Beranda / Pernikahan / Pengantin Lelaki Pengganti / 5. Ternyata Tante sababat ibu

Share

5. Ternyata Tante sababat ibu

Penulis: Tutut Pamka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Merasakan aroma maskulin yang menyeruak menyebar di rongga hidung. Memeluk guling yang terasa begitu menghangatkan. Tunggu dulu, baunya seperti aroma sosok yang tak asing, seperti Pak Kunang. Apakah setiap ingin tidur pinguin dingin itu memakai parfum? Sampai aromanya melekat di guling.

Setelah membuka mata betapa kagetnya diriku mendapati mata tegas, rahang kokoh dan wajah tampan yang menyiratkan tanda tanya. Di depanku ia berdiri bersidekap. Detak jantungku tiba-tiba tak beraturan. Mungkin saja tadi ia tengah memerhatikanku yang sedang memeluk gulingnya dengan erat.

"Kamu tidak mau shalat subuh?"

Pertayaannya sangat datar, dingin dan membuat bulu kuduk merinding. Langsung saja kubangkit dari tidur, mengubah posisi menjadi duduk. Sambil menunggu apa yang mau ia bicarakan.

Seketika mengingat saat memeluk gulingnya. Tangan terasa lemas tanpa tulang, bisa-bisanya tadi bertingkah memalukan dengan memeluk guling Pak Kunang. Tapi lebih parah lagi kalau aku sampai memeluk dirinya. Astaga apa yang aku pikirkan?

Saat kepala tengah tertunduk, menahan malu yang bersarang. Pak Kunang melemparkan mukena. Bisakah dosen beku itu memberi mukena ini dengan tidak kasar? Segera kuberanjak menuju kamar mandi guna mengambil wudhu'.

Air mengguyur muka. Bayangan Lelaki tegap itu masih terngiang di benakku. Seharusnya dia tidak main masuk kamar, sembarangan. Walau memang kuakui kamar ini miliknya. Namun, ia harus tau sopan santun dan yang di dalam ini bukan manusia biasa melainkan bidadari tak bersayap, hehe.

BRAKK BRAKK

Pintu kamar mandi digedor kuat. Siapa sih yang menggedor pintu? Sudah tau ada orang. Bikin moodku semakin gak karuan aja. Apalagi aku sekarang berada di rumah beruang kutub, beh mengerikan. Katanya kita tidak bisa lari dari beruang putih. Karena mereka akan terus memangsa meskipun kita pura-pura mati. Beda sama beruang grizzly. Ini beruang berbahaya.

"Bening cepetan!" Lagi-lagi suara dosen beku itu.

Tuh kan moodku tambah rusak. Gara-gara dia datang.

"Iya Pak, i--ini saya mau ambil wudhu'," ucapku geram saat Pak Kunang gak sabaran. Ternyata selain begitu dingin. Dirinya adalah manusia tidak sabaran dalam sesuatu hal. Cik sangat memprihatinkan.

"Mau ambil wudhu'? Lah tadi kamu ngapain aja di dalam! CEPETAN!"

Is orang itu bikin darah tinggiku kumat deh. Ah, emangnya aku punya darah tinggi? Gara-gara dosen absurd jadi gak konsen, deh. Eh bye the way barusan melamunin dia. Gawat kalau sampai dia mengintrogasi dengan pertanyaan yang akan membuatku mati kutu.

Kubuka pelan-pelan pintu kamar mandi. Lalu Pak Kunang langsung menerobos masuk kamar mandi. Bingung dengan sikapnya yang terburu-buru. Mungkinkah dia mau berak? Mungkin saja.

Setelah selesai salat. Memanjatkan doa-doa pengharapan. Bermunajat kepada Allah Yang Maha Kuasa, semoga mendapatkan jodoh yang beriman, setia dan berakhlakul kharimah. Aku juga berdoa agar bisa membahagiakan ibu. Serta tak luput mengirim alfatiha buat ayah tercinta.

CEKLEK! Pintu kamar mandi terbuka. Membuat bulu kuduk merinding. Walau ini kamar dia. Namun entah kenapa aku merasa risih saat pria itu sekamar denganku. Tak berani menoleh ke arahnya. Tidak mau kalau sampai ia berpikiran yang bukan-bukan.

"Bening? Kamu turun ke bawah. Di sana sudah ada Mama saya mau ketemu kamu."

Deg! Kenapa Mama Pak Kunang mau ketemu aku? Apakah aku akan dilamar? Aduh mikir apaan, sih! Mana mungkin Pak Kunang suka sama Maba sepertiku. Jangan ngimpi Bening. Lagian siapa cobak yang tertarik sama Dosen kutub.

"Bening?" Lagi-lagi suara bariton itu mengangetkanku. Segera aku beranjak melipat sajadah dan merapikan mukena. Kutatap pria yang berdiri tegap lengkap dengan kacamata yang terbingkai di wajahnya. Kalau dilihat-lihat Pak Kunang sangat manis, dan dibandingkan dengan madu mungkin dialah juaranya.

Pria itu mengibas-ngibas tangannya ke wajahku. Membuat aku kaget dan rasa malu yang mendera di jiwa. Hati ini jadi berkecamuk, bagaimana bisa aku bertingkah memalukan seperti tadi. Kupegang dada yang tertutup jilbab untuk mengurangi detak jantung yang berdetak hebat bak ditabuh gong.

"Ngelamunin apa, sih?" Suara bariton itu sangat tegas dan bagus. Detak jantungku semakin tak karuan. Bisa-bisa aku gila. Tidak tidak! Apaan sih.

"Emmm ini, Pak. Bapak ke--kenapa tadi masuk kamar mandi dengan buru-buru?" Yes akhirnya aku ada alasan buat menjawab pertanyaan guru phobia wanita ini. Meski awalnya bukan itu yang aku lamunin. Melainkan aku tengah memerhatikan wajah indahnya.

"Saya lagi berak. Ups!" Pak Kunang langsung menutup mulut dengan kedua tangan. Seketika gelak tawaku tercipta. Sungguh pria ini lucu juga.

Seketika tangan terasa dicengkeram kuat. Aku menahan kesakitan. Apakah dia lupa kalau tangan ini diperban?

"Aw ... sakit Pak." Aku merintih kesakitan. Mata Pak Kunang membola dan segera meniup tanganku. Sepertinya ia merasa bersalah? Kurasakan tiupan demi tiupan yang membuat jantungku bergoncang. Kalau ini dibiarkan terus-menerus maka kesehatan jantungku bisa fatal.

Kutarik paksa tangan yang sedari tadi ditiup olehnya. Bergegas berjalan ke arah pintu kamar dan segera menuju anak tangga. Sebelum melayangkan kaki ke bawah lantai tiba-tiba terdengar suara.

"Perempuan yang ditolong Mas kamu itu mahasiswa baru, ya?" ucap seorang wanita yang bisa aku pastikan dia mungkin Mama Pak Kunang.

"Iya, Ma." Suara sosok itu siapa? Aku intip, dia Dion. Ah ya aku hampir lupa dengan suaranya. Soalnya aku males mengingat suara dia.

"Bagus, dong!"

"Maksud Mama apa?!"

"Iya siapa tau itu jodohmu."

"Hahaha dia bukan selera Dion, Mah. Lihat saja wajahnya gak selevel dengan Dion yang gantengnya tiada tara ini."

Perkataan Dion membuatku sakit. Dasar cowok sok kecakepan. Awas saja kalau sampai dia minta bantuan. Aku pun perlahan turun dari anak tangga dan menampilkan senyum, berpura-pura tidak mendengar apa yang mereka katakan.

"Wah kamu cantik sekali." Mama Pak Kunang memujiku terlalu berlebihan. Mungkin pipiku sudah mulai memerah bak tomat. Wajahku aku tekuk.

"Jangan ditekuk dong wajahnya. Cantiknya entar enggak keliatan." Mama Pak Kunang memegang daguku.

"Ah tante, aku enggak cantik kok," ucapku gugup.

"Mama ini jangan terlalu muji gadis buluk kek gitu pake dipuji segalak!" Perkataan Dion menghunus ke jantungku. Mungkin tidak masalah saat ia mencaciku di kampus BEU. Namun, entah kenapa kalau di depan Mama Pak Kunang aku malu. Ini sama saja merendahkanku.

"Dion Dion. Anak Mama ini masih saja melihat orang dari luarnya. Awas loh kalau sampai kamu benci tapi cinta."

Dion mengebrak mejak dan berangsur pergi meninggalkan mamanya.

"Sabar yah, Nak. Dion suka gitu kalo dibilangin. Tapi, hatinya baik kok."

Baik apaan. Yang ada bisa mati berdiri dengerin hinaan Dion.

Kulihat tercipta senyum indah di pipi mama Pak Kunang. Senyum itu seperti aku kenal. Tapi di mana ya? Apa mungkin hanya perasaanku saja?

"Kamu kenapa liatin tante kayak gitu?" Tiba-tiba suara tante mengagetkanku.

"Ah ini Tan, sepertinya saya pernah liat Tante. Tapi, di mana, ya? Atau mungkin hanya perasaan saya saja."

"Ah, iya ... Tante juga sepertinya pernah liat kamu tapi dimana ya?"

Perasaan Mama Pak Kunang sama denganku. Ap a ini hanya kebetulan saja?

Bunyi derap langkah seseorang membuatku kaget.

"Ma? Aku harus antarkan Bening pulang." Pak Kunang berucap sambil melipat kedua lengannya.

"Loh kok buru-buru, Kunang? Mama belum ngajak dia makan," kata tante. Terlihat dia tidak mau aku pulang secepat itu. Aduh sadar Bening, kamu jangan terlalu kegeeran.

"Sudah Ma, ini Kunang juga ada urusan diluar. Jadi sekalian aja nganterin Bening," ucap Pak Kunang yang pengen aku cepet keluar dari rumahnya. Bilang saja mau ngusir aku.

"Ya sudah," kata Mama Pak Kunang.

"Tunggu." Saat kakiku beringingan melangkah dengan Pak Kunang. Mama Pak Kunang menghentikan langkah. Ia menarik tubuhku dan memelukku erat.

"Apakah namamu Bening?" tanya mama Pak Kunang.

"Iya Tante, memangnya kenapa?" tanyaku bingung kenapa Mama Pak Kunang memelukku.

"Apakah nama Ibumu Sulaikha?" tanya Tante lagi.

"Iya." Aku mengangguk pelan dan seketika mata Mama Pak Kunang bersinar seperti bahagia.

Ia segera mencarik kertas di meja dan mulai menulis sesuatu. Disodorkan kertas itu padaku.

"Aku pernah punya janji sama Ibu kamu. Tapi, dulu waktu kamu masih SMP. kamu pernah ke rumah Tante. Sayangnya Tante malah pindah rumah. Dan sejak itu kami sudah jarang ketemu."

Aku terkejut saat mengetahui fakta kalau Tante kenal sama ibuku, dan aku mulai ingat sama wajah Tante ini.

"Wah Tante ini sahabat Ibu dulu?" tanyaku memastikan.

"Iya ... gak nyangka banget bisa ketemu kamu."

Kami pun berpelukan erat. Pak Kunang hanya melongo dan duduk di sofa.

"Kenapa Pak Kunang dan Dion tak tampak saat saya dan Ibu ke sini?" tanyaku.

"Oh mereka lagi jalan-jalan sama Papanya. Kamu lupa?"

"Oh iya."

Mama Pak Kunang begitu ramah, sama seperti pertama Ibu membawaku kerumahnya. Wajah anggun dan tanpa beban membuatku sangat iri. Ia istri yang tegar di mana walau ditinggal suami, Mama Kunang tidak menampilkan wajah sedihnya. Malah ia selalu tersenyum merekah. Tapi aku mungkin tak tau kalau dia menangis. Mungkin saja dia bisa bersikap seperti itu saat di depanku.

Cukup lama aku dan Mama Pak Kunang mengobrol sampai mungkin sudah 2 jam kami mengobrol.

"Apakah aku bisa mengantar Mahasiswa baru ini Mah?" Pak Kunang menyambar di saat kami belum selesai berbicara.

"Kunang kamu buru-buru sekali. Ingat yah jaga Bening. Awas saj kalau sampai lecet," kata Mama Pak Kunang.

Dia sangat baik sampai tidak mau aku lecet. Sementara aku lihat ekspresi Pak Kunang nampak biasa saja, seperti tidak ada kehidupan. Mengenaskan sekali, bikin merinding saja. Dia manusia bukan, sih.

"Kenapa melamun? Kalau gak mau diantar, mending kamu pulang saja sendiri sana. Lagian saya males nganterin," ucapan Pak Kunang membuat aku bergegas mengambil tangan Mama Pak Kunang dan menciumnya.

Tante terlihat geleng-geleng melihat kelakuan kami. Entah Tante menertawai aku atau Pak Kunang. Pasti menertawai Pak Kunang yang gak sabaran.

Di dalam mobil Pak Kunang melambaikan tangan pada mamanya. Aku lebih milih duduk di belakang. Tak mau kalau sampai detak jantungku tak karuan. Kugigit bagian bawah bibir sambil terbayang ucapan mama Pak Kunang tentang janji apa yang ia buat dengan Ibu?

Pak Kunang melajukan mobilnya. Tidak ada percakapan diantara kami. Mobil hanya sunyi senyap. Ada kendaraan yang melintas melewati mobil Pak Kunang.

Pak Kunang tak nampak menyalakan musik. Apakah dia tidak suka musik? Benar-benar sangat kaku dosen kutub ini. Kalian tau? Beruang kutub satu-satunya spesies beruang yang dianggap sebagai mamalia laut karena

sebagian besar hidup Beruang Kutub dihabiskan di laut, baik untuk makan maupun untuk tempat tinggalnya. Sayangnya Pak Kunang bukan hidup di laut. Tapi jika dia berbulu maka tingkat keseraman Pak Kunang setara dengan mamalia laut itu. Haduh pikiranku terlalu kepanjangan.

"Alamat rumahmu di mana?" Setelah sekian abad mobil berjalan dia baru bertanya? Dasar beruang.

"Lurus saja entar ada belokan ke kiri nah yang paling ujung rumah saya."

Kulihat wajah Pak Kunang dari belakang. Betapa indahnya makhluk ciptaanmu ya-Robb. Tapi, sayang dia dingin kek beruang kutub. Tidak tidak! Aku tidak boleh memujinya.

Bab terkait

  • Pengantin Lelaki Pengganti   6. Harapan

    Akhirnya aku pulang ke rumah. Kata orang, rumah adalah istana. Ya, rumahku adalah istanaku. Meskipun rumahku ini tidak sebesar rumah Pak Kunang. Aku tetap menganggapnya istana. Daripada harus mendengar pertengkaran Pak Kunang dan Dion.Kubuka kamar lalu mengirim tubuh ke tempat tidur yang tidak terlalu empuk ini. Tapi aku senang bisa balik ke rumahku. Apalagi bertemu ibu yang selalu ada untukku. Selalu tegar dan mampu menghilangkan penat yang ada dipikiranku.Aku kenapa malah mengingat perkataan Dion tentang kekasih dosen phobia itu. Pasti dia sangat cantik sehingga Pak Kunang tak bisa melupakannya."Bening? Bagaimana perasaanmu di sana? Dosen kamu itu tampan dan baik hati ya? Ibu rela kamu dinikahi dia."Suara ibu mengagetkan dan menyadarkan aku dari lamunan.u selalu saja begitu bertanya banyak."Ibu apaan sih, mana mungkin dia mau sama Bening yang buluk ini?" jawabku minder."Hust jangan merendah seperti itu! Berdoa saja ya sama Allah. Kamu cantik loh Bening. Dulu aja kamu buluk."Ku

  • Pengantin Lelaki Pengganti   7. Mendadak dijodohkan

    Memapah bedak tipis-tipis supaya tidak terlalu terlihat pucat. Tidak ingin terlihat menor juga. Kupakai gamis pemberian orang yang entah dari siapa. Ibu merahasiakan orang yang telah memberikan gamis menjuntai, indah dengan bordiran bunga-bunga ini. Kupandangi pantulan diriku dicermin, begitu memukau. Seakan lebih cantik gaun ini daripada diriku. Ketika mengolesi lip balm pada bibir. Sepintas bayangan dosen beku bergelayut dibenakku. Ada apa denganku? Mengapa aku malah membayangkan wajah tampan tapi bukan muhrimku? Astagfirullah ini tidak benar! Kuusap wajahku dengan kasar. Membaca istigfar berulang kali.Ceklek!Suara derit pintu kamar terbuka. Derap langkah seseorang yang kukenal makin mendekat. Segera kubalikkan badan dan tatapan bersirobok pada wajah ibu yang begitu berbinar. Siluet wajah yang kelihatan sangat bahagia.Astaga ada apa dengan Ibu? Mengapa begitu sangat bahagia? Fikiranku mulai sambil menerka-nerka apa yang membuatnya sebahagia ini."Waw amazing! Putri ibu tidak la

  • Pengantin Lelaki Pengganti   8. Menjadi istri

    Aku berjalan mengekor di belakang orang yang sudah sah menjadi suamiku. Aku begitu tidak menyangka Pak Kunang bisa menyelesaikan ijab kabul dengan hikmat tapi penuh kepura-puraan. Sementara Dion hilang entah kemana mungkin saja ditelan bumi. Setelah akad nikah usai Pak Kunang bergeming dan mengantarkan aku ke kamar. Apakah dia bersungguh-sungguh dalam menjalani pernikahan ini? Ah membayangkannya saja itu tidak mungkin. Segera kutepis segala pikiran aneh yang berkelebat di kepala.Dilihat dari sorot mata yang kosong seperti itu, sudah jelas dia hanya menyelamatkan reputasi nama besar keluarganya. Kududuk di tepi ranjang kingsize ini, dengan membalas tatapan kosong yang dia berikan padaku.Terkejut saat Pak Kunang tiba-tiba mengunci pintu. Ya Allah apakah beruang kutub ini akan tidur bersamaku malam ini? Seketika panas dingin menjalar seakan tubuhku ini diberi formalin yang bisa membuat tubuhku membeku.Tiba-tiba kepala mendadak pusing, mungkin akibat kelamaan menunggu Dion di acara aka

  • Pengantin Lelaki Pengganti   9. Grogi pada suami sendiri

    Merasa begitu nyamannya tubuh dengan aroma maskulin. Aku semakin mengeratkan pelukan yang semakin membuatku merasa nyaman dan mata seakan enggan terbuka. Suara adzan berkumandang begitu merdu ditelinga sambil menikmati kehangatan yang menyerebak di jiwa.Kicauan burung terdengar di jendela geser yang terhubung di balkon. Seperti sedang bercengkrama, bersahutan mengisi pagi dengan harmoni alam, menciptakan simfoni yang membangunkan semangat.Saat pelukan tangan seseorang semakin erat dada berdentam-dentam. Siapa yang memelukku? Seketika mataku membola saat mendapati tubuh kekar dan berurat.Tubuhku berusaha menggeliat untuk melepaskan pelukan pria ini yang cukup kencang. Oh, tidak! Apakah semaleman kami berpelukan? "Pak, sudah subuh," lirihku ditelinganya. Namun usahaku sia-sia. Ia semakin mengeratkan pelukan. Emangnya aku guling apa?"Emm ... guling kali ini kok beda. Rasanya nyaman sekali." Perkataannya membuat panas dingin, juga merinding. Aku tak kuasa berada dalam dekapannya dan

  • Pengantin Lelaki Pengganti   10. Teman masa lalu

    Lama-lama sikapnya kayak anak kecil saja. Memang apa sulit untuk membuka kancing bajunya sendiri? Dengan segala keterpaksaan yang ada dalam hati. Menuruti perintahnya. Membuka satu persatu kancing dengan tangan gemetar serta hati berguncang.Kemudian kegugupan yang membuncah. Pelan-pelan memasangkan ke lengan kanan dan kemudian lengan kirinya serta tanpa berani melihat sorot mata tajamnya. Hati deg-degan saat mulai mengaitkan kancing satu persatu bagian depan teratas. Aku harus mendongak dulu sebab pria ini lebih tinggi dariku. Tak sengaja mata beradu dengan sorot mata yang indah. Dengan rasa canggung yang membebat hati. Memberanikan diri memandang manik matanya serta mengaitkan tiap kancing terus menerus walau dengan tangan yang gemetar."Kamu takut pada saya? Kenapa menunduk terus?""Emmm ... tidak Pak! Saya sama sekali tidak takut pada Bapak, buat apa saya takut sama Bapak? Bapak bukan hantu," jawabku mantap.Untuk apa takut dengan suami sendiri? Walaupun aku tidak dianggap. Hanya

  • Pengantin Lelaki Pengganti   11. Kembalikan aku pada ibuku

    Seseorang pria yang telah berstatus sah jadi suamiku kini mengirim tubuhku menjauh dari hadapan Candra. Terlihat raut wajah Candra yang kebingungan karena mungkin dia curiga kenapa dosen ini menarik tanganku.Pak Kunang menarik lengan seorang tuan putri tidak berdosa sepertiku hingga rasanya mau patah. Puluhan pasang mata pun menatap tajam ke arah kami, bisikan-bisikan dari mereka yang tak bisa kudengar. Fix sudah dua kali aku dijadikan tontonan.Ya Allah ... Bening salah apa? Sampai suami sendiri berbuat kasar? Beginikah cara dia memperlakukan istri? Padahal di awal pernikahan sama sekali tidak terbesit dalam anganku untuk mencintai dia, untuk berbakti dengannya, untuk jadi istrinya. Tapi, bagaimana seharusnya istri sholehah memang harus patuh pada suami, walau suami tersebut sama sekali tidak menganggap istri. Sungguh tragis dan malangnya nasibku.Kuteteskan air mata mengucur deras seperti derasnya hujan. Terkadang, rasa takut dan keraguan bisa menjadi belenggu yang sulit dilepaskan

  • Pengantin Lelaki Pengganti   12. Mendapat hukuman

    Akhir-akhir ini kepalaku sering kali pusing. Apakah anemiaku kambuh? Aku mengambil air didapur dan hendak memasak.Bahan-bahan yang ada di kulkas sudah kukeluarkan. Kalau bikin bubur pasti enak.Datang bibik menghampiriku. "Aduh Non kenapa masak sendiri? Sudah sini biar Bibik saja yang masakin Non. Non duduk saja.""Sudah Bik. Biar Bening saja yang masak. Bening malam ini pengen bubur," kataku."Tidak Non. Biar Bibik saja yang masakin buat, Non." Bibik merebut pisau yang aku gunakan untuk memotong wortel."Bibik aku pengen masak sendiri please." Aku berusaha meyakinkan Bibik"Yakin? Bagaimana kalau Tuan marah sama Bibik?"Nampak Bibik terlihat begitu cemas kalau dia akan dimarahi sama Pak Kunang.Aku mengangguk pelan. "Yakin Bik. Bibik gak perlu takut dimarahin ya, karena ini kemauan Bening sendiri. ""Baiklah kalau begitu Non. Tapi, kalau Non butuh apa-apa, Non tinggal bilang saja sama Bibik, yah. Bibik siap membantu.""Oke Bibik tinggal dulu ya. Nanti kalau butuh apa-apa, Non Bening

  • Pengantin Lelaki Pengganti   13. Musibah tiba-tiba datang

    Mataku mengerjap dan kaget melihat tubuhku ada di atas ranjang. Siapa yang memindahkan aku semalam?Suara derit pintu berbunyi, Pak Kunang masuk membawa nampan yang berisi susu dan bubur."Untuk siapa bubur dan susu Pak?" tanyaku."Pake nanya lagi. Ya buat orang yang nyusahin tadi malem."Siapa yang dia maksud nyusahin? Dosen kutub ini emang suka ngadi-ngadi kalau bicara. "Siapa Pak?" Sialan pertanyaan aku yang kedua tidak digubris sama Pak Kunang. Sungguh menyebalkan."Semalem yang nyusahin kan kamu! Ngapain pulak kamu tidur dibawah lantai? Kata dokter kamu punya penyakit anemia ya."Tega sekali Pak Kunang mengatakan aku ini nyusahin. Aku gak berniat menyusahkan siapapun, aku hanya tidak sanggup tidur seranjang dengannya."Iya Pak aku punya penyakit anemia.""Beruntung Dion mendonorkan darahnya padamu ...."Ungkapan dosen kutub membuatku mengkaget. Tumbenan Dion sebaik itu padaku? Kesambet dimana itu bocah."Ayo makan bubur ini." Pak Kunang duduk di samping ranjang. Kalau disuapi se

Bab terbaru

  • Pengantin Lelaki Pengganti   83. Akhir kisah cinta

    Acara syukuran sudah selesai. Bening sangat bahagia melihat anak yatim itu juga bahagia. Bening jadi ingat dengan anak-anak Palestina yang sedih kehilangan orang tua mereka."Thanks yah Mas. Kamu sudah mendatangkan kebahagiaan di dalam hidupku. Oh iya kamu sudah cuci darah Mas? Jangan sampai telat yah," ucap Bening sambil menggendong Anggun."Kamu tidak usah khawatir Beningku. Aku selalu ingat untuk hal itu. Eh aku mau coba ajarin Anggun jalan. Boleh?" "Iya nih Anggun belum bisa jalan Mas." Bening memberikan Anggun pada Kunang.Kunang mulai mengajari Anggun berjalan dengan memegangi kedua tangan Anggun. Terpancar dari wajah Anggun bahwa dia sangat bahagia bersama sang ayah.Bening sangat bahagia juga melihat kebahagiaan yang terpancar dari sang putri. "Aku kangen Tante, eh maksudku Mama Jessi Mas. Bisakah kita kesana?" kata Bening. Kunang yang tengah fokus mengajari Anggun berjalan menjadi beralih menatap Bening. "Boleh-boleh saja kita kesana. Tapi, aku punya kejutan lagi untukmu, S

  • Pengantin Lelaki Pengganti   82. Acara Syukuran

    Bening berbincang-bincang dengan sahabatnya Intan, dia sangat senang, akhirnya kekasih dan sahabat kembali lagi."Intan sungguh aku merasa kesepian tanpamu. Kapan kamu kesini, kita bercanda-canda lagi seperti dulu." Bening meneteskan air mata dari kedua sudut netranya.Intan diseberang sana berusaha tidak menjatuhkan air mata. Dia tidak mau Bening sampai mengetahui dirinya menangis."Maaf Bening, aku pengen sekali bertemu denganmu, namun aku masih sibuk dengan urusanku. Semoga lain waktu kita bisa betemu ya," jawab Intan."Baiklah Intan. Aku selalu menunggumu.""Sudah dulu Bening. Aku ada urusan lain ya. Kita sambung lagi nanti.""Baiklah Intan."Intan memustuskan panggilan. Disana Intan masih merasa bersalah pada sahabatnya. Dia menimal ponsel dan menjatuhkan air mata berulang kali, hingga membasahi kedua pipinya."Maafkan aku, Bening. Aku belum bisa menampakkan wajahku dihadapanmu. Aku belum sanggup bertemu dirimu setelah apa yang aku lakukan sama kamu. Aku beraninya memusuhimu. Sung

  • Pengantin Lelaki Pengganti   81. Masih trauma

    "Kamu?" Bening kaget dengan penampakan sosok tampan dihaxapannya."Iya ini aku Ahan." Ahan tersenyum lebar.."Dia siapa Bening?" tanya Sulaikha yang kebingungan. Arjun yang sedang menggendong Yugi langsung turun ke bawah untuk mengecek siapa yang bertamu kerumah mereka."Dia teman kantor Bu," jawab Bening ngasal."Ayo Nak Ahan silakan duduk." Sulaikha mempersilahkan Ahan duduk lalu pergi dari hadapan mereka."Bagaimana tawaranku. Masih terbuka lebar loh. Aku masih menyukaimu cewek misterius." Ahan berucap sambil menyodorkan sebuket bunga.Bening menggeleng. "Maaf Tuan Ahan. Jawabanku padamu tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah. Maaf jika saya menyakiti hati Anda,"ungkapan Bening tentu merobek hati Ahan berkali-kali."Jangan seperti ini dong Bening. Kamu wanita terunik yang baru aku temui. Kamu masuk ke dalam hatiku tanpa ijin lalu kenapa kamu tidak menetap saja disana? Aku akan membangunkan rumah megah dan jauh lebih mewah daripada mantan suamimu itu.""Maaf sekali lagi ya. S

  • Pengantin Lelaki Pengganti   80. Rahasia lain

    Setelah mereka bersatu menyatukan cinta yang lama hilang, merajut kembali benih cinta. Bening kembali pulang kerumah sehabis pulang dari kantor. Rumah Bening memang sudah lebih bagus dari rumah dosen bernama Kunang itu. Namun, Bening lebih memilih untuk ikut kembali ke rumah suami yang dulu.Anak Bening yang bernama Yugi pun sudah bisa melihat ayahnya kembali yaitu Kunang."Bening ada satu rahasia yang belum kamu ketahui," kata Pak Kunang ditengah-tengah Bening sedang melipat baju."Apa Pak?" tanya Bening penasaran."Sebenarnya Koldam adalah adik kembarku," jelasnya membuat Bening menjatuhkan baju-baju yang yang mau ia lipat. Mulut Bening pun menganga mendengar penuturan suaminya tadi. Dada Bening berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia masih bisa belum mencerna perkataan Kunang suaminya."Bukannya Koldam itu adalah sepupumu? Bagaimana bisa Koldam adalah adik kembarmu? Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku jadi bingung," ucap Bening. Bening masih belum memungut beberapa baju yang berjatuha

  • Pengantin Lelaki Pengganti   79. Balsemku kembali

    Sudah dua tahun usaha Bening berjalan dan dia sudah bisa menikmati hasilnya. Selama setahun pula Bening menahan kerinduan terhadap Kunang sang suami. Sulaikha ibunya pun belum juga mengizinkan Bening untuk melihat batu nisan Kunang Dramasta, itu sangat membuat Bening menangis tiap malam, serta terpukul, dan ketika ibunya bertanya, maka bening hanya menjawab tidak apa-apa.Angin berhembus membelai jilbab Bening. Dia menatap lurus ke depan sambil membayangkan wajah Kunang.Bening sudah membangun masjid dibeberapa daerah. Tapi, dia tidak memberi tahu warga sekitar masjid bahwa dirinya--lah yang membangun. Ia tak mau kalau sampai suatu pujian bisa membuat dirinya mempunyai sombong dan hanya terlalu senang dipuji orang. Maka itu Bening ingin menjauhi sifat itu.[Mas Kunang. Sampai detik ini aku belum bisa melihat peristirahatanmu yg trakhir Mas! Jiwa ini sudah benar-benar rapuh, hati ini juga sudah hancur melebur. Sampai aku tak tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Ok aku bi

  • Pengantin Lelaki Pengganti   78. Cium

    Pria tegap memakai jas hitam pekat pun menghampiri Bening yang tengah mematung. Bening hanya merasa kaget melihat sosok dihadapannya yang belum ia kenal."Hei Nona, mengapa Anda melamun?" tanya pria misterius.Bening hanya menggeleng pelan serta menahan kegugupan. Pria itu hanya membalas dengan senyuman."Anda akan bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami siap memberikan sebuah pabrik perusahaan untuk Anda dan semua yang Anda perlukan nanti diperusahaan Anda," tutur pria itu."Seriously? Anda tidak bohong?" tanya Bening tak percaya dan tak menyangka jika ada seseorang sebaik pria dihadapannya. Pria itu membalas dengan anggukan."Yes. Anda siap bekerja sama dengan kami? Kami hanya butuh ide dari Anda saja," lanjut pria itu mulai menyodorkan beberapa berkas yang perlu ditanda tangani oleh Bening."Saya tidak siap Tuan. Maksudnya saya tidak siap menerima kebaikan ini. Mending saya bekerja keras sendiri tanpa menerima bantuan dari siapapun. Apalagi bantuan yang amat besar seperti ini. Sa

  • Pengantin Lelaki Pengganti   77. Kerja sama dengan siapa?

    Tubuh Bening bergetar hebat melihat pemandangan tak lazim ketika pisau itu mengarah pada leher Sulaikha."Baik Bu. Bening berubah pikiran. Bening tidak akan pergi. Bening tidak akan melihat jazad suami Bening," lirih Bening pasrah. Ia begitu menyayangi Sulaikha. Maka dari itu Bening menahan segala keegoisannya agar ibunya tidak jadi bunuh diri."Sebagai seorang anak, kamu memang sepantasnya mendengarkan perkataan ibu, Bening. Ibu tahu kamu sangat mencintai suamimu, Kunang. Namun, Jessi sudah melarang kita untuk pergi ke sana. Lalu ibu bisa apa? Mungkin inilah yang terbaik untukmu agar kamu bisa melupakan Kunang yang selalu menyakitimu itu," ucap Sulaikha yang mulai melempar pisau tadi ke lantai.[Bagaimana aku bisa melupakan suami dinginku itu ibu? Bagaimana bisa? Memang dia begitu kaku dalam menjalani hubungan rumah tangga kami. Dia juga selalu menyakiti perasaanku dengan tidak jujur tentang mantan kekasihnya dulu yang ternyata adalah sepupuku. Tapi, cintaku padanya nyata Bu. Dan juj

  • Pengantin Lelaki Pengganti   76. Bunuh diri

    BRUKKKSuara begitu memekakan telinga membuat Bening terenyak serta tak mampu berdiri apa yang ada dihadapannya. Tubuhnya terasa ringat dan sangat lemas tanpa tulang. Air mata Bening sudah tak bisa dibendung lagi. Kau tahu siapakah yang celaka?Darah bercucuran dari pria yang sudah jatuh diatas balkon. Detak jantung Bening seakan terhenti dunianya begitu runtuh melihat orang yang amat dicintainya, orang yang selama ini bertengger di hatinya terkapar berlumuran darah dan tak sadarkan diri. Ya Kunang melompat dari atas balkon membuat hati wanita apalagi istrinya hancur berkeping-keping berserakan tak karuan."KUNANG!! APA YANG KAMU LAKUKAN?" pekik Bening histeris. Sementara Koldam yang tadinya ingin mengakhiri hidupnya gagal karena Kunanglah yang lebih dulu melompat.Sebenarnya sebelumnya yang terjadi ...Kunang merasakan kepalanya amat sangat sakit sebenarnya kepala Kunang terbentur pada pintu ketika Bening dan Koldam tengah fokus mengobrol."Bening?" lirih Kunang.[Mengapa aku selalu

  • Pengantin Lelaki Pengganti   75. Seperti layangan yang hampir putus

    Wanita dihadapan pria yang bergelantungan itu mulai memejamkan kedua mata. Wajahnya berubah pucat pasi serta bibirnya gemetar dan dadanya berdegup kencang melihat pemandangan yang membuatnya takut. Ya takut kehilangan kekasih yang mulai mengisi jiwa meski kekasih itu tidak menganggap dia ada sekarang. Bodoh! Bodoh memang jika Bening masih bersama lelaki yang sama sekali tidak mengingatnya namun malah mengingat si mantan."Ya Allah aku harus menolong siapa dulu? Kunangku memang suamiku namun dia juga yang sudah menciptakan luka beberapa kali di hati. Dia yang sudah mencabik-cabik hatiku menjadi berantakan," batin Bening.Koldam dan Kunang masih saja bergelantungan di atas balkon. Kunang memegangi kepalanya, ia mulai merasakan kesakitan dibagian kepala."Baiklah aku akan menolong kalian," kata Bening.GrebbbMata Koldam membulat sempurna saat Bening mulai mau menolong Kunang. Bening mulai melilitkan tali kepada Kunang dan ingin mengikatnya ke sesuatu yang kuat."JANGAN BENING! Kenapa kam

DMCA.com Protection Status