Sampai di restoran yang ia tuju, Arka langsung memarkirkan mobilnya dan meloncat untuk turun. Begitu dia melangkah satu langkah, dia melihat seorang gadis imut yang sedang berdiri bersandar di sebuah mobil berwarna merah. Gadis itu terlihat sedang sibuk mengotak-atik ponselnya.Begitu Gadis itu menoleh ke arahnya, Arka tercengang. Belum sempat dia berkata apapun, suara Gadis itu sudah terdengar riang sambil berlari kecil menghampirinya.“Kak Arka.. Aku pikir kamu tidak jadi menemuiku. Aku sudah hampir satu jam menunggumu di sini."Astaga! Arka benar-benar merasa bersalah sudah membuat Amara menunggunya selama itu. Jantungnya tiba-tiba berdebar tak karuan ketika melihat wajah Gadis itu dengan jelas berada di hadapannya.Seketika itu juga, pesona kecantikan adik kesayangannya Evelyn yang menurutnya adalah gadis paling cantik di dunia, tersingkirkan dari pikirannya.‘Rupanya, ada juga gadis yang menandingi kecantikan adikku.’ Arka memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya. ‘Arka, ka
Sumpah demi apapun, dalam hatinya Arka mengakui jika baru kali ini dia merasa seperti seorang pengecut sepanjang dia merasakan hidup di dunia ini. Padahal selama ini tidak ada satu orang pun yang bisa membuat, seorang Arka Limanto bisa tertunduk dan menjadi salah tingkah seperti ini.Meskipun dengan susah payah dia menahan diri, entah dari perasaan apa yang tidak jelas saat ini sedang merundung hatinya itu, yang pasti ia betul-betul menjadi salah tingkah.Akhirnya makan malam pun berakhir. Dua orang ini sama-sama merasa suasana hatinya yang mendadak menjadi tidak jelas. Tetapi berbeda cara untuk mengartikan waktu yang saat ini berjalan.Disatu sisi Arka merasa waktu yang ada seakan-akan berjalan ditempat, detik demi detik yang berputar begitu lambat seperti menyiksanya bertahun-tahun lamanya.Sedangkan Amara justru merasa hal berbeda dan sebaliknya, ia merasa waktu benar-benar terasa cepat untuk berputar. Perasaan baru saja dia duduk bersama Arka, akan tetapi tanpa ia rasa makan malam
Karena takut terjatuh, kedua tangan Amara pun secara alami dalam gerak cepat langsung merengkuh leher Arka. Tanpa sengaja dalam keadaan itu bibir mungil Amara menempel pada pipi Arka saat wajah mereka bersentuhan dengan kejadian itu..Tubuh Arka seketika bergetar, sepanjang umurnya baru kali ini wajah tampannya tersentuh oleh bibir seorang wanita dan sialnya wanita ini adalah Nona Amara, seseorang yang diibaratkan bagaikan seorang putri yang harus dijaga dan dihormati oleh dirinya.Amara yang sudah berdiri tegak, dengan salah tingkah langsung melepaskan rengkuhan tangannya dan bergeser dua langkah untuk menjauh dari Arka.“Ma.. Maaf, itu tadi aku tidak sengaja.” Dia sadar jika tadi tanpa sengaja dia yang mencium Arka.Jujur saja saat ini Amara merasa benar-benar sangat malu bahkan juga merasa bersalah. Apalagi adegan mereka yang terjadi tepat di depan pintu restoran, menjadi tontonan beberapa tamu restoran lain yang ada di tempat itu.Arka juga tidak tahu harus berkata apa. Awalnya ia
Pagi hari, Arka bangun dari tidurnya. Begitu membuka mata hal pertama yang ingin dilihatnya adalah benda pipih yang ada di samping tubuhnya. Ia melihat begitu banyak pesan chat masuk di dalam ponselnya. Dengan cepat ia langsung memeriksa. Tapi kemudian dia mendesah kecewa. Dari sekian banyak pesan yang masuk, ternyata tidak ada satupun yang dari Nona Amara.Entah kenapa tiba-tiba dia begitu berharap jika Nona Amara akan mengiriminya pesan. Meskipun itu hanya kata-kata ucapan selamat pagi saja.Arka mengangkat kedua alisnya, benar-benar merasa aneh dengan dirinya.“Apa yang aku pikirkan? Dasar gila!”Baru saja dia meletakkan ponselnya kembali terdengar notif pesan masuk di handphonenya,Ting!Ada satu pesan lagi yang masuk. Arka malas untuk melihat, karena dia berpikir jika itu pasti hanya pesan dari anak-anak grup saja.Tapi ketika hatinya merasa penasaran kemudian ia sedikit melirik, senyumnya merekah, siapa yang menyangka jika itu adalah pesan dari Amara. Dia langsung menyambar kemb
Beberapa gadis karyawan di kantor itu sampai terpesona melihatnya.Biasanya saat melihat Arka datang, mereka pasti akan langsung melengos dan membuang muka.Bahkan sebagian akan berkata dengan pelan, “Tuh manajer Arka yang jahat! Baru datang males lihat wajahnya!”Akan tetapi pagi ini suasana kantor menjadi berbeda, Arka melihat sekeliling jika orang-orang sekitar sedang melempar tatapan aneh padanya. Ada perasaan kesal yang tiba-tiba saja menyergap hatinya.Dia menyerngitkan alisnya. “Apa yang kalian lihat hah! Minta dicongkel matanya ya?” tuturnya kesal.Arka yang beberapa menit lalu sejenak berubah menjadi seorang pangeran yang penuh wibawa, kini dalam hitungan menit berikutnya sudah pada mode awal setelan dari pabrik, kembali pada asal wataknya yaitu pria arogan.Senyum takjub yang tadi sempat mengembang pada bibir gadis-gadis yang ada di kantornya, kini mendadak langsung berubah menjadi senyum kecut.“Dasar manajer Arka menyebalkan! Baru saja terlihat baik, eh setannya sudah kemb
Andai saja bisa diungkapkan debaran jantung Arka yang bergemuruh itu pasti akan terasa cenat-cenut, Cenat-cenut… Begitu irama dan rasa debarannya.Arka sendiri merasa heran, tidak tahu saat ini apa yang sedang terjadi pada dirinya, atau jangan-jangan dia sedang menderita penyakit tipe langka yang sulit untuk dijelaskan.[Terima kasih ya kak Arka. Kak Arka ini benar-benar sangat baik deh.]Terang saja Pujian Amara itu mendadak membuat tubuh Arka tiba-tiba menjadi ringan. Seakan-akan ia hampir melayang terbang menembus plafon ruang kantornya.Arka hanya mengangguk, kemudian dia berkata dengan lembut, [Baiklah, sekarang lebih baik Nona Amara istirahat dulu, aku tutup panggilannya ya?][Tidak mau. Aku belum puas melihatmu. Bagaimana jika Kak Arka, taruh saja ponselnya. Arahkan ponsel itu menghadap kakak. Jadi aku bisa melihatmu dari sini.]‘Astaga! Ini anak semakin aneh saja keinginannya!’ batinnya sambil kedua mata Arka melotot.Mana bisa seperti itu? Waktu santai begini saja, dia tidak
Mengetahui jika tidak ada respons dari Amara tentang berita yang disampaikannya itu, Rayyan bersuara.“Amara, ada apa? Apa ada masalah? Sepertinya kamu tidak tertarik dengan berita bahagia yang kakak sampaikan ini?” diujung gawai telponnya Rayyan betul-betul merasa heran, pada hal selama ini Amara akan sangat antusias jika mendengar kalimat untuk keluar negeri.Setelah terdiam dengan waktu yang cukup lama kemudian Amara menjawab, “Kak, sepertinya aku tidak lagi ingin pergi ke luar negeri.” tuturnya.Rayyan menyerngitkan keningnya,“Biarkan saja aku di sini. Aku akan mengikuti terapi dari dokter dengan rajin. Aku akan memperhatikan semua apa yang disarankan dokter. Aku pasti akan pulih 100% di sini. Meskipun itu memakan waktu yang cukup lama, bagiku itu tidak masalah. Kak Rayyan, maaf ya aku benar-benar tidak mau pergi ke luar negeri.”Rayyan betul-betul merasa heran. Dalam hatinya ia berkata, ‘Kenapa bisa seperti itu? Padahal selama ini Amara lah yang selalu merengek dan menginginkan
Rayyan sudah tidak heran dengan tingkah Arka yang selalu sesuka hatinya seperti itu, Arka orangnya memang seperti itu. Meskipun Arka adalah orang yang tidak disiplin masalah waktu, akan tetapi untuk urusan pekerjaan dia memang benar-benar dapat diandalkan.Disaat Rayyan dan Robi sibuk mengira-ngira dimana keberadaan Arka, seseorang yang dicari itu sudah melajukan mobilnya menuju restoran tempat dia dan Amara janjian.Dia sudah mendapatkan pesan dari Amara jika Amara sudah sampai di restoran dan sudah menunggunya di dalam. Jadi ketika dia sampai di depan restoran itu, dia langsung berjalan masuk ke dalam restoran.Dia melihat seorang gadis kecil mengenakan rok pendek berwarna hijau melambaikan tangan padanya. Gadis itu mengenakan sepatu boot tinggi di bawah lutut. Penampilannya benar-benar begitu menawan di mata Arka, padahal jika diperhatikan secara khusus penampilan Amara itu sangatlah sederhana.Arka menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, ia harus menstabilkan detak jantungnya t
Mendengar gumaman Ibunya, Sofyan langsung berkata, “Ibu, kita tidak boleh berharap seperti itu. Meskipun sekarang kita ini adalah besan dengan grup Brahmana, tetapi kita harus tahu diri siapa kita. Jika dibanding dengan keluarga Brahmana, kita ini diibaratkan cuma seujung kukunya saja dari Brahmana grup. Evelyn dipilih oleh Tuan Rayyan untuk menjadi istrinya saja, itu sudah merupakan sebuah kebanggaan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Jadi aku harap kita jangan bermimpi terlalu tinggi untuk mendapatkan jantung, jika saat ini kita sudah dikasih mereka hati.”Nenek Limanto tertawa kecil, “Iya, kamu benar. Lagi pula perkataan ibu tadi tidak terlalu serius.”Seharian ini Evelyn melewati waktu di rumah keluarganya ini. Dia mulai merasa suntuk dan bosan. Dia merindukan Rayyan, ingin menelepon tetapi dia takut mengganggu kesibukan Rayyan. Jadi pada akhirnya dia hanya bisa menahan diri.Hingga malam telah tiba, dia melihat kakaknya sudah pulang dari kantor nya. Dia segera menghampiri
Laras terdiam sejenak, kemudian dia berpikir jika apa yang dikatakan suaminya ini adalah benar. Bukankah kemarin-kemarin suaminya sudah menceritakan kepada dirinya tentang siapa sosok dari Rayyan ini.Pada akhirnya dia menatap Rayyan dan Evelyn secara bergantian, kemudian dia mengangguk. “Baiklah, terima kasih sekali. Ibu dengan sangat senang hati akan menerima hadiah ini. Sungguh ini adalah hadiah termewah yang pernah kumiliki dan pernah ibu terima. Sekali lagi, terima kasih ya, Tuan Rayyan.”Rayyan mengangguk kemudian dia berkata dengan lembut, “Ah iya, sama-sama Ibu mertua, kalau begitu, apa boleh aku meminta satu permintaan darimu Ibu?”Mendengar penuturan Rayyan semuanya menatap penuh rasa penasaran.“Bo-boleh apa itu Tuan, katakan saja?” tutur Laras penuh rasa heran dan binggung.“Apakah bisa jika mulai sekarang, Ibu jangan lagi memanggilku dengan sebutan Tuan?”Belum sempat semua orang menjawab tiba-tiba Arka berkata , “Ibu, seharusnya Ibu memang tidak boleh memanggilnya Tuan l
Dari melihat hadiah-hadiah yang di bawah oleh Rayyan saja, hati Laras sudah bergetar. Ditambah lagi saat pemuda yang begitu tetpandang dikota mereka yang saat ini berstatus sebagai suami dari putrinya, berjabatan tangan dengan dirinya dan mencium pucuk telapak tangannya dengan begitu hormat.Laras sampai gugup dan kemudian menjawab, “Iya, terima kasih, Tuan Rayyan. Terima kasih. Tapi kenapa mesti repot-repot membawa hadiah segala, dan sebanyak itu?”Rayyan melepaskan jabatan tangannya dengan lembut, kemudian mengangkat pandangannya sejenak. Sebelum akhirnya dia menatap orang-orang yang di sekelilingnya. Terakhir kali tatapannya terpatri pada Evelyn selama beberapa saat, kemudian dia tersenyum dengan hangat. “Mana mungkin merepotkan? Aku adalah menantu keluarga ini, memberi hadiah untuk Ibu mertua yang sedang berulang tahun itu adalah hal yang sangat wajar. Bukankah demikian sayang?” dia bertanya demikian kepada Evelyn.“Eh iya, itu benar ibu. Bukankah kak Rayyan ini menantumu? Jadi
Sebetulnya sejak kedatangan keluarga Lewis dikediaman Keluarga Limanto, perasaan Laras sudah tidak menentu. Terlihat mulutnya bersungut-sungut, antara menghina, kesal dan juga marah.“Dasar keluarga Lewis itu benar-benar tidak tahu malu. Tidak ibunya, tidak anak laki-lakinya dan juga anak perempuannya, semua sama saja tidak ada yang baik. Aku betul-betul merasa sangat beruntung jika hari itu putriku ditinggalkan di hari pernikahannya. Benar-benar sebuah anugerah bagi Evelyn tidak jadi masuk dalam keluarga yang tidak tahu malu itu.”Sofyan yang mendengar istrinya menggerutu langsung menarik lengannya, memberi isyarat agar dia diam sambil melirik Ibunya.Laras langsung diam, dia merasa bersalah telah mengumpat keluarga Lewis di depan Ibu mertuanya. Karena biar bagaimanapun juga Nyonya besar Lewis adalah sahabat Ibu mertuanya. Tidak seharusnya dia memaki mereka di depan Ibu mertuanya. Karena merasa tidak enak hati kepada ibu mertuanya itu, kemudian dia berinisiatif untuk meminta maaf,
Tetapi dia berusaha untuk menahannya. Pandangannya kini beralih pada sebuah lukisan yang bersandar di ujung dinding sana, ya Revan ingat jika itu adalah lukisan dirinya.Kemudian dengan ragu-ragu dia bertanya, “Ternyata, kamu masih menyimpan lukisan itu?”Evelyn menoleh sebentar, kemudian ikut menatap ke arah tatapan mata Revan. Sebentar kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya pada lukisan yang ada di depannya sambil berkata,“Waktu aku membawa lukisan itu untuk hadiah ulang tahunmu, tapi kamu menolaknya. Kamu mengatakan jika tidak ada tempat untuk menyimpannya di rumahmu, jadi aku membawanya pulang dan menaruhnya di ujung sana. Sampai aku lupa kalau ternyata masih ada lukisan itu.”Revan tertegun, dia baru teringat jika dulu Evelyn pernah mengatakan jika dia sudah menghabiskan waktu hampir dua minggu hanya untuk menyelesaikan lukisan itu, tetapi dengan gampangnya dia justru menolak hadiah yang dibawa Evelyn itu di hari ulang tahunnya.Sekarang dia benar-benar merasa sangat meny
Nenek Limanto kemudian menambahkan, “Cuaca masih sangat dingin, jadi Evelyn tidak diperbolehkan untuk keluar kamar kecuali hanya makan. Tahu sendiri bagaimana fisik Evelyn yang memang kurang sehat dari dulu.”Bu Linda kemudian menoleh pada Anesa yang duduk di sampingnya, wajah gadis itu terlihat cemberut dan kesal. Sebenarnya dia benar-benar sangat malas untuk datang ke sini, tetapi ibu dan Ayahnya lah yang sudah mendesak begitu juga dengan kakaknya Revan. Bahkan dia diancam oleh Tomi, jika dia tidak mau datang dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada Evelyn maka bukan hanya dia yang akan bermasalah tetapi keluarganya juga yang akan menanggung akibatnya.Bu Linda yang melihat ekspresi wajah Anesa pun akhirnya menyenggol pinggangnya dengan sikunya.Anesa melirik sebentar kemudian dengan terpaksa dia bersuara sambil berlutut dan meraih kedua tangan Nenek Limanto.“Nenek, Tante Laras dan Om Sofyan, jadi sebenarnya kedatangan aku kesini ingin meminta maaf kepada kalian semua terutam
Sejenak hati Rayyan terasa seperti kosong. Ketika dia memasuki villa pun, rasanya villa itu menjadi sepi dan hening. Padahal baru beberapa menit Evelyn meninggalkan villa ini. Rayyan langsung merasa tidak betah berada di sini.Dia mendengus kasar. Kehadiran Evelyn di dalam villa ini benar-benar seperti atmosfer yang memenuhi ruangan ini. Ketika dia pergi maka langsung seperti sebuah ruangan tanpa udara. Dadanya pun terasa langsung sesak.Rayyan menyadari jika dia benar-benar sudah sangat mencintai gadis kecil itu dengan teramat sangat. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk membawa keluarganya datang ke keluarga Limanto. Tetapi dia harus sabar menunggu tunggu dulu dia harus mengirim Arka pergi dulu dari negara ini, agar semua langkahnya lebih bebas.Meskipun waktu itu Arka sudah pernah menitipkan Evelyn padanya, tetapi Rayyan bukan orang yang gampang percaya dengan mudah. Apalagi Arka menjadi seorang yang plin-plan sekarang. Di depannya kadang begini, kadang tiba-tiba begitu lagi.Rayyan
Arka menarik nafas panjang, dia berusaha menenangkan kegugupannya kemudian dia mengubah topik pembicaraan.“Evelyn, aku datang kemari untuk menjemputmu. Ibu yang menyuruhku untuk membawamu pulang hari ini.”Evelyn mengangguk, dia sudah paham. Kemudian dia duduk di samping Rayyan dan berkata padanya, “Kak Rayyan, apa kamu mengijinkan aku untuk pulang? Besok adalah hari ulang tahun Ibuku, tadi Ayah juga sudah menelpon dan memintaku untuk pulang ke rumah.”Rayyan mengangkat kedua alisnya, dia betul-betul tidak tahu jika besok adalah hari ulang tahun Ibu mertuanya. Perasaan di hatinya mendadak jadi serba salah, Sedangkan untuk dua hari kedepan dia masih punya banyak urusan di kantor.Tidak lama kemudian dia mengangguk, “Pulang lah kalau begitu. Maafkan aku jika belum bisa mengantarmu atau datang ke sana. Tapi nanti aku pasti akan kesana setelah urusanku selesai. Kamu tidak akan marah kan?”Evelyn tentu saja mengerti, Rayyan punya banyak kesibukan. Apalagi dia mungkin harus mengurus kebera
“Oh, ya ampun! Ayah, aku lupa hari ini adalah ulang tahun Ibu kan? Ah, bukan hari ini, maksudnya besok adalah hari ulang tahun Ibu.”Di sana Sofyan tersenyum meskipun Evelyn tidak melihatnya, tapi dia sangat senang karena putrinya ternyata mengingat hari ulang tahun ibunya.“Kamu benar sekali. Jadi bagaimana, apakah hari ini kamu bisa pulang? Besok malam kita akan merayakan ulang tahun Ibu bersama-sama di rumah. Sederhana saja, asalkan dia senang.”“Iya, ayah. Aku pasti akan pulang.”“Ah, baiklah Evelyn. Terima kasih kalau begitu. Ayah akan tutup teleponnya ya?”“Iya ayah, sampai jumpa ya?”Evelyn menutup panggilan, setiap kali dia berbicara dengan ibu atau ayahnya sebenarnya hatinya selalu bergetar. Bukannya apa, dia sebenarnya tahu jika kedua orang tuanya itu sangat mencintainya dengan sepenuh hati.Hanya saja dulu memang ada sesuatu yang mengharuskan mereka untuk membuang dirinya. Bukan karena mereka tidak menginginkan dirinya. Bahkan sekarang setelah dia sudah berkumpul dengan mer