Ivy dan Jonathan sudah berdiskusi tentang rencana liburan mereka yang pertama kalinya setelah menikah. Dan sudah lama sekali, Ivy ingin liburan di wisata pengunungan, menikmati pemandangan alam, menikmati matahari pagi yang menyejukkan mata. Jonathan yang tidak pernah liburan ke tempat terbuka, sempat menolak keinginan Ivy karena dia sudah merencanakan liburannya ke Eropa. Namun bujukan Ivy mampu membuat Jonathan mengubah rencananya.Setelah Jonathan setuju, Ivy mulai menyiapkan barang-barang dan saat ini, Ivy sedang memasukkan beberapa potong pakaiannya ke dalam koper miliknya.Jonathan yang sibuk bicara dengan Danny tentang pekerjaan, mendatangi Ivy. Sesaat dia hanya berdiri diam di belakang Ivy, memperhatikan istrinya yang sibuk dengan pakaian nya. Lalu dia berjalan selangkah mendekati Ivy. "Kita cuma liburan, bukan pindah rumah. Jadi untuk apa mengambil banyak pakaian? Cukup tiga pasang pakaian saja!""Walau cuma tiga hari tapi aku tetap harus bawa banyak pakaian karena bisa saja
Berlibur setelah sekian lama, bukan hanya keinginannya atau karena untuk menghilangkan trauma Ivy gara-gara kejadian penculikan beberapa hari lalu. Namun juga ingin menyenangkan Ivy terlebih dulu sebelum bicara baik-baik tentang perceraian mereka agar perceraian itu tidak membuat Ivy trauma dalam berhubungan seperti yang pernah terjadi pada Ivy karena gagal menikah dengan kekasihnya.Mereka kini sampai di tempat liburan mereka di alam terbuka. Mobil besar yang dijadikan tempat tidur selama liburan pun, sudah ada di sana. Ivy berlari keluar dari mobil dan mendatangi mobil sebesar mobil bus itu untuk memastikan apakah mobil itu sesuai permintaannya. "Wah, seperti yang kubayangkan! Ada tempat tidurnya dan kamar mandinya!" kata Ivy yang sudah ada di dalam mobil itu.Jonathan pun ada di sana. Dia berdiri di belakang Ivy. "Danny memang tidak pernah mengecewakan permintaan atasannya. Dia selalu memenuhi semua keinginanmu. Bahkan lebih dari yang kau bayangkan."Ivy menoleh dengan senyuman p
Ivy kini berbaring di ranjang-di dalam mobil besar itu. Dia tertidur setelah mengganti pakaian basahnya dengan pakaian kering. Sementara Jonathan tengah memasak makanan untuk dia makan bersama Ivy. Saat masakan Jonathan hampir selesai, Ivy membuka matanya dan kedua matanya itu langsung tertuju pada Jonathan yang berdiri di dapur. Sambil memegang kepalanya yang terasa berat, Ivy bergerak bangun hingga duduk di sana menatap punggung lebar suaminya. Lalu, Ivy turun dari kasur dan melangkah mendatangi Jonathan. “Kau sedang apa Jo?” Jonathan terkejut mendengar suara istrinya. Dia pun segera menoleh ke samping kanan di mana Ivy berdiri. “Kenapa bangun? Harusnya kau tidur saja sampai aku selesai memasak.” “Aku sudah merasa lebih baik.” Ivy kemudian memperhatikan sesuatu yang dimasak Jonathan, “kamu masak apa sih?” “Sup daging. Ini akan menghangatkan tubuhmu.” Jonathan menjawab sembari mengaduk sup di atas kompor menyala. “Kamu bisa masak?” Raut wajah Ivy tampak tak percaya jika suaminy
"Amma itu nama panggilan nenek tapi cuma kakek saja yang memanggilnya seperti itu. Jadi kita semua menganggap itu panggilan kesayangan kakek untuk nenek," jelas Jonathan."Lalu kenapa nenek malah suruh aku panggil beliau Amma? Itu kan tidak pantas menurutku?" tanya Ivy penasaran."Itu untuk menunjukkan pada semua orang bahwa kamu sudah diakui oleh nenek di Keluarga Graham. Dan artinya, beliau sudah menyayangi kamu tapi yang membuatku penasaran adalah kamu.""Aku kenapa?" tanya Ivy bingung melihat Jonathan."Nenek tidak mudah percaya pada orang. Jadi aku bertanya-tanya, apa yang sudah kamu lakukan pada beliau sampai beliau mengakui mu?" "Aku tidak melakukan apapun. Mungkin saja beliau hanya ingin cucunya punya kehidupan pernikahan yang baik. Karena itu beliau mengakui ku di depan ibumu supaya ibumu berhenti ikut campur dalam pernikahan kita." Jika memikirkan nya, Ivy memang tidak melakukan hal spesial demi mengambil hati Nyonya Rukmana. Dia pun tidak pernah berpikir untuk mendapatkan
Tavisa kembali menyuruh orang untuk menyelidiki Jonathan. Dan orang suruhannya itu datang melaporkan semuanya. Termasuk pernikahan Jonathan dengan Ivy. Tavisa yang tahu itu, syok dan sakit hati. Dia merasa hancur karena pernikahan Jonathan dengan perempuan lain. Bahkan Jonathan tidak mengatakan apapun. Di kamar inap itu, Tavisa mengamuk, melampiaskan kemarahannya dengan melempar semua barang di kamar itu."Aaaaa, kamu jahat Jo!" teriak Tavisa lalu menjatuhkan dirinya di lantai.Perempuan itu seketika menangis sedih. "Jahat. Hiks, hiks, hiks! Teganya kamu mengkhianatiku di saat aku menderita seperti ini. Kamu malah menikah saat aku koma."Pintu terbuka. Nyonya Rani, bibi kandung Tavisa, masuk dan terkejut melihat keponakannya menangis. Ditambah kamar inap yang berantakan."Astaga Tavisa! Apa yang terjadi? Kenapa kau membuat kamarnya berantakan? Kau tahu ini bukan kamarmu tapi kamar rumah sakit." Nyonya Rani mengoceh sembari memungut vas bunga yang berserakan di lantai."Bukannya bibi
Jonathan balik badan ke arah tempat Ivy. Tangannya bergerak untuk memeluk Ivy tapi dia tidak menemukan istrinya hingga tangan itu meraba-raba, mencari istrinya di sana tapi tetap tak ada. Akhirnya Jonathan membuka matanya dan melihat tidak ada siapapun di sampingnya. Dia mengangkat kepalanya, mencari sosok istrinya di sana tapi Ivy tak ada di dalam mobil itu hingga Jonathan bangun dan keluar dari mobil untuk mencari Ivy."Ivy!" seru Jonathan sambil berlari menghampiri Ivy.Ivy menoleh tapi tak mengatakan apapun. Dia hanya melihat Jonathan yang kini berdiri di sampingnya."Bukannya tidur, kau malah berdiri di sini? Kau tahu, angin malam bisa membuat orang sakit," ucap Jonathan."Aku tahu tapi karena tidak bisa tidur, aku kemari mencari udara segar." Ivy bicara tanpa melihat Jonathan. Dia hanya memperhatikan langit malamnya."Apa yang membuatmu tidak bisa tidur? Apa karena perceraian kita? Apa kau keberatan karena kita bercerai sebelum waktunya tiba?" Tiba-tiba Jonathan khawatir ucapan
Setelah menyaksikan matahari terbit, Ivy membuat sunny side up-sarapan sederhana untuknya dan Jonathan. Dia tampak seperti biasanya. Tersenyum dan bicara pada Jonathan dengan santai, seolah tak terjadi apapun. Bahkan dia bersikap mesra dan bersikap manja pada lelaki itu seperti yang sering dia lakukan pada Jonathan. “Bagaimana sarapan buatanku? Enak?” tanya Ivy yang masih menikmati sarapannya. Sambil menguyah, dia menatap Jonathan dengan penuh penasaran akan pendapat Jonathan mengenai sarapan buatannya. Jonathan tidak menjawab segera. Dia malah menatap telur di piringnya itu. Lalu kembali mengangkat bola matanya melihat Ivy. “Lumayan. Selama telurnya tidak gosong, akan enak di makan.” Ivy tersenyum karena merasa puas dengan jawaban Jonathan. Meski hanya masakan biasa-yang semua orang pun bisa melakukannya, tapi Ivy senang dapat pujian dari Jonathan. Setelah sarapan, mereka menjelajahi tempat di sana. Ivy menikmati liburannya dengan senyuman lebar seolah hatinya baik-baik saja. Sik
Tavisa tersenyum lebar melihat kedatangan Jonathan. Dia pun berdiri dan berlari menghampiri Jonathan yang melangkah ke ruangan itu."Sayang!" Bahkan Tavisa melempar tubuhnya pada Jonathan. Dia memeluk erat lelaki itu.Jonathan terkejut sampai dia menghentikan langkahnya. Saking terkejutnya, Jonathan sampai tak membalas pelukan Tavisa. Matanya tertuju pada Ivy yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi kaget. Lalu detik selanjutnya, Jonathan beralih melihat Nyonya Rukmana yang berdiri menatap ke arahnya dengan tatapan serius dan tajam. Dia tahu dari ekspresi sang nenek yang sedang marah kepadanya."Jonathan, perempuan itu datang kemari dan meminta maaf pada nenek karena pernikahan kalian diundur. Sebenarnya apa yang terjadi Jo? Jelaskan pada nenek! Kenapa ada perempuan asing datang kemari dan mengaku sebagai tunangan mu? Bukankah Ivy adalah tunangan yang pernah kau ceritakan pada nenek?" Nyonya Rukmana tidak sabar ingin mendengar penjelasan Jonathan tentang siapa Tavisa. Dia menjadi bi
“Selamat untuk Nona Ivy! Penerima penghargaan pemeran utama terbaik di drama Putri Terakhir dan penghargaan untuk artis pendatang baru.”Sudah dua tahun berlalu sejak kejadian mengerikan menimpa Ivy. Dia koma selama setahun dan baru pulih setahun belakangan ini. Dia kembali ke dunia hiburan enam bulan lalu untuk menyelesaikan drama yang tertunda karena dirinya.Dua tahun lalu ketika dia berbaring koma, Jonathan melakukan konfrensi pers dan menjelaskan pada semua orang bahwa Ivy adalah istrinya. Jadi semua orang yang dulu menghujatnya, kembali memujanya seperti dewi. Oleh sebab itu, Ivy tidak merasa tertekan ketika kembali ke dunia hiburan. Dia langsung mendapat dukungan dari banyak orang.Hari ini, Ivy mendapat penghargaan karena kerja kerasnya selama ini. Ada Jonathan yang menemaninya datang ke acara penghargaan itu. Namun Ivy merasa sedikit sedih karena saudari tirinya, Naomi tidak hadir dalam acara ini. Padahal Naomi sangat mendambakannya. Meski tidak akur dengan Naomi tapi Ivy tet
Jonathan sedang duduk di samping ranjang rumah sakit di mana Ivy berbaring koma. Sudah dua hari sejak Ivy masuk rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda bahwa Ivy akan sadar kembali. Bahkan masker oksigen masih menempel menutupi hidung dan mulut Ivy. Serta ada monitor tanda vital untuk memantau perkembangan Ivy di Ruang ICU. Kondisinya memang kritis hingga membutuhkan perawatan mendalam.Selama dua hari ini, Jonathan dan keluarganya bergantian menjaga Ivy. Termasuk Nyonya Selfia yang merasa kasihan melihat kondisi Ivy. Wanita paruh baya itu sering menemani ibu mertuanya yang bergantian dengan Jonathan untuk menjaga Ivy. Jonathan tidak bisa menemani Ivy selama dua puluh empat jam meski dia ingin terus berada di sisi Ivy untuk bisa melihat langsung Ivy sadar. Dia disibukkan dengan penyelidikan kecelakaan yang dialami Ivy karena dia yakin bahwa ada orang yang sengaja membunuh Ivy meski mobil yang ditemukan di tempat kejadian, dibeli atas nama Ivy.“Ivy, kau harus bangun dan menatapku langsung.
Ivy sedang istirahat di kamarnya dan tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan itu dari Tavisa. Ivy segera mengangkatnya karena penasaran pada Tavisa yang tiba-tiba menghubunginya. Padahal, mereka belum pernah saling menyapa dengan benar. "Hal penting apa yang ingin dikatakan Tavisa sampai mengajakku bertemu? Apa dia berpikir aku akan menggagalkan pernikahan nya dengan Jonathan?" Ivy bicara sendiri dengan penuh rasa penasaran setelah dia dan Tavisa baru selesai bicara. Tavisa tak banyak basa-basi ketika bicara dengan Ivy. Dia langsung meminta Ivy ke sebuah cafe yang dekat dari Kediaman Graham untuk bertemu dengan alasan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting."Sepertinya aku memang harus bicara berdua dengan Tavisa untuk menjelaskan padanya bahwa aku tidak punya niat jahat padanya. Perceraianku dengan Jonathan tetap dilakukan meski aku mengandung anaknya." Ivy merasa iba pada Tavisa yang pasti sedih dan sakit hati gara-gara kekasihnya malah menghamili wanita lain. Dia
Tavisa marah ketika tahu bahwa Ivy sudah kembali lagi ke Kediaman Graham. Dia mendatangi Jonathan di kantor untuk mengatakan langsung pada Jonathan tentang masalah itu.Perempuan itu berjalan masuk melewati meja resepsionis dengan angkuhnya. Dia tak menoleh sekalipun dan hanya menatap lurus ke depan dengan raut wajah angkuhnya itu."Nona, Nona! Tunggu sebentar!" seru seorang pegawai resepsionis yang berusaha menghentikan Tavisa. Bahkan dia keluar dari meja resepsionis dan berlari menghampiri Tavisa yang kini berdiri di depan lift khusus untuk para atasan tertinggi di perusahaan itu.Tavisa yang sudah menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang melihat sang pegawai itu. "Ada apa?" tanyanya kemudian."Anda ingin ke mana?" tanya si pegawai resepsionis dengan sikapnya yang tetap sopan."Saya mau bertemu dengan tunangan saya." Ekspresi Tavisa tampak tidak senang karena pegawai itu menghalangi jalannya, bahkan bertanya padanya seolah pegawai itu tidak tahu siapa dirinya. Padahal dulu dia s
Ivy terpaksa ikut pulang bersama Nyonya Rukmana meski dia merasa malu pada semua orang di rumah itu. Terutama pada Jonathan dan kekasihnya karena kembali lagi tinggal di Kediaman Graham, padahal dia bukan siapa-siapa selain wanita bayaran.Keduanya kini berada di mobil yang dikendarai supir pribadi Nyonya Rukmana. Ivy hanya diam menatap jalanan di depan. Nyonya Rukmana menoleh dan penasaran dengan diamnya Ivy. Itu bukanlah sifat cucu menantunya jika sedang bersama dengannya. Ivy akan selalu mencari topik pembicaraan jika bersamanya dan suasananya pun akan langsung berubah ceria. Tidak seperti sekarang ini. Sepi dan Ivy tak mengatakan apapun sejak naik ke mobil atau memang itu adalah sifat asli cucu menantunya dan selama ini, Ivy hanya menunjukkan kepura-puraan. Namun, Nyonya Rukmana tidak melihat dimata Ivy yang pura-pura padanya. Tidak seperti ketika berhadapan dengan Aneska dan Tavisa. Keduanya tersenyum serta lembut jika bicara padanya tapi dia bisa merasakan bahwa mereka hanya pur
Meski Ivy menerima kehamilannya itu tapi dia tetap merasa sedih karena karir artis yang menjadi impiannya sejak dulu, terancam hancur. Orang-orang menganggapnya wanita simpanan yang hamil di luar nikah. Beberapa iklan yang bekerja sama dengannya, membatalkan kerja sama mereka. Jika saja drama Putri Terakhir yang dibintanginya saat ini, bukan dari perusahaan agensi milik Jonathan, mungkin pihak agensi sudah memutus kerja sama dengannya. Dia masih tetap menjadi artis dari SN Entertainment namun drama yang dibintanginya itu, ikut berdampak buruk karena berita kehamilannya. Banyak yang memintanya untuk berhenti. Ivy pun tidak bisa melakukan apapun selain pasrah menerima nasibnya itu.“Edy, berapa banyak kerugian perusahaan karena berita ini?” tanya Ivy yang duduk di sofa ruang tengah.Edy berdiri di depan Ivy. Pria itu baru saja tiba dan mengatakan pada Ivy bahwa adegan Putri Terakhir sementara dihentikan. Akan dilanjutkan jika situasi sudah membaik. Berita kehamilan Ivy sungguh mengheboh
Nenek Rukmana baru saja diberitahu oleh asistennya tentang berita kehamilan Ivy. Dia tentu saja menganggap anak dalam kandungan Ivy adalah anak Jonathan. Karena itu, Nyonya Rukmana berencana untuk membawa Ivy meski dia masih benci dan kecewa pada Ivy. Dia harus mengabaikan kekecewaannya pada Ivy demi keturunan Graham."Aku harus membawa Ivy kembali ke rumah ini. Dia sedang mengandung keturunan keluarga ini. Jadi, dia wajib berada di rumah ini dan berhak mendapat sebagian harta warisanku." Nyonya Rukmana berbicara dengan asistennya yang diam di depannya tapi asisten itu tahu jelas keinginan Nyonya Rukmana saat ini."Apa saya bicara dengan pengacara keluarga untuk mengubah surat wasiat Anda, Nyonya?" tanya sang asisten memastikan."Kita bawa Ivy dulu ke rumah.""Baik." Asisten itu mengangguk kemudian mengikuti Nyonya Rukmana yang berjalan keluar dari kamarnya. Nyonya Rukmana dan asistennya kini menuruni tangga. Wanita berusia 69 tahun itu, melihat Tavisa dan Nyonya Selfia mengobrol di
"Aku tidak butuh perhatianmu. Jadi singkirkan tanganmu dariku." Ivy bicara dengan nada suara yang begitu tegas. Bahkan lirikan matanya pada Jonathan, tajam seolah pria yang duduk di sampingnya itu adalah musuhnya.Jonathan sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Ivy tapi dia tetap menyingkirkan tangannya yang menyentuh kepala Ivy. "Ivy, aku sudah mendengar dari Danny tentang kehamilanmu …,""Aku tidak akan menggugurkan bayi ini dan juga tidak akan minta kamu untuk bertanggungjawab. Perceraian tetap kita lakukan sesuai rencana kita." Ivy mengira Jonathan memintanya untuk menggugurkan kandungannya. Karena itu, dia memotong ucapan Jonathan dengan keinginan kerasnya untuk mempertahankan janinnya."Aku tidak berencana untuk menyuruhmu mengugurkan bayi itu. Aku malah ingin kamu mempertahankannya karena anak itu tidak berdosa. Lagipula kita menikah sah, Ivy. Jadi tidak ada alasan untuk mengugurkan nya," jelas Jonathan dengan tegas."Lalu kenapa kau datang kemari?" tanya Ivy yang penasaran
Jonathan kini sampai di rumah Ivy. Namun di depan rumah istrinya itu, banyak wartawan hingga Jonathan hanya duduk di dalam mobil."Kita tidak bisa masuk karena banyak wartawan. Kalau kita turun dan menunjukkan diri, mereka pasti akan mencari tahu tentang hubungan Anda dengan Nyonya Ivy. Jadi apa yang harus kita lakukan Tuan?" sahut Danny dengan serius.Jonathan tidak segera menjawab Danny. Dia diam menatap semua wartawan itu. Danny menoleh ke belakang dan khawatir melihat tatapan tajam tuannya yang mengarah ke para wartawan itu."Apa sebaiknya kita kembali saja tuan? Kalau tuan ingin tahu mengenai kehamilan nyonya, sebaiknya kita utusa orang lain saja, tuan." Danny kembali menyahut untuk memberikan solusi pada Jonathan karena mengira tuannya itu bingung harus berbuat apa."Tidak. Aku tidak akan kembali. Kita sudah di sini. Jadi aku harus bertemu langsung dengan Ivy. Itu akan membuatku tenang.""Sekarang berita Nyonya Ivy hamil, diketahui banyak orang. Nama baik nyonya mungkin akan han