Saat Aiden dan Gwen sedang menikmati makan malam mereka di kediaman nenek dan bibinya, Theodor sedang berdiskusi dengan Yovi dan seorang pria di ruang kerja Theodor. "Apa kalian yakin kalau Aiden akan setuju untuk pergi ke China?" Tanya Theodor pada Yovi dan Yoven, dua orang kepercayaan si nyonya. "Nyonya sendiri yang mengatakan kalau dia akan menggunakan berbagai cara agar Aiden setuju untuk pergi ke China. Kau tidak perlu khawatir mengenai hal itu. Nyonya pasti telah berhasil meyakinkan Aiden." "Bagus kalau memang begitu. Kalau perlu saat Aiden ada di dalam pesawat, pesawatnya kita ledakkan." seru Theodor dengan senyum jahatnya. "Dengan demikian tidak akan ada lagi hambatanku ke depannya." Sambung Theodor. "Kau benar tuan Muda Theodor." Sambung Yoven. "Tapi sayang nya nyonya tidak berencana menggunakan cara itu. Terlalu beresiko. " Tambah Yoven. "Kita tidak boleh membuat masalah ini terlalu melebar." Sambungnya lagi. "Maksud mu?" tanya Theodor tidak paham dengan apa yang dimak
"Kakak ipar?" Sapa Theodor seolah-olah tidak sengaja bertemu dengan Gwen padahal dari tadi dia memang sudah berkeliling mencari Gwen di dalam tempat syuting itu. Bahkan Theodor sengaja memilih jalan supaya dia tidak bertemu dengan Angela. Padahal yang merupakan istri Theodor itu adalah Angela bukannya Gwen. "Theodor?" Sapa Gwen tidak menyangka Theodor akan menghampirinya. Sendirian lagi tanpa Angela. "Kau datang untuk menjemput Angela?" tanya Gwen pada Theodor sejurus kemudian. "Ya. Aku datang untuk menjemput Angela makan siang bersama." Jawab Theodor yang sekedar untuk menutupi tujuannya yang sebenarnya. "Christin, apa kau melihat Angela?" Tanya Gwen pada Christin. "Sepertinya Angela tadi pergi bersama tuan Jackson." Christin mencoba mengingat-ingat saat dia melihat Angela terakhir kalinya. "Jackson?" Ulang Theodor yang merasa sangat familiar dengan nama Jackson ini. “Iya, Jackson.” Jawab Christin apa adanya. "Jackson?" Sekali lagi Theodor mengulang nama Jackson dalam hati sam
"Plaaaaaaaaaaak!!" "Gwen!!" Teriak Christin bersamaan dengan tamparan Angela ke pipi Gwen. Ya!! Sebuah tamparan mendarat ke pipi Gwen tepat setelah Theodor menghilang di balik pintu lift. "Brengsek kau Gwen! Beraninya kau memanggil Theodor ke sini!!" Tuduh Angela penuh amarah. Mungkin saking marahnya, Angela lupa kalau saat ini dia belum mengenakan apapun. Wajah Angela menggeram dan menatap Gwen penuh amarah. Gwen memegangi pipinya yang terasa panas setelah ditampar oleh Angela tadi. Tangan Gwen satunya sudah mengepal, menahan rasa marah karena tiba-tiba saja dijadikan tertuduh dalam hal ini. Padahal jelas-jelas Theodor datang atas kemauan Theodor sendiri. Gwen pun tidak tahu menahu kalau Angela dan Jackosn sedang main kuda lumping di ruangan Jackson. Lalu kenapa tiba-tiba semua ini menjadi kesalahannya? Gwen benar-benar tidak terima. Rasanya ingin sekali dia membalas Angela saat itu juga tapi hal itu dia tahan. Karena ajaran ibunya selalu mengatakan kalau Angela adalah kakak Gw
"Tapi kali ini, sistemnya bukan satu orang satu suara. Melainkan suara setiap orang akan dikonversikan terlebih dahulu dengan seberapa banyak saham yang dia miliki. Dengan sistem, orang dengan nilai saham terkecil hanya akan mendapatkan satu suara. Dan orang yang memiliki saham yang lebih banyak akan memiliki lebih satu suara. Jadi tidak ada yang akan dirugikan." Tambah Leon. "Jadi suara yang diberikan oleh nona Lisa tidak akan lebih besar dari pada suara yang diberikan oleh nyonya Bridgette, misalnya." Jelas Yovi. "Sedangkan untuk Tuan Besar Gavin dan tuan Muda Aiden, mereka bisa melakukan voting jarak jauh. Dan itu akan tampak langsung oleh kita bersama di dalam ruangan ini." Jelas Yovi lagi. "Kau dengar sendiri kan Rery, jadi tidak masalah jika Aiden tidak ada disini." Seru Theodor sambil tersenyum. Theodor sangat yakin kalau hari ini perusahaan ini akan dia miliki seutuhnya. Karena menurut data dari pihaknya, para pemegang saham semuanya berpihak padanya. "Apakah bisa kita mul
Scene kali ini kembali memperlihatkan tampilan di layar besar di depan semua orang di mana pada posisinya saat ini keadaan hampir imbang di kedua kotak. Kotak atas nama Aiden dan juga atas nama Theodor. Aiden mengejar dengan saham miliknya ditambah dengan saham-saham yang dia beli dari para pemegang saham minoritas. Sedangkan Theodor tetap stabil dengan saham miliknya pribadi serta saham dari ibu dan si bibi pengkhianat. "Aku yakin anda sudah pasti akan menang tuan muda Theodor." Bisik Yovi pada Theodor. Theodor tertawa kecil mendengar perkataan Yovi. Mata Theodor kini tengah memperhatikan wajah Rery yang sedang tegang memperhatikan kedua kotak suara itu. "Aku tidak menyangka kalau apa yang diprediksikan oleh nyonya benar adanya. Tuan muda Aiden pasti secara diam-diam telah membeli saham dari pemegang saham minoritas. Tapi satu hal yang tidak akan pernah bisa tuan muda Aiden prediksikan ialah dia tidak tahu kalau nyonya sebenarnya berada dipihak kita. Suara yang tadinya ia perhitu
Garrand Gavin melihat ke layar besar itu dengan seksama, dan tidak lama setelahnya nama Bridgette pun masuk ke dalam kotak suara milik Theodor. "Bridgette?" serunya tidak percaya kalau Bridgette tidak memvoting untuk Aiden. "Apa mungkin yang kau maksud dengan orang yang ingin membalas dendam padaku itu adalah Bridgette?" tanya nya masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Ya, bibi Bridgette lah pelakunya. Kakek tidak menyangkakan, kalau putri angkat kakek sendirilah pelaku atas semua ini?" Tekan Aiden di setiap kata- kata yang keluar dari mulutnya. Garrand Gavin langsung tersandar lemas. Sungguh tidak pernah terlintas sedikit pun di dalam pikiran Garrand Gavin kalau putranya satu-satunya akan dibunuh oleh anak angkatnya sendiri. Apalagi sepengetahuan Garrand Gavin, Aiden Edbert Gavin (ayah Skyleden Gavin Junior) sangat menyayangi Bridgette. Dia bahkan lebih menyayangi Bridgette dibandingkan Danieta - yang merupakan saudari kandungnya. Kuduk Garrand Gavin tiba-tiba terasa sa
Di tengah ketegangan di ruangan rapat tiba-tiba telpon Leon berdering menarik perhatian semua orang yang masih terheran-heran dengan hasil pemilihan suara yang ternyata dimenangkan oleh Skyleden Gavin Junior. "Ya Tuan Besar Gavin?" Sapa Leon yang langsung melemparkan pandangannya ke seluruh orang di ruangan itu. "Baik tuan. Akan aku lakukan." Ucapnya kemudian meletakan handphone nya di atas meja dan menspeaker handphone nya. "Silahkan tuan." Ujar nya kemudian. "Selamat siang semua para pemegang saham dan dewan direksi di Gavin 7 Com. Seperti yang telah kita saksikan bersama, Skyleden Gavin Junior telah memenangkan pemilihan kali ini. Mungkin beberapa diantara kalian ada yang mempertanyakan keputusanku di detik-detik terakhir pemilihan ini, tapi aku yakin tidak ada orang selain cucuku Skyleden Gavin Junior yang mampu untuk menjalankan perusahaan sebaik diriku. Itulah satu-satunya alasan mengapa aku memberikan hak suaraku padanya. Aku tidak mengharapkan adanya komplain atas hasil ya
"Aiden????" Begitulah kira- kira sorak siuh semua orang saat melihat Aiden yang berjalan keluar dari balik tirai di belakang Tuan Besar Gavin. "Kakak? Kau sudah bisa berjalan?" Seru Lisa terperangah melihat kakaknya sudah kembali berjalan seperti sedia kala. "Ini benar kau kak?" tanya Lisa lagi dengan tatapan tidak percaya. Sama seperti Lisa, Theodor pun tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. "Bagaimana ini mungkin?!" Gumam Theodor dalam hati. "Sejak kapan dia bisa berjalan?" Seru Theodor lagi dalam hati. Namun lain halnya dengan Bridgette. Saat melihat Aiden datang tanpa kursi roda, Bridgette yakin kalau Aiden pasti telah mengetahui semuanya. "Ternyata selama ini dia telah bisa berjalan. Aku benar-benar telah terkecoh." Sebut Bridgette dalam hati. "Sekarang aku tahu siapa penyusup yang menghilang di dalam kediaman Aiden waktu itu. Penyusup itu pastilah Aiden sendiri. Benar-benar licik! Pantas saja tidak ada orang-orangku yang menemukan penyusup itu." Seru nya kemba