Setelah menyaksikan matahari terbit, Ivy membuat sunny side up-sarapan sederhana untuknya dan Jonathan. Dia tampak seperti biasanya. Tersenyum dan bicara pada Jonathan dengan santai, seolah tak terjadi apapun. Bahkan dia bersikap mesra dan bersikap manja pada lelaki itu seperti yang sering dia lakukan pada Jonathan. “Bagaimana sarapan buatanku? Enak?” tanya Ivy yang masih menikmati sarapannya. Sambil menguyah, dia menatap Jonathan dengan penuh penasaran akan pendapat Jonathan mengenai sarapan buatannya. Jonathan tidak menjawab segera. Dia malah menatap telur di piringnya itu. Lalu kembali mengangkat bola matanya melihat Ivy. “Lumayan. Selama telurnya tidak gosong, akan enak di makan.” Ivy tersenyum karena merasa puas dengan jawaban Jonathan. Meski hanya masakan biasa-yang semua orang pun bisa melakukannya, tapi Ivy senang dapat pujian dari Jonathan. Setelah sarapan, mereka menjelajahi tempat di sana. Ivy menikmati liburannya dengan senyuman lebar seolah hatinya baik-baik saja. Sik
Tavisa tersenyum lebar melihat kedatangan Jonathan. Dia pun berdiri dan berlari menghampiri Jonathan yang melangkah ke ruangan itu."Sayang!" Bahkan Tavisa melempar tubuhnya pada Jonathan. Dia memeluk erat lelaki itu.Jonathan terkejut sampai dia menghentikan langkahnya. Saking terkejutnya, Jonathan sampai tak membalas pelukan Tavisa. Matanya tertuju pada Ivy yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi kaget. Lalu detik selanjutnya, Jonathan beralih melihat Nyonya Rukmana yang berdiri menatap ke arahnya dengan tatapan serius dan tajam. Dia tahu dari ekspresi sang nenek yang sedang marah kepadanya."Jonathan, perempuan itu datang kemari dan meminta maaf pada nenek karena pernikahan kalian diundur. Sebenarnya apa yang terjadi Jo? Jelaskan pada nenek! Kenapa ada perempuan asing datang kemari dan mengaku sebagai tunangan mu? Bukankah Ivy adalah tunangan yang pernah kau ceritakan pada nenek?" Nyonya Rukmana tidak sabar ingin mendengar penjelasan Jonathan tentang siapa Tavisa. Dia menjadi bi
Jonathan merasa bersalah pada neneknya setelah mendengar ucapan sang nenek. Bahkan itu membuatnya tak bisa berkata-kata. "Nenek sangat kecewa padamu Jonathan!" Nyonya Rukmana sangat marah sampai dia meninggalkan Jonathan. "Nyonya Rukmana, tunggu sebentar!" Nyonya Rani yang menemani Tavisa, belum puas bicara dengan Nyonya Rukmana hingga dia menyahut untuk menahan Nyonya Rukmana tapi dia ditahan Jonathan ketika ingin mengejar Nyonya Rukmana."Nenek sedang marah Bi. Jadi tolong jangan ganggu dulu," kata Jonathan.Nyonya Rani pun kembali duduk di tempatnya.Ivy yang masih di sana, juga meninggalkan Jonathan karena merasa tidak punya kepentingan di sana. Dia hanya menjadi semakin cemburu melihat Jonathan bersama kekasih aslinya jika terus berada di tempat itu.Jonathan menghela nafas panjangnya. Raut wajahnya tampak tidak senang. Sementara Tavisa menunjukkan ekspresi menyesal. Padahal dia sudah merencanakannya. "Sayang, apa aku sudah membuat kekacauan?"Jonathan menoleh melihat Tavisa de
Setelah lama berpikir di kamar, akhirnya Ivy mengambil keputusan untuk meninggalkan Kediaman Graham. Menurutnya, dia sudah tidak pantas tinggal di rumah ini karena semua orang sudah tahu tentang statusnya yang hanya seorang pengantin bayaran. Terlebih, tunangan asli Jonathan sudah sadar. Tavisa pasti akan sering datang ke rumah ini untuk bertemu Jonathan. Ivy berpikir, bahwa kehadirannya di rumah ini hanya akan membuat dirinya menjadi perempuan murahan.Ivy menarik kopernya keluar dari kamar. Dia dikejutkan oleh Nyonya Selfia dan Selena yang berdiri di depan kamarnya. Tatapan Selena tampak sedih tapi tidak dengan Nyonya Selfia. Nyonya Selfia malah menatap sinis kepadanya. Bahkan tersenyum miring, dengan tatapan menghina."Aku sudah dengar semua yang dikatakan pelayan. Ternyata kau itu cuma pengantin bayaran saja. Huh, gayamu sudah seperti istri yang begitu dicintai anakku. Ternyata kau hanya wanita murahan yang dipungut oleh anakku. Memalukan sekali!" Nyonya Selfia baru saja mendengar
Selena mendatangi neneknya di kamar sang nenek untuk memberitahu tentang kepergian Ivy. Bahkan Selena tidak mengetuk pintu. Dia langsung membuka pintu sambil berseru. "Nenek Amma!"Nyonya Rukmana yang duduk di sofa depan jendela, menoleh ke arah pintu. Dia tak senang melihat Selena masuk ke kamarnya begitu saja. Apalagi Selena berteriak. "Selena, apa kau tidak tahu caranya bersikap sopan santun? Kau masuk tanpa mengetuk pintu."Selena seketika menundukkan wajahnya karena baru sadar dengan sikap tak sopannya itu. "Maaf nenek! Aku panik sampai masuk tanpa izin.""Apa yang membuatmu panik?" tanya Nyonya Rukmana penasaran."Ini tentang Ivy. Kak Ivy baru saja meninggalkan rumah. Dia bawa semua barangnya Nek. Dan bilang kalau dia tidak akan kembali ke sini karena kakak akan menikah dengan perempuan lain. Nenek, tolong lakukan sesuatu! Aku tidak mau Kak Jo menikahi perempuan lain selain Kak Ivy. Aku sudah nyaman dengan kehadiran Kak Ivy di rumah ini." Selena terus bicara tanpa henti dengan k
Sekitar pukul delapan malam, Jonathan ikut makan malam bersama keluarganya. Namun Nyonya Rukmana tidak turun makan malam bersama. Itu membuat semua orang yakin bahwa Nyonya Rukmana sangat marah. Terutama Jonathan yang semakin khawatir pada neneknya. Rasa bersalahnya pun semakin besar karena sudah membuat neneknya kecewa sampai sang nenek tidak ingin menunjukkan dirinya."Jo, coba kau temui lagi nenekmu di kamarnya. Bujuklah dia supaya mau makan. Sejak tadi siang, beliau tidak keluar dari kamarnya," sahut Nyonya Selfia melihat anaknya yang sedang makan di depannya."Bu, aku saja yang coba bicara dengan nenek. Mungkin beliau bersedia mendengarkan ku," imbuh Cakra yang ingin berdiri.Namun Jonathan tiba-tiba ikut berdiri sambil menatap dingin Cakra. "Aku yang sudah buat nenek marah, jadi aku sendiri yang harus menyelesaikannya. Aku tidak memerlukan bantuan orang lain."Cakra malah tersenyum smirk. Raut wajahnya terlihat santai. "Walau bukan cucu kandung nenek tapi aku sudah menjadi bagia
Ivy sudah bersiap untuk pergi ke lokasi syutingnya. Pagi-pagi sekali dia bangun dan olahraga lari di sekitaran kompleks rumahnya seperti kebiasaan yang dulu dia lakukan ketika masih tinggal di sana. Kebiasaan itu tidak pernah dia lakukan lagi sejak tinggal di rumah Jonathan.Ivy kini berdiri di depan rumah, menunggu taksi. Namun, mobil yang sering mengantar jemputnya, tiba-tiba berhenti di depannya. Edy yang mengendarai mobil itu, turun dari mobil dan buru-buru membuka pintu mobilnya untuk Ivy."Sedang apa kau di sini Edy?" tanya Ivy yang sedikit kaget dan heran melihat Edy datang."Tentu saja untuk mengantar nyonya ke lokasi syuting.""Aku sudah bukan istri tuanmu lagi, Edy. Sebentar lagi kami akan bercerai dan aku sudah keluar dari rumah tuanmu. Jadi kau tidak perlu lagi mengantarku ke manapun," jelas Ivy dengan tegas."Nyonya masih bekerja di SN Entertainment, agensi milik Tuan Jonathan dan saya masih manajer artis yang sudah ditunjuk Tuan Jonathan. Jadi walau Anda bukan istri Tuan
Ivy baru saja diperiksa oleh Dokter. Dia dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya. Edy dan kru yang mengantar Ivy ke rumah sakit, terkejut mendengar kabar itu. Terutama Ivy yang baru saja sadar dan mendengar ucapan dokter tersebut. Dia tidak menyangka bahwa dirinya hamil anak Jonathan di saat hubungannya dengan Jonathan akan berakhir. Namun kehamilannya itu tak membuatnya terpuruk, malah Ivy merasa bersyukur karena kehadiran janin itu akan membuat hidupnya semakin berarti. 'Janin ini adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki saat ini. Aku akan mempertahankan nya apapun yang terjadi,' batin Ivy.Sehari telah berlalu, Edy masuk ke kamar inap Ivy. Raut wajahnya tampak serius dan itu membuat Ivy penasaran."Ada apa Edy?" tanya Ivy kemudian."Kabar tentang Anda masuk rumah sakit, sudah diketahui media. Bahkan mereka tahu Anda hamil. Dan beberapa wartawan ada di depan rumah sakit Nyonya. Mereka ingin mewawancarai Anda langsung," jelas Edy.Ivy terkejut mendengar kehamilannya terse