Mata Revan yang tadi menatap Mia kini beralih pada Evelyn kemudian dia berkata, “Evelyn, bukankah hari ini kamu berulang tahun? Aku sengaja datang kemari untuk menemuimu dan ingin merayakan ulang tahunmu.” Dia mengangkat tangannya yang menggenggam tas berisi perhiasan dari merk terkenal. Itu adalah hadiah ulang tahun yang dipersiapkannya untuk Evelyn.Tiba-tiba Mia tertawa, kemudian mencibirnya.“Dulu kamu sama sekali tidak pernah peduli dengan ulang tahun Evelyn. Kenapa hari ini tiba-tiba saja kamu sangat bersemangat seperti ini? Apa karena perasaan bersalah atau kamu ada maunya seperti ada Udang dibalik Batu, begitu?”Mata Revan kembali menatap Mia,Dengan suara tertahan dia berkata, “Hari ini adalah ulang tahun Evelyn. Aku tidak ingin bertengkar denganmu.”“Siapa juga yang mau bertengkar denganmu? Asal kamu ya, jika saat ini aku hanya ingin sedikit menyadarkan otakmu yang sudah terganggu itu, supaya kamu tahu diri! Malam ini aku lah yang membayar tempat ini dan kami tidak menerim
Mereka pun dibawa ke kantor polisi. Polisi mulai menginterogasi keduanya. Karena tadi Arka yang lebih dulu memukul, polisi berkata semua tergantung dari pihak lainnya. Ingin menuntutnya atau tidak. Apabila dia menuntutnya, maka Arka harus ditahan.Saat berpapasan Bu Linda dan suaminya memandang Evelyn dengan tatapan dingin dan penuh kebencian, tanpa menyapa atau berkata apa-apa keduanya lalu bergegas mencari keberadaan putranya.Sementara itu, Anesa adik Revan datang bersama orang tuanya, saat melihat Evelyn seketika langsung menghentikan langkahnya dan berkata dengan penuh amarah.“Kakakku dengan baik hati pergi untuk merayakan ulang tahunmu, tapi kalian malah memukulnya seperti anak yang tidak punya orang tua! Dasar manusia tidak punya tata krama, begitu rupanya tingkah anak yang sejak kecil tidak pernah dididik oleh kedua orang tuanya dan hanya dibesarkan oleh nenek saja, tidak ubahnya seperti bajingan!” Ucap Anesa.Mia yang mendengar perkataan Anesa langsung berkata, “Kamu saja pu
Melihat keadaan yang saat ini kembali terlihat menegangkan, Evelyn menarik lengan baju Arka,“Kak, sudahlah. Semua sudah berlalu.” Dia tidak ingin Kakaknya peduli lagi dengan orang yang tidak memiliki hubungan dengannya lagi.Bu Linda yang tidak ingin jika anak laki-lakinya merasa telah melakukan suatu kesalahan, segera mungkin menarik lengan Revan untuk pergi meninggalkan mereka.“Ayo Revan sebaiknya kita pergi ke rumah sakit. Mama rasa kita tidak perlu terlalu banyak melakukan omong kosong dengan orang-orang seperti ini.” Revan pun ditarik dengan paksa, tapi matanya terus menatap Evelyn seperti enggan untuk pergi dari sana.Evelyn sama sekali tidak peduli, dia malah menatap Arka dengan khawatir. “Kak, kamu tidak apa-apa kan? Apa ada yang terluka?”Arka memang mengalahkan Revan dalam perkelahian tadi, tapi dia juga mendapatkan beberapa pukulan dari perlawanan Revan.Arka tertawa, “Tidak apa-apa, kakakmu ini sudah banyak pengalaman dari ratusan perkelahian dan tidak terkalahkan di sel
Evelyn perlahan merasa tenang, lalu dia menoleh ke arah Mia dan bertanya,“Ada apa ini?”Mia memegang ujung hidungnya dengan malu sambil tersenyum,“Itu.. itu adalah teman-teman kita. Mereka datang untuk merayakan hari ulang tahunmu.”Akhirnya Evelyn mengerti kenapa Mia memesan ruangan sebesar ini, ternyata sejak awal Mia sudah Berencana untuk memanggil semua teman-teman mereka untuk datang.“Terima kasih.”PEvelyn memandang semua pria dan wanita yang ada di depannya. Mereka memang teman satu kampus Mia dan juga Evelyn. Tapi Evelyn tidak terlalu akrab. Dan kebanyakan adalah teman Mia.Mereka semua rata-rata berasal dari keluarga yang memiliki status sosial yang tunggi, beberapa dari mereka juga mengenal Arka. Tapi saat ini mata mereka malah tertuju kepada Rayyan, terutama para gadis yang terpaku padanya.Evelyn teringat sesuatu lalu dia berdiri di tengah antara Rayyan dan orang-orang itu. Dia bersikap seperti tuan rumah lalu berkata dengan lembut.“Terima kasih kalian sudah mau datan
Sebelum Rayyan mengangkat panggilan telponnya, Tanpa sadar matanya kembali menatap ke arah Evelyn yang saat ini berada ditengah-tengah kerumunan teman-temannya itu, ada senyuman di wajahnya, dia begitu bahagia melihat senyum Evelyn cerah seperti matahari dan seakan-akan saja senyum itu tidak akan perna bisa terbenam lagi.“Halo,”Kemudian ia menjawab teleponnya saat sudah berada diluar.Terdengar suara seorang pria dari ujung ponselnya.“Rayyan, apa hubunganmu dengan gadis itu? Aku mendengar, dia dibawa oleh Polisi, tapi kamu langsung mencari pengacara. Aku juga mendengar dari Robi kalau kamu juga sudah membatalkan jadwal konferensi internasional hanya demi gadis itu.”Tanpa sedikit rasa ragu Rayyan menjawab, “Dia akan menjadi wanita yang akan menghabiskan hidupnya bersamaku.”Setelah mematikan telepon, Rayyan membalikkan badan dan berniat kembali ke ruangan itu, sebelum berjalan mendekat dia melihat Evelyn keluar dari ruangan.Mata Evelyn berbinar ketika melihatnya, “Kamu sudah seles
Rayyan membawa Evelyn kembali ke Villa bunga Mawar. Sesampainya di Villa, gadis itu membawa tasnya masuk ke dalam kamar. Sedangkan Rayyan membawa beberapa komik kado yang diberikan oleh Mia, untuk Evelyn tadi. Baru saja Evelyn meletakkan barang-barang yang dibawahnya diatas meja rias yang berada di dalam kamarnya, tiba-tiba saja Mia menelepon. Tentu saja begitu panggilan itu terhubung, Mia langsung bertanya kemana Evelyn pergi. Evelyn minta maaf kepadanya dan menyuruhnya untuk bersenang-senang saja. Mia tahu kalau Evelyn dan Rayyan sudah pulang. Dia tidak marah, dia malah merasa sangat bahagia dan membiarkan Evelyn memiliki kesempatan untuk memenangkan hati Rayyan. Evelyn tertawa. “Mia, kamu terlalu banyak minum. Kamu berbicara sembarangan lagi.” “Aku ini peminum yang baik. Seribu gelas pun tidak akan membuatku mabuk. Yang ku katakan itu benar, kamu harus bisa memenangkan hati Rayyan, dengan begitu hidupmu akan sangat bahagia.” “Oke-oke. Terserah kamu saja. Nanti saat pul
Arka langsung menyadari jika tatapan mata dan raut wajah Evelyn tadi mengisyaratkan jika dia merasa kesal karena masih dianggap seperti anak kecil.Saat Evelyn mulai melangkahkan kakinya menuju anak tangga terdengar suara Arka kembali ingin menggodanya,“Hei, apa kamu tidak mengucapkan kata selamat malam terlebih dahulu, untuk kakak mu yang ganteng ini?”“Selamat malam,” Ucap Evelyn malas.“Dengar Evelyn, suka atau tidak bagiku kamu itu tetap adik kecilku yang selalu aku sayangi dan akan aku jaga sampai kapanpun, walau sejatinya kamu sudah menikah nanti, kakakmu ini akan tetapi menjagamu,”Evelyn tersenyum, dan terus melangkah menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.Setelah Evelyn tidak terlihat, Rayyan langsung menendang kaki Arka.“Heh, dengar! Masalah keluarga Revan akan ditangani oleh pengacara besok. Kamu bisa pulang sekarang! Jangan buat masalah lagi. Aku bosan mengurus masalahmu terus seperti ini!"Arka melirik, “Tidak perlu, aku bisa menanganinya sendiri!”“Bagaimana cara m
Sementara itu di kediaman keluarga Limanto. Saat ini Bu Laras sedang merasa gelisah memikirkan putranya yang setiap saat selalu saja membuat masalah. Meskipun Pak Sofyan Limanto sudah menenangkan hatinya dan mengatakan jika Arka begitu karena hatinya belum bisa terbuka. “Kelak suatu saat, dia pasti akan berubah lebih dewasa, terlebih lagi setelah dia bisa bertemu dengan gadis yang bisa membawa perubahan dalam hidupnya.” Perkataan Pak Sofyan tidak lantas membuat Bu Laras tenang. Selama ini Arka belum pernah mempunyai hubungan dekat dengan gadis manapun. Dulu setelah dia mengetahui jika dirinya memiliki seorang adik perempuan, Arka begitu senang. Lalu saat Evelyn dijemput dan dibawa ke tengah keluarga mereka, Arka begitu mengasihinya dia hanya tahu mencintai adiknya saja, tanpa wanita manapun yang bisa menyentuh kebekuan hatinya. Jika di sini Bu Laras sedang gelisah memikirkan Arka putranya, begitu juga dengan Arumi yang memikirkan Rayyan sang putra. Benarkah Rayyan tidak bi
Laras terdiam sejenak, kemudian dia berpikir jika apa yang dikatakan suaminya ini adalah benar. Bukankah kemarin-kemarin suaminya sudah menceritakan kepada dirinya tentang siapa sosok dari Rayyan ini.Pada akhirnya dia menatap Rayyan dan Evelyn secara bergantian, kemudian dia mengangguk. “Baiklah, terima kasih sekali. Ibu dengan sangat senang hati akan menerima hadiah ini. Sungguh ini adalah hadiah termewah yang pernah kumiliki dan pernah ibu terima. Sekali lagi, terima kasih ya, Tuan Rayyan.”Rayyan mengangguk kemudian dia berkata dengan lembut, “Ah iya, sama-sama Ibu mertua, kalau begitu, apa boleh aku meminta satu permintaan darimu Ibu?”Mendengar penuturan Rayyan semuanya menatap penuh rasa penasaran.“Bo-boleh apa itu Tuan, katakan saja?” tutur Laras penuh rasa heran dan binggung.“Apakah bisa jika mulai sekarang, Ibu jangan lagi memanggilku dengan sebutan Tuan?”Belum sempat semua orang menjawab tiba-tiba Arka berkata , “Ibu, seharusnya Ibu memang tidak boleh memanggilnya Tuan l
Dari melihat hadiah-hadiah yang di bawah oleh Rayyan saja, hati Laras sudah bergetar. Ditambah lagi saat pemuda yang begitu tetpandang dikota mereka yang saat ini berstatus sebagai suami dari putrinya, berjabatan tangan dengan dirinya dan mencium pucuk telapak tangannya dengan begitu hormat.Laras sampai gugup dan kemudian menjawab, “Iya, terima kasih, Tuan Rayyan. Terima kasih. Tapi kenapa mesti repot-repot membawa hadiah segala, dan sebanyak itu?”Rayyan melepaskan jabatan tangannya dengan lembut, kemudian mengangkat pandangannya sejenak. Sebelum akhirnya dia menatap orang-orang yang di sekelilingnya. Terakhir kali tatapannya terpatri pada Evelyn selama beberapa saat, kemudian dia tersenyum dengan hangat. “Mana mungkin merepotkan? Aku adalah menantu keluarga ini, memberi hadiah untuk Ibu mertua yang sedang berulang tahun itu adalah hal yang sangat wajar. Bukankah demikian sayang?” dia bertanya demikian kepada Evelyn.“Eh iya, itu benar ibu. Bukankah kak Rayyan ini menantumu? Jadi
Sebetulnya sejak kedatangan keluarga Lewis dikediaman Keluarga Limanto, perasaan Laras sudah tidak menentu. Terlihat mulutnya bersungut-sungut, antara menghina, kesal dan juga marah.“Dasar keluarga Lewis itu benar-benar tidak tahu malu. Tidak ibunya, tidak anak laki-lakinya dan juga anak perempuannya, semua sama saja tidak ada yang baik. Aku betul-betul merasa sangat beruntung jika hari itu putriku ditinggalkan di hari pernikahannya. Benar-benar sebuah anugerah bagi Evelyn tidak jadi masuk dalam keluarga yang tidak tahu malu itu.”Sofyan yang mendengar istrinya menggerutu langsung menarik lengannya, memberi isyarat agar dia diam sambil melirik Ibunya.Laras langsung diam, dia merasa bersalah telah mengumpat keluarga Lewis di depan Ibu mertuanya. Karena biar bagaimanapun juga Nyonya besar Lewis adalah sahabat Ibu mertuanya. Tidak seharusnya dia memaki mereka di depan Ibu mertuanya. Karena merasa tidak enak hati kepada ibu mertuanya itu, kemudian dia berinisiatif untuk meminta maaf,
Tetapi dia berusaha untuk menahannya. Pandangannya kini beralih pada sebuah lukisan yang bersandar di ujung dinding sana, ya Revan ingat jika itu adalah lukisan dirinya.Kemudian dengan ragu-ragu dia bertanya, “Ternyata, kamu masih menyimpan lukisan itu?”Evelyn menoleh sebentar, kemudian ikut menatap ke arah tatapan mata Revan. Sebentar kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya pada lukisan yang ada di depannya sambil berkata,“Waktu aku membawa lukisan itu untuk hadiah ulang tahunmu, tapi kamu menolaknya. Kamu mengatakan jika tidak ada tempat untuk menyimpannya di rumahmu, jadi aku membawanya pulang dan menaruhnya di ujung sana. Sampai aku lupa kalau ternyata masih ada lukisan itu.”Revan tertegun, dia baru teringat jika dulu Evelyn pernah mengatakan jika dia sudah menghabiskan waktu hampir dua minggu hanya untuk menyelesaikan lukisan itu, tetapi dengan gampangnya dia justru menolak hadiah yang dibawa Evelyn itu di hari ulang tahunnya.Sekarang dia benar-benar merasa sangat meny
Nenek Limanto kemudian menambahkan, “Cuaca masih sangat dingin, jadi Evelyn tidak diperbolehkan untuk keluar kamar kecuali hanya makan. Tahu sendiri bagaimana fisik Evelyn yang memang kurang sehat dari dulu.”Bu Linda kemudian menoleh pada Anesa yang duduk di sampingnya, wajah gadis itu terlihat cemberut dan kesal. Sebenarnya dia benar-benar sangat malas untuk datang ke sini, tetapi ibu dan Ayahnya lah yang sudah mendesak begitu juga dengan kakaknya Revan. Bahkan dia diancam oleh Tomi, jika dia tidak mau datang dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada Evelyn maka bukan hanya dia yang akan bermasalah tetapi keluarganya juga yang akan menanggung akibatnya.Bu Linda yang melihat ekspresi wajah Anesa pun akhirnya menyenggol pinggangnya dengan sikunya.Anesa melirik sebentar kemudian dengan terpaksa dia bersuara sambil berlutut dan meraih kedua tangan Nenek Limanto.“Nenek, Tante Laras dan Om Sofyan, jadi sebenarnya kedatangan aku kesini ingin meminta maaf kepada kalian semua terutam
Sejenak hati Rayyan terasa seperti kosong. Ketika dia memasuki villa pun, rasanya villa itu menjadi sepi dan hening. Padahal baru beberapa menit Evelyn meninggalkan villa ini. Rayyan langsung merasa tidak betah berada di sini.Dia mendengus kasar. Kehadiran Evelyn di dalam villa ini benar-benar seperti atmosfer yang memenuhi ruangan ini. Ketika dia pergi maka langsung seperti sebuah ruangan tanpa udara. Dadanya pun terasa langsung sesak.Rayyan menyadari jika dia benar-benar sudah sangat mencintai gadis kecil itu dengan teramat sangat. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk membawa keluarganya datang ke keluarga Limanto. Tetapi dia harus sabar menunggu tunggu dulu dia harus mengirim Arka pergi dulu dari negara ini, agar semua langkahnya lebih bebas.Meskipun waktu itu Arka sudah pernah menitipkan Evelyn padanya, tetapi Rayyan bukan orang yang gampang percaya dengan mudah. Apalagi Arka menjadi seorang yang plin-plan sekarang. Di depannya kadang begini, kadang tiba-tiba begitu lagi.Rayyan
Arka menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan kegugupannya kemudian dia mengubah topik pembicaraan.“Evelyn, aku datang kemari untuk menjemputmu. Ibu yang menyuruhku untuk membawamu pulang hari ini.”Evelyn mengangguk, dia sudah paham. Kemudian dia duduk di samping Rayyan dan berkata padanya, “Kak Rayyan, apa kamu mengijinkan aku untuk pulang? Besok adalah hari ulang tahun Ibuku, tadi Ayah juga sudah menelpon dan memintaku untuk pulang ke rumah.”Rayyan mengangkat kedua alisnya, dia betul-betul tidak tahu jika besok adalah hari ulang tahun Ibu mertuanya. Perasaan di hatinya mendadak jadi serba salah, Sedangkan untuk dua hari kedepan dia masih punya banyak urusan di kantor.Tidak lama kemudian dia mengangguk, “Pulang lah kalau begitu. Maafkan aku jika belum bisa mengantarmu atau datang ke sana. Tapi nanti aku pasti akan kesana setelah urusanku selesai. Kamu tidak akan marah kan?”Evelyn tentu saja mengerti, Rayyan punya banyak kesibukan. Apalagi dia mungkin harus mengurus kebera
“Oh, ya ampun! Ayah, aku lupa hari ini adalah ulang tahun Ibu kan? Ah, bukan hari ini, maksudnya besok adalah hari ulang tahun Ibu.”Di sana Sofyan tersenyum meskipun Evelyn tidak melihatnya, tapi dia sangat senang karena putrinya ternyata mengingat hari ulang tahun ibunya.“Kamu benar sekali. Jadi bagaimana, apakah hari ini kamu bisa pulang? Besok malam kita akan merayakan ulang tahun Ibu bersama-sama di rumah. Sederhana saja, asalkan dia senang.”“Iya, ayah. Aku pasti akan pulang.”“Ah, baiklah Evelyn. Terima kasih kalau begitu. Ayah akan tutup teleponnya ya?”“Iya ayah, sampai jumpa ya?”Evelyn menutup panggilan, setiap kali dia berbicara dengan ibu atau ayahnya sebenarnya hatinya selalu bergetar. Bukannya apa, dia sebenarnya tahu jika kedua orang tuanya itu sangat mencintainya dengan sepenuh hati.Hanya saja dulu memang ada sesuatu yang mengharuskan mereka untuk membuang dirinya. Bukan karena mereka tidak menginginkan dirinya. Bahkan sekarang setelah dia sudah berkumpul dengan mer
Arka hampir saja tidak bisa mengendalikan dirinya, beruntung dia masih mampu untuk menutupi rasa yang ada itu dan segera menenangkan diri.Akan tetapi dibalik sikap yang bisa dikendalikan olehnya itu, batinya bertanya-tanya, ‘‘Sebenarnya, sialan ini sedang menguji diriku atau bukan ya? Lalu kenapa dia malah menyuruh ku untuk mengawasi adiknya?’Dia kembali bisa tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Kemudian bertanya lagi, “Kenapa bisa kamu menyuruhku untuk mengawasi adikmu? Bukankah selama ini kamu selalu mengatakan jika aku ini adalah pria Arogan? Bagaimana kamu bisa percaya padaku jika nantinya aku bisa mengawasi adikmu dengan baik.”Tidak disangka dan diduga oleh Arka, Rayyan justru tertawa dengan pertanyaannya.“Ya.. kamu memang seorang pria yang arogan. Semua orang juga tahu itu. Tetapi kita sudah bersahabat sejak lama, jadi aku tahu bagaimana sifat kamu yang sebenarnya.”Arka tertegun, kemudian Rayyan kembali berkata, “Aku tersentuh hatiku ketika tempo lalu kamu menyelamatkan ad