Nyonya Selfia menoleh ke Jonathan. "Jo, apa yang sudah kamu lakukan? Kenapa kamu memutuskan hubungan keluarga kita dengan keluarga Aneska? Apa kamu lupa kalau keluarga kita dan keluarga Aneska sudah lama menjalin hubungan kerjasama?""Aku sudah melakukan hal yang benar dengan menyingkirkan orang-orang berhati busuk dari keluarga kita." Lalu Jonathan menoleh ke Aneska yang masih berlutut menunduk di hadapannya. Dia memandang dingin perempuan itu. "Aneska, jangan pura-pura polos lagi di depanku!"Aneska mengangkat kepalanya, mendongak menatap Jonathan. "Apa maksudmu Kak Jo? Aku tidak mengerti."Aneska malu dan takut mengakui kesalahannya meski dia sudah tahu bahwa perbuatannya sudah ketahuan oleh Jonathan. Jonathan tersenyum sinis melihat Aneska masih saja tidak mau mengakui perbuatannya. "Aku sudah tahu apa yang kau lakukan pada istriku, Aneska. Kau menculiknya dan membuatnya hampir dinodai oleh orang-orang suruhanmu. Benar-benar kejam. Apa kau tahu, kenapa aku tidak membawamu ke kant
"Ivy!" Tiba-tiba Jonathan datang dari dalam yang membuat kedua perempuan itu berhenti bicara dan menoleh bersamaan ke arah Jonathan."Kenapa kamu pulang?" tanya Jonathan penasaran, sebab setahunya, Ivy masih harus dirawat di rumah sakit."Aku tidak sabar ingin bertemu dengan Aneska."Jonathan tidak menanggapi Ivy. Dia malah beralih menatap Aneska. "Ingat peringatanku tadi Anes. Sekarang pergilah!"Tanpa mengatakan apapun lagi, Aneska pergi dari rumah Jonathan dengan mengendarai mobilnya sendiri. Kemudian Jonathan menarik Ivy ke mobilnya. Itu membuat Ivy bingung dan penasaran."Bukannya kamu bawa aku masuk rumah, kamu malah bawa aku ke mobil," sahut Ivy."Sudah. Masuk saja ke mobil!" titah Jonathan."Aku nggak mau masuk kalau kamu nggak kasih tahu kita mau ke mana?" Bibir Ivy cemberut, kesal karena kelakuan Jonathan.Jonathan menghela nafasnya melihat Ivy tidak langsung menurutinya saja tapi dia tetap lembut menatap Ivy. "Dokter bilang, kau butuh perawatan di rumah sakit. Belum boleh
Ivy dan Jonathan sudah berdiskusi tentang rencana liburan mereka yang pertama kalinya setelah menikah. Dan sudah lama sekali, Ivy ingin liburan di wisata pengunungan, menikmati pemandangan alam, menikmati matahari pagi yang menyejukkan mata. Jonathan yang tidak pernah liburan ke tempat terbuka, sempat menolak keinginan Ivy karena dia sudah merencanakan liburannya ke Eropa. Namun bujukan Ivy mampu membuat Jonathan mengubah rencananya.Setelah Jonathan setuju, Ivy mulai menyiapkan barang-barang dan saat ini, Ivy sedang memasukkan beberapa potong pakaiannya ke dalam koper miliknya.Jonathan yang sibuk bicara dengan Danny tentang pekerjaan, mendatangi Ivy. Sesaat dia hanya berdiri diam di belakang Ivy, memperhatikan istrinya yang sibuk dengan pakaian nya. Lalu dia berjalan selangkah mendekati Ivy. "Kita cuma liburan, bukan pindah rumah. Jadi untuk apa mengambil banyak pakaian? Cukup tiga pasang pakaian saja!""Walau cuma tiga hari tapi aku tetap harus bawa banyak pakaian karena bisa saja
Berlibur setelah sekian lama, bukan hanya keinginannya atau karena untuk menghilangkan trauma Ivy gara-gara kejadian penculikan beberapa hari lalu. Namun juga ingin menyenangkan Ivy terlebih dulu sebelum bicara baik-baik tentang perceraian mereka agar perceraian itu tidak membuat Ivy trauma dalam berhubungan seperti yang pernah terjadi pada Ivy karena gagal menikah dengan kekasihnya.Mereka kini sampai di tempat liburan mereka di alam terbuka. Mobil besar yang dijadikan tempat tidur selama liburan pun, sudah ada di sana. Ivy berlari keluar dari mobil dan mendatangi mobil sebesar mobil bus itu untuk memastikan apakah mobil itu sesuai permintaannya. "Wah, seperti yang kubayangkan! Ada tempat tidurnya dan kamar mandinya!" kata Ivy yang sudah ada di dalam mobil itu.Jonathan pun ada di sana. Dia berdiri di belakang Ivy. "Danny memang tidak pernah mengecewakan permintaan atasannya. Dia selalu memenuhi semua keinginanmu. Bahkan lebih dari yang kau bayangkan."Ivy menoleh dengan senyuman p
Ivy kini berbaring di ranjang-di dalam mobil besar itu. Dia tertidur setelah mengganti pakaian basahnya dengan pakaian kering. Sementara Jonathan tengah memasak makanan untuk dia makan bersama Ivy. Saat masakan Jonathan hampir selesai, Ivy membuka matanya dan kedua matanya itu langsung tertuju pada Jonathan yang berdiri di dapur. Sambil memegang kepalanya yang terasa berat, Ivy bergerak bangun hingga duduk di sana menatap punggung lebar suaminya. Lalu, Ivy turun dari kasur dan melangkah mendatangi Jonathan. “Kau sedang apa Jo?” Jonathan terkejut mendengar suara istrinya. Dia pun segera menoleh ke samping kanan di mana Ivy berdiri. “Kenapa bangun? Harusnya kau tidur saja sampai aku selesai memasak.” “Aku sudah merasa lebih baik.” Ivy kemudian memperhatikan sesuatu yang dimasak Jonathan, “kamu masak apa sih?” “Sup daging. Ini akan menghangatkan tubuhmu.” Jonathan menjawab sembari mengaduk sup di atas kompor menyala. “Kamu bisa masak?” Raut wajah Ivy tampak tak percaya jika suaminy
"Amma itu nama panggilan nenek tapi cuma kakek saja yang memanggilnya seperti itu. Jadi kita semua menganggap itu panggilan kesayangan kakek untuk nenek," jelas Jonathan."Lalu kenapa nenek malah suruh aku panggil beliau Amma? Itu kan tidak pantas menurutku?" tanya Ivy penasaran."Itu untuk menunjukkan pada semua orang bahwa kamu sudah diakui oleh nenek di Keluarga Graham. Dan artinya, beliau sudah menyayangi kamu tapi yang membuatku penasaran adalah kamu.""Aku kenapa?" tanya Ivy bingung melihat Jonathan."Nenek tidak mudah percaya pada orang. Jadi aku bertanya-tanya, apa yang sudah kamu lakukan pada beliau sampai beliau mengakui mu?" "Aku tidak melakukan apapun. Mungkin saja beliau hanya ingin cucunya punya kehidupan pernikahan yang baik. Karena itu beliau mengakui ku di depan ibumu supaya ibumu berhenti ikut campur dalam pernikahan kita." Jika memikirkan nya, Ivy memang tidak melakukan hal spesial demi mengambil hati Nyonya Rukmana. Dia pun tidak pernah berpikir untuk mendapatkan
Tavisa kembali menyuruh orang untuk menyelidiki Jonathan. Dan orang suruhannya itu datang melaporkan semuanya. Termasuk pernikahan Jonathan dengan Ivy. Tavisa yang tahu itu, syok dan sakit hati. Dia merasa hancur karena pernikahan Jonathan dengan perempuan lain. Bahkan Jonathan tidak mengatakan apapun. Di kamar inap itu, Tavisa mengamuk, melampiaskan kemarahannya dengan melempar semua barang di kamar itu."Aaaaa, kamu jahat Jo!" teriak Tavisa lalu menjatuhkan dirinya di lantai.Perempuan itu seketika menangis sedih. "Jahat. Hiks, hiks, hiks! Teganya kamu mengkhianatiku di saat aku menderita seperti ini. Kamu malah menikah saat aku koma."Pintu terbuka. Nyonya Rani, bibi kandung Tavisa, masuk dan terkejut melihat keponakannya menangis. Ditambah kamar inap yang berantakan."Astaga Tavisa! Apa yang terjadi? Kenapa kau membuat kamarnya berantakan? Kau tahu ini bukan kamarmu tapi kamar rumah sakit." Nyonya Rani mengoceh sembari memungut vas bunga yang berserakan di lantai."Bukannya bibi
Jonathan balik badan ke arah tempat Ivy. Tangannya bergerak untuk memeluk Ivy tapi dia tidak menemukan istrinya hingga tangan itu meraba-raba, mencari istrinya di sana tapi tetap tak ada. Akhirnya Jonathan membuka matanya dan melihat tidak ada siapapun di sampingnya. Dia mengangkat kepalanya, mencari sosok istrinya di sana tapi Ivy tak ada di dalam mobil itu hingga Jonathan bangun dan keluar dari mobil untuk mencari Ivy."Ivy!" seru Jonathan sambil berlari menghampiri Ivy.Ivy menoleh tapi tak mengatakan apapun. Dia hanya melihat Jonathan yang kini berdiri di sampingnya."Bukannya tidur, kau malah berdiri di sini? Kau tahu, angin malam bisa membuat orang sakit," ucap Jonathan."Aku tahu tapi karena tidak bisa tidur, aku kemari mencari udara segar." Ivy bicara tanpa melihat Jonathan. Dia hanya memperhatikan langit malamnya."Apa yang membuatmu tidak bisa tidur? Apa karena perceraian kita? Apa kau keberatan karena kita bercerai sebelum waktunya tiba?" Tiba-tiba Jonathan khawatir ucapan