Scene kali ini kembali memperlihatkan tampilan di layar besar di depan semua orang di mana pada posisinya saat ini keadaan hampir imbang di kedua kotak. Kotak atas nama Aiden dan juga atas nama Theodor. Aiden mengejar dengan saham miliknya ditambah dengan saham-saham yang dia beli dari para pemegang saham minoritas. Sedangkan Theodor tetap stabil dengan saham miliknya pribadi serta saham dari ibu dan si bibi pengkhianat. "Aku yakin anda sudah pasti akan menang tuan muda Theodor." Bisik Yovi pada Theodor. Theodor tertawa kecil mendengar perkataan Yovi. Mata Theodor kini tengah memperhatikan wajah Rery yang sedang tegang memperhatikan kedua kotak suara itu. "Aku tidak menyangka kalau apa yang diprediksikan oleh nyonya benar adanya. Tuan muda Aiden pasti secara diam-diam telah membeli saham dari pemegang saham minoritas. Tapi satu hal yang tidak akan pernah bisa tuan muda Aiden prediksikan ialah dia tidak tahu kalau nyonya sebenarnya berada dipihak kita. Suara yang tadinya ia perhitu
Garrand Gavin melihat ke layar besar itu dengan seksama, dan tidak lama setelahnya nama Bridgette pun masuk ke dalam kotak suara milik Theodor. "Bridgette?" serunya tidak percaya kalau Bridgette tidak memvoting untuk Aiden. "Apa mungkin yang kau maksud dengan orang yang ingin membalas dendam padaku itu adalah Bridgette?" tanya nya masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Ya, bibi Bridgette lah pelakunya. Kakek tidak menyangkakan, kalau putri angkat kakek sendirilah pelaku atas semua ini?" Tekan Aiden di setiap kata- kata yang keluar dari mulutnya. Garrand Gavin langsung tersandar lemas. Sungguh tidak pernah terlintas sedikit pun di dalam pikiran Garrand Gavin kalau putranya satu-satunya akan dibunuh oleh anak angkatnya sendiri. Apalagi sepengetahuan Garrand Gavin, Aiden Edbert Gavin (ayah Skyleden Gavin Junior) sangat menyayangi Bridgette. Dia bahkan lebih menyayangi Bridgette dibandingkan Danieta - yang merupakan saudari kandungnya. Kuduk Garrand Gavin tiba-tiba terasa sa
Di tengah ketegangan di ruangan rapat tiba-tiba telpon Leon berdering menarik perhatian semua orang yang masih terheran-heran dengan hasil pemilihan suara yang ternyata dimenangkan oleh Skyleden Gavin Junior. "Ya Tuan Besar Gavin?" Sapa Leon yang langsung melemparkan pandangannya ke seluruh orang di ruangan itu. "Baik tuan. Akan aku lakukan." Ucapnya kemudian meletakan handphone nya di atas meja dan menspeaker handphone nya. "Silahkan tuan." Ujar nya kemudian. "Selamat siang semua para pemegang saham dan dewan direksi di Gavin 7 Com. Seperti yang telah kita saksikan bersama, Skyleden Gavin Junior telah memenangkan pemilihan kali ini. Mungkin beberapa diantara kalian ada yang mempertanyakan keputusanku di detik-detik terakhir pemilihan ini, tapi aku yakin tidak ada orang selain cucuku Skyleden Gavin Junior yang mampu untuk menjalankan perusahaan sebaik diriku. Itulah satu-satunya alasan mengapa aku memberikan hak suaraku padanya. Aku tidak mengharapkan adanya komplain atas hasil ya
"Aiden????" Begitulah kira- kira sorak siuh semua orang saat melihat Aiden yang berjalan keluar dari balik tirai di belakang Tuan Besar Gavin. "Kakak? Kau sudah bisa berjalan?" Seru Lisa terperangah melihat kakaknya sudah kembali berjalan seperti sedia kala. "Ini benar kau kak?" tanya Lisa lagi dengan tatapan tidak percaya. Sama seperti Lisa, Theodor pun tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. "Bagaimana ini mungkin?!" Gumam Theodor dalam hati. "Sejak kapan dia bisa berjalan?" Seru Theodor lagi dalam hati. Namun lain halnya dengan Bridgette. Saat melihat Aiden datang tanpa kursi roda, Bridgette yakin kalau Aiden pasti telah mengetahui semuanya. "Ternyata selama ini dia telah bisa berjalan. Aku benar-benar telah terkecoh." Sebut Bridgette dalam hati. "Sekarang aku tahu siapa penyusup yang menghilang di dalam kediaman Aiden waktu itu. Penyusup itu pastilah Aiden sendiri. Benar-benar licik! Pantas saja tidak ada orang-orangku yang menemukan penyusup itu." Seru nya kemba
Begitu menyadari kalau gerak mulut bibinya yang membentuk nama Gwen, Aiden berusaha terlihat tenang. Hal ini sebenarnya telah Aiden prediksikan bersama WIll dan Lou ketika mereka mengetahui siapa sebenarnya dalang dari semua ini. Aiden dan Will sudah memposisikan anak buah mereka di tempat acara untuk menjaga Gwen tanpa ada satu orang pun yang tahu. "Jangan sok tenang seperti itu, Aiden. Orang-orangmu tidak tahu, kan? kalau saat ini nyawa Gwen dalam bahaya. Kau tidak percaya?" Saat Bridgette mengatakan hal tersebut, sebuah pesan pun masuk ke handphone Aiden yang memperlihatkan Christin, teman baru Gwen sedang memasukan sesuatu ke dalam minuman Gwen.. "Sial!" Umpat Aiden dalam hati sembari memegang erat handphone nya. "Kau tahu apa itu?" Bridgette menyeringai licik sambil melihat ke arah Aiden. "Aku yakin kau pasti tahu itu apa! Secara kau sendiri yang membawa gelas itu keluar malam itu setelah menyelinap masuk ke kamar pelayanmu yang telah mati itu! Nah itu adalah racun yang sam
"Sangat jelas." Jawab si pangeran negeri dongeng yang tidak lain dan tidak bukan adalah Skyleden Gavin Junior. Gwen yang sedari tadi khusuk memperhatikan apa yang terjadi di depan sana auto bergetar hatinya saat mendengar suara misterius pangeran dari negeri dongeng itu. Suara itu terdengar sangat familiar di telinganya. Gwen menggenggam erat tepian gaunnya, hati kecilnya berkata kalau suara itu sangatlah mirip dengan suara si pria kulkas dua belas pintu yang selalu tidur satu ranjang akhir-akhir ini bersamanya. Tapi pikiran warasnya menentang semua itu. Sebab mana mungkin pria dingin dan kaku seperti Aiden akan melakukan hal seromantis ini? Apalagi Aiden saat ini kan sedang di China. Gwen pun menendang jauh khayalannya. *** Suasana mendadak menjadi sangat senyap. Para tamu hanya saling pandang tanpa berkata apa-apa walaupun topeng yang mereka kenakan membuat ekspresi wajah mereka saat ini tidak bisa diterka. "Aku - Ehm- " suara si pria misterius dari sambungan telpon terdengar
Mata Gwen langsung membola melihat wajah pria di balik topeng itu. "Skyleden Gavin Junior?" Tanya Gwen tidak percaya kalau pria dihadapannya, yang sedari tadi mengaku-ngaku sebagai mataharinya adalah AIden- suaminya. Gwen pun langsung membuka topengnya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Gwen pada Aiden. "Aku? Tentu saja aku ingin mengajak bumiku untuk berdansa." Jawab Aiden lempeng. Usai mengatakan hal tersebut Aiden mengambil tangan Gwen dan mengajak Gwen turun ke lantai dansa untuk berdansa dengannya. Alunan musik dansapun mulai dimainkan, di mana lampu ruangan tetap gelap dan hanya ada sorot lampu yang khusus menyoroti Aiden dan Gwen yang mulai berdansa dengan indah di tengah-tengah ruangan itu. "Apa yang kau lakukan Skyleden Gavin Junior? No! Wait! Akan ku ganti pertanyaanku! Ini benaran dirimu?" tanya Gwen sembari melangkahkan kakinya bergerak mengikuti alunan musik dansa. "Memangnya ada berapa banyak matahari yang kau miliki dalam hidup mu, nona Gwen?" Bukannya menjawab pertan
Theodor langsung terdiam mendengar perkataan Aiden. Harga dirinya merasa tersentil dengan kata-kata yang keluar dari mulut Aiden barusan. Theodor memang putra kandung Danieta. Tapi karena dia berada dari garis keturunan ibu, tentu saja secara Gen bila dibandingkan dengan Aiden yang berasal dari garis keturunan ayah, Theodor kalah banyak. Theodor pun seharusnya tidak boleh menggunakan nama keluarga Gavin. Dia seharusnya menggunakan nama keluarga ayahnya. Namun permasalahannya pria yang dinikahi oleh Danieta bukanlah orang berada seperti mereka. Sehingga tidak ada nama keluarga yang layak yang dilekatkan pada Theodor. Theodor baru diperbolehkan menggunakan nama keluarga Gavin setelah ibu dan ayahnyatidak bersama. Garrand Gavin baru bersedia memberikan nama keluarganya pada Theodor setelah Danieta meninggalkan pria itu. Theodor pun sebenarnya baru mengetahui hal ini setelah dia cukup besar. Sejak itulah dia sering minder bila berada di sekitar Skyleden Gavin Junior, yang merupakan dar