk memikirkan di mana keberadaan Feng Huang sekarang. Karena hingga detik ini ia masih belum bisa menangkap sinyal kultivasi milik istri kesayangannya itu. Tapi, ada satu hawa gelap yang tertangkap indera tersembunyinya semalam. Dan ketika ia pergi untuk melihat hawa gelap tersebut, hawa itu men
"Kamu akan kembali ke Istana hari ini?" Li Mei yang tengah duduk bersandar di atas dipan bertanya pada Li Qui di saat Li Qui berpamitan padanya. Padahal putrinya ini baru saja kembali ke kediaman Yu kemarin, dan kesehatannya sendiri bahkan masih belum pulih. "Bukankah Yang Mulia telah mengijinkanmu untuk merawat Ibu hingga Ibu sembuh?" tanyanya lagi sambil menatap Li Qui. "Itu benar, Ibu. Tapi... Bukankah Ibu baik-baik saja sekarang?" sungut Li Qui, ia benar-benar tidak mengerti apa yang diinginkan Ibunya darinya. Beberapa hari yang lalu Ibunya membunuh Neneknya, saat itu Ibunya juga memintanya untuk tinggal di kediaman Yu. Belum lewat satu minggu Ibunya kembali membuat ulah. "Jika Ibu selalu memintaku untuk pulang, kapan aku bisa membuat Yang Mulia agar melirikku?" Li Qui melirik Ibunya, berharap Ibunya mau mengerti bahwa ia bukan lagi seorang gadis kecil yang harus selalu berada di bawah asuhan Ibunya. "Jadi ini demi Yang Mulia? Kamu tidak bersedia merawat Ibumu hanya karena kamu
"Apa?! Raja Iblis telah melarikan diri dari Sungai Akhirat?!" Fu Yuxuan, Tian Kong, dan Wang Dunrui yang mendengar berita ini mendadak gemetar. Meskipun 515 tahun yang lalu mereka bertiga tidak mengalami sendiri masa-masa di mana Raja Iblis menyerang Istana Langit, namun kerusakan yang terjadi pada masa itu telah diceritakan secara turun-temurun selama 5 generasi. "Permaisuri Langit saja sampai mati di tangannya, dan jika Raja Iblis datang ke Benua Zhejiang... Bagaimana kita semua bisa menahannya?!" geram Wang Dunrui. Dulu, kala terjadi pertempuran antara Raja Iblis, Kakek Gurunya yang mengalami masa-masa terkelam itu saja tidak mampu menahan ledakan kekuatan dahsyat dari Raja Iblis dan para Dewa. Jadi jika hal itu akan terulang kembali di masa sekarang, ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana nasib semua Kultivator yang ada di Benua Zhejiang. "Yang Mulia telah menurunkan perintahnya dan meminta kepada semua Tetua untuk bekerja sama." Cetus Shu Haocun. Setelah melihat rea
"Jadi, Raja Iblis benar-benar telah datang ke Benua Zhejiang?" Kecemasan memenuhi wajah kelima Tetua Sekte tanpa terkecuali. Jinlong yang melihat hal itu segera meminta Dewa Tanah untuk pergi, ia lalu memanggil Jenderal Langit yang langsung hadir setelah mendengar isyarat darinya. Tepat setelah Dewa Tanah pergi. "Yang Mulia." Jenderal Xiao membungkuk di hadapan Jinlong tanpa mengacuhkan tatapan kelima Tetua Sekte yang telah melihat wujudnya. "Jenderal penjaga gerbang selatan?" Wang Dunrui, Fu Yuxuan, dan Tian Kong yang belum pernah melihat wujud Jenderal Xiao menatap takjub pada Jenderal Alam Langit itu yang bertubuh tinggi tegap."Bukankah Jenderal Xiao pemilik elemen api?" bisik Fu Yuxuan pada Tian Kong yang ditanggapi oleh Tian Kong dengan menganggukkan kepalanya."Ada apa, Tetua Shu? Apakah kamu ingin merasakan api milik Jenderal Xiao?" ledek Wang Dunrui.Jenderal Xiao mendengus. Namun ia lagi-lagi mengacuhkan ketiga Tetua Sekte yang sedang membicarakan tentang dirinya dan just