Mendengar penuturan Rayyan, Kakak beradik itu kemudian menoleh padanya, mereka menatapnya dengan sangat heran.“Aku adalah suami Evelyn, meskipun hanya di atas kertas. Itu akan sangat mencurigakan kalau aku tidak ikut pulang bersama Evelyn.”Dua orang itu berpikir jika ucapan Rayyan cukup masuk akal. Jadi mereka tidak ada alasan untuk menolak.Sementara Arka menarik sedikit sudut bibirnya, dalam hati dia berkata, ‘Hehehe, ternyata dia masih ingat kalau hanya menjadi suami di atas kertas.’Evelyn berada dalam satu mobil dengan Rayyan, sedangkan Arka dengan mobil sportnya. Dia lebih dulu sampai daripada mereka. Tapi dia belum masuk ke dalam rumah, dia bersandar di pintu mobil sambil merokok. Lalu menjatuhkan puntung rokoknya saat melihat Evelyn turun dari mobil.Dia berkata pada Evelyn, “Saat di dalam nanti, kamu jangan mengkhawatirkan dengan apapun yang mereka katakan. Kamu mengerti kan?”Evelyn tahu kalau kakaknya sangat khawatir jika dirinya sedih. “Jangan khawatir, aku tidak akan pe
Setelah mendengar ucapan Evelyn, Linda langsung menatap tajam ke arah suaminya dengan ekspresi bingung, tubuhnya langsung bergetar saat menyaksikan perubahan sikap dan ekspresi wajah dari suaminya itu.Dengan bibir bergetar dia bersuara,“Apa maksudnya? Ada apa dengan alamat itu?”Tomi terlihat malu dan menjadi salah tingkah, bibirnya saat ini mendadak terkunci dia tidak bisa mengatakan apapun.Evelyn tersenyum polos, “Bibi Linda, apa Bibi masih belum tahu? Jika selama ini Paman Tomi merasa kasihan padamu, karena sudah terlalu lelah merawat keluarga Lewis dan berjuang keras mengurus keperluan anak-anakmu dirumah sendirian tidak ada yang membantu? Jadi dia hanya ingin Bibi...”Sebelum dia menyelesaikan ucapannya Tomi langsung berteriak,“Diam...!”Suasana tiba-tiba menjadi penuh misteri. Bu Laras dan Pak Sofyan yang awalnya merasa khawatir dengan putranya, juga langsung merasa penasaran dengan kata-kata yang diucapkan oleh Evelyn.Sementara Arka berkata dingin, “Yang tua saja bertingka
Dalam foto tersebut Rayyan memakai setelan rancangan khusus, telapak tangannya tampak memeluk bagian belakang kepala Evelyn dengan erat, keduanya terlihat begitu dekat dan intim. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan serasi.Tampilan dari gambar foto yang diambil itu memang tidak bagus, hanya terlihat kepala Rayyan sedang tertunduk yang tertangkap kamera, sedangkan wajah Evelyn hanya separuh saja yang terlihatOrang lain tidak akan tahu jika itu Evelyn , tapi orang-orang yang telah lama mengenal Evelyn akan langsung mengenalinya ketika pertama melihat foto itu. Akun publik itu juga mengidentifikasi hanya berdasarkan plat nomor mobil Rayyan saja.Mahasiswa di Universitas ini memang senang sekali bermain akun sosial, jadi saat mereka melihat daftar trending topic mereka langsung tidak ingin melewatkannya. Dalam sekejap berita ini sudah menyebar ke seluruh Departemen. Beberapa orang awam memang tidak tahu identitas Rayyan, sementara beberapa orang yang sudah tahu status Rayyan di
Bukan Evelyn namanya jika dirinya harus menahan rasa penasaran itu, Evelyn berjalan mendekatinya, dan berusaha untuk bertanya dengan suara manisnya. “Asalkan apa? Katakan padaku, aku pasti akan melakukannya.” Matanya terlihat berkaca-kaca, membuat Rayyan yang menatapnya menjadi salah tingkah.Rayyan menghela nafas dan kali ini dia menatap Evelyn dengan serius.“Asalkan kita mau mendaftarkan pernikahan ini dan meminta departemen agama menerbitkan surat nikah kita. Maka semuanya akan terselesaikan dengan mudah.”“Kalau begitu daftarkan saja!” Evelyn berkata penuh semangat, bahkan sambil memegangi lengan Rayyan dan mengguncang Legan kokoh itu.“Apa?” Rayyan justru yang terkejut bukan main, jantungnya terasa seperti hampir jatuh. Dia sama sekali tidak menyangka jika Evelyn akan langsung menyetujui ucapanya.Bahkan dua mata Evelyn terlihat berbinar, “Tenang saja, besok pagi-pagi sekali aku akan pulang ke rumah, kemudian mengambil kartu keluarga dan segera mungkin kita mendaftarkan pernika
Sebuah senyuman tipis muncul di bibir Rayyan, dia tidak bisa menahan diri untuk berkata.“Baiklah, kalau begitu kita pilih yang 100 tahun.”Evelyn kembali mengangguk setuju.Rayyan memberitahu staf itu tentang pilihan mereka. Staf itu pun tersenyum dan segera mengurus prosedur pernikahan untuk mereka.Robi yang berdiri di dekat mereka hanya memperhatikan Tuan Rayyan-nya. ‘Benar-benar seperti serigala yang sedang menipu seekor kelinci kecil dengan kata-kata 100 tahun. Tuan Rayyan, ternyata anda benar-benar licik 100 kali lebih licik dari yang aku perkirakan.’Sepuluh menit kemudian, Evelyn dan Rayyan akhirnya mendapatkan surat nikah mereka. Staf itu juga memberi mereka selembar kertas sebelum pergi.Rayyan melirik Robi, dia hanya mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum tipis kemudian melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam sakunya.Evelyn mengambil surat nikahnya dan berjalan keluar lobi dengan senyuman lebar. Wajahnya tampak begitu bahagia.“Sekarang kita sudah punya surat nik
Saat ini Rayyan merasa bersalah. Andai saja dia tahu lebih awal, jika Evelyn akan takut dan terkejut sampai seperti ini, dia pasti akan mengetuk pintu dulu sebelum masuk.Evelyn menjadi gugup saat menyadari jika ada seseorang yang tiba-tiba saja berjongkok, apalagi ketika pria itu menatapnya. Dia merasa seolah-olah stok udara di ruangan itu tiba-tiba seperti mau habis. Perlahan dia menggelengkan kepalanya,“Tidak.”Rayyan terdiam, dia memikirkan apa alasan Evelyn begitu terkejut? Lalu dia berkata dengan lembut,“Gambaranmu sangat bagus.”Bukannya merasa tersanjung, Evelyn malah semakin tersipu malu. Dia menunduk menatap kakinya yang terbalut sandal hotel, kemudian memberi penjelasan dengan suara manis dan lembut.“Aku, aku hanya membantu membuat gambar sampul untuk buku yang akan diterbitkan. Editor Kubilang, gambarannya harus memiliki nuansa intim dan menarik. Sungguh! Aku tidak sedang menggambar yang,... porno...” Evelyn menggigit bibirnya.Rayyan tersenyum, padahal dia sedang menah
Saat melihat Evelyn, para eksekutif itu terkejut bukan main, pikiran mereka langsung menebak jika Rayyan benar-benar adalah seorang Pedofil. Gadis kecil ini adalah bukti yang kuat untuk menyakinkan, jika semua berita yang tersebar di internet itu benar adanya.“Maaf, apa saat ini kalian sedang sibuk?” Evelyn bertanya dengan suara lembut, karena takut jika kehadirannya mengganggu mereka.Para eksekutif itu terdiam, sebenarnya mereka bukan sibuk. Tidak ada pekerjaan yang mereka lakukan, sepanjang hari ini mereka hanya duduk santai sambil minum kopi bersama bos mereka.Tapi Robi menjawab dengan ekspresi serius,“Kami lumayan sibuk. Apa Nyonya lapar? Bagaimana jika saya akan meminta pihak hotel untuk segera mengantar makanan untuk anda.”Evelyn melambaikan tangannya,“Tidak, tidak perlu! Sebetulnya kedatangan ku kesini hanya ingin melihat keadaan kalian saja, dan ingin bilang meskipun pekerjaan kalian sangat penting, tapi kalian jangan lupa untuk istirahat dan menjaga pola makan.” Dia ber
Saat dia membuka mata, Rayyan telah menatapnya dengan lembut sambil memegang sebuah selimut. Rayyan hendak menyelimutinya, tapi belum sempat selimut itu menutupi tubuhnya tiba-tiba Evelyn sudah membuka matanya dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut.“Apa aku sudah membuatmu terbangun?”Evelyn tertegun, menatap Rayyan.Kemudian Rayyan menyelimuti tubuh Evelyn hingga leher, menutup bahu, perut dan tubuh bagian bawah.Evelyn teringat pada mimpinya barusan. Rayyan yang tidak memakai baju dengan wajah yang merah dan penuh keringat panas yang mengalir dari dagunya.Wajah Evelyn langsung tersipu, kulitnya juga langsung memerah sepanjang leher hingga telinga. Bahkan tangan kecilnya pun tampak berwarna merah muda, dia mencengkeram erat selimut itu lalu menarik ke atas sampai menutupi separuh wajahnya, kemudian menggelengkan kepalanya perlahan.Melihat wajah Evelyn yang terlihat tidak biasa, Rayyan jadi merasa khawatir.“Kenapa wajahmu merah sekali? Apa kamu sedang sakit?” Tanyanya sambil m
Mereka paham akan maksud dari ucapan Amara, mereka juga mengerti kegelisahan yang Amara rasakan.Pada akhirnya Amar pun menepuk pundak Arka, “Ada baiknya memang seperti itu Arka, kamu tidak keberatan kan, atas permintaan Amara?”Arka mengangguk, “Ya, Paman. Jika itu permintaan Amara, aku pasti akan menurutinya.”Amar kemudian keluar, dia menemui pihak rumah sakit untuk mengutarakan niatnya. Dokter tidak mempermasalahkan itu dan mengizinkan. Beberapa orang juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang akan mereka lakukan. Menikah di rumah sakit, karena saat salah satu dari pasangan dari mereka kritis. Bahkan ada yang meninggal setelah mereka menikah. Dokter mengerti dan tidak mempersulit semua itu.Amar menghubungi Rayyan dan mengatakan hal ini. Lalu Rayyan menghubungi mertuanya dan menyampaikan apa yang dikatakan Amar.Siang ini di ruangan rawat inap tempat dimana Amara dirawat, nampak ramai orang. Tetapi mereka masih tetap menjaga ketenangan dan jarang yang berbicara. Sekali berbi
Evelyn menceritakan semuanya tentang kakaknya. Laras bukan tidak khawatir, dia bahkan menangis membayangkan jika hampir saja dia akan kehilangan putra satu-satunya milik mereka.Arka menoleh pada Azura, calon ibu mertuanya itu mengangguk. Dan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh ibunya. Akhirnya Arka pun menurut.“Baiklah Bu, aku akan pulang.” Pada akhirnya Arka pun berpamitan pada Azura dan Amar untuk pulang dahulu.Ketika dia memasuki pintu, Laras dan Sofyan sudah berdiri menunggunya. Laras menatap putranya itu berjalan dengan lesu ke dalam rumah dengan wajah yang kusut dan pucat. Penampilan Arka sangat berantakan. Tetapi wajahnya tersirat sebuah kedewasaan. Jauh berbeda dengan Arka sebelum ini. Hati Laras sakit rasanya melihat keadaan putranya seperti itu. Langsung berlari dan memeluk Arka serta menangis tersedu-sedu.“Arka, jangan khawatir lagi. Semua akan baik-baik saja. Cinta kalian pasti akan bersatu.”Arka mendorong lembut tubuh ibunya kemudian mengangkat dagu
Pintu ruangan dimana Amara dirawat terbuka, beberapa suster masuk dan hanya memerlukan waktu sekitar dua menit, mereka sudah keluar dengan mendorong tubuh Amara.Semua orang mengikuti, namun langkah mereka harus terhenti ketika pintu ruangan operasi tertutup, menyisakan cahaya lampu halogen dan lampu LED yang sinarnya menembus kaca jendela. Tapi itu hanya beberapa detik saja, cahaya lampu di dalam ruangan itu menghilang karena tirai jendela telah ditutup dengan rapat.Amar merengkuh tubuh Azura dan membawanya ke ruang tunggu, sementara Rayyan merengkuh tubuh Arka dan membawanya ke ruangan tunggu juga, Rayyan memperlakukan Arka seperti memperlakukan anak kecilnya saja, bahkan dia melupakan istrinya yang bengong melompong melihat suaminya yang bukannya merengkuh dirinya justru malah merengkuh kakaknya.Sejenak Evelyn tertegun kemudian dia langsung tersadar. Dia ikut menyusul mereka dengan berlari kecil, lalu duduk di samping Arka.Dia segera memeluk Arka kembali, menyisihkan tangan Ray
Suasana kembali hening. Kembali tidak ada suara dari mereka, kembali tidak ada yang beranjak dari tempatnya. Mata mereka hanya terfokus pada satu titik saja yaitu ke arah dimana Dokter membawa Arka.Ingin rasanya mereka berlari menyusul kemudian berteriak memanggil Arka. Namun mereka menahan keinginan itu dengan sekuatnya. Bahkan cenderung dengan berat hati hanya bisa pasrah menghargai keinginan dan pengorbanan Arka.Sambil terus menekan dadanya, membayangkan apa yang sedang dilakukan para Ahli medis di dalam sana pada tubuh Arka. Membelah dadanya dan mengeluarkan jantungnya hidup-hidup? Atau Arka di bius dulu hingga mati kemudian diambil Jantungnya?Semua orang hanya bisa membisu ngeri dan menahan sakit dalam hati.Hingga beberapa saat lamanya, di tengah-tengah ketegangan yang meraja, seorang perawat berlari mendekati mereka. Semua berdiri."Tuan Rayyan, Dokter memanggil Anda. Mari silahkan ikut saya.""Aku ikut." Evelyn cepat ikut bangun."Mohon maaf Nyonya. Hanya Tuan Rayyan saja.
Suasana semakin Pilu dan terasa sangat mencekam saat Arka menandatangani surat itu.Tidak ada yang tidak mengeluarkan air mata. Pengorbanan Arka saat ini sungguh tidak bisa dikatakan main-main. Arka akan menyerahkan jantungnya untuk kelangsungan hidup Amara. Dia akan mati, demi Amara bisa hidup."Ikut lah bersama kami." Dokter melangkah. Arka mengikutinya."Kak Arka!" Evelyn yang sejak tadi membeku kini tidak bisa lagi menahan diri. Dia memanggil Arka sambil menarik lengannya.Arka menghentikan langkahnya kemudian dia menoleh.“Kak Arka, apa kamu akan meninggalkan kami?”Arka membalikkan badannya dia menatap lekat wajah adiknya yang teramat ya sayangi itu. Kemudian tangannya terulur untuk mengusap air mata Evelyn ini yang sejak tadi sudah membasahi pipinya.“Kak Arka tidak pernah pergi. Kak Arka akan tetap ada di hati kalian.” Dia meraih kedua tangan Evelyn kemudian menggenggamnya dengan erat.“Evelyn dengarkan kakak, tanpa Kakak, kamu akan tetap hidup lebih baik asalkan ada Rayyan di
Tidak perlu menunggu waktu lama, seseorang yang dihubungi oleh Rayyan itu langsung mengangkat panggilan teleponnya.[Robi, segera mungkin hubungi semua tim kita, untuk bergerak keseluruh rumah sakit atau kemana saja untuk mencari seseorang yang bisa mendonorkan Jantungnya untuk Amara. Berapapun harganya, kita akan membayarnya! Dengar berapapun, itu aku tidak peduli!]Tanpa bertanya, Robi sudah paham dengan maksud dari perintah yang diutarakan oleh Rayyan dan cepat mengiyakan.Baru saja Rayyan mengakhiri panggilannya, Seorang Perawat masuk dan berseru."Dokter! Nona Amara kritis!"Tanpa bertanya, Dokter pun segera berlari menyusul langkah perawat itu yang dengan sigapnya disusul juga oleh yang lainnya.Dokter segera masuk ke dalam ruangan tempat Amara berbaring."Amar, kondisi Amara, Putri kita memburuk! Dia tidak sadarkan diri lagi!" Azura langsung menubruk tubuh Amar dan menangis histeris saat sang suami muncul di hadapannya.Amar cepat membawa tubuh Azura ke luar ruangan mengikuti i
Sudah hampir tiga jam lamanya, Tim medis dari rumah sakit ternama di kota mereka itu menangani Amara di ruangan ICU.Saat ini, Rayyan dan Evelyn sudah berada di rumah sakit, Amar yang sudah menghubungi mereka. Saat Rayyan mendapatkan kabar jika kondisi Amara kritis seketika saja ia langsung membawa serta Evelyn untuk bergegas menuju rumah sakit.Mereka sempat tidak percaya dengan berita yang mereka dengar, karena baru beberapa jam yang lalu suami dari Bibinya itu baru saja mengabarkan jika kesehatan Amara sudah membaik, bahkan hari ini Amara sudah dinyatakan boleh pulang ke rumah dan menjalankan berobat jalan saja.Akan tetapi semuanya terasa seperti mimpi, mendadak kondisi Amara menjadi kritis seperti saat ini. Semua orang dipenuhi rasa kekhawatiran. Menatap penuh harap ke arah pintu ruangan ICU tempat Amara sedang ditangani secara intensif oleh tim medis.Tak ada satupun suara yang terdengar, mereka hanya terdiam dan memanjatkan doa didalam hati mereka masing-masing. Hingga akhirnya
Epilog.Pagi-pagi, Amar dan Azura sudah terlihat melangkah menuju ruangan dimana Amara dirawat dengan wajah penuh ketenangan."Pagi sayang!" Azura menyapa berbarengan dengan membuka pintu ruangan."Pagi Mama, Papa." Amara menyambut dengan mata yang berbinar bahagia.Mata Azura langsung fokus pada tangan Arka yang sedang menyisir rambut Amara.'Wajar saja kalau Amara jatuh cinta pada pria itu. Dia begitu perhatian.' batinnya.Arka cepat mengangguk pada mereka berdua lalu kembali pada rambut Amara. Dia mengikat rapi rambut Amara keatas. Kemudian segera beranjak untuk menyisih."Bagaimana keadaan Amara, Arka?" tanya Amar pada Arka."Kata Dokter, aku sudah diperbolehkan pulang hari ini, Pa!" seru Amara.Amar tersenyum. "Papa sudah tahu. Dokter sudah menelpon Papa semalam, jika pagi ini kamu sudah boleh kembali ke rumah.""Paman, kalau begitu aku akan segera mengurus administrasi dulu." ucap Arka.Amar mengangguk."Kak Arka, kamu mau kemana?" tanya Amara."Arka harus mengurus biaya adminis
Hari ini, Amar menepati janji.Sepulang dari menjenguk Amara di rumah sakit, dia langsung menghubungi Rayyan untuk membahas rencana persiapan pernikahan Amara dan Arka.Rayyan pun segera datang bersama dengan Evelyn ke rumah besar keluarga Brahmana untuk membahas hal ini di sana.Setelah mereka berdiskusi akhirnya mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Evelyn yaitu kediaman keluarga Limanto. Sebelum menuju rumah orang tuanya tidak lupa Evelyn memberi kabar pada ibunya supaya Ayahnya jangan dulu berangkat kerja, agar saat mereka tiba di kediaman keluarga Limanto, sang Ayah masih berada di rumah karena keluarga Brahmana akan datang ke sana.Laras tidak tahu apa yang akan mereka bahas, Dia mengira jika keluarga besar Brahmana hanya mengunjungi mereka sekedar untuk bersilaturahmi saja.Jadi dia pun memberitahu suaminya agar jangan pergi dulu ke kantor.Ketika semua orang sudah berkumpul di ruangan tengah kediaman keluarga Limanto, Laras dan Sofyan sedikit terkejut karena yang