Share

Budak Cinta

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 09:00:37

Dini hari setelah selesai menunaikan kewajiban dua rakaat, Nur bersiap untuk pulang ke kediaman Excel Mahendra.

“Kak, aku pulang dulu ya. Kamu cepat sembuh, biar kita bisa pulang bersama,” ucap Nur lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh keheningan ruang rawat. Ia menatap wajah Excel yang masih tertidur pulas, napasnya teratur, seolah sedang bermimpi damai.

Nur menggigit bibir bawahnya, menahan haru. Karena tak berani mencium suaminya, ia hanya mencium jari telunjuk dan jari manisnya sendiri, lalu menempelkannya lembut pada pipi Excel.

“Kak, aku percaya kamu pasti akan ingat semuanya lagi,” bisik Nur dengan mata berkaca-kaca sebelum beranjak pergi.

Langkah Nur pelan saat melewati koridor rumah sakit. Pikirannya penuh dengan kenangan bersama Excel, juga rasa cemas yang tak kunjung sirna. Setiap detik Excel masih terbaring di sana, hatinya terasa tercekat oleh ketakutan kehilangan.

Saat Nur keluar dari pintu utama rumah sakit, udara dingin di
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kembalinya Vero

    Setelah memastikan Nur masuk dengan selamat, Pak Supri segera kembali ke rumah Heri. Mobil meluncur perlahan meninggalkan kediaman besar keluarga Azka, meninggalkan Nur yang berdiri di ambang pintu.Udara dingin dini hari menyelinap melalui celah pintu, membuat Nur menarik syal yang melingkar di lehernya lebih erat. Rumah besar itu sunyi, hanya ditemani gemericik air dari kolam kecil di halaman depan. Asisten rumah tangga yang bertugas malam itu segera menyambutnya."Pagi, Non Nur. Apa perlu saya siapkan sesuatu? Teh hangat, mungkin?" tanya bidan Lilis berbasa-basi. Wajahnya tak sedikitpun menampakkan keramahan.“Enggak perlu, Bi. Nur capek, mau langsung ke kamar. Tapi sebelum itu, Nur mau nengok Oma dulu,” jawab Nur lembut, menghapus jejak kelelahan dari suaranya.Bi Lilis mengangguk. “Baik, Non."Nur berjalan perlahan menyusuri lorong rumah yang panjang. Kakinya berhenti di depan sebuah pintu kayu besar berukir. Ia mengetuk perlahan sebelum membuka pintu."Oma, Nur masuk, ya," katan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Keputusan

    Bruak!Parsel buah yang ada di tangan Nur seketika jatuh ke lantai, membuat suara yang menggema di ruangan itu. Matanya membulat, bibirnya bergetar, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Ka-k Ve-ro?" Nur berusaha memastikan, suaranya nyaris berbisik. Tatapan bingungnya beralih pada Excel yang hanya bisa mengangguk tanpa mengucap sepatah kata pun.Veronica tersenyum tipis, seolah tak menyadari keterkejutan yang melanda Nur. "Iya, kami sudah lama merencanakan ini, tapi semuanya tertunda karena kondisi Excel. Saya tetap setia menunggunya sampai dia sembuh."Nur masih terpaku di tempat. "Kak Excel, apa benar kamu akan menikah dengannya?" tanyanya pelan, suaranya bergetar, penuh dengan kekecewaan."Iya, Nur. Dan pernikahan kami akan segera berlangsung setelah aku keluar dari sini," balas Excel.Nur berdiri di hadapan Veronica, matanya menyala oleh kemarahan yang tak lagi bisa ditahan. Kata-kata Excel tentang pernikahan mereka sebelumnya seperti belati yang menghujam dada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Retrograde Amnesia

    Veronica mengangguk sembari tersenyum menanggapi Excel.Excel menatap Veronica lebih dalam, seolah mencari jawaban yang tak pernah ia temukan sebelumnya. "Aku ingat semuanya, Vero. Janji-janji itu, harapan kita... semua yang pernah kita bangun bersama.""Iya, Sayang, aku sudah tidak sabar menanti hari bahagia kita. Kamu cepat sembuh ya, biar kita segera menyiapkan pernikahan yang kita idamkan," balas Vero.Vero memeluk Excel, bibirnya melengkung ke atas, ia merasa puas karena rencananya telah berjalan dengan mulus.Ruangan rumah sakit itu terasa lebih cerah dengan senyum Veronica yang terus menghiasi wajahnya. Ia tetap memeluk Excel, merasakan tubuh pria itu yang kini lebih hangat dari sebelumnya. Namun, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka berdua.Dokter masuk, diikuti oleh seorang perawat yang membawa alat pemeriksaan. Dengan ramah, dokter menyapa, “Selamat sore, Tuan Excel. Bagaimana perasaan Anda hari ini?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Nur Hilang

    Veronica tersenyum kecil, berjalan mendekat ke sisi ranjang. "Iya, Sayang. Tapi ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan. Ini penting. Kamu lupakan saja gadis itu ya, kalau kamu mengingat dia terus bisa-bisa pernikahan kita nanti bisa gagal karena kamu terus memikirkan wanita lain. Dan aku tidak ingin ada wanita lain dalam pernikahan kita."Excel menatapnya penuh rasa ingin tahu. “Maaf, aku tidak akan mengingatnya lagi. Memangnya urusan apa? Apakah ada hubungannya dengan pekerjaanmu?”Veronica mengangguk cepat. “Iya, sesuatu yang berkaitan dengan klien penting. Kalau aku tidak menyelesaikannya malam ini, bisa berantakan semuanya. Aku janji, besok pagi aku akan kembali sebelum kamu keluar dari rumah sakit.”Excel terdiam sejenak, mencoba mencerna alasan Veronica. Namun, ada sesuatu dalam nada suaranya yang terasa janggal. "Kenapa harus malam ini? Apa tidak bisa ditunda sampai besok?"Veronica menghela napas panjang, mencoba menyembunyikan kegelisahan di matanya. "Tidak, Sayang. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kabar yang Meghentak

    Lia langsung duduk tegak, napasnya memburu. Tubuhnya dingin oleh keringat, meskipun udara kamar terasa hangat. Tanpa pikir panjang, ia menyibak selimut dengan kasar dan melangkah turun dari tempat tidur. Gemuruh di dadanya tak bisa diabaikan, firasat buruk seolah menggantung berat di udara."Pak Supri, tunggu di rumah sakit. Aku akan segera ke sana menyusul," titah Lia dengan nada panik melalui telepon. Suaranya nyaris bergetar, namun tetap tegas. Tak menunggu jawaban, ia langsung memutus sambungan secara sepihak, tangannya gemetar menggenggam telepon."Bang...! Bangun, Bang! Nur hilang!" Lia mengguncang tubuh Heri yang masih terlelap di sampingnya.Heri mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba mencerna kata-kata istrinya. Wajahnya yang kusut menandakan ia masih setengah sadar. "Apa? Hilang? Siapa yang bilang?" tanyanya dengan nada bingung."Pak Supri! Udah, cepetan bangun!" Lia berkata dengan cemas. Ia melangkah tergesa ke ranjang bayi, tempat kedua anak kembarnya, Rama dan Sinta, tertidur

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Debar Jantung

    Tok...tok...!Pak Supri mengetuk pintu ruangan Excel dengan hati-hati."Masuk!" terdengar suara dari dalam, tegas namun dingin.Pak Supri membuka pintu perlahan. Di dalam, Excel baru saja keluar dari kamar mandi, satu tangan memegang tiang infus yang mengikutinya. Wajahnya tampak lebih segar dibanding sebelumnya, tapi sorot matanya tajam dan tidak bersahabat."Permisi, Tuan Excel," sapa Pak Supri sopan. "Saya datang untuk menjemput Non Nur."Excel mengerutkan keningnya, lalu memandang Pak Supri dengan ekspresi bingung. "Nur?" tanyanya, suaranya datar."Iya, Nona Nur," jawab Pak Supri tegas namun bingung dengan reaksi Excel.Excel menyandarkan tubuhnya ke tempat tidur dan menghela napas panjang. "Bukannya Nur sudah pulang sejak kemarin sore?"Pak Supri menatap Excel tak percaya. "Maksud Tuan?" tanyanya penuh kebingungan.Excel menegakkan tubuhnya, menatap lurus pada Pak Supri. "Kemarin, saat aku mulai me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kunjungan Orang Tua Nur

    "Ihh lepasin, Bang. Aku harus kasih pelajaran orang sombong itu!" ujar Lia saat sang suami menggelendengnya keluar."Anda jangan membuat keributan di sini, Bu. Kalau tidak mematuhi peraturan rumah sakit, saya akan seret anda dengan kasar!" ancam lelaki berseragam satpam."Pak, dia itu adik ipar saya. Jadi anda tidak berhak melarang sa....." Belum selesai mengucapkan kalimatnya tiba-tiba ponselnya berdering.Lia segera mengeceknya, berharap itu Nur yang menghubungi. Namun, bukannya merasa lega, ia justru semakin panik."Bapak?" ucap Lia. Ia segera melihat ke arah sang suami."Angkat saja siapa tahu penting," titah Heri."Tapi, Bapak vidio call, Bang. Duh lagian ngapain sih tiap kali telpon selalu vidio call," keluh Lia.Lia menghembuskan napas dengan kasar sebelum menggeser tombol hijau pada layar ponselnya."Assalamualaikum, Pak," sapa Lia berusaha tenang."Waalaikumsalam, Nduk,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ternyata Nur di Sini

    "Excel, apa yang sudah terjadi? Kenapa Nur bisa pergi dan tidak pulang?" tanya Oma Mentari dengan khawatir setelah sampai di sisi sang cucu.Excel menghela nafas sejenak, dalam hatinya kenapa semua orang menghawatirkan gadis sederhana yang bernama Nur itu."Oma, Nur itu bukan siapa-siapa kita. Jadi, biarlah dia pergi," balas Excel.Azka dan Oma Mentari pun kompak terkejut. Mereka tak menyangka Excel akan berkata seperti itu setelah apa yang sudah Nur lakukan untuk keluarganya."Apa maksudmu, Xel? Nur itu istrimu, bahkan dia yang mengurus selama kamu sakit. Walau pun dia sangat lelah tetapi dia tetap tulus merawat dan menjagamu!" ucap Azka dengan tegas."Kenapa semua orang mengatakan kalau Nur itu istriku, padahal aku tidak merasa pernah menikahi perempuan itu. Masa iya, aku nikah sama bocil? Enggak level banget! Lagian aku sudah punya calon istri, Pa. Masa, Papa, lupa sama calon menantu sendiri," gerutu Excel. Ia langsung membaringkan tubuhnya dan menutup seluruhnya dengan selimut."E

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kedok Vero Terbongkar

    Namun, Vero hanya tersenyum tipis, matanya penuh dengan keyakinan dan berbicara di dalam hati dengan yakin. “Kamu tahu, Excel, aku tidak menyerah semudah itu. Aku tahu kamu punya prinsip, tapi aku juga tahu bahwa kamu bukan manusia yang kebal terhadap perasaan.”Wanita berambut panjang, lurus, dan hitam legam, sering ditata dengan gaya sederhana namun elegan. Hidungnya mancung, bibir tipisnya selalu tampak segar sebab memakai lip balm. Ia memiliki leher jenjang dan bahu yang tegap, memberi kesan anggun saat berjalan. Tubuh rampingnya ia rekatkan pada tubuh Excel agar lelaki itu terbuai.Excel melangkah mundur hingga mentok pada ranjang, berusaha menjaga jarak. Tetapi Vero dengan cepat mendekat lagi, kali ini memegang tangannya dengan lembut. Ia menatap Excel dengan pandangan yang membuat hati lelaki itu goyah. “Aku hanya ingin kamu jujur pada dirimu sendiri, Xel. Aku tahu kamu merasakan hal yang sama.”Perlahan, pertahanan Excel mulai runtuh. Saat tangan V

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Godaan Maut

    Di Balik Ambisi dan DosaDi ruang tamu rumah Oma Mentari, suasana tegang melingkupi. Excel berdiri dengan wajah merah padam, sementara Vero tampak pucat pasi, tangannya gemetar menggenggam ujung rok yang dipakainya. Azka duduk di sofa, menatap Excel dengan wajah penuh kekecewaan dan Oma Mentari mengamati dengan sorot mata tajam yang penuh wibawa.“Excel,” Azka memulai, suaranya tenang tapi tegas. “Kamu sadar apa yang sedang kamu lakukan? Namamu sudah terdaftar di KUA sebagai suami Nur. Apa kamu mau menghancurkan keluarga kita demi wanita ular ini?”Excel menundukkan kepala, merasa tertohok oleh kata-kata sang papa. Namun, sebelum ia bisa menjawab, Vero mencengkeram lengannya.“Excel sudah janji sama aku, Om. Kami akan menikah di KUA saja, tanpa pesta. Setelah itu, dia akan menceraikan Nur. Aku bahkan rela menjadi istri kedua kalau itu yang terbaik,” ujar Vero dengan nada memohon, tapi matanya penuh dengan siasat.Oma Mentari menghela

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Tekad Besar

    Suatu sore, ketika Sera mendapat libur dari tempat kerjanya, Nur mengajaknya bermain ke rumah."Aku kenalkan kamu sama keluargaku, ya," ujar Nur setelah mobil terparkir di garasi.Di dalam rumah, Sera disambut hangat oleh Bambang, Isna, dan Lia, sementara Heri masih ada di kantor. Mereka bahkan tak segan mengajak Sera makan bersama. Setelah itu, Nur dan Sera membuat konten bareng, memanfaatkan momen kebersamaan mereka."Ramah banget keluarga kamu, Nur. Meskipun kalian dari keluarga berada, tapi kalian memperlakukan orang miskin kek aku dengan baik. Rasanya aku kayak di rumah sendiri," ujar Sera terharu."Jangan ngomong gitu, Ser. Yang kaya itu suaminya Mbakku. Tanpa Mas Heri, mungkin kami enggak ada di sini sekarang. Sebenarnya, aku juga sama seperti kamu, berasal dari keluarga kurang mampu," balas Nur, berusaha menutupi jati dirinya."Eh, serius?""He-em. Tapi, Alhamdulillah, banyak cobaan yang sudah kami lewati. Bahkan, Mbak Li

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Luka Nur

    Rumah Heri kini terasa ramai dengan celoteh, tawa dan tangis anak-anaknya. Nur telah memutuskan untuk menghapus jejak lelaki itu dari hidupnya. Semua foto di galeri ponsel telah di hapusnya, cincin pemberian Excel, kartu debit, dan baju-baju yang mereka beli bersama kini tersimpan di gudang kecil di sudut rumah. Ia merasa lega, bersyukur bahwa Excel belum sempat mengambil hal paling berharga dalam hidupnya—kehormatannya."Biarlah semua jadi kenangan masa lalu. Dan tidak ada gunanya menyimpan itu semua," gumam Nur sambil menutup pintu gudang rapat-rapat, seolah ingin mengunci semua luka bersama barang-barang itu.Hari-hari berlalu, dan Nur mulai menemukan ritme baru. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya, Sera dan Latifa. Mereka selalu tahu bagaimana membuat Nur tersenyum. Sampai sekarang tak ada satu pun temannya yang tahu bahwa Nur pernah menikah. Bahkan, Dika—lelaki yang selama ini mengejar perhatiannya—mulai terlihat lebih sering di sekitar Nur."Nur, aku cuma m

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ketiban Durian Runtuh

    Azka berdiri di ruang tamu dengan wajah yang masih memerah karena perdebatan sengit dengan Vero. Di hadapannya, Pak Supri, sopir keluarga Nur, berdiri dengan sikap tenang namun tegas, seolah tak ingin berlama-lama berada di rumah itu."Pak Supri, kenapa semua barang Nur mau diambil?" tanya Azka, nadanya penuh curiga. "Apa-apaan ini? Ada apa sebenarnya?"Pak Supri menatap Azka dengan hormat, namun tatapannya mengisyaratkan bahwa ia hanya menjalankan tugas. "Maaf, Tuan Azka. Ini perintah langsung dari Non Nur," jawabnya singkat.Azka mengernyit. "Jadi... Nur sudah ditemukan? Bagaimana kondisinya? Dia baik-baik saja?"Pertanyaan itu membuat Pak Supri terdiam sejenak, seperti mempertimbangkan bagaimana menjawabnya. Namun sebelum ia sempat membuka mulut, Vero yang sejak tadi berdiri di hadapan Azka mulai melangkah mundur. Kesempatan ini ia gunakan untuk menyelinap keluar, meninggalkan Azka yang terlalu fokus pada percakapannya dengan Pak Supri.

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Seperti Anak Sendiri

    Bambang terdiam sejenak sebelum menjawab. "Tadi, waktu Bapak sama Mamak udah sampai terminal, ada telepon masuk. Pakdhemu Juwar meninggal dunia. Jadi kami langsung balik arah ke rumah duka. Maaf ya, Bapak lupa ngabarin kalian," jelasnya dengan nada penuh penyesalan. Juwar adalah kakang sepupu Bambang, sebab itu ia tidak bisa meninggalkannya begitu saja.Lia terpaku mendengar penjelasan itu. Hatinya berdesir antara rasa kehilangan atas kabar duka dan ada sedikit rasa lega sebab Nur tidak bertemu dengan orang tuanya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Aku ikut berduka, Pak. Tapi kenapa Bapak enggak bilang dari tadi? Nur udah nunggu-nunggu, dia pikir Bapak sama Mamak jadi datang," ujar Lia dengan nada pelan, mencoba membuat suasana seolah baik-baik saja dan mereka antusias dengan kedatangan orang tua.Bambang menghela napas panjang. "Maafkan Bapak, Li. Ini semua mendadak, Bapak benar-benar lupa. Tolong bilang ke

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Memanas

    Di ruang tamu yang megah namun terasa mencekam, suara Azka menggema dengan nada penuh amarah. Matanya menatap tajam ke arah Vero, wanita itu tampak tenang, bahkan sedikit tersenyum, seolah tak terganggu oleh hujan kata-kata yang dilemparkan Azka."Vero, aku tidak habis pikir! Kamu tahu Excel kehilangan ingatannya, tapi kamu malah memanfaatkan situasi itu untuk kepentingan pribadimu!" seru Azka, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya.Mereka sudah tiba di rumah sejak siang tadi, dan Excel meminta Vero untuk menemaninya. Azka dan Oma Mentari sudah mengingatkan Excel kalau semua sudah berbeda, Vero tidak layak untuknya namun sepertinya ingatan Excel tidak bisa dibantah."Om, kamu berbicara seolah aku adalah penjahat di sini. Semua orang berhak mendapat kesempatan kedua, termasuk aku," balas Vero.Azka melangkah maju, menunjuk Vero dengan jari telunjuknya. "Kesempatan kedua untuk apa? Untuk menghancurkan hidup Excel lagi? Dia bahkan tidak tahu

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Akhirnya Kembali

    Ceklek...Pintu terbuka perlahan, dan Lia yang berdiri di belakang Heri langsung terdiam. Sosok yang berdiri di depan pintu membuatnya tertegun."Nur?" seru Lia dengan suara bergetar, antara lega dan kaget.Nur berdiri di sana dengan tubuh menggigil, wajah sembab, dan pakaian asing yang tampak jauh dari kebiasaannya. Baju yang ia kenakan tidak bermerk, jelas bukan miliknya, dan rambutnya tampak berantakan."Maaf, Mbak Lia... Mas Heri..." suara Nur terdengar pelan, hampir seperti bisikan.Lia, yang semula berniat meluapkan emosinya, hanya bisa menatap adiknya dengan campuran rasa lega dan iba. Ia mendekat, lalu meraih tubuh Nur untuk di peluk dan tanpa sadar air matanya menetes."Nur, ke mana saja kamu? Kami panik nyariinn kamu?" ujar Lia, suaranya gemetar. Namun, nada marah yang semula ada dalam pikirannya lenyap begitu melihat kondisi Nur.Nur menunduk penuh rasa bersalah. "Maafin aku, Mbak, udah buat kalian kawatir."Heri, yang berdiri di samping Lia, segera mengusap bahu Nur dan me

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Senam Jantung

    Karena terlalu lapar Sera segera mengisi perutnya dan sebungkus nasi kucing dan meminum air putih sebanyak mungkin agar perutnya kenyang. Orang tuanya yang hanya buruh petani tetapi bertekad anaknya menjadi dokter membuat Sera tidak berdiam diri, ia berkuliah sambil kerja di kafe."Nur, kamu sebenarnya ada masalah apa? Coba kamu cerita sama aku, apa kamu bertengkar dengan mbakmu?" tanya Sera pelan. Setahu Sera Nur tinggal bersama sang kakak, ia sama sekali tak tahu bila Nur sudah menikah.Nur sama sekali tak menggubris pertanyaan temannya meski sudah berulang kali, ia tetap menangis dan meratapi kekecewaannya."Ya sudah kalau kamu belum mau cerita, tapi aku akan siap menjadi pendengarmu selama kamu membutuhkan ku. Sekarang kita istirahat ya, ini udah jam satu malam," ujar Sera. Setelah itu ia memilih memejamkan mata karena fisiknya terlalu lelah dan besok harus kuliah lagi.Kembali pada pagi ini, Sera sudah siap untuk berangkat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status