Share

Bab 74 - Apes

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-23 09:49:38

Lanika memandangi foto-foto kiriman Yolla. Perempuan berambut panjang menyunggingkan senyuman. Dia turut senang dengan pernikahan ulang yang dilakukan Arudra dan Zivara tadi pagi.

Sebenarnya Lanika telah diundang pasangan tersebut. Bahkan Arudra meneleponnya Jumat malam dan memintanya hadir. Namun, Lanika memutuskan untuk tidak datang agar tidak menodai kesakralan acara itu.

Lanika meletakkan ponsel ke meja. Dia mengalihkan pandangan ke luar jendela untuk mengamati langit gelap. Lanika menghela napas berat, kemudian dia memutar badan untuk melanjutkan aktivitas berbenah.

Ketukan di pintu mengalihkan perhatian Lanika. Dia jalan ke depan dan mengintip melalui lubang kecil. Lanika membulatkan mata menyaksikan sosok pria di luar. Dia segera membukakan pintu dan mempersilakan sang tamu memasuki ruangan.

"Jadi, kamu benar-benar mau pindah?" tanya Fendi sambil memerhatikan sekeliling.

"Ya," sahut Lanika.

"Saya belum ACC permohonanmu untuk berhenti kerja."

"Ehm, tidak apa-apa. Aku juga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kado nya horror beneeeer kwkwkwkwkwk emang laen ya bos PG kasih kado
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 75 - No Action, Talk Only

    Jalinan waktu terus bergulir. Pagi itu Arudra berpamitan pada Zivara dan keluarganya, untuk berangkat menuju Surabaya.Zivara melambaikan tangan melepas suaminya yang berada di mobil yang dikemudikan Gilang, yang hendak mengantarkan beberapa bos PC ke bandara. Tidak berselang lama, Fazwan berangkat menuju kantor Janardana, untuk mengantarkan mobil Adik iparnya. Zivara enggan menggunakan mobil itu. Dia memilih mobil SUV putih untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tepat pukul 8, Zivara memasuki mobilnya yang telah dinyalakan mesinnya sejak tadi. Seusai memasang sabuk pengaman, perempuan bersetelan blazer ungu muda membaca doa, lalu melajukan kendaraan keluar dari pekarangan rumah orang tuanya. Sementara itu, Arudra dan rekan-rekannya telah berada di ruang tunggu bandara. Para lelaki berbeda tampilan tengah sibuk dengan ponsel masing-masing. Terutama untuk memantau perusahaan mereka.Setelahnya, Arudra mengecek semua pesan yang masuk. Dia terkejut melihat ada grup baru yang telah men

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 76 - Kembali

    Pagi itu, Lanika keluar dari rumah ayahnya sambil menjinjing kantung sampah. Dia jalan keluar dari pekarangan, lalu berbelok ke kanan untuk menuju tong sampah. Lanika membuka tutup tong dan hendak melemparkan kantung, tetapi dibatalkannya karena melihat benda yang sepertinya tidak asing. Perempuan berambut panjang mengambil dompet serut merah dari dalam tong, lalu membuka isinya. Lanika terperanjat menyaksikan benda yang sudah dibuangnya ternyata kembali. Dia memasukkan kantung plastik ke tong, kemudian jalan cepat menuju rumah. Langkah Lanika terhenti di pagar, karena dompet serut di tangannya bergerak-gerak. Perempuan berbaju hijau memindai sekitar, lalu dia menyelipkan benda itu ke belakang ban mobilnya. Perempuan berbibir penuh bergegas memasuki rumah. Dia mencuci tangan, kemudian menuju kamarnya untuk berganti pakaian, sekaligus mengemasi beberapa helai baju yang dimasukkannya ke tas travel hitam. Tidak berselang lama Lanika sudah berada di teras rumah. Kabir yang turut meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 77 - Suruhan Siapa, Kamu?

    Jalinan waktu terus bergulir. Arudra mulai senewan karena belum bisa mencurahkan cinta pada Zivara. Meskipun sang istri tidak menolak untuk bercumbu setiap malam, tetap saja Arudra belum puas. Hampir 3 minggu pernikahan mereka, Arudra kian kesulitan menahan hasrat. Terutama karena Zivara tidur menggunakan daster yang sering tersingkap, hingga mempertontonkan bagian bawah tubuhnya. Jumat pagi, Arudra berangkat ke kantor dengan kurang bersemangat. Pasalnya, Zivara akan berangkat ke Garut bersama Zein dan kedua staf HWZ. Meskipun yakin istrinya akan aman dari gangguan lawan jenis, tetap saja hal itu membuat pikiran Arudra bercabang-cabang. Rapat pertama yang dilakukan bersama keempat manajer dan direktur lainnya, nyaris tidak disimak Arudra. Dia lebih sering mengecek arloji untuk memastikan waktu ketibaan sang istri di tempat proyek. Menjelang pukul 11, Bhadra membubarkan rapat. Dia sejak tadi mengamati sang mas yang terlihat gelisah. Pria yang badannya lebih tinggi sedikit dari Arud

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 78 - Menguji

    Hari berganti. Arudra dan Zivara telah berada di Bandung. Liburan singkat akhir pekan kemarin membuat hubungan mereka kian hangat dan romantis. Selain itu, hubungan Arudra dan Thamrin yang sempat kaku, perlahan mencair. Bila sedang berada di rumah, Arudra akan menemani Thamrin berkebun. Seperti sore itu. Arudra pulang lebih awal, karena ingin istirahat untuk mempersiapkan tenaga buat perjalanan esok hari ke Australia. Melihat Thamrin sedang mengurusi tanaman, Arudra bergegas memasuki kamar untuk mengganti pakaian kerja dengan setelan kebangsaan, yakni kaus merah dan celana pendek hitam. Thamrin tertegun saat sang menantu menghampirinya dan duduk di sisi kiri bangku panjang. Thamrin kembali memfokuskan pandangan pada pohon bonsai yang tengah dibetuknya dengan kawat. "Yah," panggil Arudra. "Hmm," balas Thamrin. "Besok aku dan Zivara mau berangkat ke Australia." "Ya." "Beberapa hari lagi, pernikahan kami genap sebulan." "Lalu?" "Berarti aku boleh minta ... ehm ....." "Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 79 - 5 Tahun Lagi

    Pagi pertama di Kota Sydney digunakan Zivara untuk melakukan swa foto dan video. Dia berdiri di balkon kamar yang ditempatinya bersama sang suami. Kemudian Zivara memulai syuting dengan ucapan salam dan senyuman mengembang. Arudra yang baru selesai mandi, duduk di tepi kasur sembari mengamati perempuan berbaju putih yang sedang mengoceh dalam bahasa Inggris campur Indonesia. Meskipun tahu jika Zivara bisa berbahasa negeri Pangeran William, tetapi baru kali itu Arudra mendengar celotehan istrinya yang sangat fasih. Seusai mengenakan pakaian, Arudra menyambangi Zivara yang spontan berhenti bermonolog. Perempuan yang menjepit rambutnya tinggi-tinggi, terkejut saat Arudra memeluk dan memintanya merekam hal itu. Arudra menunduk untuk menciumi istrinya yang membalas dengan malu-malu. Zivara menghentikan merekam video saat tungkainya melemah, hingga dia harus berpegangan pada lengan suaminya. "Morning kiss yang paling manis," bisik Arudra, seusai memutuskan keintiman. "Mas bikin aku kag

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 80 - Lambai Sempak

    .Penerbangan selama 6 jam lebih dari Sydney ke New Plymouth, menjadikan hampir semua penumpang pesawat memutuskan untuk tidur. Begitu pula dengan Arudra dan Zivara. Keduanya terlelap sambil beradu kepala, karena Zivara menyandar ke lengan kanan suaminya. Bhadra yang berada di kursi paling kiri, juga tertidur selama 4 jam di awal penerbangan. Dia terbangun karena hendak ke toilet, kemudian dia berpindah ke kursi belakang untuk berkumpul dengan para duda dan bujangan. Belasan menit sebelum pesawat mendarat, Bhadra kembali ke kursinya untuk membangunkan Arudra dan Zivara. Bhadra menunjuk ke luar kaca, di mana terlihat pemandangan Pulau Utara New Zealand.Zivara mengambil tisu basah dari tas untuk mengusap wajahnya. Kemudian dia mengambil ponsel untuk memvideokan keindahan kota yang mendapatkan predikat sebagai kota paling layak huni, sekaligus kota terindah di New Zealand. Kala pesawat telah berhenti dan parkir dengan sempurna, Dedi berdiri dan meminta anggota rombongannya untuk tet

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 81 - I'm Waiting For You

    Hari terakhir di New Plymouth, digunakan rombongan pimpinan Dedi untuk menjelajahi beberapa pantai yang terkenal di kawasan itu. Selain mereka, keluarga Arvasathya dan seluruh pengawalnya turut dalam kegiatan itu. Penjelajahan dimulai dari Pantai Ngamotu yang ikonik, yang letaknya tidak terlampau jauh dari pelabuhan kapal pesiar. Pantai itu terkenal dengan pasir putih, airnya yang jernih, dan pemandangan Laut Tasman yang memukau. Semua ajudan dan para asisten berjibaku membuat lapangan voli pantai. Kedua tim sibuk menpersiapkan para pemain yang merupakan gabungan dari bos PG, PC dan PBK. Arudra memasuki lapangan sambil melambaikan tangan pada penonton. Bersama Emris, Farisyasa, Zein, Hendri dan Zafran, mereka berdiri berderet di tengah-tengah lapangan, kemudian bergaya bak model. Tim dokumentasi bekerja cepat manangkap momen tersebut, sebelum regu satu menempati lapangan sisi kiri. Regu dua yang dipimpin Keven, melengang memasuki lapangan sembari menutupi kepala mereka mengunakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 82 - Menjaga Hati

    Panggilan yang disertai belaian lembut di rambut, membangunkan Zivara. Dia membuka mata, kemudian cepat-cepat dipicingkan karena sinar matahari menyorot ke kasur. Arudra meletakkan meja kecil di kasur. Dia mendorong troli mendekati tepi ranjang, kemudian dia duduk bersila di seberang perempuan yang sedang bangkit sembari merapikan rambut. "Mau teh, atau jus?" tanya Arudra. "Jus aja," sahut Zivara sembari menggeser duduknya mendekati meja kecil. "Punyaku, yang mana?" tanyanya. "Itu semuanya buatmu. Aku sudah makan burger tadi." Arudra meletakkan gelas jus semangka di meja. "Habis ini, mandi. Lalu kita jalan-jalan seputar hotel," lanjutnya. "Aku pengen rebahan aja. Masih capek." "Aku yang kerja semalam, kpk, kamu yang capek?" Zivara mencebik. "Pegal tau, Mas. Mana masih ngenyut." Arudra mengulum senyuman. "Karena baru pertama, jadinya gitu. Nanti juga biasa lagi." Zivara tidak menyahut. Dia mulai bersantap sambil memandangi langit cerah di luar sana. Arudra menyeruput kopi susu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27

Bab terbaru

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 143 - Pasukan Janardana

    Awal malam itu, Lanika tiba di bandara Cengkareng, bersama Sebastian, Rylee dan Cornelia. Mereka dijemput Uday yang kemudian mengantarkan keempatnya ke hotel tempat tim PG dan PC menginap. Setibanya di tempat tujuan, Bilal dan Yolla telah menunggu di lobi. Seusai berbincang sesaat, mereka bergegas menuju ruang pertemuan di lantai tiga, untuk menghadiri jamuan makan malam yang diadakan oleh Tio. Ruangan luas itu seketika heboh. Semua orang menyambut kedua anggota PC yang baru tiba, dengan rangkulan. Hal nyaris serupa juga dilakukan tim para istri pada Cornelia dan Lanika. Kendatipun tidak terlalu mengenal Lanika, tetapi Mayuree dan rekan-rekannya tetap bersikap ramah pada perempuan tersebut. Seusai melepas rindu pada keluarganya, Lanika mendatangi Zivara dan langsung memeluk sahabatnya tersebut dengan erat. Kemudian dia mengurai dekapan dan beralih menciumi Keef yang sedang dipangku maminya. "Masyaallah, asa tambah kasep, pangeran Ate," puji Lanika sembari menggosok-gosokkan hidun

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 142 - Wǒ jiào dùmùzhāng

    Ruang rapat di gedung kantor PG, siang menjelang sore itu terlihat ramai. Lebih dari 100 pria bersetelan jas biru mengilat, berkumpul untuk mendengarkan pidato Tio. Setelahnya, komisaris PG memanggil orang-orang yang hendak berangkat ke Kanada. Mereka berdiri di kiri Tio, sambil memandang ke depan. Arudra, Drew, Ghael, dan Myron bergantian mengucapkan kalimat perpisahan. Benigno yang akan mengantarkan rekan-rekannya ke Kanada, juga turut memberikan pidato singkat. Sementara Alvaro yang menjadi pemimpin rombongan tersebut, hanya diam sambil memandangi semua orang di ruangan. "Teman-teman, mari kita bersalaman dengan para pejuang ini. Berikan dukungan terbaik buat mereka, yang akan bekerja keras menyelesaikan berbagai proyek kita di Kanada," ungkap Tio sembari turun dari podium. "Mid, tolong atur barisan," pinta Tio yang segera dikerjakan direktur operasional PG. Tio menyalami Arudra dan mendekapnya sesaat. Kemudian Tio memundurkan tubuh dan berbincang singkat dengan rekannya terse

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 141 - Genk Pengejar Nona Muda

    Jalinan waktu terus bergulir. Minggu terakhir berada di Bandung, digunakan Arudra dan Zivara untuk lebih dekat dengan keluarga. Setiap hari mereka bergantian mengunjungi kediaman Rahmadi atau Thamrin, agar bisa bercengkerama dengan keluarga inti dan sanak saudara. Kamis sore, Arudra dan Zivara mendatangi kediaman ketua RT tempat mereka tinggal dan tetangga terdekat, untuk berpamitan. Pasangan tersebut tidak lupa untuk berpamitan pada para pedagang di sekitar kompleks, yang menjadi langganan mereka selama menetap di sana.Jumat pagi, Nirwan melajukan mobil sang bos menuju kediaman Rahmadi. Fazwan dan Disti menyusul menggunakan mobil SUV putih milik Zivara. Tidak berselang lama, Bilal datang bersama Yolla dan keluarganya. Demikian pula dengan Thamrin dan Ruslita. Mereka hendak ikut mengantarkan Arudra dan kelompoknya ke Jakarta. Seusai membaca doa bersama, semua orang menaiki kendaraan. Kemudian Bhadra yang berada di mobil terdepan, menekan klakson sebagai tanda perjalanan akan seg

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 140 - Until Jannah

    Senin pagi menjelang siang, Arudra dan Zivara beserta yang lainnya bertolak menuju Lombok. Fazwan dan Disti juga ikut dalam rombongan tersebut untuk menikmati bulan madu, sebagai hadiah dari para petinggi Janardana Grup dan Mahendra Grup. Pada awalnya para pria ingin kembali mengunjungi Pulau Komodo. Namun, karena banyak anak-anak yang ikut, akhirnya tempat tujuan diubah supaya cocok dengan anak kecil.Pesawat yang mereka tumpangi akhirnya tiba di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam) menjelang pukul 4 sore. Perjalanan itu ditempuh dalam waktu yang cukup lama, karena pesawat harus transit di bandara Bali. Dari bandara menuju hotel milik BPAGK, rombongan tersebut menaiki bus berukuran besar yang disediakan pihak hotel. Agung, ketua pengawal Bali dan Nusa Tenggara, kembali menjadi pemandu wisata dadakan.Seperti biasa, para pengawal muda mengadakan kuis berhadiah kudapan dan minuman ringan. Sebab jumlah bos yang ikut cukup banyak, akhirnya semuanya ikut dan terbagi menj

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 139 - Menang Banyak

    Sabtu pagi di minggu kedua bulan Agustus, pernikahan Fazwan dan Disti dilangsungkan di gedung pertemuan kawasan Buah Batu. Rombongan keluarga calon pengantin pria tiba belasan menit sebelum acara dimulai. Yudha yang menjadi pemimpin, mengatur barisan bersama teman-teman pasukan pengawal area Bandung. Setelah diberi kode oleh tim panitia pihak perempuan, rombongan berseragam serba krem jalan perlahan menuju pintu utama gedung. Mereka berhenti di bawah tenda untuk menyaksikan sambutan dari kedua orang tua Disti. Susunan acara khas Sunda dilaksanakan dengan khidmat, sebelum akhirnya rombongan dipersilakan masuk. Keluarga inti, para petinggi PBK dan keluarga Janardana, serta Mahendra dan Pangestu, menempati kursi dua deretan terdepan sisi kanan. Di belakang mereka dipenuhi keluarga besar Fazwan, dan semua pengawal lapis satu hingga 12 yang hadir bersama keluarga masing-masing. Tidak berselang lama acara dimulai. Fazwan mendengarkan khotbah nikah dengan serius sambil merekamnya dalam

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 138 - Kamu Nyindir Aku?

    Minggu berganti menjadi bulan. Menjelang keberangkatan ke Kanada, Zivara justru disibukkan dengan persiapan pernikahan Fazwan. Sebab calon pengantin pria sedang sibuk mengikuti Arudra tugas ke luar kota, mau tidak mau Zivara yang menggantikan posisi akangnya untuk membantu Disti. Sore itu sepulang dari kantor, Zivara memacu mobil SUV putih menuju pusat perbelanjaan. Kala berhenti di perempatan lalu lintas, Zivara menyempatkan diri untuk menelepon Nini, yang tengah dijemput Isfani untuk menyusul Zivara, bersama Keef. Setibanya di tempat tujuan, Zivara memarkirkan mobilnya dengan rapi. Dia merapikan penampilan terlebih dahulu, kemudian menyemprotkan sedikit parfum ke baju. Sekian menit berikutnya, Zivara telah berada di dekat pintu utama. Dia menunggu kedatangan taksi yang ditumpangi Nini dan Isfani tiba, kemudian mereka bergegas menuju lantai tiga, di mana Disti dan kakaknya telah menunggu. Keempat perempuan bersalaman sambil beradu pipi. Sementara Nini hanya menyalami calon istri

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 137 - Benar-benar Biadap!

    "Siapa kamu!" bentak Eyang Min, saat seorang pria tua muncul di dekat teras depan rumahnya. "Tidak perlu tahu aku siapa. Yang penting, setelah ini usahamu menyesatkan orang akan berhenti," jawab Mulyadi dengan sangat tenang. Eyang Min maju beberapa langkah sambil mengacungkan tongkatnya yang berbentuk unik. "Oh, ternyata kamu. Orang yang sudah melindungi Lanika." "Betul." "Tapi, percuma saja. Sebentar lagi dia akan mati." "Nyawa manusia adalah milik Allah. Sehebat apa pun ilmumu, jika Allah berkehendak, maka Lanika akan aman." Eyang Min tertawa melengking. Mulyadi tetap diam sambil mengamati beberapa orang yang muncul di belakang perempuan berbaju merah. Zein dan ketiga sahabatnya telah selesai bertempur. Mereka berdiri beberapa meter di belakang Mulyadi sambil memerhatikan sekeliling. Masih ada titik-titik merah yang beterbangan, dan harus terus diawasi. Eyang Min melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular hitam berukuran besar. Mulyadi spontan mundur sembari memukuli u

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 136 - Apa Dia Lihat Kita?

    Embusan angin kencang menerpa apa pun yang berada di bumi. Dedaunan di dahan bergoyang ke sana kemari mengikuti arah sang bayu. Sekali-sekali akan terdengar suara binatang malam. Selebihnya hanya keheningan yang tercipta di sekitar rumah besar, yang berada di tengah-tengah kebun di pinggir Kota Bogor. Jalan depan rumah itu terlihat lengang. Meskipun waktu baru menunjukkan pukul 10, tetapi tidak ada seorang pun yang melintas di sana. Letak bangunan yang berada di perbukitan, ditambah lagi area belakangnya lebih banyak kebun dibandingkan rumah, menjadikan tempat itu seolah-olah terisolir dari dunia luar. Sekelompok orang terlihat jalan cepat di kebun sisi kiri. Sebab sekitarnya gelap, mereka terpaksa menyalakan senter kecil yang tersambung dengan ikat kepala. Sekali-sekali mereka akan berhenti dan berjongkok untuk memindai sekitar. Kemudian mereka melanjutkan langkah hingga tiba di dekat rerimbunan semak di dekat rumah target. Pria terdepan memberi kode dengan tangan. Lima orang be

  • Pengantin Kedua Janardana    135 - Bunga dan Anyir

    Arudra termangu, sesaat setelah Nirwan menceritakan tentang kejadian kemarin malam di mobil Lanika. Bhadra, Casugraha, Fazwan dan Bilal yang juga berada di ruang kerja sang presdir, saling melirik, sebelum sama-sama mengulum senyuman. Sementara Zein menggeleng pelan seraya tersenyum lebar. Sedangkan Hendti justru bertepuk tangan, kemudian dia menepuk-nepuk pundak Nirwan yang terlihat cengengesan. "Hebat, euy! Bisa ninju kunti," tukas Hendri. "Ini berkat ajaran Akang," balas Nirwan. "Dan Bang Zein, serta teman-teman tim pengejar hantu," lanjutnya sambil memandangi pria berkulit kecokelatan yang balas menatapnya saksama. "Kami cuma melatih sedikit. Hatimu memang kuat, itu yang membuatmu sanggup melawan kuntilanak kiriman Nenek tua itu," jelas Zein. "Kamu ikut latihan olah napas, Wan?" tanya Bilal. "Ya, Bang," jawab Nirwan. "Sudah lama?" "Baru dua bulanan. Itu pun karena diajakin Kang Izra. Dia bilang, auraku kuat. Lebih bagus lagi diarahkan ke ilmu kebatinan." "Aku ingat Izra

DMCA.com Protection Status