Arka langsung menyadari jika tatapan mata dan raut wajah Evelyn tadi mengisyaratkan jika dia merasa kesal karena masih dianggap seperti anak kecil.Saat Evelyn mulai melangkahkan kakinya menuju anak tangga terdengar suara Arka kembali ingin menggodanya,“Hei, apa kamu tidak mengucapkan kata selamat malam terlebih dahulu, untuk kakak mu yang ganteng ini?”“Selamat malam,” Ucap Evelyn malas.“Dengar Evelyn, suka atau tidak bagiku kamu itu tetap adik kecilku yang selalu aku sayangi dan akan aku jaga sampai kapanpun, walau sejatinya kamu sudah menikah nanti, kakakmu ini akan tetapi menjagamu,”Evelyn tersenyum, dan terus melangkah menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.Setelah Evelyn tidak terlihat, Rayyan langsung menendang kaki Arka.“Heh, dengar! Masalah keluarga Revan akan ditangani oleh pengacara besok. Kamu bisa pulang sekarang! Jangan buat masalah lagi. Aku bosan mengurus masalahmu terus seperti ini!"Arka melirik, “Tidak perlu, aku bisa menanganinya sendiri!”“Bagaimana cara m
Sementara itu di kediaman keluarga Limanto. Saat ini Bu Laras sedang merasa gelisah memikirkan putranya yang setiap saat selalu saja membuat masalah. Meskipun Pak Sofyan Limanto sudah menenangkan hatinya dan mengatakan jika Arka begitu karena hatinya belum bisa terbuka. “Kelak suatu saat, dia pasti akan berubah lebih dewasa, terlebih lagi setelah dia bisa bertemu dengan gadis yang bisa membawa perubahan dalam hidupnya.” Perkataan Pak Sofyan tidak lantas membuat Bu Laras tenang. Selama ini Arka belum pernah mempunyai hubungan dekat dengan gadis manapun. Dulu setelah dia mengetahui jika dirinya memiliki seorang adik perempuan, Arka begitu senang. Lalu saat Evelyn dijemput dan dibawa ke tengah keluarga mereka, Arka begitu mengasihinya dia hanya tahu mencintai adiknya saja, tanpa wanita manapun yang bisa menyentuh kebekuan hatinya. Jika di sini Bu Laras sedang gelisah memikirkan Arka putranya, begitu juga dengan Arumi yang memikirkan Rayyan sang putra. Benarkah Rayyan tidak bi
Semakin lama Evelyn semakin tidak menyukai laki-laki itu, bahkan bisa dibilang dia semakin membenci laki-laki yang dulunya begitu ia cintai itu.“Aku dengar, nenekmu sedang sakit. Aku datang untuk menjenguknya.” Ada tatapan lembut ketika Revan menatapnya.“Nenekku tidak apa-apa, dia baru saja selesai makan dan sekarang sedang beristirahat. Terima kasih atas perhatian, tapi lebih baik kamu pulang saja.”Revan melihat sikap evelyn semakin tidak tidak ramah padanya , hatinya terasa sedih. Dia teringat kejadian kemarin malam.“Evelyn kemarin malam, Arka hanya emosi saja. Aku tidak ingin berdebat dengannya lagi dan tidak akan menuntutnya.”“Benarkah?” Terlihat keraguan di mata Evelyn. Dia tidak terlalu mempercayai perkataan Revan.Revan mengangguk dan tersenyum, “Dia adalah kakakmu yang nantinya juga akan menjadi kakakku. Kita adalah keluarga.”Evelyn terdiam mendengar itu, “Keluarga apaan?” Kemarahannya hampir meluap, wajahnya menegangkan.Dia berkata lagi, kali ini dengan sungguh-sungguh
Roy mengantar Evelyn ke kampus. Dia melihat gadis itu terlihat lesu, dengan ragu-ragu Roy memberanikan dirinya untuk berkata, “Nyonya.” “Eh iya, ada apa?” Evelyn sedikit terkejut dan menatap Roy. “Tuan Arka adalah teman baik Tuan Rayyan. Saat dia ada masalah, aku yakin pasti Tuan Rayyan tidak akan mungkin membiarkannya begitu saja. Aku harap Nyonya jangan terlalu khawatir dan memikirkan ucapan orang tadi itu,” “Iya, aku tahu itu. Aku tidak khawatir dengan ucapannya. Baiklah aku pergi dulu, terima kasih karena tadi sudah menjagaku dari gangguan Revan.” “Tidak perlu berterima kasih Nyonya, itu memang tugasku,” Roy melihat Evelyn meninggalkannya, lalu keningnya berkerut. “Di hadapan Tuan Rayyan, keluarga Lewis sekalipun tentu tidak akan ada apa-apanya.” Roy tersenyum, kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi Rayyan. *** Sore tiba, Rayyan kembali ke villa. Dia tidak melihat Evelyn saat masuk, lalu bertanya pada kepala pelayan, “Dimana, Nyonya?” “Saat pulang tadi,
Mendengar penuturan Rayyan, Kakak beradik itu kemudian menoleh padanya, mereka menatapnya dengan sangat heran.“Aku adalah suami Evelyn, meskipun hanya di atas kertas. Itu akan sangat mencurigakan kalau aku tidak ikut pulang bersama Evelyn.”Dua orang itu berpikir jika ucapan Rayyan cukup masuk akal. Jadi mereka tidak ada alasan untuk menolak.Sementara Arka menarik sedikit sudut bibirnya, dalam hati dia berkata, ‘Hehehe, ternyata dia masih ingat kalau hanya menjadi suami di atas kertas.’Evelyn berada dalam satu mobil dengan Rayyan, sedangkan Arka dengan mobil sportnya. Dia lebih dulu sampai daripada mereka. Tapi dia belum masuk ke dalam rumah, dia bersandar di pintu mobil sambil merokok. Lalu menjatuhkan puntung rokoknya saat melihat Evelyn turun dari mobil.Dia berkata pada Evelyn, “Saat di dalam nanti, kamu jangan mengkhawatirkan dengan apapun yang mereka katakan. Kamu mengerti kan?”Evelyn tahu kalau kakaknya sangat khawatir jika dirinya sedih. “Jangan khawatir, aku tidak akan pe
Setelah mendengar ucapan Evelyn, Linda langsung menatap tajam ke arah suaminya dengan ekspresi bingung, tubuhnya langsung bergetar saat menyaksikan perubahan sikap dan ekspresi wajah dari suaminya itu.Dengan bibir bergetar dia bersuara,“Apa maksudnya? Ada apa dengan alamat itu?”Tomi terlihat malu dan menjadi salah tingkah, bibirnya saat ini mendadak terkunci dia tidak bisa mengatakan apapun.Evelyn tersenyum polos, “Bibi Linda, apa Bibi masih belum tahu? Jika selama ini Paman Tomi merasa kasihan padamu, karena sudah terlalu lelah merawat keluarga Lewis dan berjuang keras mengurus keperluan anak-anakmu dirumah sendirian tidak ada yang membantu? Jadi dia hanya ingin Bibi...”Sebelum dia menyelesaikan ucapannya Tomi langsung berteriak,“Diam...!”Suasana tiba-tiba menjadi penuh misteri. Bu Laras dan Pak Sofyan yang awalnya merasa khawatir dengan putranya, juga langsung merasa penasaran dengan kata-kata yang diucapkan oleh Evelyn.Sementara Arka berkata dingin, “Yang tua saja bertingka
Dalam foto tersebut Rayyan memakai setelan rancangan khusus, telapak tangannya tampak memeluk bagian belakang kepala Evelyn dengan erat, keduanya terlihat begitu dekat dan intim. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan serasi.Tampilan dari gambar foto yang diambil itu memang tidak bagus, hanya terlihat kepala Rayyan sedang tertunduk yang tertangkap kamera, sedangkan wajah Evelyn hanya separuh saja yang terlihatOrang lain tidak akan tahu jika itu Evelyn , tapi orang-orang yang telah lama mengenal Evelyn akan langsung mengenalinya ketika pertama melihat foto itu. Akun publik itu juga mengidentifikasi hanya berdasarkan plat nomor mobil Rayyan saja.Mahasiswa di Universitas ini memang senang sekali bermain akun sosial, jadi saat mereka melihat daftar trending topic mereka langsung tidak ingin melewatkannya. Dalam sekejap berita ini sudah menyebar ke seluruh Departemen. Beberapa orang awam memang tidak tahu identitas Rayyan, sementara beberapa orang yang sudah tahu status Rayyan di
Bukan Evelyn namanya jika dirinya harus menahan rasa penasaran itu, Evelyn berjalan mendekatinya, dan berusaha untuk bertanya dengan suara manisnya. “Asalkan apa? Katakan padaku, aku pasti akan melakukannya.” Matanya terlihat berkaca-kaca, membuat Rayyan yang menatapnya menjadi salah tingkah.Rayyan menghela nafas dan kali ini dia menatap Evelyn dengan serius.“Asalkan kita mau mendaftarkan pernikahan ini dan meminta departemen agama menerbitkan surat nikah kita. Maka semuanya akan terselesaikan dengan mudah.”“Kalau begitu daftarkan saja!” Evelyn berkata penuh semangat, bahkan sambil memegangi lengan Rayyan dan mengguncang Legan kokoh itu.“Apa?” Rayyan justru yang terkejut bukan main, jantungnya terasa seperti hampir jatuh. Dia sama sekali tidak menyangka jika Evelyn akan langsung menyetujui ucapanya.Bahkan dua mata Evelyn terlihat berbinar, “Tenang saja, besok pagi-pagi sekali aku akan pulang ke rumah, kemudian mengambil kartu keluarga dan segera mungkin kita mendaftarkan pernika
Mereka paham akan maksud dari ucapan Amara, mereka juga mengerti kegelisahan yang Amara rasakan.Pada akhirnya Amar pun menepuk pundak Arka, “Ada baiknya memang seperti itu Arka, kamu tidak keberatan kan, atas permintaan Amara?”Arka mengangguk, “Ya, Paman. Jika itu permintaan Amara, aku pasti akan menurutinya.”Amar kemudian keluar, dia menemui pihak rumah sakit untuk mengutarakan niatnya. Dokter tidak mempermasalahkan itu dan mengizinkan. Beberapa orang juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang akan mereka lakukan. Menikah di rumah sakit, karena saat salah satu dari pasangan dari mereka kritis. Bahkan ada yang meninggal setelah mereka menikah. Dokter mengerti dan tidak mempersulit semua itu.Amar menghubungi Rayyan dan mengatakan hal ini. Lalu Rayyan menghubungi mertuanya dan menyampaikan apa yang dikatakan Amar.Siang ini di ruangan rawat inap tempat dimana Amara dirawat, nampak ramai orang. Tetapi mereka masih tetap menjaga ketenangan dan jarang yang berbicara. Sekali berbi
Evelyn menceritakan semuanya tentang kakaknya. Laras bukan tidak khawatir, dia bahkan menangis membayangkan jika hampir saja dia akan kehilangan putra satu-satunya milik mereka.Arka menoleh pada Azura, calon ibu mertuanya itu mengangguk. Dan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh ibunya. Akhirnya Arka pun menurut.“Baiklah Bu, aku akan pulang.” Pada akhirnya Arka pun berpamitan pada Azura dan Amar untuk pulang dahulu.Ketika dia memasuki pintu, Laras dan Sofyan sudah berdiri menunggunya. Laras menatap putranya itu berjalan dengan lesu ke dalam rumah dengan wajah yang kusut dan pucat. Penampilan Arka sangat berantakan. Tetapi wajahnya tersirat sebuah kedewasaan. Jauh berbeda dengan Arka sebelum ini. Hati Laras sakit rasanya melihat keadaan putranya seperti itu. Langsung berlari dan memeluk Arka serta menangis tersedu-sedu.“Arka, jangan khawatir lagi. Semua akan baik-baik saja. Cinta kalian pasti akan bersatu.”Arka mendorong lembut tubuh ibunya kemudian mengangkat dagu
Pintu ruangan dimana Amara dirawat terbuka, beberapa suster masuk dan hanya memerlukan waktu sekitar dua menit, mereka sudah keluar dengan mendorong tubuh Amara.Semua orang mengikuti, namun langkah mereka harus terhenti ketika pintu ruangan operasi tertutup, menyisakan cahaya lampu halogen dan lampu LED yang sinarnya menembus kaca jendela. Tapi itu hanya beberapa detik saja, cahaya lampu di dalam ruangan itu menghilang karena tirai jendela telah ditutup dengan rapat.Amar merengkuh tubuh Azura dan membawanya ke ruang tunggu, sementara Rayyan merengkuh tubuh Arka dan membawanya ke ruangan tunggu juga, Rayyan memperlakukan Arka seperti memperlakukan anak kecilnya saja, bahkan dia melupakan istrinya yang bengong melompong melihat suaminya yang bukannya merengkuh dirinya justru malah merengkuh kakaknya.Sejenak Evelyn tertegun kemudian dia langsung tersadar. Dia ikut menyusul mereka dengan berlari kecil, lalu duduk di samping Arka.Dia segera memeluk Arka kembali, menyisihkan tangan Ray
Suasana kembali hening. Kembali tidak ada suara dari mereka, kembali tidak ada yang beranjak dari tempatnya. Mata mereka hanya terfokus pada satu titik saja yaitu ke arah dimana Dokter membawa Arka.Ingin rasanya mereka berlari menyusul kemudian berteriak memanggil Arka. Namun mereka menahan keinginan itu dengan sekuatnya. Bahkan cenderung dengan berat hati hanya bisa pasrah menghargai keinginan dan pengorbanan Arka.Sambil terus menekan dadanya, membayangkan apa yang sedang dilakukan para Ahli medis di dalam sana pada tubuh Arka. Membelah dadanya dan mengeluarkan jantungnya hidup-hidup? Atau Arka di bius dulu hingga mati kemudian diambil Jantungnya?Semua orang hanya bisa membisu ngeri dan menahan sakit dalam hati.Hingga beberapa saat lamanya, di tengah-tengah ketegangan yang meraja, seorang perawat berlari mendekati mereka. Semua berdiri."Tuan Rayyan, Dokter memanggil Anda. Mari silahkan ikut saya.""Aku ikut." Evelyn cepat ikut bangun."Mohon maaf Nyonya. Hanya Tuan Rayyan saja.
Suasana semakin Pilu dan terasa sangat mencekam saat Arka menandatangani surat itu.Tidak ada yang tidak mengeluarkan air mata. Pengorbanan Arka saat ini sungguh tidak bisa dikatakan main-main. Arka akan menyerahkan jantungnya untuk kelangsungan hidup Amara. Dia akan mati, demi Amara bisa hidup."Ikut lah bersama kami." Dokter melangkah. Arka mengikutinya."Kak Arka!" Evelyn yang sejak tadi membeku kini tidak bisa lagi menahan diri. Dia memanggil Arka sambil menarik lengannya.Arka menghentikan langkahnya kemudian dia menoleh.“Kak Arka, apa kamu akan meninggalkan kami?”Arka membalikkan badannya dia menatap lekat wajah adiknya yang teramat ya sayangi itu. Kemudian tangannya terulur untuk mengusap air mata Evelyn ini yang sejak tadi sudah membasahi pipinya.“Kak Arka tidak pernah pergi. Kak Arka akan tetap ada di hati kalian.” Dia meraih kedua tangan Evelyn kemudian menggenggamnya dengan erat.“Evelyn dengarkan kakak, tanpa Kakak, kamu akan tetap hidup lebih baik asalkan ada Rayyan di
Tidak perlu menunggu waktu lama, seseorang yang dihubungi oleh Rayyan itu langsung mengangkat panggilan teleponnya.[Robi, segera mungkin hubungi semua tim kita, untuk bergerak keseluruh rumah sakit atau kemana saja untuk mencari seseorang yang bisa mendonorkan Jantungnya untuk Amara. Berapapun harganya, kita akan membayarnya! Dengar berapapun, itu aku tidak peduli!]Tanpa bertanya, Robi sudah paham dengan maksud dari perintah yang diutarakan oleh Rayyan dan cepat mengiyakan.Baru saja Rayyan mengakhiri panggilannya, Seorang Perawat masuk dan berseru."Dokter! Nona Amara kritis!"Tanpa bertanya, Dokter pun segera berlari menyusul langkah perawat itu yang dengan sigapnya disusul juga oleh yang lainnya.Dokter segera masuk ke dalam ruangan tempat Amara berbaring."Amar, kondisi Amara, Putri kita memburuk! Dia tidak sadarkan diri lagi!" Azura langsung menubruk tubuh Amar dan menangis histeris saat sang suami muncul di hadapannya.Amar cepat membawa tubuh Azura ke luar ruangan mengikuti i
Sudah hampir tiga jam lamanya, Tim medis dari rumah sakit ternama di kota mereka itu menangani Amara di ruangan ICU.Saat ini, Rayyan dan Evelyn sudah berada di rumah sakit, Amar yang sudah menghubungi mereka. Saat Rayyan mendapatkan kabar jika kondisi Amara kritis seketika saja ia langsung membawa serta Evelyn untuk bergegas menuju rumah sakit.Mereka sempat tidak percaya dengan berita yang mereka dengar, karena baru beberapa jam yang lalu suami dari Bibinya itu baru saja mengabarkan jika kesehatan Amara sudah membaik, bahkan hari ini Amara sudah dinyatakan boleh pulang ke rumah dan menjalankan berobat jalan saja.Akan tetapi semuanya terasa seperti mimpi, mendadak kondisi Amara menjadi kritis seperti saat ini. Semua orang dipenuhi rasa kekhawatiran. Menatap penuh harap ke arah pintu ruangan ICU tempat Amara sedang ditangani secara intensif oleh tim medis.Tak ada satupun suara yang terdengar, mereka hanya terdiam dan memanjatkan doa didalam hati mereka masing-masing. Hingga akhirnya
Epilog.Pagi-pagi, Amar dan Azura sudah terlihat melangkah menuju ruangan dimana Amara dirawat dengan wajah penuh ketenangan."Pagi sayang!" Azura menyapa berbarengan dengan membuka pintu ruangan."Pagi Mama, Papa." Amara menyambut dengan mata yang berbinar bahagia.Mata Azura langsung fokus pada tangan Arka yang sedang menyisir rambut Amara.'Wajar saja kalau Amara jatuh cinta pada pria itu. Dia begitu perhatian.' batinnya.Arka cepat mengangguk pada mereka berdua lalu kembali pada rambut Amara. Dia mengikat rapi rambut Amara keatas. Kemudian segera beranjak untuk menyisih."Bagaimana keadaan Amara, Arka?" tanya Amar pada Arka."Kata Dokter, aku sudah diperbolehkan pulang hari ini, Pa!" seru Amara.Amar tersenyum. "Papa sudah tahu. Dokter sudah menelpon Papa semalam, jika pagi ini kamu sudah boleh kembali ke rumah.""Paman, kalau begitu aku akan segera mengurus administrasi dulu." ucap Arka.Amar mengangguk."Kak Arka, kamu mau kemana?" tanya Amara."Arka harus mengurus biaya adminis
Hari ini, Amar menepati janji.Sepulang dari menjenguk Amara di rumah sakit, dia langsung menghubungi Rayyan untuk membahas rencana persiapan pernikahan Amara dan Arka.Rayyan pun segera datang bersama dengan Evelyn ke rumah besar keluarga Brahmana untuk membahas hal ini di sana.Setelah mereka berdiskusi akhirnya mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Evelyn yaitu kediaman keluarga Limanto. Sebelum menuju rumah orang tuanya tidak lupa Evelyn memberi kabar pada ibunya supaya Ayahnya jangan dulu berangkat kerja, agar saat mereka tiba di kediaman keluarga Limanto, sang Ayah masih berada di rumah karena keluarga Brahmana akan datang ke sana.Laras tidak tahu apa yang akan mereka bahas, Dia mengira jika keluarga besar Brahmana hanya mengunjungi mereka sekedar untuk bersilaturahmi saja.Jadi dia pun memberitahu suaminya agar jangan pergi dulu ke kantor.Ketika semua orang sudah berkumpul di ruangan tengah kediaman keluarga Limanto, Laras dan Sofyan sedikit terkejut karena yang