Ivy terkejut mendengar kata-kata Jonathan tapi ia tidak percaya begitu saja jika Jonathan sungguh ingin menyingkirkan Naomi demi dirinya. "Kamu sedang bercanda ya?""Aku serius. Aku akan menyingkirkannya untukmu.""Selama ini, kamu tidak pernah bertindak sesuatu yang akan merugikanmu demi aku tapi kenapa kamu tiba-tiba mau menyingkirkan Naomi demi diriku?" Kening Ivy mengerut, ia penasaran dengan Jonathan yang ingin melakukan sesuatu merugikan demi dirinya.Jonathan tertawa kecil, menertawakan Ivy yang menatapnya begitu serius. Detik berikutnya ia menghentikan tawa kecilnya ketika Ivy menatap curiga kepadanya. "Jangan banyak berpikir yang bukan bukan! Aku bersedia menyingkirkan saudara tirimu dari dunia hiburan karena aku sudah berjanji padamu ketika kita menandatangani kontrak pernikahan untuk membantumu balas dendam pada orang-orang yang sudah menyakitimu.""Maaf. Aku pikir, kamu mau membantuku karena minta sesuatu dariku!"Jonathan selalu saja mengatakan kalimat yang membuat Ivy me
Ivy menikmati ciuman lembut Jonathan sampai ia tak sadar bahwa ciumannya semakin dalam. Namun Jonathan menghentikan tindakannya itu ketika ia sadar dengan tindakan yang sudah ia lakukan di sana. Meski begitu, Jonathan sama sekali tak menyesal mencium Ivy. Malah Jonathan masih memegang pipi Ivy sembari menatap Ivy lebih dalam dengan tatapan lembut. “Ini bayaran karena kau memberikan sesuatu yang berharga.”Jonathan tersenyum ketika mengatakan itu. Lalu, ia kembali duduk bersandar di kursinya dan mengambil cake ke piringnya. Sementara Ivy terdiam dengan mata terbuka sempurna melihat Jonathan karena syok dan kebingungan dengan tingkah Jonathan. Apalagi sekarang ini Jonathan lebih banyak senyum kepadanya.Jonathan yang asyik menikmati cake itu, mengangkat bola matanya melihat Ivy. “Kenapa diam saja? Kenapa tidak makan? Apa kau menaruh racun di sini sampai kau tidak mau makan?”Tentu saja itu hanya godaan Jonathan untuk membuat Ivy segera menikmati cake itu. Dan Ivy terpengaruh sampai ia b
Nyonya Sukma syok mendengar pengakuan Reno. Matanya sampai melotot melihat Reno kini berdiri di samping perempuan cantik berbody seksi dengan usia yang jauh lebih muda darinya.“Kau bilang dia pacarmu?” tanya Nyonya Sukma memastikan sesuatu yang ia dengar dari mulut Reno.Reno tidak segera menjawab pertanyaan Nyonya Sukma. Ia malah merangkul bahu kekasih barunya sembari menatap dengan tersenyum ketika perempuan itu ikut memandangnya.Nyonya Sukma tak senang melihatnya tapi ia tetap diam. Perempuan paruh baya itu, memilih diam menunggu jawaban Reno. Lalu detik berikutnya, Reno melihat Nyonya Sukma.“Seperti yang kubilang tadi. Dia pacarku.” Reno menjawab dengan lantang dan tegas di depan Nyonya Sukma yang semakin syok.“Sejak kapan kau memiliki pacar baru? Apa sejak aku tidak menghubungimu untuk datang ke rumah? Reno, kalau karena itu. Harusnya kau memahaminya kalau situasiku tidak baik. Beberapa orang mencurigai tentang hubungan kita dan aku tidak mau mereka menghakimi kita. Makanya a
Sampai di rumah, Nyonya Sukma melampiaskan amarahnya dengan melempar semua barang-barang di rumahnya itu. “Brengsek kau Reno! Beraninya kau membuangku setelah semua yang sudah kulakukan padamu. Aaaaa, dasar brengsek!”Bahkan saking marahnya pada Reno, Nyonya Sukma berteriak, mengutuk Reno yang sudah mengkhianatinya. “Kau tidak akan bisa bahagia karena memperlakukanku dengan kasar, Reno. Lihat saja, kau akan menderita selamanya!”Disaat yang sama, Naomi datang dan terkejut melihat dalam rumah itu berantakan dengan barang-barang berserakan di lantai, bahkan ada beberapa pecahan vas bunga dan gelas di lantai.“Apa yang terjadi Ma?” tanya Naomi pada ibunya, ia mendekati ibunya dengan berjalan jinjit menghindari pecahan kaca di lantai.Nyonya Sukma menoleh ke arah Naomi. Karena terlalu marah sampai ia tidak menyadari kedatangan anaknya. “Sejak kapan kau ada di sini Naomi?”“Aku baru datang. Langsung masuk saat dengar suara ribut dari dalam. Aku pikir, mama bertengkar dengan seseorang tapi
Ivy dan Jonathan kini berada dalam perjalanan pulang setelah menikmati makan berdua di restoran itu. Jonathan menyetir sendiri mobilnya, sementara Ivy hanya duduk diam di sebelah Jonathan. “Bagaimana dengan urusan ibumu? Apa kau sudah puas balas dendam padanya? Atau kau masih ingin melakukan sesuatu untuk balas perbuatannya?” Jonathan bertanya karena merasa canggung hanya diam saja di sana. Setidaknya, ia mencairkan suasana canggungnya itu, dengan menanyakan masalah ibu tirinya Ivy. Apalagi Jonathan memang masih penasaran dengan masalah ibu tiri Ivy. Dia akan membantu Ivy lagi jika Ivy masih belum puas membalaskan dendamnya pada ibu tirinya. Ivy yang tadinya menikmati pemandangan di depannya, menoleh melihat Jonathan. “Aku sudah mengambil rumah ayahku dan mengusirnya dari rumahku. Itu sudah membuatku puas. Makanya aku sangat berterima kasih padamu karena sudah membantuku sampai berhasil.” “Tapi ibumu melakukan hal jahat padamu. Dia menipumu lalu selingkuh dengan tunanganmu sampai k
Jonathan tidak sadar dengan dirinya yang terus menarik istrinya, sampai masuk ke kamar ganti. Bahkan dia terlihat santai. Berbeda dengan Ivy yang malah kebingungan melihat sikap Jonathan.“Sekarang kita sudah ada di kamar, jadi kamu sudah bisa lepas tanganku kan?” Ivy menyahut ketika Jonathan berhenti berjalan di depan lemari pakaiannya.Jonathan menoleh melihat Ivy yang menatapnya kebingungan, kemudian detik berikutnya, dia menurunkan bola matanya melihat tangannya yang memegang tangan Ivy. Dia baru sadar bahwa sejak tadi, dia terus memegang tangan perempuan itu sampai ke dalam kamar gantinya. Dengan cepat, Jonathan melepaskan tangan Ivy.“Aku memikirkan hal lain sampai tidak sadar kalau aku masih pegang tanganmu. Aku harap kamu tidak salah paham.” Jonathan malu sendiri dengan sikapnya tadi sampai dia memalingkan wajahnya saat berbicara.“Tenang saja. Aku tidak akan salah paham. Bahkan kalau kamu nyatakan cinta di depanku, aku tidak akan percaya.” Ivy memutar tubuhnya ketika selesai
Aneska berjalan mendekati Ivy. Dia berdiri dengan jarak begitu dekat di depan Ivy. Tatapannya pun semakin tajam. “Kau orang yang begitu sombong Ivy. Aku makin tidak suka denganmu. Dan kau tahu, apa yang akan kulakukan pada orang yang kubenci? Aku akan membuatnya menderita sampai tidak ingin hidup lagi di dunia ini.”“Jadi karena kau membenciku, kau ingin membuatku menderita, begitu?” tanya Ivy memastikan tapi Ivy masih menunjukkan ketenangan dalam ekspresinya, tidak ada rasa takut sama sekali karena dia sudah terbiasa menghadapi orang yang membencinya seperti Aneska.“Benar. Kalau kau takut, sebaiknya kau pergi dari sini. Tinggalkan Kak Jonathan karena dia tidak pantas untukmu. Mau bagaimanapun cantiknya penampilanmu, kau tetap tidak cocok dengan status Kak Jonathan?” Aneska mengakui kecantikan Ivy. Dari wajah Ivy yang cantik serta bodynya yang sempurna untuk seorang perempuan tapi bagi Aneska, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan status keluarganya yang terhormat. Tidak seperti Ivy
Jonathan merangkul bahu Ivy dengan tatapan mesra, bahkan dengan senyuman manisnya. Itu membuat Ivy semakin merinding melihat Jonathan. ‘Astaga, orang ini! Dia membuatku kehilangan kata-kata.’ Kemudian Jonathan menoleh ke arah Cakra. Ekspresi lembutnya seketika berubah dingin, bahkan tatapan matanya yang lembut berubah tajam ketika mata itu memandang Cakra. “Kau baru kembali dan tidak datang menyapa nenek. Malah datang mengganggu kakak iparmu. Di mana sopan santunmu sama tetua di rumah ini, Cakra?” Wajah Cakra yang santai dan penuh senyum menggoda, seketika berubah serius. Wjaahnya pun tampak kesal. Dimatanya hanya ada kebencian dan dendam ketika mata itu memandang Jonathan tapi Cakra tetap menuruti Jonathan dengan sikapnya yang menghormati Jonathan. “Aku berencana menemui nenek dan menyapa beliau tapi aku tidak sengaja lihat kakak ipar di sini. Jadi karena ingin menjaga sopan santunku pada kakak ipar, aku menyapanya lebih dulu. Sebagai adik, aku tidak mungkin mengabaikan kakak ipar,