"Wahana rumah hantu?" Ulang Aiden dengan kening yang berkerut. "Ya! itu!" Sorak Gwen sambil menunjuk wahana rumah hantu yang ada di belakang mereka. "Oke." Jawab Aiden yang tidak tahu apa isi wahana rumah hantu tersebut. Mendengar Aiden setuju, Gwen pun langsung tersenyum tipis. "Kena kau kali ini Aiden!" Serunya dalam hati. Singkat cerita dua sejoli ini pun masuk ke dalam wahana rumah hantu itu. Tapi tidak seperti yang di planning kan oleh Gwen sebelumnya. Alih-alih membuat Aiden ketakutan saat bersafari di dalam rumah hantu yang full of hantu bohongan itu, yang ada malah Gwen yang hampir pingsan karena selalu di kagetkan oleh para setan bohongan yang selalu saja mengejutkannya di setiap langkahnya. "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!" Teriak Gwen memeluk kencang Aiden saat sesosok pocong mengagetkannya dari balik pohon pisang. Aiden tentu saja senang -senang saja dengan semua hal ini. Karena tanpa harus Aiden modusin, Gwen sudah terlebih dahulu memeluknya. Kencang lagi!! "Cepatlah Ai
"Tiga puluh lima kali tembakan untuk tiga puluh lima hadiah dariku untu mu." Ucap Aiden sambil menurunkan kaca mata lalu mengedipkan satu matanya guna menggoda Gwen. Gwen yang mendapat perlakuan seperti itu dari Aiden auto mematung. Mematung demi mengamankan detak jantungnya yang mulai tidak menentukan. Sepertinya ada sorak sorai di dalam sana, yang bahkan mengalahkan sorak sorai army nya BTS saat BTS manggung di Busan. Cepat detak jantung Gwen saat ini sedang berpacu dengan suara tembakan Aiden yang mengenai satu persatu kertas bidikan yang ada. "Tek- " Suara kertas bidikan terakhir pun terdengar. "Semuanya jadi milik kami kan, pak?" Tanya Aiden pada si penjual yang mematung karena baru saja dia rugi besar. Dia rugi karena semua hadiah berhasil Aiden bawa pulang. "B-bagaimana kau bisa melakukannya?" Tanya si penjual terbata-bata. "Aku tinggalkan menambahkan beberapa derajat dari sudut tembak yang terlihat. Sebab sepertinya kau sudah memodifikasi senapanmu ini. Moncong senapan in
"Ini adalah hasil pengecekan laboratorium." Rery meletakan handphone nya di atas meja untuk Aiden lihat. "Menurut hasil uji Lab, terdapat sejenis racun yang sangat berbahaya yang tercampur dalam jus yang diminum oleh Suli." "Jenis racun ini tidak menyebabkan perubahan warna dan bau. Mungkin itulah mengapa Suli tidak tahu kalau jus yang dia minum telah di campur racun sebelumnya oleh orang itu." Terang Rery. "Rery!! pria itu!!" Sentak Aiden yang baru ingat kalau mereka belum mencari pria yang malam itu mereka lihat malam itu. "Kau benar tuan Muda!!!." Sahut Rery. Dalam sekejap wajah kedua nya mendadak serius. Lalu setelah itu, seolah telah bertelepati sebelumnya, kedua nya saling mengangguk seakan-akan menyetujui sesuatu. "Gwen, tetap di kamar selama aku dan Rery pergi. Jangan kemana-mana oke. Kunci kamar dari dalam. Dan ya, kalau kau mau makan malam, duluan saja."Perintah Aiden pada Gwen. "Kau mau kemana?" "Aku ingin pergi menangkap tikus sebentar. " Ujar Aiden lalu memberi ko
Aiden mengetuk pintu kamar nya beberapa kali. "Ya, sebentar." Jawab Gwen dari dalam kamar. Dan tidak lama kemudian, pintu kamar itu pun terbuka. Mata Aiden berkedip beberapa kali melihat Gwen yang sudah selesai bersiap-siap untuk pergi makan malam ke kediaman bibi Bridgette. "Kau sudah siap?" tanya Aiden, mode pabrikan Aiden- datar dan cuek. Aiden bahkan sama sekali tidak memuji penampilan Gwen yang sebenarnya sangat memukau di mata Aiden. Tapi memang begitu lah Aiden. Hati dan mulutnya memang sering tidak berada dalam partai yang sama. Jadi sangat wajar jika apa yang keluar dari mulut Aiden tidak sama dengan apa yang ada di dalam hatinya. Hanya saja seharusnya setelah kencan romantis mereka, sikap Aiden seharusnya berubah. Tapi mengapa Aiden malah kembali ke setelan awal? Kenapa Aiden kembali bersikap datar dan cuek? Gwen jadi bertanya-tanya dalam hati. "Sudah dari tadi." Jawab Gwen sambil masih mencerna semuanya. "Hmm- Gwen, jangan hanya bengong di sana. Ayo bantu aku ke dala
"Apa hal yang sejelas itu masih perlu kau konfirmasi Aiden?" Tanya Gwen, menekan rasa kesalnya. "Hahaha, tidak ada hal yang perlu kau takutkan, Gwen. Foto - foto ini memang sengaja di pasang di sepanjang jalan menuju ke perpustakan karena perpustakaan ini adalah tempat nenek dan bibi melepas rindu mereka pada kakek dan paman." Terang Aiden. "Maksud mu?" Bukannya semakin paham, Gwen malah semakin bingung. Pikir Gwen bagaimana bisa perpustakaan menjadi tempat untuk mengenang seseorang? Andaikan Aiden menyebutkan museum maka otak minimalis abis milik Gwen pasti tidak akan kesulitan untuk memahami perkataan Aiden. Tapi tadi jelas-jelas dia bilang mau ke perpustakaan, kan?? bukannya hal itu agak sedikit janggal? "Itu dia perpustakaannya. Kau akan paham kalau kau sudah masuk ke dalamnya." Aiden pun kembali diam. "Huf! Apa salahnya dia langsung cerita. Sok misterius." Gumam Gwen yang tentu saja terdengar oleh Aiden. Tapi Aiden malas menggubris celetukan istrinya itu. Sebab mau di terangk
Saat Aiden dan Gwen sedang menikmati makan malam mereka di kediaman nenek dan bibinya, Theodor sedang berdiskusi dengan Yovi dan seorang pria di ruang kerja Theodor. "Apa kalian yakin kalau Aiden akan setuju untuk pergi ke China?" Tanya Theodor pada Yovi dan Yoven, dua orang kepercayaan si nyonya. "Nyonya sendiri yang mengatakan kalau dia akan menggunakan berbagai cara agar Aiden setuju untuk pergi ke China. Kau tidak perlu khawatir mengenai hal itu. Nyonya pasti telah berhasil meyakinkan Aiden." "Bagus kalau memang begitu. Kalau perlu saat Aiden ada di dalam pesawat, pesawatnya kita ledakkan." seru Theodor dengan senyum jahatnya. "Dengan demikian tidak akan ada lagi hambatanku ke depannya." Sambung Theodor. "Kau benar tuan Muda Theodor." Sambung Yoven. "Tapi sayang nya nyonya tidak berencana menggunakan cara itu. Terlalu beresiko. " Tambah Yoven. "Kita tidak boleh membuat masalah ini terlalu melebar." Sambungnya lagi. "Maksud mu?" tanya Theodor tidak paham dengan apa yang dimak
"Kakak ipar?" Sapa Theodor seolah-olah tidak sengaja bertemu dengan Gwen padahal dari tadi dia memang sudah berkeliling mencari Gwen di dalam tempat syuting itu. Bahkan Theodor sengaja memilih jalan supaya dia tidak bertemu dengan Angela. Padahal yang merupakan istri Theodor itu adalah Angela bukannya Gwen. "Theodor?" Sapa Gwen tidak menyangka Theodor akan menghampirinya. Sendirian lagi tanpa Angela. "Kau datang untuk menjemput Angela?" tanya Gwen pada Theodor sejurus kemudian. "Ya. Aku datang untuk menjemput Angela makan siang bersama." Jawab Theodor yang sekedar untuk menutupi tujuannya yang sebenarnya. "Christin, apa kau melihat Angela?" Tanya Gwen pada Christin. "Sepertinya Angela tadi pergi bersama tuan Jackson." Christin mencoba mengingat-ingat saat dia melihat Angela terakhir kalinya. "Jackson?" Ulang Theodor yang merasa sangat familiar dengan nama Jackson ini. “Iya, Jackson.” Jawab Christin apa adanya. "Jackson?" Sekali lagi Theodor mengulang nama Jackson dalam hati sam
"Plaaaaaaaaaaak!!" "Gwen!!" Teriak Christin bersamaan dengan tamparan Angela ke pipi Gwen. Ya!! Sebuah tamparan mendarat ke pipi Gwen tepat setelah Theodor menghilang di balik pintu lift. "Brengsek kau Gwen! Beraninya kau memanggil Theodor ke sini!!" Tuduh Angela penuh amarah. Mungkin saking marahnya, Angela lupa kalau saat ini dia belum mengenakan apapun. Wajah Angela menggeram dan menatap Gwen penuh amarah. Gwen memegangi pipinya yang terasa panas setelah ditampar oleh Angela tadi. Tangan Gwen satunya sudah mengepal, menahan rasa marah karena tiba-tiba saja dijadikan tertuduh dalam hal ini. Padahal jelas-jelas Theodor datang atas kemauan Theodor sendiri. Gwen pun tidak tahu menahu kalau Angela dan Jackosn sedang main kuda lumping di ruangan Jackson. Lalu kenapa tiba-tiba semua ini menjadi kesalahannya? Gwen benar-benar tidak terima. Rasanya ingin sekali dia membalas Angela saat itu juga tapi hal itu dia tahan. Karena ajaran ibunya selalu mengatakan kalau Angela adalah kakak Gw