Share

Hancur

Author: Erna Azura
last update Huling Na-update: 2025-01-19 11:04:35

“Jadi begini Nona … eee, siapa nama Nona? Kita kenalan dulu.” Ryan mengulurkan tangannya melewati meja yang memisahkan dia dengan Zanitha.

“Zanitha,” jawab Zanitha melirih.

“Saya Ryan … sekretaris tuan Ananta.”

Mereka berdua bersalaman.

“Tuan Ananta seharusnya menikah hari ini … seluruh keluarganya mengetahui hal tersebut tapi ternyata calon istrinya meninggal karena kecelakaan dan Nona juga terlibat ….” Ryan menjeda kalimatnya.

“Aku enggak bermaksud membunuhnya, aku enggak sengaja nabrak dia… dia datang entah dari mana, sumpah! Aku enggak pernah berniat membunuh perempuan itu.” Zanitha keukeuh mempertahankan pendapatnya.

Kejadiannya begitu cepat, bahkan awalnya dia tidak tahu kalau telah menghilangkan nyawa seseorang.

“Tapi kenyataannya Nona yang menabrak nona Erina dan menyembabkannya meninggal dunia.” Ryan memberikan fakta.

Zanitha menangkup wajahnya menggunakan kedua tangan dan mulai menangis.

Kedua kakinya bergetar hebat karena trauma yang masih melingkupinya.

Hanya ada mereka berdua saja di ruangan seluas tiga kali tiga meter yang Zanitha yakini kalau ruangan ini adalah ruangan introgasi karena ada satu meja dengan empat kursi dan kaca besar yang sepertinya hanya bisa dilihat dari luar ke dalam tapi tidak sebaliknya.

“Tuan Ananta enggak akan melakukan tuntutan dan akan membantu membebaskan Nona dari hukuman tapi dengan satu syarat, Nona harus menggantikan nona Erina menjadi pengantin tuan Ananta dan melahirkan seorang anak laki-laki … setelah itu, kalian bisa bercerai, Nona akan mendapatkan tunjangan yang sangat besar.” Ryan memberikan penawaran.

Tangis Zanita seketika berhenti, dia menatap Ryan lamat-lamat lalu menggigit kukunya, bergerak gelisah di tempat duduknya, Zanitha tidak bisa berpikir jernih.

Sungguh bukan tawaran yang menguntungkannya karena dia harus menikah dengan pria dingin yang terlihat sadis meski tampan tapi tidak dia cintai hanya untuk melahirkan seorang anak.

Memangnya hamil itu tidak merepotkan?

Kakak perempuannya saja setelah melahirkan, badannya tidak bisa kembali seksi seperti dulu.

Tapi Zanitha tidak mau masuk penjara, dia juga tidak berani menghubungi papinya karena pasti sang mami yang merupakan mami tiri akan langsung mengambil tindakan dengan justru menjebloskannya ke penjara.

Nasib menjadi anak haram dari hubungan gelap bos dengan sekretaris membuat Zanitha dibenci oleh mami dan kedua kakaknya.

“Apa tunjangannya besar? Apa aku bisa membangun sebuah perusahaan dari tunjangan itu?” Zanitha bertanya agar dia bisa merencanakan hidupnya setelah bercerai dengan Ananta, jika dia menerima tawaran tersebut.

“Bisa jadi.” Ryan cari aman, tidak ingin berjanji.

“Lalu bagaimana kalau aku melahirkan anak perempuan?” Zanitha bertanya.

“Maka Nona harus hamil lagi sampai yang lahir adalah anak laki-laki.” Ryan sedang menggoda Zanitha.

“Hah! Gila aja!” seru Zanitha bergidig ngeri.

Ryan tertawa. “Tenang saja, di Swiss ada dokter kandungan yang bisa memberikan kepastian kalau janin yang dikandung akan lahir berjenis kelamin laki-laki melalui program-programnya.”

Zanitha mendengkus sebal sembari merotasi bola matanya.

“Gimana? Apa Nona tertarik dengan tawaran tuan Ananta atau mau menghubungi pengacara Nona?” tanya Ryan setengah mengancam.

Zanitha mengembuskan nafas berat menatap satu lembar kertas yang disodorkan Ryan.

Di sana tertulis kesepakatan kalau dia sebagai pihak kedua setuju menikah kontrak dengan pihak pertama yaitu Ananta sampai melahirkan anak laki-laki dengan kompensasi bernominal besar ditulis menggunakan mata uang Franc Swiss.

Kalkulator di otak Zanitha langsung menghitung cepat berapa jumlah dalam rupiah yang bisa dia dapatkan.

Zanitha bisa membangun perusahaan baru dan keluar dari rumah Wiranata kalau perlu menanggalkan nama Wiranata karena dia sendiri merasa tidak pernah diterima di keluarga itu.

Tapi Zanitha tidak berpikir kalau akan mudah menjalani pernikahan kontrak dengan Ananta dan memberikan anaknya begitu saja yang sudah dia kandung selama sembilan bulan kepada pria itu kemudian melenggang santai keluar dari Pengadilan Negri sambil menenteng surat cerai.

Zanita meraih pulpen yang ada di atas kertas kemudian menandatangi di kolom pihak kedua yang bermaterai.

Ryan tersenyum lebar. “Kalau begitu, mari sekarang kita pergi ke kantor pak Damar untuk meminta restu beliau.”

“Hah? Kok sekarang? Nanti aja, pas makan malam aku bicara sama papi … besok aku kabarin.” Zanitha tentu saja menolak.

Dia belum sadar kenapa Ryan mengetahui nama papinya.

“Nanti Nona bisa kabur, sebaiknya sekarang saja karena besok Nona dan tuan Ananta harus menikah.” Ryan bangkit dari kursi sembari membawa berkas yang sudah Zanitha tandatangani.

“Enggak akan kabur, mau kabur ke mana coba? Aku bahkan enggak punya tabungan … semua kemewahan ini punya papi.” Zanita mencoba meyakinkan.

“Enggak bisa Nona … Nona sudah menandatangani surat kesepakatan ini dan mulai sekarang Nona harus mengikuti perintah tuan Ananta.” Ryan mengingatkan.

“Hah? Mana ada di dalam surat kesepakatan klausul itu?” Zanita mendebat tidak terima.

“Ada Nona.” Ryan membuka map berisi surat kesepakatan lalu menunjuk sudut kertas dengan tulisan yang amat sangat kecil.

“Ya mana kebaca? Masnya mau nipu ya?” Zanitha menghardik.

“Terserah, semua saya kembalikan sama Nona … pak polisi juga sudah menunggu di depan pintu ini.” Ryan memberi pilihan disertai ancaman.

Zanitha mengembuskan nafas berat. “Ya udah lah ….” Bahu Zanita melorot, dia tidak memiliki pilihan.

Semoga saja papinya tidak mempersulit rencananya ini karena yang Zanitha tahu kalau sang papi juga tidak menyayanginya.

Papi Damar terpaksa merawatnya karena ibu kandung Zanitha meninggal saat melahirkan.

Tanpa Zanitha ketahui kalau di balik kaca besar sana, Ananta tersenyum smirk membayangkan Damar Arif Wiranata syok karena sang putri akan meminta restu untuk menikah dengannya.

***

Zanitha celingukan saat keluar dari ruangan introgasi.

“Ayo Nona, hari hampir sore.” Ryan menoleh ke belakang.

“Pada ke mana Polisinya?” Dia bertanya dengan tatapan memindai ke seluruh lorong.

“Nona ingin bertemu Polisi?” Ryan balik bertanya.

“Eng … enggak! Ayo kita pergi dari sini!” Zanitha tidak ingin berurusan dengan Polisi.

Meski dia merasa tidak bersalah tapi bukti menunjukkan kalau dia yang menabrak calon istri Ananta.

Di depan lobby gedung kantor Polisi, sebuah mobil mewah telah menunggu.

Ryan langsung membuka pintunya untuk Zanitha.

Gadis itu masuk lalu menghempaskan bokongnya di kursi kabin belakang.

Matanya membulat saat menoleh ke samping karena Ananta sedang menatapnya sinis.

Zanitha tidak mengira pria itu ikut satu mobil dengannya tapi lalu dia tersadar kalau mobil yang ditumpanginya ini mungkin mobil Ananta sedangkan mobil miliknya tadi disita polisi untuk dijadikan barang bukti.

Zanitha mengalihkan pandangan ke depan, pura-pura santai sembari menyandarkan punggungnya.

“Papi seharusnya meeting sama klien hari ini, semoga aja saat kita sampai nanti meetingnya udah selesai.” Zanitha memberitahu Ryan dan Ananta.

Ryan yang duduk di depan menyerongkan posisi duduknya agar pandangannya bisa menjangkau Zanitha di kabin belakang.

“Nanti, apa yang akan Nona katakan kepada papi Nona?” Ryan sedang mencari tahu rencana Zanitha.

“Minta restu mau nikah dengan bilang kalau dia pacar aku.” Zanitha menjawab polos

Terdengar dengkusan Ananta yang sedang membayangkan Damar tidak akan memberi restu dan malah syok.

Tapi dia sudah mengikat Zanitha, gadis itu pasti akan melakukan segala cara untuk mendapat restu.

Ananta benar-benar tidak sabar ingin melihat Damar hancur meski hanya perasaannya saja.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Akting

    Mobil SUV Lexus seharga tiga koma setengah Milyar berwarna hitam itu berhenti di depan lobby gedung kantor milik Damar Wiranata.Sesaat Zanitha ragu, khawatir sang papi tidak mempercayainya tapi dia membawa pria yang akan menikahinya jadi semestinya sang papi percaya.Dan jika dilihat dari harga mobil milik pria itu, pria bernama Ananta ini pasti kaya raya jadi tidak mungkin papi tidak memberikan restu.“Nona … kita sudah sampai.” Ryan memberitahu karena Zanitha malah melamun menatap pintu lobby.“Kamu ikut, kan?” Zanitha bertanya kepada Ananta.“Tentu saja ….” Pria itu menyahut. “Tidak mungkin aku melewatkan momen berharga ini,” sambung Ananta di dalam hati.Zanita membuka pintu mobil, dia keluar diikuti Ryan dan Ananta.Mereka bertiga menyusuri lobby, semua pegawai membungkuk penuh hormat saat mereka lewat yang tentu saja sikap hormat itu ditunjukan untuk Zanitha yang merupakan anak dari pemilik perusahaan ini.Sekretaris Damar Wiranata yang bernama Anton menyambut mereka ke

    Huling Na-update : 2025-01-19
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Sebuah Rencana

    “Sekali enggak! Tetap enggak, Nitha! Papi enggak akan menikahkan kamu dengan saingan bisnis Papi!” Zanitha menoleh lagi menatap Ananta meminta pria itu setidaknya sedikit saja bicara untuk meyakinkan papi namun malah smirk yang menambah ketampanannya yang Zanitha dapatkan.Dia tidak tahu harus bagaimana lagi meyakinkan papi, dia salah perkiraan tadi—tidak tahu kalau calon suami yang dikenalkannya adalah pria yang paling sang papi benci di dunia ini.“Nitha hamil, Pi ….,” kata Zanitha yang akhirnya harus menambah dosis dustanya agar Damar Wiranata berubah pikiran.Ananta menatap takjub dengan kedua alis terangkat. Akting Zanitha sempurna sekali.Tolong siapapun, berikan Zanitha piala Oscar.“Apa?” Plak!Tanpa segan Damar Wiranata menampar Zanitha hingga gadis itu tersungkur ke samping dan terhempas ke lantai.Air mata jatuh bersamaan dengan sisi bokong Zanitha menghantam lantai berkarpet.Sedingin-dinginnya hati Ananta, pria itu refleks bergerak mendekat membantu Zanitha ba

    Huling Na-update : 2025-01-19
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Pengkhianat

    Zanitha membereskan mejanya setelah berpamitan kepada sang bos tentang pengunduran dirinya karena alasan akan menikah. Bu Ellyn tentu tercengang mendengar berita mendadak tersebut namun apa yang bisa dia perbuat selain memberi ACC karena Zanitha adalah anak dari pemilik perusahaan ini.“Nit, pipi kamu kenapa?” tanya bu Ellyn yang menyadari terdapat memar di tulang pipi Zanitha.“Ini ulah bu Ratih lagi ya?” Bu Ellyn berbisik.Zanitha menggelengkan kepala bersama senyumnya.“Bukan, tadi kepentok pintu.” Zanitha berdusta.Bu Ellyn mengembuskan nafas panjang, hanya dia dan beberapa karyawan senior yang mengetahui asal-usul Zanitha dan perlakuan apa yang dia terima dari ibu tirinya selama ini membuat wanita paruh baya itu merasa iba.“Syukurlah kalau kamu akan menikah, kamu bisa meninggalkan mereka … semoga calon suami kamu bisa memberikan kasih sayang yang enggak pernah kamu dapatkan selama ini,” kata bu Ellyn mendoakan dengan tulus.Zanitha menghentikan aktifitasnya memasukan ba

    Huling Na-update : 2025-01-19
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Pergi

    Zanitha duduk di balkon kamarnya dengan lampu yang sengaja dia padamkan agar tidak ada tetangga yang bisa melihatnya duduk di sini dalam keadaan murung.Tapi sinar bulan masih bisa membantu membaca kartu nama Ryan yang berada dalam genggaman tangannya.Banyak yang ingin Zanitha bicarakan salah satunya tentang di mana dia akan tinggal setelah menikah?Ketika Zanitha hendak menyalin nomor ponsel Ryan dan menyimpannya di kontak, benda tersebut berdering memunculkan sederet nomor tidak di kenal.Nomor yang tertera tampak familiar lalu Zanitha menyocokannya dengan nomor ponsel Ryan di kartu nama dan ternyata sama.Zanitha langsung menggeser icon gagang telepon berwarna hijau untuk menjawab panggilan yang dia yakini dari sekretaris Ananta itu.“Hallo Mas Ryan?” Zanitha langsung menyahut.“Nona sudah simpan nomor saya?” tanya Ryan heran karena Zanitha mengetahui kalau dirinya yang menghubungi.“Sudah …,” jawab Zanitha agar tidak perlu menjelaskan.“Oh oke, saya menghubungi Nona ingi

    Huling Na-update : 2025-02-25
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menikah

    Zanitha menatap dirinya di cermin, dress berwarna putih berlengan panjang dengan model rok A Line yang panjangnya sebetis telah membalut tubuhnya begitu sempurna.Rambut panjang lebat dan ikalnya dia biarkan terurai dan jepit mutiara tersemat di dekat pelipis menambah kesan mewah dan elegan.Zanitha memutar tubuh lalu mengenakan kitten heelsnya.Meraih handle koper lantas membawanya menuju lantai satu.Tidak ada satu pun keluarganya di dalam rumah, papi sudah pergi, mami ngopi cantik bersama bestie, kak Anindita dan mas Adam sudah kembali ke rumah mereka tadi pagi dan Aditya tentunya bersama papi di kantor.Para pegawai sedang beristirahat di area belakang, Zanitha tidak akan mengganggu mereka.“Ini bener-bener enggak ada yang mau nganterin aku menikah? Seenggak penting itu aku di mata mereka?” Zanitha tertawa sumbang.Dia pergi menuju pintu keluar dengan langkah tegas karena sudah memantapkan hatinya untuk pergi dari Neraka ini.Zanitha berdi

    Huling Na-update : 2025-02-26
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Ingin Bercerai

    “Ini kamar Nona, kamar mandi ada di dalam dan itu dapurnya.” Ryan sedang melakukan room tour kepada Zanitha.“Jangan pindahkan barang-barang di sini dan jangan berantakin ruangan kecuali kamar kamu, terserah.” Ananta memberikan ultim.Zanitha mendengkus sebagai balasan membuat Ananta berdecak lidah kesal.“Memangnya kamu enggak mampu bayar asisten rumah tangga?” Zanitha bersarkasme.“Ada Nona, akan datang setiap hari … tapi siang juga sudah pulang hanya sampai pekerjaannya selesai, mungkin maksud tuan Ananta setelah asisten rumah tangga pulang kalau Nona lapar ingin masak maka harus mencuci piring dan peralatan masak serta merapihkan dapur kembali … juga living room harus tetap rapih seperti itu.” Jempol Ryan menunjuk living room.“Tenang aja, aku enggak bisa masak.” Zanitha menyengir lucu.“Udah waktunya makan siang nih, kita mau makan di mana?” Zanitha melirik arlojinya.Ananta menatap malas Zanitha kemudian menarik langkah menuju pintu keluar.“Nanti saya akan pesan caterin

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Tidak Berdosa

    Zanitha merasa sudah tidur terlalu lama, dari semenjak matahari masih bersinar sampai sekarang sudah kembali ke peraduannya digantikan sang rembulan.Dia bangun karena merasakan haus, entah kenapa juga udara malam ini begitu panas padahal pendingin udara bekerja maksimal.Dia keluar dari kamar menuju dapur.“Waw … udah jam sembilan.” Zanitha terkejut saat melihat jam yang tergantung di dinding.“Ananta udah pulang belum ya?” Dia celingukan sembari berbelok ke depan kamar yang dia yakini adalah kamar Ananta kemudian menempelkan telinga di daun pintu.Hening, tidak ada tanda-tanda kehidupan.“Belum pulang kali ya, dia ‘kan ambis.” Zanitha bicara sendiri lalu melanjutkan langkah ke dapur mencari air minum.Sambil menenggak segelas air, pandangannya tertuju pada kolam renang yang berwarna biru bersih.Kondominium Ananta memang mewah dilengkapi privat pool, tentu saja sekelas CEO perusahaan multinasional pasti mampu membeli kondomium seperti ini.Udara yang panas memunculkan ide b

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Gadis Keras Kepala

    “Zanitha!” seru Ananta dengan ekspresi berang seperti ingin mencincang Zanitha sekarang juga.Pria itu bangkit dari kursi sambil mengibas-ngibas bagian dada yang sebenarnya percuma dia lakukan.“Apa?” sahut Zanita sama lantangnya, mata gadis itu melotot dengan kepala mendongak menantang Ananta.“Apa-apaan kamu? Aku sebentar lagi harus meeting sama klien!” Ananta menggebrak meja melampiaskan rasa ingin menghajar Zanitha sekarang juga.“Kamu yang apa-apaan? Kamu ngebully aku dengan mengatai aku anak haram, pakai otak donk … aku juga punya hati, aku juga enggak minta dilahirkan … dan seharusnya kamu mikir, apa aku suka dengan status aku ini? Hiks … hiks ….” Zanitha berteriak di antara isak tangisnya.“Aku muak dibully oleh kak Anin dan kak Aditya juga mendapatkan kekerasan verbal dari mami Ratih selama dua puluh lima tahun hidupku … apa enggak bisa kamu jadi seorang pria dewasa yang lebih bijaksana dengan enggak membully aku juga? Hah?” Ananta tertohok, dia tidak mengira Zanitha

    Huling Na-update : 2025-03-01

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menerjang Badai

    Ketika itu hujan semakin deras saat hari menuju sore.Ananta duduk di ruang meeting utama gedung Helvion Group. Presentasi dari salah satu eksekutifnya terus berjalan, tetapi pikirannya melayang jauh ke tempat lain. Ia mengangkat tangannya, memijat pelipis yang terasa berat. Ada firasat buruk yang menghantui sejak pagi, meski ia tak tahu pasti apa penyebabnya.Setelah meeting selesai, Ananta mengantar para tamunya ke lobby.Sambil melangkah menuju ruangannya, Ananta merogoh ponsel lalu mengaktifkannya.Begitu dinyalakan, puluhan pesan masuk membanjiri layar—dan di antaranya, pesan dari Zanitha.Zanitha : Ta, aku akan pergi ke pesta perayaan proyek ini. Kami akan terbang menggunakan jet pribadi ke pulau eksklusif. Aku sebenarnya enggak terlalu ingin pergi, tapi karena aku adalah bintangnya, rasanya enggak enak jika tidak hadir. Aku akan segera pulang setelah acara selesai. Aku tahu kamu sibuk, jadi aku hanya ingin memberitahumu. Aku akan baik-baik saja, janga

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Mencari Zanitha

    Zanitha berdiri bersama seluruh tim termasuk designer yang mengerjakan proyek ini mengelilingi Elias yang berdiri di tengah lingkaran mereka, yang lain tampak antusias dan senang tapi tidak dengan Zanitha yang menatap kosong pria itu.Elias sedang memberi kabar bahagia tentang sebuah pesta dan mereka semua diundang.Sontak sorak bahagia disertai tepuk tangan mengudara kemudian satu persatu dari mereka bubar untuk mempersiapkan diri.“Kamu pasti datang, kan? Kamu adalah bintangnya.” Madame Cécile Laurent (Chanel) bertanya langsung kepada Zanitha.“Saya akan minta ijin suami dulu.” Zanitha tidak memberi kepastian.“Oh ayolah, gosip antara kamu dan Elias pun sudah tak terdengar lagi dan tampaknya suamimu juga mengerti dengan kondisi yang terjadi,” timpal Giovanni De Luca (Elie Saab).“Ingat Zanitha, kamu bintangnya … pesta tidak akan sempurna tanpa kamu.” Marcel Fournier (Dior) berujar demikian membuat Zanitha bimbang.“Kami sudah menyediakan privat jet khusus untuk kamu, jadi kam

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Berjuang

    Suara nyaring memekakan telinga datang dari powder room dekat ruang makan.Ananta yang sedang sarapan jadi tidak selera mendengar suara itu bukan karena jijik melainkan memikirkan istrinya tidak bisa masuk makanan sedikitpun.“Klaus, aku minta ice cream …,” kata Ananta memerintah.“Tapi Tuan, ini masih pagi dan di dalam ice cream tidak terkandung makanan bergizi yang baik untuk ibu hamil … kebanyakan adalah gula.” “Kalau begitu suruh koki buatkan ice cream yang baik dikonsumsi ibu hamil, aku tidak peduli rasanya karena istriku hanya bisa makan ice cream.” Ananta memaksa.“Baik Tuan.” Dan Klaus tidak memiliki pilihan kata selain itu.Saat terdengar suara kunci pintu powder room terbuka, Ananta langsung bangkit dari kursi memburu istrinya.Tadi Zanitha mengunci diri di sana karena tidak ingin Ananta melihat muntahannya.“Kamu makan buah-buahan aja ya,” kata Ananta sembari membantu Zanitha duduk.Zanitha mengangguk pasrah.Dan entah ap

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Usaha Elias

    Mansion Sebastian Von Rotchschild berdiri megah di bawah cahaya sore, dikelilingi taman luas yang dipenuhi bunga-bunga eksotis. Namun, keindahan itu tidak bisa menghapus ketegangan yang menyelimuti ruangan utama di dalamnya.Di meja makan panjang yang biasa digunakan untuk pertemuan keluarga, Sebastian duduk di kursi utama dengan ekspresi penuh wibawa. Di sekelilingnya, para anggota keluarga Von Rotchschild telah berkumpul. Ada Rafael, Seraina, Simon, Amelie, dan tentu saja, Elias yang duduk dengan ekspresi campuran antara kepedulian dan sesuatu yang lebih sulit ditebak.Dan di ujung meja, Ananta duduk dengan santai, sementara di sebelahnya, Zanitha tampak tenang meskipun dalam hatinya ada ketakutan besar. Ia tahu, pertemuan ini bukan sekadar makan malam keluarga biasa. Ini adalah panggilan penghakiman.Sebastian menyesap tehnya sebelum akhirnya berbicara."Ananta," suara tuanya terdengar dalam dan penuh tekanan, "Aku yakin kamu sudah membaca berita yang beredar di luar sana. Tent

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Terang-Terangan

    Di salah satu mansion megah keluarga Von Rotchschild, Simon duduk santai di sofa besar dengan cangkir teh hitam di tangannya.Sore itu, langit Zurich berwarna keemasan, dan angin musim semi berhembus lembut dari jendela terbuka, membawa aroma teh herbal yang khas.Di sebelahnya, Amelie-sang istri, duduk dengan anggun, menyilangkan kaki dan menyesap tehnya perlahan.Matanya terpaku pada layar televisi yang sedang menyiarkan berita terbaru tentang keluarga mereka.“BREAKING NEWS: Istri Ananta Von Rotchschild Dicurigai Mengandung Anak Elias Von Rotchschild?”Di layar, beberapa foto ditampilkan—Elias yang membawa Zanitha keluar dari rumah sakit, Elias yang duduk di samping ranjang rumah sakit dengan senyum khasnya, dan berbagai spekulasi yang mulai berkembang di media.Amelie meletakkan cangkir tehnya dengan bunyi yang cukup nyaring, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.Tangannya bahkan bertepuk beberapa kali, seolah menikmati tontonan yang sangat menghibur.“Suamiku sayang, li

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Takdir Yang Berpihak

    Ruangan studio yang semula penuh dengan suara kamera yang berbunyi kini berubah menjadi sunyi saat Zanitha tiba-tiba menghentikan posenya.Dia menunduk sembari memegangi perut yang terasa bergejolakRasa mual yang menggeliat di perutnya semakin menjadi-jadi. Ia mencoba bertahan, menelan ludah berkali-kali, tetapi gelombang rasa tidak enak di tubuhnya semakin kuat.“Aku butuh istirahat sebentar…,” gumamnya pelan, sambil berusaha melangkah keluar dari studio.Wajahnya pucat disertai banyak buliran peluh di pelipisnya.Namun, saat kakinya baru dua kali melangkah, pandangannya mulai berputar. Dunia di sekelilingnya bergoyang. Keringat dingin membasahi hingga ke lehernya.Dengan langkah tertatih, Zanitha berhasil sampai ke kamar mandi di dalam studio.Begitu pintu tertutup, ia langsung berlutut di depan kloset, memuntahkan isi perutnya dengan hebat.Air mata Zanitha mengalir di pipinya saat muntahan tidak kunjung berhenti. Perutnya terasa diremas d

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Percaya

    Suasana ruang makan yang biasanya tenang kini mencekam dan sebentar lagi akan berubah menjadi arena pertengkaran yang dipenuhi ketegangan.Cahaya pagi yang masuk dari jendela tinggi tak mampu menghangatkan ruangan, karena hawa dingin yang berasal dari tatapan tajam Ananta kepada Zanitha mengalahkan segalanya.Zanitha masih duduk di tempatnya, menggenggam iPad yang baru saja dilemparkan oleh Ananta.Layar di tangannya menampilkan serangkaian berita dengan foto-foto ‘mesra’-nya bersama Elias.Di seberangnya, Ananta duduk dengan rahang mengeras, napasnya memburu, serta kedua tangannya mengepal di atas meja.“Apa yang kamu lakukan dengan Elias?” suara Ananta akhirnya keluar—serak, dingin, dan dipenuhi dengan kemarahan yang berusaha pria itu tahan.Zanitha menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca, bukan karena takut, melainkan karena kecewa.Ia menggeleng pelan, berusaha menjelaskan.“Ta… ini enggak seperti yang kamu pikirkan.” Dia mengulang karena entah harus menjelaskan mulai da

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Gosip Miring

    “Sayang, aku pergi ya ….” Zanitha datang ke ruang makan dengan langkah terburu-buru, mengecup pipi Ananta kemudian pergi.“Kamu enggak sarapan dulu?” Ananta berteriak karena langkah Zanitha nyaris melewati batas antara ruang makan dengan living room. “Aku sarapan sama Elias dan photographer sambil diskusi tentang pemotretan besok.” Dan Zanitha masih sempat menjelaskan meski harus berteriak.Setelah itu Zanitha melanjutkan langkah keluar dari mansion untuk masuk ke dalam mobil Elias.Rahang Ananta mengeras, satu tangannya mengepal di atas meja.Pria itu tidak suka situasi seperti ini, semestinya sebagai istri-Zanitha menemaninya sarapan pagi lalu mengantarnya hingga teras.Kebiasaan itu tidak bisa mereka lakukan lagi karena akal-akal Elias yang ingin merebut hati istrinya.“Brengsek!” Ananta menggeram.Sementara di dalam mobil, Zanitha tidak bersuara usai menyapa Elias dengan kalimat ‘Selamat Pagi’ ketika masuk tadi.“Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” Elias bertanya karena

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Photoshoot

    Matahari pagi menyinari mansion megah Von Rotchschild milik Ananta dengan cahaya keemasan.Ananta berdiri di depan kamar mereka, sudah dibalut setelan jas hitam dengan dasi yang belum terikat sempurna.Di hadapannya, Zanitha sedang berdiri mengenakan blazer putih dan celana panjang krem yang membuatnya terlihat elegan sekaligus profesional.Hari ini, Zanitha akan pergi menemui para perancang busana kelas dunia bersama Elias.Sesuatu yang membuat dada Ananta terasa sesak.Pria itu tidak suka ini.Namun, Ananta tahu bisnis tetap bisnis.Zanitha sibuk merapikan dirinya di depan cermin saat ia tiba-tiba merasakan sesuatu yang hangat menyentuh pinggangnya dari belakang.Ananta.Tanpa bicara, pria itu melingkarkan lengannya di pinggang Zanitha, menarik tubuhnya lebih dekat.“Ta?” Zanitha menoleh, sedikit terkejut.Ananta tidak menjawab kemudian memutar tubuh Zanitha agar menghadapnya.Setelah itu, Ananta menempelkan keningnya ke

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status