Setelah panggilan teleponnya diputuskan secara sepihak, Arka menggeram kesal.“Dasar Rayyan sialan, berani-beraninya kamu memutuskan sambungan telepon ku sebelum aku selesai berbicara!” Tuturnya sambil hidungnya terlihat kembang kempis menahan amarah.Tapi setelah Arka berkata seperti itu, bibirnya nampak tersenyum. Dalam hatinya ia berkata ‘Ehm, ternyata cinta itu memang benar-benar gila, terserah bagaimana kamu akan Rayyan, tetapi semua ini aku lakukan hanya untuk menguji ketulusan dirimu saja, aku berdoa semoga kalian berdua selalu bahagia selamanya.’Rayyan naik ke atas dengan membawa roti kukus yang sudah di masak oleh pelayan. Dia mengetuk pintu kamar Evelyn.“Masuk!”Terdengar suara lembut Evelyn dari dalam kamar menyapa seseorang yang mengetuk pintunya.Rayyan membuka pintu dan melihat Evelyn sedang berdiri di depan jendela, matanya menatap keluar dengan raut wajah sedih.“Kamu kenapa? Apa yang saat ini kamu rasakan, apa ada yang terasa sakit?”Evelyn menoleh dan menatapnya.
Rayyan menuntun tangannya lembut untuk duduk di sofa, bibir tipisnya terbuka. “Kamu bisa menonton film apapun yang kamu inginkan. Film disini selaras dengan di bioskop. Meskipun kita tidak pergi keluar untuk makan dan menonton film, di sini pun rasanya sama saja seperti kita pergi berkencan.”Evelyn tercengang, saat dia melihat layar besar yang terpasang di dinding. Dia terdiam beberapa saat lamanya menikmati rasa kagum di dalam hatinya atas semua kejutan yang diberikan Rayyan untuknya, setelah itu kemudian ia berkata, “Bolehkah aku memelukmu sebentar saja?”Rayyan sedikit terkejut saat mendengar permintaan Evelyn, tetapi kemudian ia mengangguk hatinya sangat bahagia, jujur saja Rayyan masih tidak percaya jika Evelyn bertanya untuk memeluk dirinya.Sama halnya dengan Evelyn, dirinya juga tidak menyangka jika Rayyan akan sejuta dengan permintaannya itu.Evelyn membuka matanya lebar-lebar binar-binar kebahagian terpancar jelas padanya, karena merasa bahagia ia sampai bertingkah lucu, se
Setelah mengatakan ucapan singkat itu pada Evelyn, dalam hatinya Rayyan berkata.‘Aku juga menyukaimu, aku sangat menyukaimu dan aku sangat bahagia bersamamu.’Evelyn tidur dengan cepat di pelukan Rayyan, sepertinya suara keras dari film yang sedang diputar di mini bioskop itu, sama sekali tidak membuat Evelyn merasa terganggu untuk segera mungkin menjelajahi alam mimpi indahnya, bahkan seolah-olah saja suara keras yang menggema itu, terasa seperti alunan melodi indah yang sedang meninabobokan dirinya.Setelah mendengar suara dengkuran halus keluar dari mulut Evelyn, Rayyan yakin jika saat ini gadis kecil kesayangannya itu sudah betul-betul terlelap, dengan penuh kehati-hatian Rayyan menggendong tubuh cantik itu untuk memindahkannya ke kamar.****Kicauan burung bernyanyi riang di pagi ini, sepertinya mereka juga bergembira menyambut kedatangan sang Surya yang cerah di pagi ini.Keadaan Evelyn juga sudah kembali normal seperti sedia kala, Rayyan mengizinkannya untuk pergi ke sekolah d
Kepala pelayan langsung tersenyum saat mendengar penuturan Evelyn, ia mulai berpikir jika istrinya yang mau masak spesial, Tuan pasti akan sangat senang. Kepala pelayan pun akhirnya mengangguk dan pergi.Evelyn langsung ke kamarnya dan menelepon Mia untuk meminta pertolongan. Setelah sejenak mendengar serius saran dari Mia, Evelyn membuka lemari lalu menarik laci paling bawah. Dia mengambil kotak itu dengan ragu-ragu dan membukanya.Saat ulang tahunnya, Rayyan menyuruh orang untuk menyiapkan studio untuk dirinya sebagai hadiah. Sekarang saat ulang tahun Rayyan, dia juga harus memberinya hadiah. Meskipun dia ragu apakah Rayyan akan menyukai hadiahnya ini. Tetapi Evelyn akhirnya mengambil keputusan. Dia segera mulai berganti pakaian dan turun untuk menata kue tart dan hidangan.Di tengah malam yang sunyi, langit malam gelap, menggantung bulan yang redup. Lampu jalan yang menyala redup memungkinkan orang untuk pulang meskipun tidak peduli itu sudah sangat malam.Bentley hitam berhenti di
Rayyan mendesah, dia langsung menoleh pada Arka yang bersungut-sungut.“Mengapa kamu menatapku seperti itu? Bukankah wajar saja jika seorang istri ingin memberikan suaminya hadiah sederhana, jangan menakuti nya dengan berbicara seperti tadi. Aku akan marah padamu!”Arka mencibir, “Kalau kami tidak datang, apakah hadiahnya hanya akan sesederhana itu?”“Mau sederhana atau tidak, memangnya kenapa? Apa ada yang salah? Kamu harus ingat, ini rumahku, kamu datang tanpa ku undang. Dan Evelyn adalah istriku.”Arka kesal setengah mati, “Kamu,”Rayyan malas untuk berdebat, matanya tertuju pada Ethan dan mengalihkan topik pembicaraan,“Kenapa kamu sudah pulang?”Beberapa hari kemarin Ethan pergi ke luar negeri dan dia sudah pulang dengan begitu cepat.“Memangnya kenapa kalau aku pulang lebih cepat? Aku merayakan valentine dengan pacarku, jadi aku pulang lebih cepat.”Rayyan menarik sudut bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak berkomentar tentang hubungan temannya itu dengan pacarnya. Ra
Bukan tanpa alasan Rayyan memilih tempat di luar, pastinya semua itu ia lakukan supaya Evelyn tidak mengetahui aksi konyol yang sedang mereka lakukan. Dia takut sewaktu-waktu Evelyn keluar dan melihatnya. Evelyn pasti akan merasa khawatir.“Kita keluar saja.”Ethan menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan nada berdiskusi, “Berjanjilah terlebih dahulu, jika nantinya kamu tidak akan memukul ke arah wajahku yang tampan ini ya! Aku tidak ingin sampai menjadi berita utama besok pagi. Jika seorang Presiden Grup Brahmana yang terhormat meninju wajah sahabatnya sendiri.”Mendengar permintaan yang terkesan konyol dari Ethan, Rayyan hanya bisa tersenyum smirk.Logikanya saja apa ada seseorang yang ingin bertaruh harus memilih-milih terlebih dahulu bagian mana yang boleh dan tidak untuk dipukul nya. Sedangkan ini adalah arena tarung bebas, tanpa ada wasit yang mengawasi keduanya.Dua orang itu kemudian keluar, sedangkan Arka duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya dan minum anggur. Dari w
Evelyn tercengang saat Ethan memanggil namanya dan meminta tolong kepada dirinya,‘Dari mana dia bisa mengenal namaku?’ pikir Evelyn. Evelyn menggigit bibirnya sebelum berpikir dengan baik, dia mengulurkan tangan sebelahnya untuk memegang pipinya sendiri. Perasaan selama ini dia tidak pernah bertemu dengan pria itu.Akan tetapi dia kembali berpikir, ‘Jangan-jangan kak Arka yang sudah bercerita kepadanya,’ Evelyn tersenyum.Akan tetapi ekspresi wajahnya masih terlihat bingung untuk menjawab,Melihat ekspresi wajah Evelyn yang tampak bingung, seketika Rayyan sudah berkata padanya, “Tidak usah pedulikan dia, dia memang sangat suka menggoda.”Arka berjalan perlahan dengan gelas anggurnya dan berkata dengan marah pada Ethan, “Sudah jangan terlalu banyak drama, aku tadi malah sempat berpikir jika Tuan Muda Ethan, akan dipukul oleh Rayyan sampai mati, tapi ternyata belum mati?”Ethan begitu kesal, “Sialan! Ternyata kamu benar-benar menginginkan aku mati ya?” Dia langsung berjalan mendekat d
Ethan memutuskan untuk pergi sendirian, karena Arka belum ingin pergi. Dengan tetap bertingkah konyol, Ethan keluar dari rumah Rayyan sambil melambai tangan persis seperti aksi seorang model saat melambaikan tangan di atas sebuah panggung catwalk.Sebelum betul-betul menghilang di balik pintu, Ethan menempelkan tangan pada bibirnya sendiri dan mengarahkan kecupan hangat bekas bibir itu pada Rayyan. Melihat aksi konyol dari Ethan itu Rayyan menggelengkan kepala. Sementara Arka ia mendapatkan kedipan mata dari Ethan, sontak saja tingkah konyol dari sahabatnya itu membuat tubuh Arka merinding.“Ternyata cinta betul-betul bisa merubah segalanya,” Celoteh Arka.Kemudian ia melirik Rayyan dan berkata.“Ayo kita minum di atas.” Tutur Arka sambil menggoyangkan gelas yang ada di tangannya.Rayan sedikit merasa ragu, kemudian dia mengangguk setelah menatap dapur sebentar.Ada balkon kecil tertutup di lantai dua. Di sana ada meja kaca bundar dan dua kursi abu-abu. Kedua pria itu duduk di sebera
Mendengar gumaman Ibunya, Sofyan langsung berkata, “Ibu, kita tidak boleh berharap seperti itu. Meskipun sekarang kita ini adalah besan dengan grup Brahmana, tetapi kita harus tahu diri siapa kita. Jika dibanding dengan keluarga Brahmana, kita ini diibaratkan cuma seujung kukunya saja dari Brahmana grup. Evelyn dipilih oleh Tuan Rayyan untuk menjadi istrinya saja, itu sudah merupakan sebuah kebanggaan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Jadi aku harap kita jangan bermimpi terlalu tinggi untuk mendapatkan jantung, jika saat ini kita sudah dikasih mereka hati.”Nenek Limanto tertawa kecil, “Iya, kamu benar. Lagi pula perkataan ibu tadi tidak terlalu serius.”Seharian ini Evelyn melewati waktu di rumah keluarganya ini. Dia mulai merasa suntuk dan bosan. Dia merindukan Rayyan, ingin menelepon tetapi dia takut mengganggu kesibukan Rayyan. Jadi pada akhirnya dia hanya bisa menahan diri.Hingga malam telah tiba, dia melihat kakaknya sudah pulang dari kantor nya. Dia segera menghampiri
Laras terdiam sejenak, kemudian dia berpikir jika apa yang dikatakan suaminya ini adalah benar. Bukankah kemarin-kemarin suaminya sudah menceritakan kepada dirinya tentang siapa sosok dari Rayyan ini.Pada akhirnya dia menatap Rayyan dan Evelyn secara bergantian, kemudian dia mengangguk. “Baiklah, terima kasih sekali. Ibu dengan sangat senang hati akan menerima hadiah ini. Sungguh ini adalah hadiah termewah yang pernah kumiliki dan pernah ibu terima. Sekali lagi, terima kasih ya, Tuan Rayyan.”Rayyan mengangguk kemudian dia berkata dengan lembut, “Ah iya, sama-sama Ibu mertua, kalau begitu, apa boleh aku meminta satu permintaan darimu Ibu?”Mendengar penuturan Rayyan semuanya menatap penuh rasa penasaran.“Bo-boleh apa itu Tuan, katakan saja?” tutur Laras penuh rasa heran dan binggung.“Apakah bisa jika mulai sekarang, Ibu jangan lagi memanggilku dengan sebutan Tuan?”Belum sempat semua orang menjawab tiba-tiba Arka berkata , “Ibu, seharusnya Ibu memang tidak boleh memanggilnya Tuan l
Dari melihat hadiah-hadiah yang di bawah oleh Rayyan saja, hati Laras sudah bergetar. Ditambah lagi saat pemuda yang begitu tetpandang dikota mereka yang saat ini berstatus sebagai suami dari putrinya, berjabatan tangan dengan dirinya dan mencium pucuk telapak tangannya dengan begitu hormat.Laras sampai gugup dan kemudian menjawab, “Iya, terima kasih, Tuan Rayyan. Terima kasih. Tapi kenapa mesti repot-repot membawa hadiah segala, dan sebanyak itu?”Rayyan melepaskan jabatan tangannya dengan lembut, kemudian mengangkat pandangannya sejenak. Sebelum akhirnya dia menatap orang-orang yang di sekelilingnya. Terakhir kali tatapannya terpatri pada Evelyn selama beberapa saat, kemudian dia tersenyum dengan hangat. “Mana mungkin merepotkan? Aku adalah menantu keluarga ini, memberi hadiah untuk Ibu mertua yang sedang berulang tahun itu adalah hal yang sangat wajar. Bukankah demikian sayang?” dia bertanya demikian kepada Evelyn.“Eh iya, itu benar ibu. Bukankah kak Rayyan ini menantumu? Jadi
Sebetulnya sejak kedatangan keluarga Lewis dikediaman Keluarga Limanto, perasaan Laras sudah tidak menentu. Terlihat mulutnya bersungut-sungut, antara menghina, kesal dan juga marah.“Dasar keluarga Lewis itu benar-benar tidak tahu malu. Tidak ibunya, tidak anak laki-lakinya dan juga anak perempuannya, semua sama saja tidak ada yang baik. Aku betul-betul merasa sangat beruntung jika hari itu putriku ditinggalkan di hari pernikahannya. Benar-benar sebuah anugerah bagi Evelyn tidak jadi masuk dalam keluarga yang tidak tahu malu itu.”Sofyan yang mendengar istrinya menggerutu langsung menarik lengannya, memberi isyarat agar dia diam sambil melirik Ibunya.Laras langsung diam, dia merasa bersalah telah mengumpat keluarga Lewis di depan Ibu mertuanya. Karena biar bagaimanapun juga Nyonya besar Lewis adalah sahabat Ibu mertuanya. Tidak seharusnya dia memaki mereka di depan Ibu mertuanya. Karena merasa tidak enak hati kepada ibu mertuanya itu, kemudian dia berinisiatif untuk meminta maaf,
Tetapi dia berusaha untuk menahannya. Pandangannya kini beralih pada sebuah lukisan yang bersandar di ujung dinding sana, ya Revan ingat jika itu adalah lukisan dirinya.Kemudian dengan ragu-ragu dia bertanya, “Ternyata, kamu masih menyimpan lukisan itu?”Evelyn menoleh sebentar, kemudian ikut menatap ke arah tatapan mata Revan. Sebentar kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya pada lukisan yang ada di depannya sambil berkata,“Waktu aku membawa lukisan itu untuk hadiah ulang tahunmu, tapi kamu menolaknya. Kamu mengatakan jika tidak ada tempat untuk menyimpannya di rumahmu, jadi aku membawanya pulang dan menaruhnya di ujung sana. Sampai aku lupa kalau ternyata masih ada lukisan itu.”Revan tertegun, dia baru teringat jika dulu Evelyn pernah mengatakan jika dia sudah menghabiskan waktu hampir dua minggu hanya untuk menyelesaikan lukisan itu, tetapi dengan gampangnya dia justru menolak hadiah yang dibawa Evelyn itu di hari ulang tahunnya.Sekarang dia benar-benar merasa sangat meny
Nenek Limanto kemudian menambahkan, “Cuaca masih sangat dingin, jadi Evelyn tidak diperbolehkan untuk keluar kamar kecuali hanya makan. Tahu sendiri bagaimana fisik Evelyn yang memang kurang sehat dari dulu.”Bu Linda kemudian menoleh pada Anesa yang duduk di sampingnya, wajah gadis itu terlihat cemberut dan kesal. Sebenarnya dia benar-benar sangat malas untuk datang ke sini, tetapi ibu dan Ayahnya lah yang sudah mendesak begitu juga dengan kakaknya Revan. Bahkan dia diancam oleh Tomi, jika dia tidak mau datang dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada Evelyn maka bukan hanya dia yang akan bermasalah tetapi keluarganya juga yang akan menanggung akibatnya.Bu Linda yang melihat ekspresi wajah Anesa pun akhirnya menyenggol pinggangnya dengan sikunya.Anesa melirik sebentar kemudian dengan terpaksa dia bersuara sambil berlutut dan meraih kedua tangan Nenek Limanto.“Nenek, Tante Laras dan Om Sofyan, jadi sebenarnya kedatangan aku kesini ingin meminta maaf kepada kalian semua terutam
Sejenak hati Rayyan terasa seperti kosong. Ketika dia memasuki villa pun, rasanya villa itu menjadi sepi dan hening. Padahal baru beberapa menit Evelyn meninggalkan villa ini. Rayyan langsung merasa tidak betah berada di sini.Dia mendengus kasar. Kehadiran Evelyn di dalam villa ini benar-benar seperti atmosfer yang memenuhi ruangan ini. Ketika dia pergi maka langsung seperti sebuah ruangan tanpa udara. Dadanya pun terasa langsung sesak.Rayyan menyadari jika dia benar-benar sudah sangat mencintai gadis kecil itu dengan teramat sangat. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk membawa keluarganya datang ke keluarga Limanto. Tetapi dia harus sabar menunggu tunggu dulu dia harus mengirim Arka pergi dulu dari negara ini, agar semua langkahnya lebih bebas.Meskipun waktu itu Arka sudah pernah menitipkan Evelyn padanya, tetapi Rayyan bukan orang yang gampang percaya dengan mudah. Apalagi Arka menjadi seorang yang plin-plan sekarang. Di depannya kadang begini, kadang tiba-tiba begitu lagi.Rayyan
Arka menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan kegugupannya kemudian dia mengubah topik pembicaraan.“Evelyn, aku datang kemari untuk menjemputmu. Ibu yang menyuruhku untuk membawamu pulang hari ini.”Evelyn mengangguk, dia sudah paham. Kemudian dia duduk di samping Rayyan dan berkata padanya, “Kak Rayyan, apa kamu mengijinkan aku untuk pulang? Besok adalah hari ulang tahun Ibuku, tadi Ayah juga sudah menelpon dan memintaku untuk pulang ke rumah.”Rayyan mengangkat kedua alisnya, dia betul-betul tidak tahu jika besok adalah hari ulang tahun Ibu mertuanya. Perasaan di hatinya mendadak jadi serba salah, Sedangkan untuk dua hari kedepan dia masih punya banyak urusan di kantor.Tidak lama kemudian dia mengangguk, “Pulang lah kalau begitu. Maafkan aku jika belum bisa mengantarmu atau datang ke sana. Tapi nanti aku pasti akan kesana setelah urusanku selesai. Kamu tidak akan marah kan?”Evelyn tentu saja mengerti, Rayyan punya banyak kesibukan. Apalagi dia mungkin harus mengurus kebera
“Oh, ya ampun! Ayah, aku lupa hari ini adalah ulang tahun Ibu kan? Ah, bukan hari ini, maksudnya besok adalah hari ulang tahun Ibu.”Di sana Sofyan tersenyum meskipun Evelyn tidak melihatnya, tapi dia sangat senang karena putrinya ternyata mengingat hari ulang tahun ibunya.“Kamu benar sekali. Jadi bagaimana, apakah hari ini kamu bisa pulang? Besok malam kita akan merayakan ulang tahun Ibu bersama-sama di rumah. Sederhana saja, asalkan dia senang.”“Iya, ayah. Aku pasti akan pulang.”“Ah, baiklah Evelyn. Terima kasih kalau begitu. Ayah akan tutup teleponnya ya?”“Iya ayah, sampai jumpa ya?”Evelyn menutup panggilan, setiap kali dia berbicara dengan ibu atau ayahnya sebenarnya hatinya selalu bergetar. Bukannya apa, dia sebenarnya tahu jika kedua orang tuanya itu sangat mencintainya dengan sepenuh hati.Hanya saja dulu memang ada sesuatu yang mengharuskan mereka untuk membuang dirinya. Bukan karena mereka tidak menginginkan dirinya. Bahkan sekarang setelah dia sudah berkumpul dengan mer