Setelah lama berpikir di kamar, akhirnya Ivy mengambil keputusan untuk meninggalkan Kediaman Graham. Menurutnya, dia sudah tidak pantas tinggal di rumah ini karena semua orang sudah tahu tentang statusnya yang hanya seorang pengantin bayaran. Terlebih, tunangan asli Jonathan sudah sadar. Tavisa pasti akan sering datang ke rumah ini untuk bertemu Jonathan. Ivy berpikir, bahwa kehadirannya di rumah ini hanya akan membuat dirinya menjadi perempuan murahan.Ivy menarik kopernya keluar dari kamar. Dia dikejutkan oleh Nyonya Selfia dan Selena yang berdiri di depan kamarnya. Tatapan Selena tampak sedih tapi tidak dengan Nyonya Selfia. Nyonya Selfia malah menatap sinis kepadanya. Bahkan tersenyum miring, dengan tatapan menghina."Aku sudah dengar semua yang dikatakan pelayan. Ternyata kau itu cuma pengantin bayaran saja. Huh, gayamu sudah seperti istri yang begitu dicintai anakku. Ternyata kau hanya wanita murahan yang dipungut oleh anakku. Memalukan sekali!" Nyonya Selfia baru saja mendengar
Selena mendatangi neneknya di kamar sang nenek untuk memberitahu tentang kepergian Ivy. Bahkan Selena tidak mengetuk pintu. Dia langsung membuka pintu sambil berseru. "Nenek Amma!"Nyonya Rukmana yang duduk di sofa depan jendela, menoleh ke arah pintu. Dia tak senang melihat Selena masuk ke kamarnya begitu saja. Apalagi Selena berteriak. "Selena, apa kau tidak tahu caranya bersikap sopan santun? Kau masuk tanpa mengetuk pintu."Selena seketika menundukkan wajahnya karena baru sadar dengan sikap tak sopannya itu. "Maaf nenek! Aku panik sampai masuk tanpa izin.""Apa yang membuatmu panik?" tanya Nyonya Rukmana penasaran."Ini tentang Ivy. Kak Ivy baru saja meninggalkan rumah. Dia bawa semua barangnya Nek. Dan bilang kalau dia tidak akan kembali ke sini karena kakak akan menikah dengan perempuan lain. Nenek, tolong lakukan sesuatu! Aku tidak mau Kak Jo menikahi perempuan lain selain Kak Ivy. Aku sudah nyaman dengan kehadiran Kak Ivy di rumah ini." Selena terus bicara tanpa henti dengan k
Sekitar pukul delapan malam, Jonathan ikut makan malam bersama keluarganya. Namun Nyonya Rukmana tidak turun makan malam bersama. Itu membuat semua orang yakin bahwa Nyonya Rukmana sangat marah. Terutama Jonathan yang semakin khawatir pada neneknya. Rasa bersalahnya pun semakin besar karena sudah membuat neneknya kecewa sampai sang nenek tidak ingin menunjukkan dirinya."Jo, coba kau temui lagi nenekmu di kamarnya. Bujuklah dia supaya mau makan. Sejak tadi siang, beliau tidak keluar dari kamarnya," sahut Nyonya Selfia melihat anaknya yang sedang makan di depannya."Bu, aku saja yang coba bicara dengan nenek. Mungkin beliau bersedia mendengarkan ku," imbuh Cakra yang ingin berdiri.Namun Jonathan tiba-tiba ikut berdiri sambil menatap dingin Cakra. "Aku yang sudah buat nenek marah, jadi aku sendiri yang harus menyelesaikannya. Aku tidak memerlukan bantuan orang lain."Cakra malah tersenyum smirk. Raut wajahnya terlihat santai. "Walau bukan cucu kandung nenek tapi aku sudah menjadi bagia
Ivy sudah bersiap untuk pergi ke lokasi syutingnya. Pagi-pagi sekali dia bangun dan olahraga lari di sekitaran kompleks rumahnya seperti kebiasaan yang dulu dia lakukan ketika masih tinggal di sana. Kebiasaan itu tidak pernah dia lakukan lagi sejak tinggal di rumah Jonathan.Ivy kini berdiri di depan rumah, menunggu taksi. Namun, mobil yang sering mengantar jemputnya, tiba-tiba berhenti di depannya. Edy yang mengendarai mobil itu, turun dari mobil dan buru-buru membuka pintu mobilnya untuk Ivy."Sedang apa kau di sini Edy?" tanya Ivy yang sedikit kaget dan heran melihat Edy datang."Tentu saja untuk mengantar nyonya ke lokasi syuting.""Aku sudah bukan istri tuanmu lagi, Edy. Sebentar lagi kami akan bercerai dan aku sudah keluar dari rumah tuanmu. Jadi kau tidak perlu lagi mengantarku ke manapun," jelas Ivy dengan tegas."Nyonya masih bekerja di SN Entertainment, agensi milik Tuan Jonathan dan saya masih manajer artis yang sudah ditunjuk Tuan Jonathan. Jadi walau Anda bukan istri Tuan
Ivy baru saja diperiksa oleh Dokter. Dia dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya. Edy dan kru yang mengantar Ivy ke rumah sakit, terkejut mendengar kabar itu. Terutama Ivy yang baru saja sadar dan mendengar ucapan dokter tersebut. Dia tidak menyangka bahwa dirinya hamil anak Jonathan di saat hubungannya dengan Jonathan akan berakhir. Namun kehamilannya itu tak membuatnya terpuruk, malah Ivy merasa bersyukur karena kehadiran janin itu akan membuat hidupnya semakin berarti. 'Janin ini adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki saat ini. Aku akan mempertahankan nya apapun yang terjadi,' batin Ivy.Sehari telah berlalu, Edy masuk ke kamar inap Ivy. Raut wajahnya tampak serius dan itu membuat Ivy penasaran."Ada apa Edy?" tanya Ivy kemudian."Kabar tentang Anda masuk rumah sakit, sudah diketahui media. Bahkan mereka tahu Anda hamil. Dan beberapa wartawan ada di depan rumah sakit Nyonya. Mereka ingin mewawancarai Anda langsung," jelas Edy.Ivy terkejut mendengar kehamilannya terse
Jonathan kini sampai di rumah Ivy. Namun di depan rumah istrinya itu, banyak wartawan hingga Jonathan hanya duduk di dalam mobil."Kita tidak bisa masuk karena banyak wartawan. Kalau kita turun dan menunjukkan diri, mereka pasti akan mencari tahu tentang hubungan Anda dengan Nyonya Ivy. Jadi apa yang harus kita lakukan Tuan?" sahut Danny dengan serius.Jonathan tidak segera menjawab Danny. Dia diam menatap semua wartawan itu. Danny menoleh ke belakang dan khawatir melihat tatapan tajam tuannya yang mengarah ke para wartawan itu."Apa sebaiknya kita kembali saja tuan? Kalau tuan ingin tahu mengenai kehamilan nyonya, sebaiknya kita utusa orang lain saja, tuan." Danny kembali menyahut untuk memberikan solusi pada Jonathan karena mengira tuannya itu bingung harus berbuat apa."Tidak. Aku tidak akan kembali. Kita sudah di sini. Jadi aku harus bertemu langsung dengan Ivy. Itu akan membuatku tenang.""Sekarang berita Nyonya Ivy hamil, diketahui banyak orang. Nama baik nyonya mungkin akan han
"Aku tidak butuh perhatianmu. Jadi singkirkan tanganmu dariku." Ivy bicara dengan nada suara yang begitu tegas. Bahkan lirikan matanya pada Jonathan, tajam seolah pria yang duduk di sampingnya itu adalah musuhnya.Jonathan sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Ivy tapi dia tetap menyingkirkan tangannya yang menyentuh kepala Ivy. "Ivy, aku sudah mendengar dari Danny tentang kehamilanmu …,""Aku tidak akan menggugurkan bayi ini dan juga tidak akan minta kamu untuk bertanggungjawab. Perceraian tetap kita lakukan sesuai rencana kita." Ivy mengira Jonathan memintanya untuk menggugurkan kandungannya. Karena itu, dia memotong ucapan Jonathan dengan keinginan kerasnya untuk mempertahankan janinnya."Aku tidak berencana untuk menyuruhmu mengugurkan bayi itu. Aku malah ingin kamu mempertahankannya karena anak itu tidak berdosa. Lagipula kita menikah sah, Ivy. Jadi tidak ada alasan untuk mengugurkan nya," jelas Jonathan dengan tegas."Lalu kenapa kau datang kemari?" tanya Ivy yang penasaran
Nenek Rukmana baru saja diberitahu oleh asistennya tentang berita kehamilan Ivy. Dia tentu saja menganggap anak dalam kandungan Ivy adalah anak Jonathan. Karena itu, Nyonya Rukmana berencana untuk membawa Ivy meski dia masih benci dan kecewa pada Ivy. Dia harus mengabaikan kekecewaannya pada Ivy demi keturunan Graham."Aku harus membawa Ivy kembali ke rumah ini. Dia sedang mengandung keturunan keluarga ini. Jadi, dia wajib berada di rumah ini dan berhak mendapat sebagian harta warisanku." Nyonya Rukmana berbicara dengan asistennya yang diam di depannya tapi asisten itu tahu jelas keinginan Nyonya Rukmana saat ini."Apa saya bicara dengan pengacara keluarga untuk mengubah surat wasiat Anda, Nyonya?" tanya sang asisten memastikan."Kita bawa Ivy dulu ke rumah.""Baik." Asisten itu mengangguk kemudian mengikuti Nyonya Rukmana yang berjalan keluar dari kamarnya. Nyonya Rukmana dan asistennya kini menuruni tangga. Wanita berusia 69 tahun itu, melihat Tavisa dan Nyonya Selfia mengobrol di