Share

Pengkhianat

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-01-19 19:45:37

Zanitha membereskan mejanya setelah berpamitan kepada sang bos tentang pengunduran dirinya karena alasan akan menikah.

Bu Ellyn tentu tercengang mendengar berita mendadak tersebut namun apa yang bisa dia perbuat selain memberi ACC karena Zanitha adalah anak dari pemilik perusahaan ini.

“Nit, pipi kamu kenapa?” tanya bu Ellyn yang menyadari terdapat memar di tulang pipi Zanitha.

“Ini ulah bu Ratih lagi ya?” Bu Ellyn berbisik.

Zanitha menggelengkan kepala bersama senyumnya.

“Bukan, tadi kepentok pintu.” Zanitha berdusta.

Bu Ellyn mengembuskan nafas panjang, hanya dia dan beberapa karyawan senior yang mengetahui asal-usul Zanitha dan perlakuan apa yang dia terima dari ibu tirinya selama ini membuat wanita paruh baya itu merasa iba.

“Syukurlah kalau kamu akan menikah, kamu bisa meninggalkan mereka … semoga calon suami kamu bisa memberikan kasih sayang yang enggak pernah kamu dapatkan selama ini,” kata bu Ellyn mendoakan dengan tulus.

Zanitha menghentikan aktifitasnya memasukan barang-barang ke sebuah dus, dia menatap bu Ellyn dengan genangan di mata.

“Mana mungkin, Ananta hanya menginginkan anak yang sudah pasti untuk memperkuat posisinya di Helvion Group.” Zanitha sudah mengerti sekarang kenapa Ananta ingin memiliki keturunan setelah mengetahui pria itu adalah CEO Helvion Group.

Zanitha mengetahui dari sang papi kalau Helvion Group memiliki tiga bisnis yang sukses, di bidang Fintech, Shipping dan Farmasi dan berbasis di Swiss sementara sang Chairman yang bernama Sebastian atau merupakan kakeknya Ananta memiliki tiga putra yaitu Mathias yaitu ayahnya Ananta yang menjadi CEO perusahaan Shipping, Leonardo menangani Fintech dan Simon yang menguasai Farmasi.

Dan bila mendengar cerita di luaran sana kalau pimpinan tertinggi perusahaan akan jatuh ke tangan cucu laki-laki yang memiliki keturunan laki-laki pasti Ananta sedang mengincar posisi Chairman.

“Dasar serakah.” Zanitha bergumam.

“Kenapa?” Bu Ellyn bertanya membuat Zanitha tersadar kalau atasannya masih ada di sana.

“Enggak Bu.” Zanitha menyengir.

“Ya sudah, kalau kamu butuh sesuatu bisa hubungi saya ya.” Bu Ellyn mengelus pundak Zanitha.

“Makasih Bu.”

Bu Ellyn pergi meninggalkan kubikel Zanitha sesaat kemudian Zanitha menghempaskan bokongnya di sofa.

“Baru kemarin aku dapet pengetahuan tentang Helvion Group dari papi … eeeeh, aku malah ngajuin calon suami yang merupakan CEO perusahaan itu ke papi.” Zanitha mengusap wajahnya kasar.

Dan saat memejamkan mata, bayangan sewaktu menabrak Erina muncul dalam benaknya membuat Zanitha terhenyak.

“Ya Tuhan ….” Zanitha mengerang.

Buru-buru dia membereskan barang-barangnya lalu meninggalkan gedung kantor ini.

Beberapa teman sesama karyawan di sana hanya melirikan mata tanpa bertanya apa yang terjadi dengan Zanitha karena sesungguhnya Zanitha tidak memiliki sahabat dekat, mereka semua meski posisinya selevel dengan Zanitha di perusahaan itu tapi menganggap Zanitha adalah anak dari pemilik perusahaan ini sehingga mereka segan terhadap Zanitha.

Sambil memeluk dus berisi barang-barangnya, Zanitha menyusuri lorong untuk sampai di lift.

Sialnya ketika pintu lift terbuka, dia mendapati sang kakak tiri kedua yang bernama Aditya di dalam sana.

Smirk terbit di bibir Aditya yang tengah menyandarkan setengah bagian tubuhnya di dinding lift.

Setengah hati Zanitha melangkahkan kaki masuk ke dalam lift.

“Mau ke mana?” Aditya bertanya sembari mencolek dagu Zanitha.

“Mau pulang ….” Zanitha menyahut.

“Katanya lo dipecat sama papi ya?” Aditya bertanya lagi.

Zanitha tidak menyahut, kepalanya menunduk dalam menatap ujung sepatu.

Aditya merangkul pundak Zanitha, mendekatkan wajahnya di telinga gadis itu.

“Kata papi … lo mau nikah? Iya?” Aditya berbisik sembari mengendus leher Zanitha.

“Kak … jangan kaya gini.” Zanitha mendorong pelan tubuh Aditya.

Aditya tergelak dan malah mengeratkan rangkulannya dengan kasar sehingga tubuh Zanitha mendesak dadanya.

“Lo enggak boleh nikah sebelum gue ngerasain tubuh lo.”

“Kak!” pekik Zanitha dengan mata memerah.

“Lepas!” Zanitha menghentak tangan Aditya dari pundaknya lalu keluar dari lift yang kebetulan pintunya terbuka di lobby.

Aditya terkekeh, dia selalu puas setiap habis menggoda Zanitha.

Zanitha berlari menyebrangi lobby sambil berderai air mata mengingat pelecehan yang Aditya lakukan sejak kecil kepadanya, hingga detik ini Zanitha tidak tahu apakah dia masih perawan atau tidak.

“Nona Zanitha, mau ke mana?” tanya sekuriti di lobby.

“Mau pulang, bisa minta tolong panggilkan taksi, Pak?”

“Oh boleh!” Pria sekuriti berlari ke depan jalan memanggil taksi.

Sambil menunggu taksi, Zanitha mengusap air mata yang terus berguguran membasahi pipi, meratapi betapa malang hidupnya selama ini.

Taksi datang dan Zanitha langsung masuk ke dalamnya setelah mengucapkan terimakasih kepada sekuriti.

Alamat rumah sang papi yang Zanitha berikan kepada driver taksi agar mengantarnya ke sana.

Zanitha tinggal di rumah itu selama dua puluh lima tahun hidupnya, mendapat berbagai macam caci maki, kekerasan verbal maupun fisik yang harus dia tanggung tanpa sekalipun pembelaan dari sang ayah biologis yang telah membawanya ke dunia ini.

Sesampainya di rumah mewah milik Damar Wiranata, kaki Zanitha rasanya sulit digerakan.

Dia enggan turun dari dalam taksi karena pasti ibu tirinya sudah mendapat kabar dari papi tentang pernikahannya dengan CEO Helvion Group.

Tapi Zanitha harus turun karena ke mana lagi dia akan pergi?

Gadis itu melangkah gontai masuk ke dalam rumah sembari memeluk sebuah dus.

Ketika melewati living room, jantungnya segera saja dibuat berdetak tidak karuan karena sang mami tiri dan kakak tiri berada di sana langsung menoleh menatap tajam pada dirinya.

“Sore, Mi … Kak Anin …,” sapa Zanitha pura-pura tidak memiliki dosa.

Mami Ratih bangkit dari sofa, wajahnya tampak murka lalu mengangkat tangan saat langkahnya nyaris sampai ke depan Zanitha membuat gadis itu menyilangkan kedua tangan di kepala guna menghalangi pukulan yang dilayangkan sang mami sehingga dusnya jatuh menimpa kaki.

“Aaaawwww!” seru Zanitha mengaduh membuat mami Ratih tidak jadi memukulnya.

“Rasain! Itu hukuman dari Tuhan karena kamu berkhianat sama kami!” seru mami Ratih geram.

“Kok bisa sih kamu dihamilin saingan bisnis Papi? Kamu tega Nitha!” Anindita berseru kecewa.

Zanitha menutup mulutnya rapat, tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya karena Ananta adalah tiket untuk keluar dari neraka ini.

Sambil sesekali mengusap kakinya, Zanitha memasukan kembali barang-barangnya ke dalam dus.

“Maaf Mi … Kak Anin, Nitha enggak tahu kalau dia saingan bisnis papi.” Zanitha melirih.

“Kemasi barang-barang kamu sekarang! Besok kamu langsung pergi dari rumah ini setelah menikah! Pokoknya Mami enggak mau tahu, jangan pernah datangi keluarga kami dengan perut kamu yang buncit! Mami enggak mau keluarga dan teman-teman Mami berpikir negatif!” Mami Ratih membentak marah.

Mereka semua berpikir kalau Zanitha benar tengah berbadan dua padahal itu adalah kebohongan semata yang diucapkannya secara impulsif agar papi memberikan restu.

“Iya Mi, Nitha akan pergi.” Nitha menarik langkah usai berkata demikian, menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan raut sendu.

Tidak sekalipun mami Ratih iba kepada Zanitha karena setiap kali melihat wajah Zanitha, bayangan akan apa yang dilakukan suaminya dengan mendiang Dina-sang sekretaris di masa lampau hingga menghasilkan Zanitha terus berputar dalam benak beliau bagai kaset rusak dan membuat hatinya berulang kali terluka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Pergi

    Zanitha duduk di balkon kamarnya dengan lampu yang sengaja dia padamkan agar tidak ada tetangga yang bisa melihatnya duduk di sini dalam keadaan murung.Tapi sinar bulan masih bisa membantu membaca kartu nama Ryan yang berada dalam genggaman tangannya.Banyak yang ingin Zanitha bicarakan salah satunya tentang di mana dia akan tinggal setelah menikah?Ketika Zanitha hendak menyalin nomor ponsel Ryan dan menyimpannya di kontak, benda tersebut berdering memunculkan sederet nomor tidak di kenal.Nomor yang tertera tampak familiar lalu Zanitha menyocokannya dengan nomor ponsel Ryan di kartu nama dan ternyata sama.Zanitha langsung menggeser icon gagang telepon berwarna hijau untuk menjawab panggilan yang dia yakini dari sekretaris Ananta itu.“Hallo Mas Ryan?” Zanitha langsung menyahut.“Nona sudah simpan nomor saya?” tanya Ryan heran karena Zanitha mengetahui kalau dirinya yang menghubungi.“Sudah …,” jawab Zanitha agar tidak perlu menjelaskan.“Oh oke, saya menghubungi Nona ingi

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menikah

    Zanitha menatap dirinya di cermin, dress berwarna putih berlengan panjang dengan model rok A Line yang panjangnya sebetis telah membalut tubuhnya begitu sempurna.Rambut panjang lebat dan ikalnya dia biarkan terurai dan jepit mutiara tersemat di dekat pelipis menambah kesan mewah dan elegan.Zanitha memutar tubuh lalu mengenakan kitten heelsnya.Meraih handle koper lantas membawanya menuju lantai satu.Tidak ada satu pun keluarganya di dalam rumah, papi sudah pergi, mami ngopi cantik bersama bestie, kak Anindita dan mas Adam sudah kembali ke rumah mereka tadi pagi dan Aditya tentunya bersama papi di kantor.Para pegawai sedang beristirahat di area belakang, Zanitha tidak akan mengganggu mereka.“Ini bener-bener enggak ada yang mau nganterin aku menikah? Seenggak penting itu aku di mata mereka?” Zanitha tertawa sumbang.Dia pergi menuju pintu keluar dengan langkah tegas karena sudah memantapkan hatinya untuk pergi dari Neraka ini.Zanitha berdi

    Last Updated : 2025-02-26
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Ingin Bercerai

    “Ini kamar Nona, kamar mandi ada di dalam dan itu dapurnya.” Ryan sedang melakukan room tour kepada Zanitha.“Jangan pindahkan barang-barang di sini dan jangan berantakin ruangan kecuali kamar kamu, terserah.” Ananta memberikan ultim.Zanitha mendengkus sebagai balasan membuat Ananta berdecak lidah kesal.“Memangnya kamu enggak mampu bayar asisten rumah tangga?” Zanitha bersarkasme.“Ada Nona, akan datang setiap hari … tapi siang juga sudah pulang hanya sampai pekerjaannya selesai, mungkin maksud tuan Ananta setelah asisten rumah tangga pulang kalau Nona lapar ingin masak maka harus mencuci piring dan peralatan masak serta merapihkan dapur kembali … juga living room harus tetap rapih seperti itu.” Jempol Ryan menunjuk living room.“Tenang aja, aku enggak bisa masak.” Zanitha menyengir lucu.“Udah waktunya makan siang nih, kita mau makan di mana?” Zanitha melirik arlojinya.Ananta menatap malas Zanitha kemudian menarik langkah menuju pintu keluar.“Nanti saya akan pesan caterin

    Last Updated : 2025-02-27
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Tidak Berdosa

    Zanitha merasa sudah tidur terlalu lama, dari semenjak matahari masih bersinar sampai sekarang sudah kembali ke peraduannya digantikan sang rembulan.Dia bangun karena merasakan haus, entah kenapa juga udara malam ini begitu panas padahal pendingin udara bekerja maksimal.Dia keluar dari kamar menuju dapur.“Waw … udah jam sembilan.” Zanitha terkejut saat melihat jam yang tergantung di dinding.“Ananta udah pulang belum ya?” Dia celingukan sembari berbelok ke depan kamar yang dia yakini adalah kamar Ananta kemudian menempelkan telinga di daun pintu.Hening, tidak ada tanda-tanda kehidupan.“Belum pulang kali ya, dia ‘kan ambis.” Zanitha bicara sendiri lalu melanjutkan langkah ke dapur mencari air minum.Sambil menenggak segelas air, pandangannya tertuju pada kolam renang yang berwarna biru bersih.Kondominium Ananta memang mewah dilengkapi privat pool, tentu saja sekelas CEO perusahaan multinasional pasti mampu membeli kondomium seperti ini.Udara yang panas memunculkan ide b

    Last Updated : 2025-02-28
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Gadis Keras Kepala

    “Zanitha!” seru Ananta dengan ekspresi berang seperti ingin mencincang Zanitha sekarang juga.Pria itu bangkit dari kursi sambil mengibas-ngibas bagian dada yang sebenarnya percuma dia lakukan.“Apa?” sahut Zanita sama lantangnya, mata gadis itu melotot dengan kepala mendongak menantang Ananta.“Apa-apaan kamu? Aku sebentar lagi harus meeting sama klien!” Ananta menggebrak meja melampiaskan rasa ingin menghajar Zanitha sekarang juga.“Kamu yang apa-apaan? Kamu ngebully aku dengan mengatai aku anak haram, pakai otak donk … aku juga punya hati, aku juga enggak minta dilahirkan … dan seharusnya kamu mikir, apa aku suka dengan status aku ini? Hiks … hiks ….” Zanitha berteriak di antara isak tangisnya.“Aku muak dibully oleh kak Anin dan kak Aditya juga mendapatkan kekerasan verbal dari mami Ratih selama dua puluh lima tahun hidupku … apa enggak bisa kamu jadi seorang pria dewasa yang lebih bijaksana dengan enggak membully aku juga? Hah?” Ananta tertohok, dia tidak mengira Zanitha

    Last Updated : 2025-03-01
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Tidak Percaya

    Zanitha tidak serta merta percaya apalagi jumawa saat Ryan datang untuk mewakili Ananta menyampaikan permintaan maaf.Entah apa yang sebenarnya terjadi tapi yang pasti Zanitha masih sakit hati.Dia tidak pernah baik-baik saja setiap kali ada yang mengatainya anak haram.Demi apa, luka yang Ananta torehkan melalui kata-katanya tidak semudah itu bisa sembuh.Zanitha mengusap satu buliran kristal yang jatuh dari sudut mata.Ting …Tong …Suara bel di pintu depan membuat Zanitha menoleh dengan ekspresi penuh tanya.Siapa gerangan yang bertamu?Jika itu Ryan atau Ananta, pasti mereka akan langsung masuk karena memiliki akses.Zanitha turun dari sofa yang sedari sore tempatnya bersarang lalu menyeret langkahnya menuju pintu.Ceklek.Seorang kurir berdiri di depan pintu dengan senyum profesional, menyerahkan sebuah buket bunga mawar merah yang terbungkus rapi dalam kertas putih elegan.“Nyonya Zanitha Von Rotchschild?” Kurir pria bertanya untuk memastikan.“Bukan … aku Zanitha

    Last Updated : 2025-03-02
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Video Call Yang Terpaksa

    Ananta berjalan mondar-mandir di dalam ruang kerjanya dengan ekspresi gelisah yang jarang terlihat. Tangannya menggenggam ponsel, membaca ulang pesan yang baru saja ia terima dari ayahnya.Mathias von Rotchschild: Ananta, Ayah ingin melakukan video call malam ini. Ayah penasaran dengan wajah istrimu, jangan membuat Ayah curiga kalau sebenarnya kamu belum menikah, hanya membohongi Ayah dan keluarga besar Von Rotchschild. Jangan beri alasan lagi, setelah makan siang Ayah akan melakukan panggilan video!”Mengingat perbedaan waktu lebih cepat enam jam, pasti di Zurich-Swiss sekarang ini akan memasuki jam makan siang dan sang ayah sebentar lagi akan menghubunginya.Ananta menghela napas panjang. Ayahnya sudah mulai curiga. Jika ia terus menghindar, bukan tidak mungkin beliau akan menggali lebih dalam dan menemukan kejanggalan pernikahannya dengan Zanitha.“Persetan,” gumam Ananta, meremas ponselnya. Mau tidak mau, ia harus melibatkan Zanitha.Dengan enggan, Ananta melangkah keluar dar

    Last Updated : 2025-03-03
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Luka Yang Terulang

    Zanitha bangun lebih awal dari biasanya. Matanya masih sedikit berat, tetapi semangatnya tinggi.Semalam, setelah video call dengan Mathias, ia terus memikirkan ekspresi Ananta saat dia menyebut ibunya. Ada kesedihan yang samar di mata Ananta yang membuat Zanitha merasa bersalah.Dengan cepat, ia mandi lalu mengenakan pakaian kasual—sebuah blouse putih sederhana dan rok pendek berpotongan rapi. Tidak terlalu formal, tetapi cukup sopan untuk duduk satu meja dengan pria yang kini menjadi suaminya, meskipun hanya dalam kontrak.Ketika ia sampai di ruang makan, Ananta sudah duduk di sana, membaca koran elektronik di iPad, secangkir kopi hitam mengepul di hadapannya. Lelaki itu tampak seperti biasa—tampan, tenang, berkarisma, tapi dingin.Zanitha menarik kursi di seberang Ananta. “Pagi.” Dia menyapa, berusaha terdengar santai.Ananta mengangkat pandangannya sekilas, lalu kembali ke iPad. “Pagi,” jawabnya pendek.Zanitha menarik napas dalam. Ia ingin mengatakan sesuatu yang sudah meng

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menerjang Badai

    Ketika itu hujan semakin deras saat hari menuju sore.Ananta duduk di ruang meeting utama gedung Helvion Group. Presentasi dari salah satu eksekutifnya terus berjalan, tetapi pikirannya melayang jauh ke tempat lain. Ia mengangkat tangannya, memijat pelipis yang terasa berat. Ada firasat buruk yang menghantui sejak pagi, meski ia tak tahu pasti apa penyebabnya.Setelah meeting selesai, Ananta mengantar para tamunya ke lobby.Sambil melangkah menuju ruangannya, Ananta merogoh ponsel lalu mengaktifkannya.Begitu dinyalakan, puluhan pesan masuk membanjiri layar—dan di antaranya, pesan dari Zanitha.Zanitha : Ta, aku akan pergi ke pesta perayaan proyek ini. Kami akan terbang menggunakan jet pribadi ke pulau eksklusif. Aku sebenarnya enggak terlalu ingin pergi, tapi karena aku adalah bintangnya, rasanya enggak enak jika tidak hadir. Aku akan segera pulang setelah acara selesai. Aku tahu kamu sibuk, jadi aku hanya ingin memberitahumu. Aku akan baik-baik saja, janga

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Mencari Zanitha

    Zanitha berdiri bersama seluruh tim termasuk designer yang mengerjakan proyek ini mengelilingi Elias yang berdiri di tengah lingkaran mereka, yang lain tampak antusias dan senang tapi tidak dengan Zanitha yang menatap kosong pria itu.Elias sedang memberi kabar bahagia tentang sebuah pesta dan mereka semua diundang.Sontak sorak bahagia disertai tepuk tangan mengudara kemudian satu persatu dari mereka bubar untuk mempersiapkan diri.“Kamu pasti datang, kan? Kamu adalah bintangnya.” Madame Cécile Laurent (Chanel) bertanya langsung kepada Zanitha.“Saya akan minta ijin suami dulu.” Zanitha tidak memberi kepastian.“Oh ayolah, gosip antara kamu dan Elias pun sudah tak terdengar lagi dan tampaknya suamimu juga mengerti dengan kondisi yang terjadi,” timpal Giovanni De Luca (Elie Saab).“Ingat Zanitha, kamu bintangnya … pesta tidak akan sempurna tanpa kamu.” Marcel Fournier (Dior) berujar demikian membuat Zanitha bimbang.“Kami sudah menyediakan privat jet khusus untuk kamu, jadi kam

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Berjuang

    Suara nyaring memekakan telinga datang dari powder room dekat ruang makan.Ananta yang sedang sarapan jadi tidak selera mendengar suara itu bukan karena jijik melainkan memikirkan istrinya tidak bisa masuk makanan sedikitpun.“Klaus, aku minta ice cream …,” kata Ananta memerintah.“Tapi Tuan, ini masih pagi dan di dalam ice cream tidak terkandung makanan bergizi yang baik untuk ibu hamil … kebanyakan adalah gula.” “Kalau begitu suruh koki buatkan ice cream yang baik dikonsumsi ibu hamil, aku tidak peduli rasanya karena istriku hanya bisa makan ice cream.” Ananta memaksa.“Baik Tuan.” Dan Klaus tidak memiliki pilihan kata selain itu.Saat terdengar suara kunci pintu powder room terbuka, Ananta langsung bangkit dari kursi memburu istrinya.Tadi Zanitha mengunci diri di sana karena tidak ingin Ananta melihat muntahannya.“Kamu makan buah-buahan aja ya,” kata Ananta sembari membantu Zanitha duduk.Zanitha mengangguk pasrah.Dan entah ap

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Usaha Elias

    Mansion Sebastian Von Rotchschild berdiri megah di bawah cahaya sore, dikelilingi taman luas yang dipenuhi bunga-bunga eksotis. Namun, keindahan itu tidak bisa menghapus ketegangan yang menyelimuti ruangan utama di dalamnya.Di meja makan panjang yang biasa digunakan untuk pertemuan keluarga, Sebastian duduk di kursi utama dengan ekspresi penuh wibawa. Di sekelilingnya, para anggota keluarga Von Rotchschild telah berkumpul. Ada Rafael, Seraina, Simon, Amelie, dan tentu saja, Elias yang duduk dengan ekspresi campuran antara kepedulian dan sesuatu yang lebih sulit ditebak.Dan di ujung meja, Ananta duduk dengan santai, sementara di sebelahnya, Zanitha tampak tenang meskipun dalam hatinya ada ketakutan besar. Ia tahu, pertemuan ini bukan sekadar makan malam keluarga biasa. Ini adalah panggilan penghakiman.Sebastian menyesap tehnya sebelum akhirnya berbicara."Ananta," suara tuanya terdengar dalam dan penuh tekanan, "Aku yakin kamu sudah membaca berita yang beredar di luar sana. Tent

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Terang-Terangan

    Di salah satu mansion megah keluarga Von Rotchschild, Simon duduk santai di sofa besar dengan cangkir teh hitam di tangannya.Sore itu, langit Zurich berwarna keemasan, dan angin musim semi berhembus lembut dari jendela terbuka, membawa aroma teh herbal yang khas.Di sebelahnya, Amelie-sang istri, duduk dengan anggun, menyilangkan kaki dan menyesap tehnya perlahan.Matanya terpaku pada layar televisi yang sedang menyiarkan berita terbaru tentang keluarga mereka.“BREAKING NEWS: Istri Ananta Von Rotchschild Dicurigai Mengandung Anak Elias Von Rotchschild?”Di layar, beberapa foto ditampilkan—Elias yang membawa Zanitha keluar dari rumah sakit, Elias yang duduk di samping ranjang rumah sakit dengan senyum khasnya, dan berbagai spekulasi yang mulai berkembang di media.Amelie meletakkan cangkir tehnya dengan bunyi yang cukup nyaring, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.Tangannya bahkan bertepuk beberapa kali, seolah menikmati tontonan yang sangat menghibur.“Suamiku sayang, li

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Takdir Yang Berpihak

    Ruangan studio yang semula penuh dengan suara kamera yang berbunyi kini berubah menjadi sunyi saat Zanitha tiba-tiba menghentikan posenya.Dia menunduk sembari memegangi perut yang terasa bergejolakRasa mual yang menggeliat di perutnya semakin menjadi-jadi. Ia mencoba bertahan, menelan ludah berkali-kali, tetapi gelombang rasa tidak enak di tubuhnya semakin kuat.“Aku butuh istirahat sebentar…,” gumamnya pelan, sambil berusaha melangkah keluar dari studio.Wajahnya pucat disertai banyak buliran peluh di pelipisnya.Namun, saat kakinya baru dua kali melangkah, pandangannya mulai berputar. Dunia di sekelilingnya bergoyang. Keringat dingin membasahi hingga ke lehernya.Dengan langkah tertatih, Zanitha berhasil sampai ke kamar mandi di dalam studio.Begitu pintu tertutup, ia langsung berlutut di depan kloset, memuntahkan isi perutnya dengan hebat.Air mata Zanitha mengalir di pipinya saat muntahan tidak kunjung berhenti. Perutnya terasa diremas d

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Percaya

    Suasana ruang makan yang biasanya tenang kini mencekam dan sebentar lagi akan berubah menjadi arena pertengkaran yang dipenuhi ketegangan.Cahaya pagi yang masuk dari jendela tinggi tak mampu menghangatkan ruangan, karena hawa dingin yang berasal dari tatapan tajam Ananta kepada Zanitha mengalahkan segalanya.Zanitha masih duduk di tempatnya, menggenggam iPad yang baru saja dilemparkan oleh Ananta.Layar di tangannya menampilkan serangkaian berita dengan foto-foto ‘mesra’-nya bersama Elias.Di seberangnya, Ananta duduk dengan rahang mengeras, napasnya memburu, serta kedua tangannya mengepal di atas meja.“Apa yang kamu lakukan dengan Elias?” suara Ananta akhirnya keluar—serak, dingin, dan dipenuhi dengan kemarahan yang berusaha pria itu tahan.Zanitha menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca, bukan karena takut, melainkan karena kecewa.Ia menggeleng pelan, berusaha menjelaskan.“Ta… ini enggak seperti yang kamu pikirkan.” Dia mengulang karena entah harus menjelaskan mulai da

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Gosip Miring

    “Sayang, aku pergi ya ….” Zanitha datang ke ruang makan dengan langkah terburu-buru, mengecup pipi Ananta kemudian pergi.“Kamu enggak sarapan dulu?” Ananta berteriak karena langkah Zanitha nyaris melewati batas antara ruang makan dengan living room. “Aku sarapan sama Elias dan photographer sambil diskusi tentang pemotretan besok.” Dan Zanitha masih sempat menjelaskan meski harus berteriak.Setelah itu Zanitha melanjutkan langkah keluar dari mansion untuk masuk ke dalam mobil Elias.Rahang Ananta mengeras, satu tangannya mengepal di atas meja.Pria itu tidak suka situasi seperti ini, semestinya sebagai istri-Zanitha menemaninya sarapan pagi lalu mengantarnya hingga teras.Kebiasaan itu tidak bisa mereka lakukan lagi karena akal-akal Elias yang ingin merebut hati istrinya.“Brengsek!” Ananta menggeram.Sementara di dalam mobil, Zanitha tidak bersuara usai menyapa Elias dengan kalimat ‘Selamat Pagi’ ketika masuk tadi.“Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” Elias bertanya karena

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Photoshoot

    Matahari pagi menyinari mansion megah Von Rotchschild milik Ananta dengan cahaya keemasan.Ananta berdiri di depan kamar mereka, sudah dibalut setelan jas hitam dengan dasi yang belum terikat sempurna.Di hadapannya, Zanitha sedang berdiri mengenakan blazer putih dan celana panjang krem yang membuatnya terlihat elegan sekaligus profesional.Hari ini, Zanitha akan pergi menemui para perancang busana kelas dunia bersama Elias.Sesuatu yang membuat dada Ananta terasa sesak.Pria itu tidak suka ini.Namun, Ananta tahu bisnis tetap bisnis.Zanitha sibuk merapikan dirinya di depan cermin saat ia tiba-tiba merasakan sesuatu yang hangat menyentuh pinggangnya dari belakang.Ananta.Tanpa bicara, pria itu melingkarkan lengannya di pinggang Zanitha, menarik tubuhnya lebih dekat.“Ta?” Zanitha menoleh, sedikit terkejut.Ananta tidak menjawab kemudian memutar tubuh Zanitha agar menghadapnya.Setelah itu, Ananta menempelkan keningnya ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status