Nyonya Rukmana lelah mendengar menantunya keberatan dengan keputusan hingga dia tidak langsung menanggapi ucapan menantunya itu, malah menoleh ke arah Ivy. "Ivy, nenek tanya padamu. Apa menjadi istri Jonathan sangat penting untukmu?" Ivy terkejut mendengar pertanyaan Nyonya Rukmana. Pertanyaan itu membuatnya bingung harus menjawab apa sampai dia menoleh ke Jonathan yang duduk di sebelahnya, dan pria itu pun menoleh ke arahnya. Mereka saling melihat dengan ekspresi serius tapi tidak mengatakan apapun. Ivy sadar bahwa Jonathan tidak akan membantunya hingga detik berikutnya, Ivy kembali menoleh ke arah Nyonya Rukmana yang duduk di depannya. "Kalau dibilang penting, itu sangat penting Nek." "Dengarkan Bu. Dia mengatakan tujuan sebenarnya menikah dengan Jonathan. Itu karena dia sudah lama menginginkan status istri konglomerat. Dia menjadi istrinya Jonathan karena uang dan status kelas atas keluarga kita Bu." Nyonya Selfia kembali menyahut saat Ivy masih ingin berbicara. Hal itu membuat
Jonathan saat ini berada di ruang kerjanya. Satu jam lalu, dia meninggalkan Ivy di taman bersama Nyonya Rukmana. Selama satu jam itu, Jonathan hanya berada di ruang kerjanya, sementara Ivy menemani Nyonya Rukmana di kamarnya setelah puas bersantai di taman. Di kamar itu, Ivy memijat kaki Nyonya Rukmana untuk pertama kalinya, dan karena tindakannya itu juga lah, dia menjadi lebih dekat dengan Nyonya Rukmana. Ivy pun keluar dari kamar Nyonya Rukmana dan dia langsung menghela nafas lelahnya ketika pintu dia tutup, karena akhirnya selesai menemani Nyonya Rukmana di dalam. “Lelah sekali!” keluh Ivy sembari meremas bahunya yang kesakitan karena menunduk terlalu lama ketika memijat kaki Nyonya Rukmana. Namun meski dia mengeluh tapi dia tidak kesal sama sekali dengan Nyonya Rukmana yang minta ditemani. Malah Ivy senang jika bisa menemani Nyonya Rukmana, karena kasih sayang Nyonya Rukmana membuat rasa rindunya pada kasih sayang orang tuanya, terobati. Ivy melangkah pergi dari kamar Nyonya R
Dalam semalam, berita tentang Ivy yang menjadi simpanan Sutradara Wong, muncul diberbagai media dan majalah hiburan. Namun Ivy belum mengetahui tentang hal itu. Sebab, beberapa media yang tengah memburunya, tidak mengetahui tempat tinggal Ivy saat ini. Mereka malah berkumpul di rumah orang tua Ivy tanpa tahu bahwa Ivy tidak menempati rumah tersebut. Sebagian reporter juga berkumpul di lokasi syuting karena tahu bahwa Ivy masih sedang syuting di sana. Mereka yang ingin mewawancarai Ivy secara langsung terkait masalah perselingkuhannya dengan Sutradara Wong, yakin bahwa Ivy akan datang ke tempat itu. Dengan ketidaktahuannya itu, Ivy meninggalkan Kediaman Graham. Dia menuju ke lokasi syuting bersama Edy yang setia mendampinginya.Sampai di lokasi syuting, Ivy terkejut melihat banyak reporter berkumpul di depan. Namun dia tidak curiga sama sekali, dan tetap turun dari mobil dengan santai.Seketika, para repoter itu menoleh ke arah mobil Ivy. Mereka semua berlari menghampiri Ivy yang baru
Jonathan terkejut. Bahkan seketika dipenuhi kekhawatiran saat Edy menghubunginya dan mengatakan tentang masalah yang terjadi pada Ivy. Dia buru-buru meninggalkan ruang rapat bersama Danny yang mendampinginya.Kekhawatiran diwajahnya bahkan tidak bisa dia sembunyikan. Terlihat jelas dari ekspresi dan sikapnya yang terburu-buru. Beberapa karyawan pun, yang berpapasan dengan Jonathan, merasakan hal itu. Bukan hanya itu saja. Jonathan mengabaikan rapatnya, bahkan tak pamit dan pergi begitu saja.“Tuan!” Edy yang menunggu di depan perusahaan, membungkuk hormat ketika Jonathan berjalan menghampirinya.Jonathan tampak marah melihat Edy yang hanya sendiri di sana. “Kenapa kau tidak bersama dengan Ivy?”“Nyonya sudah pergi lebih dulu, Tuan!”“Edy, saya bayar kamu untuk menjaga keselamatan Ivy tapi kau malah meninggalkannya. Kau ini bagaimana sih?” Jonathan begitu kesal karena tindakan Edy yang malah meninggalkan Ivy. Dia sampai menunjuk-nunjuk Edy.“Maafkan saya Tuan! Saya diikuti beberapa rep
Suara ketukan pintu terdengar ketika Ivy keluar dari kamar dengan jaket Hoodie milik Delino. Namun Ivy hanya berdiri di depan kamar sembari mengusap rambutnya yang basah. Dia melihat sekelilingnya, mencari keberadaan Delino. "Del, kau di mana?""Di kamar. "Ivy yang mendengar suara Delino di kamar sebelah kanannya, mendekati depan kamar Delino. "Sepertinya ada orang di luar!""Mungkin itu Ardi yang antar makanan. Bisa tolong buka pintunya Vy. Aku lagi ganti baju," sahut Delino dari dalam kamar."Oke." Sambil terus mengusap rambut basahnya, Ivy melangkah ke arah pintu.Ivy terkejut setelah membuka pintu itu. Karena yang berdiri di hadapannya kini bukanlah Ardi-sang manajer Delino, melainkan Jonathan. "Jonathan! Ke-kenapa kamu bisa di sini?" Mata Ivy membulat sempurna melihat suaminya ada di sana. Bahkan dia menjadi gugup karena tatapan dingin suaminya, seolah sedang marah kepadanya.Jonathan tidak menanggapi segera ucapan Ivy. Dia malah memandang penampilan Ivy dari bawah sampai ke at
Jonathan makin angkuh dan sombong menatap Delino. Keangkuhan dan kesombongannya itu bukan karena status tinggi yang disandangnya melainkan karena statusnya sebagai suami Ivy. Setelah mendengar istrinya menjelaskan siapa dirinya untuk Ivy di depan Delino, Delino terkejut dan itu membuat Jonathan puas. Senyuman miring penuh kepuasaan pun tampak diwajahnya. Bahkan perasaannya yang masih kesal, seketika menghilang dan dirinya menjadi sangat senang."Kau sudah menolong istriku, aku berterima kasih karena pertolonganmu itu Delino. Tapi aku tidak suka berhutang pada orang lain meski kau berteman dengan istriku, jadi sebutkan sesuatu yang kau inginkan. Apapun itu akan kuberikan padamu, karena kau pantas mendapat hadiah dariku." Meski Jonathan berterima kasih dengan bersedia memberikan apapun yang diinginkan Delino tapi Jonathan tetap memancarkan pandangan tak ramah kepada Delino, seolah Delino adalah musuhnya.Delino sama sekali tak merasakan jika Jonathan tidak suka padanya karena hubunganny
"Kalau aku percaya, berarti aku bodoh seperti para wartawan itu. Apalagi aku mengenal Sutradara Wong. Dia pria yang hanya setia pada istrinya saja. Selama ini, dia tidak pernah melakukan hal hina seperti itu. Aku bicara begini tentang Sutradara Wong karena sudah cukup lama mengenalnya." Jonathan bicara tanpa menatap Ivy. Dia sedang sibuk mengecek berita Ivy di ponselnya.Mendengar penjelasan Jonathan, membuat Ivy semakin suka dengan suaminya itu. Perasaan kagumnya pun semakin dalam. 'Walaupun dingin dan bicara seenaknya tapi dia punya sisi baik yang pantas dikagumi.'Ekspresi Jonathan yang tadinya baik-baik saja, kini terlihat menyeramkan. Wajahnya menjadi suram karena membaca beberapa komentar jahat yang menghina Ivy. Lalu, Jonathan mengangkat wajahnya ke arah Edy. "Edy, aku ingin kau membereskan semua komentar yang bahas tentang istriku. Aku tidak ingin melihat lagi komentar ini.""Baik tuan." Meski Edy tahu bahwa sulit untuk menyingkirkan semua komentar jahat itu tapi dia tetap men
Nyonya Rukmana menoleh melihat menantunya dengan matanya yang tajam. Nyonya Selfia tahu bahwa tatapan ibu mertuanya itu sedang menegurnya hingga dia pun memalingkan wajahnya ke arah lain, bahkan tak memperhatikan Ivy lagi karena takut dengan ibu mertuanya yang menegurnya secara halus. Sementara Ivy merasa tidak enak hati pada keluarga Jonathan. Terutama pada Nyonya Rukmana yang selama ini selalu mempedulikannya hingga dia menganggap Nyonya Rukmana sebagai keluarganya meski dia sadar bahwa dirinya hanya dijadikan pengganti oleh Jonathan. Karena itu, meski tidak bersalah, Ivy tetap membungkuk hormat di depan semua orang untuk meminta maaf. “Untuk nenek dan untuk ibu, saya minta maaf atas masalah yang saya timbulkan!” Nyonya Rukmana sama sekali tak senang melihat Ivy membungkuk dihadapannya hingga membuatnya semakin marah. “Kenapa kamu minta maaf? Apa kamu memang seperti yang diberitakan itu?” Seketika Ivy mengangkat wajahnya, menatap langsung Nyonya Rukmana. “Tidak Nek. Berita itu ti