Selamat membaca.Karena kejujuran ku, aku harus mendekam di penjara bawah tanah. Mereka bilang ini adalah hukuman karena bekerja sama dengan Emabell dan tak menghentikan Emabell. Dalam kesendirian dan gelap yang memenuhi beberapa sisi penjara yang tak tersentuh cahaya. Aku mendengar suara langkah kaki mendekat.Sakana—aku tahu tujuannya datang adalah untuk mengintrogasi ku soal herbal yang ku dapat. "Abell!""Ya tuan?""Kau tahu dimana Emabell, kau bisa mengatakannya padaku." Meminta dengan wajah tak bersahabat seperti itu. Membuatku sedikit kesal.Tersenyum aku menatap pria berperawakan kejam itu. Lalu berpendapat, "apakah Emabell adalah seorang tahanan? Sampai aku yang tidak tahu apa-apa ini, hanya sedikit terlihat dinyatakan bersalah. Mungkinkah, dia dihukum mati tepat saat ia datang? Layaknya seorang penjahat?!" tanyaku pada Sakana dengan mata yang berkaca-kaca. "Dia menginginkan sesuatu, aku pun demikian. Dan jika aku salah apakah dia juga salah?!" Sakana diam saja.Lantas detik
Selamat membaca."ABELL!"Rubia menahan serangan Abell, temannya dengan mata sendu. Saling adu kekuatan dan juga perasaan—tetapi Abell sudah seperti orang yang kerasukan setan. Matanya bahkan tak merespon tatapan berair Rubia. "Ku mohon, sadarlah!""Ini bukan kekuatan Gazelle. Di roh pelindung tanah Gazelle, roh yang menyerang hati yang lemah!" Almosa menjelaskan.Sedangkan Sirrius yang tampak terengah-engah paham, kalau Emabell pasti tahu apa yang Bagindanya pikirkan. Dan apa yang akan terjadi hari ini.Semua mengepalkan tangannya kuat, sebab dendam Emabell tercipta bukan karena orang lain. Tetapi karena dirinya sendiri—ketidakberdayaannya mengendalikan keinginannya dan mengorbankan orang lain membuat Emabell membenci dirinya sendiri dan rela melakukan apa saja demi tujuan besarnya.Mereka akhirnya mengerti."Lalu apa yang harus kita lakukan? Membunuhnya, atau menyelamatkannya?!" Tanya Damor mulai emosi karena racun bahkan tak bisa menyentuh Abell. Sosok yang tercipta karena Emabell.
Selamat membaca.Awalnya, terikat dengannya adalah sebuah kutukan. Adalah sebuah hukuman yang tak pernah berhenti mengejar, tidak ada rasa suka dan tidak cahaya. Tetapi waktu mengubahnya menjadi ribuan berkat dan anugerah yang luar biasa. Mengenalnya adalah sebuah keberuntungan yang mungkin tak akan datang untuk kedua kalinya.Mengingat ia selalu ada disaat sedih, dan selalu menopang di saat hati dan pikiran tidak sejalan. Tanpa sadar, aku telah memilihnya menjadi milikku cintaku, Bagindaku. Kehidupanku."Bukan berarti kau bisa melakukan semuanya sendiri karena tidak memiliki alasan berada bersama denganku Emabell." Baginda melirikku yang tenggelam dalam pikiranku selama beberapa saat yang lalu.Dalam gendongannya, aku tersenyum tulus. "Kau benar kita tidak terikat lagi…."Ehem. Almosa berdehem, maju selangkah tetapi tidak melewati batas kelancangan. Lalu ia berkata, "maaf menyela, tetapi yang saya lihat. Kalian terikat dalam darah, raja dan ratu. Hanya tidak dibenarkan secara hukum d
Selamat membaca."Mereka datang!"Matahari Bahkan belum terbit, tetapi ada nyawa yang tidak pernah berhenti mengintai. Bahkan tak berkedip sedikitpun meski terkena angin.Aku sudah bangun dan sekarang berada dalam pelukan Baginda, dia bahkan tak ingin melepaskanku atau membiarkan aku yang lemah ini bersembunyi.Dan ketika ribuan bayangan tampak begitu jelas di langit dalam jarak yang cukup jauh, tetapi mendekat dengan kekuatan luar biasa yang membinasakan. Aku menelan salivaku kasar—sekarang, aku sudah tidak punya kekuataan apapun lagi.Namun saat mereka semakin mendekat. Muncul gerbang di tengah-tengah awan, seperti ada portal penghubung. Lalu dari atas sana, keluarlah mahkluk-mahkluk seperti kuda dengan sayap hitam dan badan hitam perkara. Mata kuda-kuda itu menyala seperti nyala api.Jumlah yang fantastis. Aku merinding. "Ba-baginda…." Sadar kalau kekuataan itu berasal dari Baginda. Matanya dan mata kuda-kuda itu, semuanya sama. Berlari seperti tornado, menembus pasukan yang sedan
Selamat membaca.Esok. Seperti telah menghilang, ketika mata penuh dengan air mata. Pandanganku membuat memburam, hatiku sakit. Seperti waktu telah usai…sama seperti saat itu. Aku menjadi alasan kuat hilangnya orang-orang yang ku cintai."Baginda,"Hanya bisa menyebut namanya tanpa tahu apa yang ia pikirkan. "Mengapa kau tersenyum begitu padaku?" Tanyaku, marah melihat darahnya mengalir di tanganku sendiri. Seakan ada ribuan penyesalan yang coba kuungkapkan dalam diam.Aku kalah. Lagi. Baginda…."Tidak apa-apa. Emabell, mau berjanji padaku?""Tidak.""Hei."Ia mengelus wajahku dengan tangannya yang kasar karena sebuah pedang penuh kekuataan yang ia ayunkan beberapa saat yang lalu. Untukku, untuk Utara dan yang ia dapat adalah pengkhinatan."Emabell, tunggulah aku. Bertahanlah sebentar saja…."Bagaimana, bagaimana dia bisa berkata begitu saat Racun Damor menyebar pada seluruh darahnya. Dan tidak ada obat, sebab aku tidak sakit. Jadi, apakah aku akan membiarkan Baginda pergi. Haruskah?
Selamat membaca."DIA TIDAK PANTAS MEMILIKIMU!"Entah hanya perasaanku atau bukan, tapi daratan yang saat ini kupijaki. Seakan berubah warna, menjadi sangat kelam. Bersama dengan tanaman dan hewan-hewan yang juga berubah menjadi lebih menyeramkan dari sebelumnya.Aku juga tidak bisa melihat apapun. Hanya kamu, Baginda.Kak Tara menarik lenganku kasar, membuatku bangkit. Menjauh dari Baginda. "Emabell bukan ini yang kuinginkan."Mataku berkaca-kaca, dan alisku mengkerut ke atas. Mengecap bibir. Aku berkata, "ini adalah janji yang ku buat untuk mendapatkan kedamaian. Setiap malam kak, setiap malam. Bahkan sebelum mengenalnya pun janji ini sudah.""Emabell….""Aku akan memberikan segalanya demi mendapatkan impianku. Kak…aku memiliki memiliki banyak kesalahan. Ini juga kesalahan, tapi untuk menyesal…." Aku menggelengkan kepalaku sembari tersenyum pada kak Tara. "Aku tidak akan menyesalinya."Kak Tara terkejut. Sama terkejutnya dengan Vardiantura, dari jarak 10 kaki. Vardiantura menatapku
Selamat membaca.Di sungai Clossiana Frigga yang terhubung langsung dengan laut utama Rulyria. Aku akhirnya bisa menyentuh air tanpa sembunyi-sembunyi lagi, ini adalah kehidupan yang aku inginkan tapi mengapa. Semuanya berbeda saat tidak ada kalian.Tap!Tap!Tap!Suara langkah kaki mendekat. Dan mataku sontak melirik ke arah samping tapi tidak menoleh pada sumber suara VARDIANTURA. Aku tahu, itu pasti dia."Kau marah pada Edanosa? Kau menantangnya Emabell.""Tidak.""Lalu?""Aku hanya bercanda."'hah' ku dengar ia menghembuskan nafasnya kasar. Meratapi sikapku yang sepenuhnya berubah dari kata seorang manusia—tapi inilah kehidupan. Jika bukan orang yang kau cintai, maka maka waktulah yang akan mengubahmu."Dan sejak kapan, candanya seorang Emabell. Berubah menjadi kata-kata jahat yang penuh penyesalan." Jelasnya—itu pasti aduan Rubia."Penyesalan?" Ulangku."Kau ingin dunia ini hancur.""Aku hanya bercanda Var, mengapa menanggapinya dengan serius? Lagi pula," aku Menjeda. Menyipitkan
Selamat membaca.cermin yang sedang berada di depanku dengan bayangan wajah seorang manusia biasa yang tertidur dengan nyenyak seolah tak sedang terjadi apa-apa semalam.Brak!"Emabell!"Aku tersentak kaget. Dan kepalaku langsung menoleh ke arah pintu masuk—yang menampakan Rubia dengan wajah kelelahan. sekaligus kaget melihat ke arahku ."ada apa?" tanyaku cemas."Pangeran Edanosa...Vardiantura...Emabell..." alis Rubia mengerut....Hosh!Hosh!Hosh!Aku dan Rubia buru-buru berlari ke arah rumah ibuku. Dan yap. disana sudah ada banyak sekali yang berkumpul sampai di depan rumah. Dan wajah mereka terlihat binggung saat menyadari keberadaanku. Perlahan aku mendekat.Mereka membukakan jalan. Namun mereka terlihat berubah-ubah. Dan suara hati mereka bertabrakan seperti benang yang kusut—kepalaku sakit, tapi masih bisa ku tahan.Tap! Tap! Tap....Langkah ku sontak terhenti. Mata dan bibirku bergetar dengan hebat saat melihat sosok yang sedang berdiri jauh dari kerumunan. Menyisahkan temp