Home / Rumah Tangga / Pengantin Pengganti Tuan CEO / Bab 1 : Bukan Awal Yang Baik

Share

Pengantin Pengganti Tuan CEO
Pengantin Pengganti Tuan CEO
Author: Hello Sii

Bab 1 : Bukan Awal Yang Baik

Author: Hello Sii
last update Huling Na-update: 2023-06-21 15:48:03

“Apakah merebut kebahagiaan orang lain adalah hobimu?” Aksen membuka pintu kamarnya dengan sarkas. Di kamarnya kini dia tak sendiri. Seorang wanita terduduk lemas di atas ranjang dengan gaun pernikahan berwarna putih yang masih melekat pada tubuhnya.

Dia Amora, wanita yang baru saja sah menjadi istrinya. Wanita yang selalu terlihat rendah dan menjijikan di matanya. Padahal Amora adalah wanita yang sangat mencintainya dari dulu. Tapi, otak dan hatinya sama sekali tak pernah menerima kehadiran Amora di dunia ini.

“Apa maksudmu?” Amora menatap suaminya dengan penuh tanda tanya.

Brugh!

Amora memejamkan matanya kaget ketika suara keras pintu yang dibanting oleh Aksen mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Aksen berjalan pelan menuju ke arahnya seraya menatap tajam.

“Kenapa kau menggantikan Aurel menjadi pengantinku?” tekan Aksen dengan tatapan tajamnya. Amora sudah menduga ini akan terjadi. Dari dulu, Aksen hanya menginginkan sepupunya, Aurelia. Tidak dengan dirinya.

Bagaimana tidak, Aurelia adalah seorang model cantik dengan bentuk badan yang bagus, impian semua wanita. Siapapun yang melihatnya pasti sangat terpesona, apalagi Aksen yang sudah mengejarnya sedari dulu.

Beda dengan Amora, yang memiliki badan kurus dan mungil. Tapi meskipun tak secantik Aurelia, Amora memiliki keunikan sendiri, wajahnya sangat manis dan mampu memikat kaum Adam dengan senyumannya.

Helaan nafas panjang Amora terdengar begitu jelas di telinga Aksen. Amora membalas tatapan Aksen tanpa ekspresi. “Aurel tidak mau menikah denganmu!” ucap Amora kemudian.

Aksen tersenyum sinis mendengarnya. “Hah? Kau pikir aku bodoh? Alibi apalagi yang sekarang kau pakai untuk mengelabui dunia demi menikah denganku?” ucap Aksen dengan senyum meremehkan Amora.

Amora memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Aksen. Marah, kesal selalu bercampur aduk ketika ia berhadapan dengan lelaki bernama Aksen. Laki-laki itu tidak pernah berubah. Amora selalu menjadi sasaran empuk sebagai penyebab semua kesalahan yang terjadi. Meskipun dia tidak berbuat apa-apa.

“Jangan tanya padaku. Sekalipun aku menjawab pertanyaanmu dengan jujur, kau takkan pernah percaya dengan kata-kataku,” ucap Amora menahan sesak yang ada. Ia tak mampu menoleh sedikitpun kepada Aksen yang masih memelototinya.

“Aku akan segera mengurus surat perceraian!”

Aksen berlalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah sangat terasa lengket. Jika bukan karena orang tuanya, ia pasti sudah membatalkan pernikahannya ketika tahu pengantin wanitanya adalah seseorang yang sangat ia benci. Hari ini adalah hari paling buruk menurut Aksen.

Sementara Amora kembali memejamkan matanya sebentar setelah kalimat terakhir Aksen mampu membuatnya bungkam. Seharusnya, kemarin ia tidak menyetujui permintaan Aurelia untuk menggantikan posisinya menjadi pengantin wanita dari Aksen. Tapi karena ia berpikir jika beberapa tujuan hidupnya akan terwujud ketika ia menikahi Aksen, Amora terpaksa menyetujuinya.

Di hati kecil Amora, alasan paling kuat dia melakukan hal itu adalah rasa cintanya kepada Aksen yang terlampau sangat tinggi, membuatnya sedikit gila.

Semuanya telah terjadi. Amora harus tetap kuat menjalani kehidupannya yang pasti akan dihiasi penderitaan ke depannya. Lelaki bernama Aksen itu tidak mungkin membiarkannya hidup tenang setelah dianggap merusak kebahagiaannya bersama Aurelia.

Amora menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan pasrah. Ia mulai beranjak dari ranjang putih itu dan berjalan ke meja rias untuk membersihkan make up dan riasan-riasan lainnya yang menempel di tubuhnya.

Amora menunggu Aksen keluar dari kamar mandi. Namun, pintu kamar mandi itu tak kunjung terbuka. Aksen sengaja menghabiskan waktunya di kamar mandi hanya untuk menghindari istrinya. Terpaksa Amora pergi ke kamar mandi bawah untuk membersihkan badannya.

Setelah selesai dengan ritualnya di kamar mandi, Amora hendak pergi ke kamar Aksen. Tapi seketika matanya membulat ketika melihat koper dan barang-barang lainnya sudah berada di luar kamar. Ia menoleh ke arah pintu kamar Aksen yang terlihat tertutup rapat.

Amora sudah mengira itu pasti perbuatannya Aksen. Laki-laki itu tak mungkin mau sekamar dengan wanita yang dibencinya. Bahkan jika bisa melawan orang tuanya, Aksen pasti memilih untuk tidak serumah dengan Amora.

Dengan lemas, Amora mengangkut barang-barangnya ke ruang tamu di bawah. Meskipun sedikit lebih merasa sesak, tapi ia sudah terbiasa. Terbiasa dengan sikap Aksen yang selalu membuatnya terlihat seperti wanita rendahan.

Drtt... drtt.... drtt....

Amora segera merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya yang tiba-tiba berbunyi. Seketika ia mengerutkan dahinya ketika di layar ponselnya tertera nama Dokter Frans menelponnya, padahal ini sudah larut malam.

“Hallo, Dokter Frans!”

“Dokter Am, maaf mengganggu waktu istirahatmu, bisakah datang segera ke rumah sakit?”

Perasaan Amora saat ini sangat tidak enak. Dokter Frans tidak biasanya meminta untuk segera membantunya, jika tidak terjadi darurat. Ia semakin mengerutkan dahinya seraya menerka apa yang terjadi.

“Apa yang terjadi?”

“Vincent kembali melakukan percobaan bunuh diri!”

Mata Amora melebar mendengar ucapan dokter Frans. Vincent adalah pasiennya yang tengah ia rawat karena mengalami depresi berat. Ya, Amora adalah seorang dokter spesialis kesehatan jiwa yang sudah dikenal dengan kemampuannya menyembuhkan beberapa orang yang mengalami gangguan kejiwaan.

“Tunggu aku disana!” Amora memutuskan sambungan teleponnya kemudian meraih jaket kebesarannya untuk pergi ke rumah sakit. Meskipun hari ini ia mengambil cuti karena merupakan hari pernikahannya, tapi ia tetap saja mengutamakan pasiennya yang lebih membutuhkannya dibanding malam pertamanya yang sangat menyedihkan.

Amora mengendarai mobilnya melaju membelah ibu kota di malam hari. Untung saja jalanan nampak sepi. Ia bisa membawa kendaraannya dengan sedikit kencang agar lebih cepat sampai di rumah sakit.

Setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai di tempat tujuannya. Dengan langkah cepat, Amora melewati beberapa keluarga pasien yang tengah menahan kantuknya di kursi tunggu. Beberapa perawat berlalu lalang melewati koridor yang sepi, mereka terlihat sangat semangat bekerja meskipun kebagian shift malam.

Akhirnya, Amora berhasil sampai di depan ruang inap Vincent. Ia segera masuk dan terdapat dua perawat bersama Vincent yang tengah menunduk di ranjangnya dengan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut yang tertekuk. Menyadari pintu ruangan terbuka, kedua perawat itu segera menghampiri Amora dan memberi salam.

“Selamat malam, Dokter Am,” ucap salah seorang dari dua perawat tersebut.

“Apa kalian tidak memberikan obatnya hari ini?” marah Amora tanpa meninggikan suaranya. Ia hanya cemas dengan keadaan Vincent, jadinya perawat yang kena kemarahannya.

“Maaf, Dok. Hari ini pasien tidak mau makan sama sekali,” ucap salah satu perawat kepada Amora.

“Haishhh!” geram Amora seraya melangkah menuju ranjang Vincent yang masih menunduk. Amora mengusap pelan bahu Vincent kemudian menghela nafas pelan.

“Vin....”

“Aurel tidak jadi menikah hari ini,” ucap Amora membuat Vincent bergerak mengangkat kepalanya kemudian menatap Amora penuh sendu. Amora tersenyum kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya, menyatakan kalau ia berkata dengan jujur.

“Kau tidak berbohong, Am?” tanyanya serius.

Amora mengangguk lagi. “Aku tidak berbohong. Aku yang menikah dengan Aksen, bukan wanitamu.” Amora mengangkat satu tangannya dan memperlihatkan cincin yang melingkari jari manisnya pertanda ia sudah menikah.

Vincent mengembangkan senyumnya senang. Laki-laki itu benar-benar dalam keadaan sadar ketika ingin mengakhiri hidupnya. Hanya saja ia mengingat bahwa hari ini adalah hari pernikahan Aurelia, mantan pacarnya yang masih sangat ia cintai.

Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Kalimat itu pantas untuk Amora. Karena dengan menikahi Aksen, ia berhasil mendapat tiga keuntungan. Yaitu berhasil mendapatkan Aksen, berhasil mewujudkan keinginan terakhir mendiang ibunya, dan berhasil menyelamatkan psikis pasiennya, Vincent.

Kaugnay na kabanata

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 2 : Istri Yang Tak Diinginkan

    “Maaf, aku mengganggu malam pertamamu,” ucap Frans diakhiri dengan kekehan renyah setelah menyelesaikan ucapannya. Amora berdecak sebal. Temannya ini selalu mengejeknya tentang perasaan tak berbalas Amora kepada Aksen. Frans tahu pasti semuanya tentang Aksen dan Amora. Dia pendengar sejati setiap curahan hati Amora yang begitu menyedihkan.“Tak usah mengejekku!” ketus Amora memandang sebal lawan bicaranya. Frans kembali terkekeh geli mendengar ucapan Amora yang terlihat sangat tidak menyukai pembahasan yang tengah mereka bahas sekarang ini. “Apa dia mengatakan sesuatu padamu?” tanya Frans penasaran dengan keadaan pasangan suami istri yang baru menikah itu. Pasalnya, dia sangat tahu seluk beluk masalah yang terjadi antara keluarga Artawijaya dan keluarga Pratama, meskipun ia bukan bagian dari salah satu keluarga tersebut. “Seperti biasanya.” Amora menyandarkan punggungnya ke sofa. Mereka kini tengah berada di ruangan Frans. Mengobrol santai set

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 3 : Wanita Berharga

    Aksen berdiri di tepi danau yang jauh dari tempat keramaian orang. Tempat dimana akan selalu ia datangi ketika suasana hatinya sangat kacau. Sesekali ia melempar kerikil kecil ke arah danau sejauh mungkin. Memori demi memori terus melintas di pikirannya. Ia sangat ingat sekali bagaimana pertama kalinya ia bertemu dengan Amora di satu pulau tempat mereka tumbuh bersama dahulu. Pulau itu kini sudah ia miliki sendiri. Tapi tidak dengan kenangannya, Aksen akan menghapus semua itu dari ingatannya.Flashback on Aksen yang baru berumur 8 tahun hampir saja tenggelam karena tak sengaja jatuh ke danau. Untung saja seorang gadis dengan cepat berenang ke arahnya dan menyelamatkan nyawanya. Gadis itu terlihat basah kuyup karena aksi menolongnya.“Kamu tidak apa-apa?” tanya gadis itu kepada Aksen.Aksen menggeleng. “Tadi aku terkejut, jadi jatuh ke danau,” jelas Aksen menggigil.“Cepatlah pulang, nanti demam.” Gadis itu pergi meninggalkan Aksen.Sejak hari itu, Aksen selalu mencari gadis penolong

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 4 : Bukan Dengan Amora

    Hari sudah siang, Amora masih setia duduk di sofa ruang tengahnya. Awalnya ia sangat ingin pergi ke rumah sakit hari ini meskipun pihak rumah sakit sudah memberikannya izin cuti selama seminggu. Menurutnya, terlalu banyak diam dirumah membuat otaknya sedikit stres, apalagi dengan sikap suaminya yang toxic, Amora harus menambah kadar rasa sabarnya sebanyak mungkin.Tapi siang ini, ibu mertuanya akan datang, terpaksa Amora harus diam dirumah dan menahan diri untuk tidak pergi ke rumah sakit. Amora tidak begitu khawatir dengan mertuanya yang sudah ia kenali sejak lama. Tidak se-khawatir para wanita diluar sana yang baru saja menikah dan takut tak bisa diterima dengan baik oleh mertua mereka. Pemikiran itu sama sekali tak mengganggu jalan pikiran Amora, karena ibu Aksen sangat menyukainya.Setelah menyiapkan beberapa jamuan, Amora segera menyiapkan diri agar terlihat lebih menarik di depan mertuanya. Rambutnya sengaja ia biarkan terurai, dengan jepitan simpel diatasnya

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 5 : Dia Tidak Pernah Mencintaimu

    Aksen memijat kepalanya yang terasa pening. Untuk menetralkan stressnya, ia memilih duduk di kursi pinggiran kolam renang belakang rumahnya. Merebahkan badan dan menikmati udara yang sejuk mungkin akan sedikit membantu otaknya kembali tenang.“Lemon tea bagus untuk mengurangi stress berlebih,” ujar Amora seraya menyimpan segelas lemon tea buatannya di atas meja samping Aksen. Pria itu tak merespon sedikit pun. Posisinya masih tetap dengan kedua lengan dilipat dibelakang kepala dan tatapan lurus ke depan.Amora menghela napas panjang ketika tak menerima respon apapun dari suaminya. “Aku ingin kau mendengar satu kebenaran dariku.” Amora masih setia berdiri disamping suaminya.“Waktu itu, sehari sebelum hari pernikahan tiba- ”“Aku tak peduli,” potong Aksen berucap tanpa intonasi. “Setidaknya kau harus tahu kejadian sebenarnya, jangan menyimpulkan sendiri!” Aksen menoleh kepada Amora dengan tatapan tak terbaca. Pria itu menampilka

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 6 : Wanita Rendahan

    Amora melirik jam tangannya sejenak. Nampaknya hari ini ia bekerja sangat keras, sampai tak menyadari ternyata malam sudah sangat larut. Amora menghela nafas panjang seraya menutup pintu ruangan pasien terakhir yang ia kunjungi. Setelah memastikan semua pasiennya dalam keadaan baik-baik saja, Amora berniat pergi menuju ruang inap kakeknya yang masih dalam keadaan kritis.Keadaan rumah sakit sangat sunyi. Lorong-lorong ber-AC yang biasa menyejukkan di siang hari, akan terasa menusuk kulit jika di malam hari. Amora memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas putihnya untuk meminimalisir dinginnya malam.Amora berhenti di depan pintu sebelah kanan lorong rumah sakit. Kemudian ia masuk dan menghampiri kakeknya yang masih terbaring lemas diatas ranjang pasien. Amora tersenyum seraya merapihkan selimut kakeknya kemudian duduk di atas kursi yang sudah tersedia.Perempuan itu tersenyum lembut. Tangannya terulur untuk mengusap pelan tangan keriput s

    Huling Na-update : 2023-06-24
  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 7 : Kita Tak Bisa Memilih Dengan Siapa Kita Akan Jatuh Cinta

    “Saya sudah memeriksa laporan dari semua divisi perhubungan, sepertinya Tuan Narendra belum melakukan tindakan yang mencurigakan akhir-akhir ini.”Amora mengangkat kedua alis setelah mendengar kabar baru dari sekretarisnya. Beberapa hari yang lalu Amora ditunjuk sebagai pimpinan sementara perusahaan kakeknya semenjak Artawijaya masuk rumah sakit. Para pemegang saham setuju menunjuk Amora untuk mengganti kakeknya, karena dari awal ia menjabat sebagai wakil pimpinan, Amora sudah terlihat bertanggung jawab terhadap perusahaan. Terpaksa ia harus bisa membagi waktu antara rumah sakit dan perusahaan.“Aku dengar, di hari pernikahanku dengan Aksen dia mengirim sesuatu ke kantor?” tanya Amora menoleh kepada Riri. Riri mengangguk kemudian merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu.“Benar Bu. Tapi, kiriman selain ini, sudah saya buang di hari dia mengirimkannya untuk anda,” ucap Riri seraya memberikan secarik kertas yang dilipat kepada Amora. “Kena

    Huling Na-update : 2023-06-27
  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 8 : Jangan Melewati Batas

    Sepulang dari seminar, Amora langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri dan mengganti baju. Sebelumnya ia mengedarkan pandangannya ke lantai atas, untuk memastikan suaminya sudah tidur atau belum. Tapi sepertinya Aksen sudah tidur.Merasa tubuhnya sangat lengket, Amora menanggalkan kardigan panjangnya hingga menyisakan celana bahan dan tangktop putih di tubuhnya. Dengan pakaian seperti itu Amora terlihat sangat seksi, apalagi rambutnya sengaja ia ikat sehingga menampilkan leher jenjangnya yang mulus.Amora menyentuh tenggorokannya yang terasa kering. Terpaksa sebelum melanjutkan ke kamar mandi, ia pergi ke dapur untuk meminum sesuatu yang membuat tenggorokannya lebih lega. Setelah menghabiskan segelas air dingin, kini giliran perutnya yang minta jatah. Akhirnya Amora memasak nasi goreng sebagai pengganjal rasa laparnya.Wanita itu kini tengah menikmati masakannya yang sudah terhidang di meja makan. Air liurnya sudah hampir menetes karena terkesima

    Huling Na-update : 2023-06-27
  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 9 : Berbanding Terbalik

    “Kenapa kau belum juga menceraikannya?”Aksen menutup matanya sejenak. Kantornya lagi di masa-masa kritis saat ini, ditambah Aurelia yang terus menanyakan kenapa ia belum juga menceraikan Amora. Padahal saat ini ia tengah berusaha merebut perusahaan dari ibunya, supaya ia segera bisa menceraikan Amora.“Aku pasti akan menceraikannya, tapi tidak sekarang,” ucap Aksen kembali memeriksa berkas-berkas yang berseliweran di atas meja kerjanya.“Apa kau tidak peduli denganku lagi, Aksen?” Aurelia berbicara dengan sendu. Aksen tak bisa melihat Aurelia berekspresi seperti itu, dengan cepat ia berdiri dan menghampiri Aurelia untuk segera memeluk gadis itu dengan lembut.“Apa yang kau katakan?” tanya Aksen dengan lembut.“Akhir-akhir ini kau selalu mengabaikan permintaanku, apa aku sudah tak berharga lagi di hidupmu?” ucap Aurelia bernada sedih. Wanita itu benar-benar pintar dalam ber-akting.“Hei, jangan berpikir begitu. Kau adalah wanita paling berharga dalam hidupku. Kau yang telah menyelamat

    Huling Na-update : 2023-06-27

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 77

    Amora termenung di depan gerbang setelah ia keluar dari bangunan itu dan meninggalkan dua orang yang paling Amora benci di dunia. Baron dan Frans sudah divonis hukuman mati oleh pengadilan sesuai tuntutan keluarga korban dan hukum yang berlaku.Setelah ini Amora akan belajar ikhlas atas semuanya. Ayah, ibu, kakek, semua keluarganya sudah tiada. Dan yang sekarang bisa menemaninya hanya keluarga dari sang suami. Mereka begitu terlihat peduli kepada Amora bahkan di kala perempuan itu dalam kesulitan.“Ayo, pulang!” Aksen merangkul pundak Amora dengan lembut.Amora kemudian menoleh. Perempuan itu tersenyum tipis membuat Aksen semakin erat memeluknya. Tak akan pernah Aksen lepaskan lagi seorang istri yang begitu berharga ini dalam hidupnya. Tak akan pernah.Amora kini merasa aman. Bersama orang-orang yang begitu menyayanginya. Seorang suami yang rela berbuat apapun demi menyenangkan hatinya, saudara-saudara yang selalu membuatnya tertawa dan seorang ibu mertua yang mementingkan kebutuhanny

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 76

    “Aku sudah tahu tempat persembunyian para bajingan itu!” Aksen mengepalkan tangan kirinya dengan erat setelah mengetahui beberapa hal yang membuatnya sangat jengkel. Sudah beberapa hari Aksen mencoba melayangkan senjata kepada dua bajingan itu tapi entah kesaktian apa yang mereka punya sampai selalu lolos dari segala rencananya.Tapi tidak untuk hari ini. Aksen, Diego, Anna, Riri dan Amora akan menyatukan rencana untuk menjebak Baron dan Frans itu. Amora sudah berangkat dengan beberapa pengawalnya menuju gedung tak terpakai yang beberapa tahun lalu terbakar.Benar sekali, di tengah jalan, Amora diculik oleh dua orang dengan topengnya. Amora berpura-pura pingsan untuk mengelabui musuhnya itu. Terdengar jelas di telinga Amora tawa renyah Frans Baron memenuhi ruangan kedap suara. Ingin sekali Amora menyumpal mulut sialan itu. Tapi ia harus menahan itu semua dan berpura-pura pingsan dulu untuk sementara waktu.“Am, kau merindukan panggilan itu, bukan?” tanya Frans dengan wajah berseri.

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 75

    Beberapa orang suruhan Diego dan Amora berhasil disebarkan untuk mencari keberadaan Aksen. Meskipun Amora nampak berdiam diri saja di rumah, tapi otak dan bawahan-bawahannya tidak pernah diam untuk terus menggali informasi perihal Aksen.Sehari berlalu, Amora belum mendapatkan kabar apapun dari Aksen. Hatinya semakin tak tenang dan otaknya sudah buntu tak bisa berpikir lagi. Apalagi ketika mendengar kabar terbaru dari televisi yang mengabarkan jika Baron dan Frans tidak terlacak kembali keberadaannya.Diego yang beberapa kali mencoba menghubungkan koneksi pelacak pun tetap tidak berhasil. Baron dan Frans sepertinya telah menyusun segala cara sebagus mungkin untuk hari ini dan hari-hari berikutnya demi menangkap Amora. Beberapa kali Diego berpesan untuk Amora tetap berjaga-jaga meskipun ia berdiam diri di rumah.Malam ini seperti biasa Amora tak berhasil memejamkan matanya. Pikiran yang terus berkecamuk dan kepala yang terasa pusing semakin membuatnya tak bisa tidur. Sesekali Amora men

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 74

    Amora mondar mandir tidak jelas sejak tadi karena pikirannya yang mulai kacau semenjak acara televisi menyajikan berita tentang berkeliarannya dua orang buronan yang kabur dari keamanan. Tentu saja mereka itu adalah Baron dan Frans.Sesuatu yang begitu mengoyakkan hati Amora kala ia mengetahui jika kedua orang itu merupakan ayah dan anak. Frans merupakan anak Baron sebelum ia menikahi ibunya Aurelia. Sungguh sangat lembut permainan Frans waktu itu, hingga membuat Amora tidak bisa melihat mana rekayasa mana nyata.Tentulah sekarang Amora paham mengapa Frans begitu jahat padanya. Ya, semua itu karena Baron dan dirinya menginginkan harta kakeknya Amora yang begitu banyak dan melimpah. Namun tidak semudah itu, setelah membunuh Artha mereka juga mesti menyingkirkan Amora terlebih dahulu untuk mendapatkan harta itu.Amora menggigit jari telunjuknya mencoba menenangkan diri. Meski dirinya sekarang berada di tempat yang aman yaitu di rumah ibu mertuanya. Tapi yang lebih membuat Amora panik ad

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 73

    “Amora kau harus mati!”“Amora kau harus mati!”“Amora kau harus mati!”“Huaa ...” Dada yang kembang kempis tak beraturan begitu terlihat disertai wajah ketakutan Amora. Perempuan itu menoleh ke samping dimana ada suaminya tengah memandang khawatir padanya. Bahkan tangan Aksen masih menjadi bantalan kepala istrinya.Untung saja semua itu hanya mimpi. Seseorang mendatanginya bahkan terbawa ke alam bawah sadarnya. Dia datang ingin merenggut nyawa dengan tanpa alasan. Amora sungguh ketakutan hingga tak sadar tangannya menggenggam lengan Aksen. “Ada apa, Mora?” Aksen mencoba menyadarkan istrinya yang terlihat kebingungan selepas sadar dari pingsannya.Menyadari dirinya begitu menempel ke tubuh Aksen, Amora segera berusaha duduk dan membenarkan posisinya. Meskipun dalam keadaan tak baik-baik saja, ia tak akan memperlihatkannya kepada Aksen. Saking gengsinya ia tak akan pernah merendahkan harga dirinya lagi di depan Aksen. “Mora, kau baik-baik saja?”Amora menghela napas panjang beberapa

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 72

    “Katakan, apa maumu? Aku tidak mempunyai waktu luang cukup lama untukmu,” ujar Amora langsung pada intinya ketika mereka sudah dihidangkan beberapa makanan di atas meja.“Mora, aku bukan klienmu. Sekarang ini aku berperan sebagai suamimu, apa pantas bicara begitu?”Amora menatap tanpa ekpresi ke arah suaminya. Aksen kini selalu menyebalkan di depan matanya. “Aku tak suka bertele-tel-““Makan dulu,” potong Aksen seraya menyodorkan sepotong beefsteak ke mulut Amora hingga perempuan itu terdiam.Melihat istrinya yang sama sekali tidak membuka mulut untuk melancarkan suapannya, Aksen menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya dengan isyarat. Beberapa detik kemudian Amora mengambil garpu yang dipegang Aksen kemudian menyuapkan potongan daging itu oleh tangannya sendiri.Aksen hanya tersenyum menanggapinya.“Tidak ada hal penting, aku hanya ingin makan siang bersamamu.” Aksen mulai menyuapkan potongan daging kepada mulutnya.Amora terdengar menghela napas panjang. Wanita itu tiba-tiba berdi

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 71

    Paginya, Aksen harus terganggu dengan kedatangan Diego ke rumah ibunya. Apalagi ketika melihat lelaki itu begitu akrab mengobrol dengan Amora membuat hatinya memanas. “Senang melihatmu baik-baik saja, Amora,” ujar Diego seraya menampilkan senyum tipisnya.“Aku selalu baik-baik saja,” balas Amora. Sementara Aksen berlalu begitu saja melewati mereka yang sedang mengobrol di ruang tamu. Dengan wajah masam itu, Diego menyadari jika Aksen memang tidak suka dirinya ada di rumah Rina. Apalagi ngobrol akrab dengan istrinya.Namun justru karena itu, Diego semakin gencar mengajak Amora mengobrol ria agar Aksen kesal. Pria itu paling suka melihat sepupunya marah. Aksen pergi ke dapur dan mengambil jus jeruk dingin dari kulkas. Aksen menuangkan jus itu ke gelas panjang kemudian meneguknya hingga tandas. Sisanya ia bawa ke ruang tamu seraya mendudukan dirinya begitu dekat dengan istrinya. Seakan memperlihatkan kepada Diego kalau Amora adalah miliknya.Diego yang paham dengan sikap Diego hanya m

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 70

    TikPria beralis hitam tebal itu membuka seat belt yang selama hampir dua jam melilit dadanya. Napas lega begitu terdengar jelas dari mulut Aksen dengan diakhiri senyum tipis khas-nya.Setelahnya ia menoleh kepada perempuan yang masih terbaring nyaman di atas alat tidur portable di kursi samping yang direndahkan posisinya. Aksen merangkak mendekati Amora kemudian mengelus pelan pelipis wanita itu.Wanita itu terlihat nyaman bahkan tidak merasa terganggu sedikitpun ketika Aksen menyentuh pelipis dan hidungnya. Aksen terlalu gemas hingga beberapa kali mencubit hidung Amora seraya terkekeh pelan. Ditambah lagi, pipi Amora nampak sedikit berisi setelah ia mengandung.Aksen kembali melihat ke arah depan, mengedarkan pandangan kemudian tersenyum tipis. Terhalang kaca mobil, sebuah danau luas terhampar di depannya. Ya, Aksen ternyata mengajak Amora ke tempat yang tidak asing. Sebuah pulau yang dahulu kala adalah tempat mereka mengukir cerita yang hampir saja ingin Aksen lupakan. Jika mengi

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 69

    “Gak mungkin anakku mati! Gak mungkin!!!”Teriakan ibunya Aurelia terdengar dari ruang IGD sampai ke tempat registrasi dimana Amora dan Aksen baru saja sampai untuk menjenguk mayat Aurelia yang baru saja ditemukan.Amora melirik sebentar ke wajah Aksen yang tengah tersenyum tipis ke arahnya. Aksen sengaja bersikap begitu dan memperlihatkan wajah tidak panik supaya Amora tidak merasa takut dan tidak sama-sama panik.Padahal dalam hatinya, Aksen kelimpungan sendiri. Takutnya ibunya Aurelia akan nekat melakukan hal buruk kepada Amora apalagi istrinya itu sekarang tengah hamil. Tapi bagaimanapun situasinya, Aksen sudah berjanji akan melindungi Amora dari serangan apapun.Menyadari Amora tidak maju juga dari tadi ke IGD, Aksen merengkuh bahu istrinya dengan tangan kanan kemudian merapatkan kepada tubuhnya. Amora kembali menoleh dan Aksen mengangguk meyakinkan.“Apa aku akan baik-baik saja?”Ini pertama kalinya Aksen mendengar kalau Amora sangat khawatir dan bertanya lebih dulu kepadanya. B

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status