Share

Pengantin Pengganti: Dia Yang Diremehkan Ternyata Luar Biasa
Pengantin Pengganti: Dia Yang Diremehkan Ternyata Luar Biasa
Author: Indrawan.Maulana

Bab 1 Pengantin Pengganti

 Seseorang berdiri di depan cermin dengan gaun pengantin yang tidak pas dengan badannya. Dia adalah Anisa Rahma, dia mengamati bayangannya dan merasakan sudut bibirnya berubah menjadi senyuman masam.

 "Cepat! Tanda tangani kontrak ini!"

 Anisa Rahma mengambil dokumen yang diberikan oleh Ardiansyah Siregar kepada dirinya. Matanya beralih ke bagian bawah halaman, di sana tertera tanda tangan berserta nama yang tecetak jelas, David Hutapea.

  Ardiansyah Siregar adalah ayah kandung Anisa Rahma dari hubungan gelapnya. Dia selalu menghinakan Anisa, dan tidak mengakuinya sebagia anaknya. Walaupun Anisa selalu diperlakukan buruk oleh ayahnya, dia sebagai anak yang baik hanya bisa menurut apa yang dikatakan ayahnya.

  "Baiklah," balas Anisa sambil menghela napas panjang.

 Tulisan tangannya sangat rapi, seolah-olah dicetak dengan menggunakan mesin cetak, tetapi penanya dicengkeram dengan cukup kuat hingga tintanya merembes ke sisi lain kertas yang membuatnya sedikit kotor.

 "Kamu akan dirawat dengan baik sebagai istrinya. Tapi..." Ardiansyah memperingatkan, "...sebaiknya kamu bersikap baik juga kepadanya." Suaranya terdengar tajam sambil mengancam, seperti tanda awan gelap yang menjulang di cakrawala.

 "Pikirkan apa yang akan terjadi kepada nenekmu di kampung, jika kamu merusak rencanaku ini," ancam Ardiansyah kepada Anisa.

 "Seharusnya Amanda Santika yang menikah hari ini!" ucap Anisa dengan kesal. Namun Amanda Santika tidak ingin menikah dengan pria yang berada di ambang kematiannya.

 Kemudian Anisa bertanya dengan hati-hati kepada orang yang ada di depannya, “Mengapa aku harus menggantikannya?”

 Amanda Santika melarikan diri hanya beberapa jam sebelum pernikahannya. Namun, jika Ardiansyah Siregar mengatakan kebenarannya kepada keluarga mempelai pria, sama saja dengan menghina, bahkan mempermalukan. Itulah sebabnya Ardiansyah dengan agak tidak berperasaan mengancam Anisa dengan nyawa neneknya untuk memaksanya menggantikan Amanda.

 Dengan demikian, untuk melindungi neneknya, Anisa mendapati dirinya mengenakan gaun pengantin milik wanita lain, menjadi calon pengantin dari putra pertama Keluarga Hutapea yang sakit-sakitan.

 Ardiansyah mungkin bersikeras bahwa berada di posisinya adalah suatu kehormatan, tetapi Anisa lebih tahu. Jika dia benar-benar seberuntung itu, mengapa Amanda bisa melarikan diri?

 “Ini demi reputasi diriku, cepat! Tanda tangani surat kontraknya, aku akan menjaga nenek kamu. Aku berjanji,” kata Ardiansyah dengan tegas.

 "Kamu benar," jawab Anisa dengan suaranya yang halus dan jelas. "Terima kasih untuk mengingatkan aku. Jika tidak, masalah kecil mengenai diriku yang akan menjadi nyonya muda Keluarga Hutapea akan hilang sepenuhnya dari pikiranku."

  Anisa dipaksa oleh ayahnya untuk menjadi pengantin pengganti dan menikahi tuan muda dari Keluarga Hutapea. Sebelumnya dia sudah didoktrin agar menjadi nyonya muda Keluarga Hutapea yang baik, agar Ardiansyah dapat memperluas jaringan bisnisnya.

 Ekspresi Ardiansyah langsung berubah menjadi gelap.

 Anisa mengangkat kepalanya untuk menatap mata Ardiansyah, ekspresinya sopan dan polos lalu berkata, "Jadi jangan sakiti nenekku. Bagaimanapun, dia satu-satunya keluarga yang tersisa bagiku. Jika sesuatu terjadi padanya, aku tidak dapat membayangkan apa yang mampu aku lakukan untuk membalaskan dendamku kepada kamu."

 "Arrgh... Oke, oke. Kita sepakat, tapi jalankan rencana aku dengan sebaik mungkin," seketika Ardiansyah mendidih marah dan menatap Anisa dengan tatapan tajam.

 Dia membuka mulutnya, seolah-olah ingin melontarkan lebih banyak makian padanya. Namun saat itu, staf acara pernikahan datang memberi tahu mereka bahwa sudah waktunya pengantin wanita menggantikan tempatnya. Menahan amarahnya, Ardiansyah menghaluskan ekspresinya dan dengan kasar mengantar Anisa ke hadapan para tamu acara pernikahan itu.

 Perlahan, Anisa berjalan ke tengah. Kain penutup menyembunyikan wajahnya dari lautan tamu di sekitarnya, tapi gagal menghalangi bisikan dan tawa mereka.

 "Siapa yang mengira bahwa bahkan anak yang sakit-sakitan seperti David Hutapea akan mendapatkan pengantin?"

 "Saya mendengar bahwa dia hampir berada di ranjang kematiannya, dan dia hanya menikahi putri Ardiansyah Siregar untuk meningkatkan keberuntungannya dan memperpanjang masa hidupnya."

 "Ardiansyah Siregar? Anak perempuan nakal mereka yang kurang ajar itu? Kudengar dia menawarkan dirinya ke arah pria yang ditemuinya di sebuah pesta malam belum lama ini. Tuan Muda Hutapea pasti memohon untuk diceraikan olehnya."

 "Omong-omong, pengantin wanitanya agak kurus, bukan? Dia hampir tidak bisa menahan gaunnya yang terlalu besar, aku lihat gaun pengantin yang dia gunakan terlalu besar.”

 Dengan setiap langkahnya, Anisa mengabaikan gumaman orang banyak, pandangannya tertuju pada pria di kursi roda di depannya. Masker menutupi bagian bawah wajahnya, tapi alisnya membentuk dua garis lembut. Tiba-tiba saja dia akan mengeluarkan suara batuk-batuk kecil, jari tangannya mengepal dalam upaya yang gagah berani untuk mengendalikan dirinya dan menghindari gangguan pada pernikahan, tetapi dia hanya berhasil membuat dirinya terbatuk-batuk lebih keras lagi.

 Itu berlangsung begitu lama sehingga Anisa tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah dia akan selamat dari pernikahan itu.

 “Aku akan menjadi pengantin dan meninggalkan status aku sebagai seorang janda,” ucap Anisa di dalam hatinya dengan tatapan yang penuh kepasrahan.

 Ardiansyah pasti takut bahwa suara-suara batuk yang keluar dari calon menantunya adalah akibat dari suatu jenis penyakit menular. Setelah meletakkan tangan Anisa Rahma ke tangan David Hutapea, dia tidak membuang waktu untuk menutup hidungnya dan bergegas pergi.

 Petugas Kantor Urusan Agama bertanya kepada Anisa, "Apakah kamu setuju untuk menjadikan pria ini sebagai suamimu, baik kaya atau miskin, dalam keadaan sakit dan sehat, mulai hari ini sampai hari terakhirmu?"

 Apakah Anisa benar-benar punya pilihan? Padahal dia sudah menandatangani kontrak pernikahan? "Saya bersedia."

 Petugas Kantor Urusan Agama mengulangi pertanyaan tersebut kepada mempelai pria, yang menjawabnya dengan beberapa kali batuk keras sebelum mengerahkan kekuatan untuk berkata, "Saya bersedia."

Segera setelah dia mengucapkan kata-kata itu, ekspresi malu terlihat di wajah David. Jika sekedar mengucapkan ijab kabul adalah suatu hal yang cukup menyulitkan, tentu saja pria berkursi roda ini tidak mampu berbagi ciuman dengan pengantinnya. Dia hendak membatalkan perkataannya ketika istrinya membungkuk dan mengangkat kain yang menutupi kepala suaminya, melindungi mereka berdua dari pandangan.

 Dikatakan bahwa dua orang menjadi satu di balik tabir pernikahan. Anisa telah bersiap untuk momen ini sejak dia mengenakan gaunnya. Dia mungkin dipaksa dalam posisi ini oleh Ardiansyah untuk menangkal kemarahan Keluarga Hutapea, tapi dia membutuhkan kekuatan nama keluarga Hutapea untuk menjaga keselamatan neneknya. Semakin lama suaminya hidup, semakin baik.

 Anisa menurunkan kain penutup suaminya, memperlihatkan bagian bawah wajah suaminya, yang dihiasi pola bekas luka yang mengerikan. Pemandangan itu menjijikkan dan bahkan mengerikan, tetapi dia pura-pura tidak menyadarinya.

 “Ijab kabul pernikahan kita sudah selesai dan surat nikahnya sudah ditandatangani,” kata Anisa sambil menjaga wajahnya tetap netral. “Kami adalah suami-istri sekarang. Apa yang tidak dapat kamu lakukan sendiri, aku dapat membantu kamu.”

 Tanpa kain penutup untuk menyembunyikan wajah David, Anisa bisa melihat raut wajah suaminya berkerut sedikit, mungkin karena tidak diberi kesempatan untuk berbicara.

 Tapi kemudian Anisa mendengarkan kata-kata David, dan dia melihat secercah cahaya di matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status