Luna tidak dapat bergerak dan bicara sampai Aiden mendekat untuk menarik lanyard di lehernya. Mata Aiden menatap jeli semua huruf yang tertuliz disana."Kau..?" Sungguh Aiden tidak dapat menterjemahkan apa yang ada dipikirannya. Ini benar Luna istrinya yang tadi pagi ia antar ke rumah sakit. Aiden juga telah mempekerjakan dua penjaga untuk Luna. Kemudian mata Aiden jatuh pada robekan di ujung kemeja Luna."Aiden aku.. bisa jelaskan." Luna membuka mulutnya dengan terbata. Jantungnya berdetak tak karuan kepalang panik.Tapi sebuah nada dering panggilan menginterupsi keduanya. Aiden menjawab telepon dari Andreas.Luna memejamkan mata, sekarang hidupnya akan ia pertaruhkan disini. Mungkin ia akan dibunuh? Atau langsung diceraikan oleh Aiden.Aiden tidak menghiraukan Luna. Laki-laki itu justru berlalu meninggalkan Luna dengan telepon yang menempel pada telinga.Tapi entah kenapa hati Luna terasa lebih sesak kala Aiden bahkan tidak melihatnya sama sekali. Apa sudah dimulai sekarang? Apa sud
"Terkadang aku juga lelah olehmu." Itu adalah kalimat terakhir Aiden sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Luna. Aiden lebih dulu masuk lift dan menutupnya tanpa menunggu Luna.Sampai di unit Apartemen, Aiden juga mengabaikan Luna. Laki-laki itu tidak makan malam, langsung membersihkan diri dan tidur. Luna sampai tidak berani mengganggunya. Perempuan itu hanya diam, menangis tanpa suara dan ikut merebahkan dirinya di samping Aiden yang memunggunginya.Luna tidak berani lagi mengusik Aiden melihat tangan laki-laki itu menghindar darinya tadi.Keesokan harinya Luna sudah tidak menjumpai Aiden di samping. Rasanya seperti mimpi. Bahkan Luna merasa kejadian kemarin hanya lalu saja dan menganggap semua baik-baik saja. Sampai ia tidak lagi menjumpai keberadaan Aiden. Luna menolek pada lemari sepatu, dari kaca transparannya Luna melihat ada satu pasang sepatu Aiden yang tidak ada. Laki-laki itu sudah berangkat lebih dulu. Sepagi ini. Luna yakin mataharipun masih bersembunyi.Krekk.Benar saja
Ini semakin menarik. Tidak pernah ada sesuatu yang menarik Robert seperti ini. Bahkan sejak bertemu dengan Luna ia sudah menaruh curiga pada perempuan itu. Jadi begitu temannya, Aiden meminta mencari sesuatu tentang Luna dengan senang hati Robert menerimanya.Dengan melempar godaan dan candaan Robert berkata di telepon, "Kenapa kau mencari sesuatu tentang istrimu pada orang lain?"Aiden tampak geram disebrang sana. Sepertinya memang sedang tidak bisa diajak bicara. "Jika tidak bisa aku akan berikan pada orang lain-""Hahahaha..." Tawa Robert seketika menggelegar. "Apa yang ingin kau tahu darinya?""Apapun yang dapat kau temukan tentangnya." Aiden berujar dengan nada serius.Robert mengangguk walau ia tahu Aiden tidak dapat melihatnya. "Oke. Nanti aku kabari."Dengan begitu panggilan telepon langsung terputus. Aiden melanjutkan lagi pekerjaannya hingga seseorang masuk mengusiknya."Aku dapatkan proyeknya." Zack berjalan mendekat dengan map yang langsung ia letakkan di meja Aiden.Jika
"Mobilnya ada di kediaman Wilson. Nyonya Luna pulang ke rumah." Yulio menginformasikan. Ia berhasil menemukan keberadaan Luna. Seperti perintah Aiden kala membeli mobil pertama kali untuk Luna, ia memasang gps pada bagian bawah untuk memantau pergerakkan Laluna Ellworth.Aiden bernapas lega. Setidaknya istrinya tidak pergi jauh melarikan diri atau hal paling buruknya adalah diculik. Entah siapa yang akan menculik Luna, tapi kehidupan perempuan itu yang terlalu misterius membuat Aiden tidak bisa merabanya dengan jelas. Barangkali Luna punya musuh diluar sana. Aiden memilih untuk membersihkan diri dulu. Mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai baru setelah itu ia akan menjemput Luna. Mari sudahi drama suami istri ini, dan berbaikan seperti dulu lagi. Jika Luna sampai pulang ke rumah orangtuanya sudah pasti istrinya itu merasa tidak nyaman. Aiden juga mengabaikan pesan singkat dari Luna sejak kemarin. Mobil Aiden melaju meninggalkan Apartemen bertepatan dengan mobil Luna yang mema
Hana berkali-kali menghubungi Aiden. Tapi belum mendapat balasan. Sebenarnya dirinya tidak masalah menunggui Luna dan absen bekerja dulu. Hana hanya bersikap normal saja bahwa suami Luna juga berhak tahu jika istrinya jatuh sakit.Kai malah sedang asik mencicipi cemilan buatan koki David. "Hm.. ternyata memiliki suami kaya seperti Aiden tidak buruk."Hana memutar bola matanya. "Jangan bilang kau mau cari suami juga.""Tidak, tenang saja. Aku masih suka pantat sexymu itu," balas Kai menggoda meski tidak bermaksud sesungguhnya. Mereka terlalu dekat menjadi sahabat dan tidak cocok menjadi pasangan.Hana berdesis, ikut mendekat ke cemilan buatan David dan mencicipinya. Luna tampak memejamkan mata. Mungkin tubuhnya sudah sangat lemas.Ting..Ponsel Hana berdenting tanda pesan masuk. Pesan dari Aiden tetapi bukan lelaki itu yang mengetik pesannya.From: AidenPak Aiden sedang jatuh pingsan. Saat ini sudah dibawa ke rumah sakit. Aku akan memberitahunya nanti. Semoga Bu Luna segera membaik.H
"Kau bercanda kan Luna? Kau hanya mengigau karena sedang demam." Aiden bertanya dengan tegas berusaha tidak mempercayai apa yang Luna katakan. Tetapi mengingat ia bertemu dengan Luna kemarin dengan lanyard karyawannya di Bellagas. Atau foto-foto yang Yulio dapatkan berupa mobil Luna yang sering parkir di halaman Bellagas. Kini membuat Aiden percaya. Bahwa istrinya memanglah orang yang berbeda dengan sosok yang ia temui pertama kali. Luna yang lemas itu menggeleng. Wajahnya sangat pucat, tapi hatinya juga sakit mengatakan ini. Mungkin bisa jadi Aiden langsung angkat kaki dari rumah. Mencampakan dan besok surat perceraian akan datang. Tidak munafik, Luna juga ingin memeluk Aiden untuk yang terakhir kali. Berterima kasih atas kasih sayang yang telah Aiden berikan padanya selama ini. Luna tidak mengharapkan apapun apalagi harta Aiden yang telah menjadi atas namanya. Luna bisa melepaskan itu saat ini juga. "Kenapa?" tanya Aiden. Ia membutuhkan jawaban itu. "Semuanya agak rumit di awal
Hana menatap Luna dengan mata berkaca. Bibirnya ia lipat ke dalam mulut agar tidak menimbulkan isak. "Jangan menangis." Luna mengingatkan memegang tangan Hana. Hana menggelengkan kepalanya dengan begitu air matanya langsung meluruh ke pipi. "Jangan biarkan dirimu larut dalam kesedihan dan kesulitan hidup." Luna mengangguk. "Aku janji.""Keponakanku harus tumbuh besar dan bahagia." Hana mengelus perut Luna. Luna mengangguk lagi. "Pasti."******"Setelah merapatkan dengan Direktur keuangan jadwal berikutnya adalah penandatangan kontrak dengan Pak Huang Zi dari Cina. Lokasinya sama seperti kemarin-"Aiden mengangkat tangan menyuruh Yulio berhenti. Wajah Yulio mengisyaratkan tanya. "Apa sudah ada kabar dari Robert?" tanya Aiden. Mengingat ia perlu tahu banyak tentang Luna meski perempun itu sudh menjelaskan siapa dirinya kemarin. Yulio mengangguk. "Semua data sudah dikirim ke email. Pak Aiden mau melihat sekarang atau-""Sekarang." Sekali lagi Aiden memotong kalimat Yulio. Yulio l
"Selena?" Perempuan itu menatap Aiden dengan mata tajamnya. "Kau membatalkan semua kerja sama dengan Wilson."Aiden mengangguk. Sepertinya hal ini tidak perlu dibicarakan lagi. Justru Selena yang seharusnya meminta maaf atau menjelaskan permasalahan rumit ini. Aiden tersenyum sinis mengingat bahwa Selena yang seharusnya dijodohkan dengannya. Aiden tidak akan sudi mengingat anak siapa yang ada di perut perempuan itu. "Kau tidak bisa menyangkut pautkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi." Selena mengelak. "Itu hak ku. Sebagai pihak yang dirugikan disini." Aiden menjawab dengan tenang. Satu tangannya masuk ke dalam saku celana. "Kau tidak rugi. Akan rugi lagi jika yang kau nikahi aku. Tapi kau menikahi gadis cantik yang manis dan lugu.""Kau mengkhianati kerja sama dan wasiat kakek ku. Dia bukan darah asli Wilson. Dari keluarga entah berantah. Tidak memiliki privilege apapun. Dan mudah tergiur dengan uang." Kalian boleh mengatakan bahwa Aiden angkuh sekarang. Dia menghargai apa y