Beranda / Pernikahan / Pengantin Lelaki Pengganti / 3. Dunia kamar yang berbeda

Share

3. Dunia kamar yang berbeda

Penulis: Tutut Pamka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kupegangi kepala yang sakit dan berdenyut. Entah apa yang terjadi. Membuka perlahan mata. Suasananya berbeda, aroma kamar juga beda. Ini seperti bukan kamarku? Lemari yang bewarna gelap. Lampu tidur dan semua perabotan mewah. Ini kamar siapa? Apakah aku sudah mati dan berada di surga?

Aku berusaha mengingat kembali apa yang terjadi. Oh iya aku kan mau mengantar Pak Kunang pulang? Kenapa bisa berada di kamar asing?

Aku bangkit dan berkaca di kaca berukuran besar, badanku terlihat jelas. Wah aku terlihat sangat memukau dengan gamis baru merah jambu. Kerudung yang menjuntai. Aku seperti bidadari yang turun dari kayangan, hehe.

Tercium aroma kamar yang berbau khas kamar pria. Hah kamar pria? Berarti aku sedang berada di kamar siapa? Dan tunggu, siapa yang menganti pakaianku?

"AAAA ...." Aku menjerit diiringi tangisan yang meraung-raung. Aku seperti kesurupan, Kulemparkan semua barang yang ada di dalam kamar dan tak terkecuali vas. Hingga pecahan vas itu menyakiti kakiku. Aku tak peduli. Yang kupedulikan hanya martabat harga diriku. Oh ya Allah ampuni hamba.

"SIAPA YANG TELAH MELECEHKAN SAYA!"

"Ada apa ini, Bening!" Suara seseorang membuatku mantap. Pasti dia yang telah melecehkan!

Kuayunkan bantal guling ke wajah si pendosa itu.

"STOP!!!" hardiknya. Setelah melihat wajahnya. Sungguh keterlaluan! Aku memang Maba. Tapi, tidak boleh ada satu pun yang berhak menyentuh tubuhku. Termasuk dia!

"Manusia Biadab! Mana pakaian saya! Apa yang Anda lakukan? Hiks ...." Aku menangis tersedu-sedu sambil menunjuk muka sok polosnya itu. Apa yang ada di pikirannya? Kulihat rahangnya mengeras dengan sorot mata yang menyiratkan sejuta tanya.

"Kamu dosen Biadab! Anda pantas dihukum! Saya benci ...."

"Stop talking. Bening! Tenangkan dirimu!"

Aku berasa tidak mempunyai tulang, tubuhku lemas, seperti tak punya tenaga apapun. Kubersandar pada ranjang empuk sambil beringsut di lantai. Kakiku gemeteran saat diselonjorkan. Bibirku bergetar.

Ya Allah apa yang terjadi? Seharusnya kejadian ini tidak menimpaku. Apa yang aku katakan pada Ibu? Kesucian yang aku jaga telah direnggut paksa sama dosen kutub.

Cairan bening semakin deras membasahi pipi. Menutup muka dengan kedua telapak tangan.

Aku sudah tidak suci lagi! Astagfirullah!

Aku melanjutkan tangisanku. Linangan air mata membasahi kedua pipi.

"Non ...." Suara lain membuatku berdiri. Mataku menangkap wanita paruh baya. Entah siapa dia.

"Tenang, yah. Bibi yang ganti pakaian Non. Non masih ingat kan? Non itu terjatuh dan pingsan. Jadi, Den Kunang menyuruh saya untuk menggantikan pakaian Non yang basah. Dan kenalkan saya Bi Ais, ART di rumah ini."

Seketika merasa ada petir yang menyambar sekujur tubuhku. Bisa-bisanya aku berkata kejam pada dosenku. Bagaimana kalau dia menghukumku? Belum lagi kamarnya kubuat berantakan bagai kapal pecah. Ini sungguh memalukan!

"Bibi, serius, kan? Bibi, tidak berbohong?"

"Mana mungkin Bibi berbohong, Non? Bibi berani bersumpah!"

Aku semakin yakin bahwa wanita paruh baya ini tidak berbohong. Panas dingin merasuki jantungku. Rasanya aku ingin kabur saja dari sini atau menggantung diriku di pohon stawberry.

"Non, istirahat kembali, ya, biar Bibi bereskan semua barang yang berserakan ini," ucap Bibik.

"Tidak Bi, Biar gadis gak tau diri ini saja yang bereskan!" bentakkan Pak Kunang mengagetkanku.

Aku meneguk saliva beberapa kali. Sungguh pria ini menyusahkan. Dengan tangan bergetar aku tumpuk pecahan vas. Tentu saja pecahan itu merobek sedikit tanganku. Aku harus kuat, aku tidak boleh menangis. Menahan perih di tangan layaknya tidak terjadi apa-apa.

Sepertinya dosenku masih mengawasi di belakang. Apa aku bilang kalau tangan dan kakiku perih? Tidak! Aku tahan saja kesakitan ini. Darah semakin mengalir, dengan jalan tertatih, aku menata barang yang berserakan.

Pak Kunang langsung menghampiriku. Ia terlihat panik melihat darah yang berada di tanganku.

Tanpa suara, Pak Gatan mengambil kotak P3K dari laci mejanya. Tangan kekar itu memegang pergelangan tanganku. Sebelum ia membalut luka, segera kutepis tangannya.

"Saya tidak butuh bantuan!" Ya sekali-kali dosen angkuh seperti dia harus dikasi pelajaran. Sebab karena dialah aku jadi pingsan.

Sorot mata tajam. Rahang kokoh itu tak mampu kulihat. Aku duduk di kasur dan segera membalut tanganku sendiri. Namun, usahaku gagal. Perbannya jatuh. Aku tak tahan menahan rasa sakit di kaki yang terkena pecahan vas.

"Jadi kakimu juga ada darahnya?"

Aku tidak menggubris pertanyaannya. Lalu Pak Kunang langsung melihat kakiku yang berdarah dan melepas pecahan vas yang ada dikakiku.

"AAAA ...." teriakku sambil megang kerah leher milik Pak Kunang. Maluku bertambah 360 derajat.

"Tenanglah! Jangan keras kepala!"

Oke aku mengalah, aku membiarkan dia meneteskan obat merah di kaki serta tangan. Tak luput ia balut perlahan. Embusan napasnya begitu memburu, begitu khawatirkah dia kepadaku? Tidak mungkin dia khawatir. Ya, dia kan phobia wanita.

Pipiku semakin memanas menahan malu, saat Pak Kunang membereskan semua barang yang aku buat berantakan. Rasanya aku ingin meminta pertolongan seseorang untuk kabur dari sini.

"Mau ke mana?"

"Mau pulang, Pak," jawabku datar.

"Jadi ini sikap maba jaman sekarang? Sudah di bantu malah tidak berterima kasih."

Kubalikkan tubuh dan melihat ekspresi wajah Pak Kunang sangat mengerikan. Janggut tipis, kumis tipis itu membuatku bergidik ngeri. Bisa saja bulu itu lebat dan merubah Pak Kunang jadi srigala. Aku cekikikan membayangkan itu. Tanpa di sadari Pak Kunang mendekat. Dengan gencar kumenjauh. Namun naas, kakiku kehilangan keseimbangan dan ....

Bruk!

Aku jatuh ke lantai. Rasanya Sakit tapi harus kutahan daripada Pak Kunang berani menyentuhku? Tak bisa kubayangkan kalau hal itu terjadi.

Ia mengulurkan tangannya.

"Tidak Pak! Saya akan coba berdiri sendiri." Ia cukup terperangah mendengar perkataanku.

"Kamu tinggal di sini saja. Besok saya antar kamu pulang. Bagaimana? Tenang saja saya akan tidur di kamar bawah."

Setelah aku berhasil berdiri berpegangan pada tembok kamar. Aku membuka suara.

"Tapi gimana dengan ibu saya Pak? Saya takut dia khawatir ...." Kupasang muka memelas.

"Saya akan hubungi orang tuamu. Tenang saja Bening, nanti malam ada Mama saya, kok."

"Kalau Ibu saya marah bagaimana, Pak?" tanyaku.

"Kamu ini bawel sekali, ya! Kita lihat saja nanti!"

"Baiklah Pak." Tidak ada cara lain selain mengiayakan permintaannya.

Sesudah membentakku lalu meninggalkanku. Entah mengapa rasanya aku takut satu atap dengannya. Mimpi apa ya semalam? Padahal aku bermimpi dikerjar kecoak. Haha.

**

Menjelang sore. Asisten rumah tangga Pak Kunang begitu sangat baik, ia memberikanku mukena. Perhatiannya sangat membuatku nyaman di sini. Kecuali kalau ada Pak Kunang.

Setelah kuberi nomor telepon ibu pada Pak Kunang. Ia menelpon Ibuku. Biasanya Ibu sangat khawatir kalau pergi gak bilang-bilang. Namun, mendengar penjelasan Pak Kunang. Ibuku seperti terhipnotis. Kupikir ia pria yang sangat kaku, tapi ia malah menelpon Ibu dengan nada tempo yang pas. Eist dah emangnya Pak Kunang lagi menyanyi? Ia menelpon Ibu menggunakan video call. Kulihat ia menyunggingkan senyum pada Ibu. Sungguh Pak kunang untuk saat ini menjadi malaikatku.

Selesai menghubungi orang tuaku. Pak Kunang kembali murung. Ia bisa menampakkan lengkungan senyumnya ke orang lain. Namun, aku tahu ia sangat terpuruk.

"Mama saya lagi ke rumah temannya. Saya senang melihat tawa yang terpancar di wajah Mama. Tapi aku yakin Mama menyimpan kepedihan," kalimat terakhir yang ia ucapkan terdengar serak.

"Jadi ini edisi curhat, yah?" Aku malah hendak meledeknya.

Mata Pak Kunang membola. Tangannya bergetar. Pipinya lucu sekali, sepertinya ia menahan malu. Aku sukses meledeknya.

Ia seperti anak kecil yang ngambek. Ia pergi dari kamar. Aku meringkuk dalam selimut. Aku menguap dan hampir terlelap.

"Bening?"

"Hah? Bapak kembali ngapain?!

Ia memberi kode supaya aku melihat apa yang ia bawakan.

"Wah, sup ayam ...."

"Kamu suka? Atau kamu alergi?" tanyanya datar. Aku tidak suka nada bicaramu, Pak.

"Sangat suka!"

Aku mendelik saat sendok ditangan Pak Kunang mengarah padaku. Apa aku mau disuapi seperti anak kecil? Apa yang ada dipikirannya?

"Saya bi--bisa sendiri, Pak?!"

"Yakin?" tanyanya seakan meledek. Ia tersenyum menyeringai.

"Ya ...." Sial sebelum aku berucap ia malah menyuapiku. Terpaksa aku kunyah perlahan. Suapan kedua, ketiga dan seterusnya aku melahapnya.

"Hahaha bibirmu belepotan, Bening!"

Mataku berbinar saat melihat Pak Kunang tertawa lebar. Bibir tipisnya sangat indah. Baru kali ini aku melihat Pak Kunang tertawa. Seketika diriku mematung memperhatikannya. Begitu putih wajah Pak Kunang. Setelah sadar aku kepergok memerhatikan. Aku langsung buang muka menatap jam beeker di samping ranjang.

"Tunggu ...."

Ia keluar, entah mau kemana dia. Dan langsung balik dengan segepok tisu di tangannya. Dadaku berdetak jauh lebih kencang saat ia mulai mengusap mulutku dengan tisu. Aku merasa bersalah, ia memperlakukanku begitu hangat.

Bab terkait

  • Pengantin Lelaki Pengganti   4. Jadi mereka saudara

    Inikah takdir jodohku? Apa pria kutub selatan itu adalah jodoh yang dikirim Allah untukku? Yang tertulis di lauful mahfuz?Mengetik kata-kata konyol itu di memo ponselku. Seketika aku terkekeh karena ulah sendiri. Bisa-bisanya mengetik hal yang konyol.Dreeet!Ada yang ngechat nanyain kabarku. Siapa lagi kalau bukan Intan.[Kamu kenapa pingsan? Sorry saat aku mau ke sana eh malah Pak Kunang membantumu.][Mungkin aku lagi kedinginan saja.] Balasku singkat di chat."Ehem ...," dehaman seseorang mengagetkanku. Hampir saja ponselku jatuh. Apa dia tidak tahu kalau aku jenuh?"Ponselnya ditaruk dulu ya... tanganmu kan masih perih.""Emm ...." Lidahku kenapa? Kok kelu banget sih.Pak Kunang langsung mencabut ponsel yang kupegang dan menaruhnya di saku celananya."Loh? Balikin, Pak!""Sudah, besok saja saya balikin," jawabnya masih datar. Entah kenapa aku gak suka nada datarnya.Kenapa aku malah repot mengurusi jawabannya. Lama-lama diri ini merasa aneh.DOR DOR DOR!!!"MAS! MAS! BUKA PINTU!"

  • Pengantin Lelaki Pengganti   5. Ternyata Tante sababat ibu

    Merasakan aroma maskulin yang menyeruak menyebar di rongga hidung. Memeluk guling yang terasa begitu menghangatkan. Tunggu dulu, baunya seperti aroma sosok yang tak asing, seperti Pak Kunang. Apakah setiap ingin tidur pinguin dingin itu memakai parfum? Sampai aromanya melekat di guling. Setelah membuka mata betapa kagetnya diriku mendapati mata tegas, rahang kokoh dan wajah tampan yang menyiratkan tanda tanya. Di depanku ia berdiri bersidekap. Detak jantungku tiba-tiba tak beraturan. Mungkin saja tadi ia tengah memerhatikanku yang sedang memeluk gulingnya dengan erat."Kamu tidak mau shalat subuh?" Pertayaannya sangat datar, dingin dan membuat bulu kuduk merinding. Langsung saja kubangkit dari tidur, mengubah posisi menjadi duduk. Sambil menunggu apa yang mau ia bicarakan. Seketika mengingat saat memeluk gulingnya. Tangan terasa lemas tanpa tulang, bisa-bisanya tadi bertingkah memalukan dengan memeluk guling Pak Kunang. Tapi lebih parah lagi kalau aku sampai memeluk dirinya. Astaga

  • Pengantin Lelaki Pengganti   6. Harapan

    Akhirnya aku pulang ke rumah. Kata orang, rumah adalah istana. Ya, rumahku adalah istanaku. Meskipun rumahku ini tidak sebesar rumah Pak Kunang. Aku tetap menganggapnya istana. Daripada harus mendengar pertengkaran Pak Kunang dan Dion.Kubuka kamar lalu mengirim tubuh ke tempat tidur yang tidak terlalu empuk ini. Tapi aku senang bisa balik ke rumahku. Apalagi bertemu ibu yang selalu ada untukku. Selalu tegar dan mampu menghilangkan penat yang ada dipikiranku.Aku kenapa malah mengingat perkataan Dion tentang kekasih dosen phobia itu. Pasti dia sangat cantik sehingga Pak Kunang tak bisa melupakannya."Bening? Bagaimana perasaanmu di sana? Dosen kamu itu tampan dan baik hati ya? Ibu rela kamu dinikahi dia."Suara ibu mengagetkan dan menyadarkan aku dari lamunan.u selalu saja begitu bertanya banyak."Ibu apaan sih, mana mungkin dia mau sama Bening yang buluk ini?" jawabku minder."Hust jangan merendah seperti itu! Berdoa saja ya sama Allah. Kamu cantik loh Bening. Dulu aja kamu buluk."Ku

  • Pengantin Lelaki Pengganti   7. Mendadak dijodohkan

    Memapah bedak tipis-tipis supaya tidak terlalu terlihat pucat. Tidak ingin terlihat menor juga. Kupakai gamis pemberian orang yang entah dari siapa. Ibu merahasiakan orang yang telah memberikan gamis menjuntai, indah dengan bordiran bunga-bunga ini. Kupandangi pantulan diriku dicermin, begitu memukau. Seakan lebih cantik gaun ini daripada diriku. Ketika mengolesi lip balm pada bibir. Sepintas bayangan dosen beku bergelayut dibenakku. Ada apa denganku? Mengapa aku malah membayangkan wajah tampan tapi bukan muhrimku? Astagfirullah ini tidak benar! Kuusap wajahku dengan kasar. Membaca istigfar berulang kali.Ceklek!Suara derit pintu kamar terbuka. Derap langkah seseorang yang kukenal makin mendekat. Segera kubalikkan badan dan tatapan bersirobok pada wajah ibu yang begitu berbinar. Siluet wajah yang kelihatan sangat bahagia.Astaga ada apa dengan Ibu? Mengapa begitu sangat bahagia? Fikiranku mulai sambil menerka-nerka apa yang membuatnya sebahagia ini."Waw amazing! Putri ibu tidak la

  • Pengantin Lelaki Pengganti   8. Menjadi istri

    Aku berjalan mengekor di belakang orang yang sudah sah menjadi suamiku. Aku begitu tidak menyangka Pak Kunang bisa menyelesaikan ijab kabul dengan hikmat tapi penuh kepura-puraan. Sementara Dion hilang entah kemana mungkin saja ditelan bumi. Setelah akad nikah usai Pak Kunang bergeming dan mengantarkan aku ke kamar. Apakah dia bersungguh-sungguh dalam menjalani pernikahan ini? Ah membayangkannya saja itu tidak mungkin. Segera kutepis segala pikiran aneh yang berkelebat di kepala.Dilihat dari sorot mata yang kosong seperti itu, sudah jelas dia hanya menyelamatkan reputasi nama besar keluarganya. Kududuk di tepi ranjang kingsize ini, dengan membalas tatapan kosong yang dia berikan padaku.Terkejut saat Pak Kunang tiba-tiba mengunci pintu. Ya Allah apakah beruang kutub ini akan tidur bersamaku malam ini? Seketika panas dingin menjalar seakan tubuhku ini diberi formalin yang bisa membuat tubuhku membeku.Tiba-tiba kepala mendadak pusing, mungkin akibat kelamaan menunggu Dion di acara aka

  • Pengantin Lelaki Pengganti   9. Grogi pada suami sendiri

    Merasa begitu nyamannya tubuh dengan aroma maskulin. Aku semakin mengeratkan pelukan yang semakin membuatku merasa nyaman dan mata seakan enggan terbuka. Suara adzan berkumandang begitu merdu ditelinga sambil menikmati kehangatan yang menyerebak di jiwa.Kicauan burung terdengar di jendela geser yang terhubung di balkon. Seperti sedang bercengkrama, bersahutan mengisi pagi dengan harmoni alam, menciptakan simfoni yang membangunkan semangat.Saat pelukan tangan seseorang semakin erat dada berdentam-dentam. Siapa yang memelukku? Seketika mataku membola saat mendapati tubuh kekar dan berurat.Tubuhku berusaha menggeliat untuk melepaskan pelukan pria ini yang cukup kencang. Oh, tidak! Apakah semaleman kami berpelukan? "Pak, sudah subuh," lirihku ditelinganya. Namun usahaku sia-sia. Ia semakin mengeratkan pelukan. Emangnya aku guling apa?"Emm ... guling kali ini kok beda. Rasanya nyaman sekali." Perkataannya membuat panas dingin, juga merinding. Aku tak kuasa berada dalam dekapannya dan

  • Pengantin Lelaki Pengganti   10. Teman masa lalu

    Lama-lama sikapnya kayak anak kecil saja. Memang apa sulit untuk membuka kancing bajunya sendiri? Dengan segala keterpaksaan yang ada dalam hati. Menuruti perintahnya. Membuka satu persatu kancing dengan tangan gemetar serta hati berguncang.Kemudian kegugupan yang membuncah. Pelan-pelan memasangkan ke lengan kanan dan kemudian lengan kirinya serta tanpa berani melihat sorot mata tajamnya. Hati deg-degan saat mulai mengaitkan kancing satu persatu bagian depan teratas. Aku harus mendongak dulu sebab pria ini lebih tinggi dariku. Tak sengaja mata beradu dengan sorot mata yang indah. Dengan rasa canggung yang membebat hati. Memberanikan diri memandang manik matanya serta mengaitkan tiap kancing terus menerus walau dengan tangan yang gemetar."Kamu takut pada saya? Kenapa menunduk terus?""Emmm ... tidak Pak! Saya sama sekali tidak takut pada Bapak, buat apa saya takut sama Bapak? Bapak bukan hantu," jawabku mantap.Untuk apa takut dengan suami sendiri? Walaupun aku tidak dianggap. Hanya

  • Pengantin Lelaki Pengganti   11. Kembalikan aku pada ibuku

    Seseorang pria yang telah berstatus sah jadi suamiku kini mengirim tubuhku menjauh dari hadapan Candra. Terlihat raut wajah Candra yang kebingungan karena mungkin dia curiga kenapa dosen ini menarik tanganku.Pak Kunang menarik lengan seorang tuan putri tidak berdosa sepertiku hingga rasanya mau patah. Puluhan pasang mata pun menatap tajam ke arah kami, bisikan-bisikan dari mereka yang tak bisa kudengar. Fix sudah dua kali aku dijadikan tontonan.Ya Allah ... Bening salah apa? Sampai suami sendiri berbuat kasar? Beginikah cara dia memperlakukan istri? Padahal di awal pernikahan sama sekali tidak terbesit dalam anganku untuk mencintai dia, untuk berbakti dengannya, untuk jadi istrinya. Tapi, bagaimana seharusnya istri sholehah memang harus patuh pada suami, walau suami tersebut sama sekali tidak menganggap istri. Sungguh tragis dan malangnya nasibku.Kuteteskan air mata mengucur deras seperti derasnya hujan. Terkadang, rasa takut dan keraguan bisa menjadi belenggu yang sulit dilepaskan

Bab terbaru

  • Pengantin Lelaki Pengganti   83. Akhir kisah cinta

    Acara syukuran sudah selesai. Bening sangat bahagia melihat anak yatim itu juga bahagia. Bening jadi ingat dengan anak-anak Palestina yang sedih kehilangan orang tua mereka."Thanks yah Mas. Kamu sudah mendatangkan kebahagiaan di dalam hidupku. Oh iya kamu sudah cuci darah Mas? Jangan sampai telat yah," ucap Bening sambil menggendong Anggun."Kamu tidak usah khawatir Beningku. Aku selalu ingat untuk hal itu. Eh aku mau coba ajarin Anggun jalan. Boleh?" "Iya nih Anggun belum bisa jalan Mas." Bening memberikan Anggun pada Kunang.Kunang mulai mengajari Anggun berjalan dengan memegangi kedua tangan Anggun. Terpancar dari wajah Anggun bahwa dia sangat bahagia bersama sang ayah.Bening sangat bahagia juga melihat kebahagiaan yang terpancar dari sang putri. "Aku kangen Tante, eh maksudku Mama Jessi Mas. Bisakah kita kesana?" kata Bening. Kunang yang tengah fokus mengajari Anggun berjalan menjadi beralih menatap Bening. "Boleh-boleh saja kita kesana. Tapi, aku punya kejutan lagi untukmu, S

  • Pengantin Lelaki Pengganti   82. Acara Syukuran

    Bening berbincang-bincang dengan sahabatnya Intan, dia sangat senang, akhirnya kekasih dan sahabat kembali lagi."Intan sungguh aku merasa kesepian tanpamu. Kapan kamu kesini, kita bercanda-canda lagi seperti dulu." Bening meneteskan air mata dari kedua sudut netranya.Intan diseberang sana berusaha tidak menjatuhkan air mata. Dia tidak mau Bening sampai mengetahui dirinya menangis."Maaf Bening, aku pengen sekali bertemu denganmu, namun aku masih sibuk dengan urusanku. Semoga lain waktu kita bisa betemu ya," jawab Intan."Baiklah Intan. Aku selalu menunggumu.""Sudah dulu Bening. Aku ada urusan lain ya. Kita sambung lagi nanti.""Baiklah Intan."Intan memustuskan panggilan. Disana Intan masih merasa bersalah pada sahabatnya. Dia menimal ponsel dan menjatuhkan air mata berulang kali, hingga membasahi kedua pipinya."Maafkan aku, Bening. Aku belum bisa menampakkan wajahku dihadapanmu. Aku belum sanggup bertemu dirimu setelah apa yang aku lakukan sama kamu. Aku beraninya memusuhimu. Sung

  • Pengantin Lelaki Pengganti   81. Masih trauma

    "Kamu?" Bening kaget dengan penampakan sosok tampan dihaxapannya."Iya ini aku Ahan." Ahan tersenyum lebar.."Dia siapa Bening?" tanya Sulaikha yang kebingungan. Arjun yang sedang menggendong Yugi langsung turun ke bawah untuk mengecek siapa yang bertamu kerumah mereka."Dia teman kantor Bu," jawab Bening ngasal."Ayo Nak Ahan silakan duduk." Sulaikha mempersilahkan Ahan duduk lalu pergi dari hadapan mereka."Bagaimana tawaranku. Masih terbuka lebar loh. Aku masih menyukaimu cewek misterius." Ahan berucap sambil menyodorkan sebuket bunga.Bening menggeleng. "Maaf Tuan Ahan. Jawabanku padamu tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah. Maaf jika saya menyakiti hati Anda,"ungkapan Bening tentu merobek hati Ahan berkali-kali."Jangan seperti ini dong Bening. Kamu wanita terunik yang baru aku temui. Kamu masuk ke dalam hatiku tanpa ijin lalu kenapa kamu tidak menetap saja disana? Aku akan membangunkan rumah megah dan jauh lebih mewah daripada mantan suamimu itu.""Maaf sekali lagi ya. S

  • Pengantin Lelaki Pengganti   80. Rahasia lain

    Setelah mereka bersatu menyatukan cinta yang lama hilang, merajut kembali benih cinta. Bening kembali pulang kerumah sehabis pulang dari kantor. Rumah Bening memang sudah lebih bagus dari rumah dosen bernama Kunang itu. Namun, Bening lebih memilih untuk ikut kembali ke rumah suami yang dulu.Anak Bening yang bernama Yugi pun sudah bisa melihat ayahnya kembali yaitu Kunang."Bening ada satu rahasia yang belum kamu ketahui," kata Pak Kunang ditengah-tengah Bening sedang melipat baju."Apa Pak?" tanya Bening penasaran."Sebenarnya Koldam adalah adik kembarku," jelasnya membuat Bening menjatuhkan baju-baju yang yang mau ia lipat. Mulut Bening pun menganga mendengar penuturan suaminya tadi. Dada Bening berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia masih bisa belum mencerna perkataan Kunang suaminya."Bukannya Koldam itu adalah sepupumu? Bagaimana bisa Koldam adalah adik kembarmu? Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku jadi bingung," ucap Bening. Bening masih belum memungut beberapa baju yang berjatuha

  • Pengantin Lelaki Pengganti   79. Balsemku kembali

    Sudah dua tahun usaha Bening berjalan dan dia sudah bisa menikmati hasilnya. Selama setahun pula Bening menahan kerinduan terhadap Kunang sang suami. Sulaikha ibunya pun belum juga mengizinkan Bening untuk melihat batu nisan Kunang Dramasta, itu sangat membuat Bening menangis tiap malam, serta terpukul, dan ketika ibunya bertanya, maka bening hanya menjawab tidak apa-apa.Angin berhembus membelai jilbab Bening. Dia menatap lurus ke depan sambil membayangkan wajah Kunang.Bening sudah membangun masjid dibeberapa daerah. Tapi, dia tidak memberi tahu warga sekitar masjid bahwa dirinya--lah yang membangun. Ia tak mau kalau sampai suatu pujian bisa membuat dirinya mempunyai sombong dan hanya terlalu senang dipuji orang. Maka itu Bening ingin menjauhi sifat itu.[Mas Kunang. Sampai detik ini aku belum bisa melihat peristirahatanmu yg trakhir Mas! Jiwa ini sudah benar-benar rapuh, hati ini juga sudah hancur melebur. Sampai aku tak tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Ok aku bi

  • Pengantin Lelaki Pengganti   78. Cium

    Pria tegap memakai jas hitam pekat pun menghampiri Bening yang tengah mematung. Bening hanya merasa kaget melihat sosok dihadapannya yang belum ia kenal."Hei Nona, mengapa Anda melamun?" tanya pria misterius.Bening hanya menggeleng pelan serta menahan kegugupan. Pria itu hanya membalas dengan senyuman."Anda akan bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami siap memberikan sebuah pabrik perusahaan untuk Anda dan semua yang Anda perlukan nanti diperusahaan Anda," tutur pria itu."Seriously? Anda tidak bohong?" tanya Bening tak percaya dan tak menyangka jika ada seseorang sebaik pria dihadapannya. Pria itu membalas dengan anggukan."Yes. Anda siap bekerja sama dengan kami? Kami hanya butuh ide dari Anda saja," lanjut pria itu mulai menyodorkan beberapa berkas yang perlu ditanda tangani oleh Bening."Saya tidak siap Tuan. Maksudnya saya tidak siap menerima kebaikan ini. Mending saya bekerja keras sendiri tanpa menerima bantuan dari siapapun. Apalagi bantuan yang amat besar seperti ini. Sa

  • Pengantin Lelaki Pengganti   77. Kerja sama dengan siapa?

    Tubuh Bening bergetar hebat melihat pemandangan tak lazim ketika pisau itu mengarah pada leher Sulaikha."Baik Bu. Bening berubah pikiran. Bening tidak akan pergi. Bening tidak akan melihat jazad suami Bening," lirih Bening pasrah. Ia begitu menyayangi Sulaikha. Maka dari itu Bening menahan segala keegoisannya agar ibunya tidak jadi bunuh diri."Sebagai seorang anak, kamu memang sepantasnya mendengarkan perkataan ibu, Bening. Ibu tahu kamu sangat mencintai suamimu, Kunang. Namun, Jessi sudah melarang kita untuk pergi ke sana. Lalu ibu bisa apa? Mungkin inilah yang terbaik untukmu agar kamu bisa melupakan Kunang yang selalu menyakitimu itu," ucap Sulaikha yang mulai melempar pisau tadi ke lantai.[Bagaimana aku bisa melupakan suami dinginku itu ibu? Bagaimana bisa? Memang dia begitu kaku dalam menjalani hubungan rumah tangga kami. Dia juga selalu menyakiti perasaanku dengan tidak jujur tentang mantan kekasihnya dulu yang ternyata adalah sepupuku. Tapi, cintaku padanya nyata Bu. Dan juj

  • Pengantin Lelaki Pengganti   76. Bunuh diri

    BRUKKKSuara begitu memekakan telinga membuat Bening terenyak serta tak mampu berdiri apa yang ada dihadapannya. Tubuhnya terasa ringat dan sangat lemas tanpa tulang. Air mata Bening sudah tak bisa dibendung lagi. Kau tahu siapakah yang celaka?Darah bercucuran dari pria yang sudah jatuh diatas balkon. Detak jantung Bening seakan terhenti dunianya begitu runtuh melihat orang yang amat dicintainya, orang yang selama ini bertengger di hatinya terkapar berlumuran darah dan tak sadarkan diri. Ya Kunang melompat dari atas balkon membuat hati wanita apalagi istrinya hancur berkeping-keping berserakan tak karuan."KUNANG!! APA YANG KAMU LAKUKAN?" pekik Bening histeris. Sementara Koldam yang tadinya ingin mengakhiri hidupnya gagal karena Kunanglah yang lebih dulu melompat.Sebenarnya sebelumnya yang terjadi ...Kunang merasakan kepalanya amat sangat sakit sebenarnya kepala Kunang terbentur pada pintu ketika Bening dan Koldam tengah fokus mengobrol."Bening?" lirih Kunang.[Mengapa aku selalu

  • Pengantin Lelaki Pengganti   75. Seperti layangan yang hampir putus

    Wanita dihadapan pria yang bergelantungan itu mulai memejamkan kedua mata. Wajahnya berubah pucat pasi serta bibirnya gemetar dan dadanya berdegup kencang melihat pemandangan yang membuatnya takut. Ya takut kehilangan kekasih yang mulai mengisi jiwa meski kekasih itu tidak menganggap dia ada sekarang. Bodoh! Bodoh memang jika Bening masih bersama lelaki yang sama sekali tidak mengingatnya namun malah mengingat si mantan."Ya Allah aku harus menolong siapa dulu? Kunangku memang suamiku namun dia juga yang sudah menciptakan luka beberapa kali di hati. Dia yang sudah mencabik-cabik hatiku menjadi berantakan," batin Bening.Koldam dan Kunang masih saja bergelantungan di atas balkon. Kunang memegangi kepalanya, ia mulai merasakan kesakitan dibagian kepala."Baiklah aku akan menolong kalian," kata Bening.GrebbbMata Koldam membulat sempurna saat Bening mulai mau menolong Kunang. Bening mulai melilitkan tali kepada Kunang dan ingin mengikatnya ke sesuatu yang kuat."JANGAN BENING! Kenapa kam

DMCA.com Protection Status