Ivy dan Jonathan kini berada dalam perjalanan pulang setelah menikmati makan berdua di restoran itu. Jonathan menyetir sendiri mobilnya, sementara Ivy hanya duduk diam di sebelah Jonathan. “Bagaimana dengan urusan ibumu? Apa kau sudah puas balas dendam padanya? Atau kau masih ingin melakukan sesuatu untuk balas perbuatannya?” Jonathan bertanya karena merasa canggung hanya diam saja di sana. Setidaknya, ia mencairkan suasana canggungnya itu, dengan menanyakan masalah ibu tirinya Ivy. Apalagi Jonathan memang masih penasaran dengan masalah ibu tiri Ivy. Dia akan membantu Ivy lagi jika Ivy masih belum puas membalaskan dendamnya pada ibu tirinya. Ivy yang tadinya menikmati pemandangan di depannya, menoleh melihat Jonathan. “Aku sudah mengambil rumah ayahku dan mengusirnya dari rumahku. Itu sudah membuatku puas. Makanya aku sangat berterima kasih padamu karena sudah membantuku sampai berhasil.” “Tapi ibumu melakukan hal jahat padamu. Dia menipumu lalu selingkuh dengan tunanganmu sampai k
Jonathan tidak sadar dengan dirinya yang terus menarik istrinya, sampai masuk ke kamar ganti. Bahkan dia terlihat santai. Berbeda dengan Ivy yang malah kebingungan melihat sikap Jonathan.“Sekarang kita sudah ada di kamar, jadi kamu sudah bisa lepas tanganku kan?” Ivy menyahut ketika Jonathan berhenti berjalan di depan lemari pakaiannya.Jonathan menoleh melihat Ivy yang menatapnya kebingungan, kemudian detik berikutnya, dia menurunkan bola matanya melihat tangannya yang memegang tangan Ivy. Dia baru sadar bahwa sejak tadi, dia terus memegang tangan perempuan itu sampai ke dalam kamar gantinya. Dengan cepat, Jonathan melepaskan tangan Ivy.“Aku memikirkan hal lain sampai tidak sadar kalau aku masih pegang tanganmu. Aku harap kamu tidak salah paham.” Jonathan malu sendiri dengan sikapnya tadi sampai dia memalingkan wajahnya saat berbicara.“Tenang saja. Aku tidak akan salah paham. Bahkan kalau kamu nyatakan cinta di depanku, aku tidak akan percaya.” Ivy memutar tubuhnya ketika selesai
Aneska berjalan mendekati Ivy. Dia berdiri dengan jarak begitu dekat di depan Ivy. Tatapannya pun semakin tajam. “Kau orang yang begitu sombong Ivy. Aku makin tidak suka denganmu. Dan kau tahu, apa yang akan kulakukan pada orang yang kubenci? Aku akan membuatnya menderita sampai tidak ingin hidup lagi di dunia ini.”“Jadi karena kau membenciku, kau ingin membuatku menderita, begitu?” tanya Ivy memastikan tapi Ivy masih menunjukkan ketenangan dalam ekspresinya, tidak ada rasa takut sama sekali karena dia sudah terbiasa menghadapi orang yang membencinya seperti Aneska.“Benar. Kalau kau takut, sebaiknya kau pergi dari sini. Tinggalkan Kak Jonathan karena dia tidak pantas untukmu. Mau bagaimanapun cantiknya penampilanmu, kau tetap tidak cocok dengan status Kak Jonathan?” Aneska mengakui kecantikan Ivy. Dari wajah Ivy yang cantik serta bodynya yang sempurna untuk seorang perempuan tapi bagi Aneska, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan status keluarganya yang terhormat. Tidak seperti Ivy
Jonathan merangkul bahu Ivy dengan tatapan mesra, bahkan dengan senyuman manisnya. Itu membuat Ivy semakin merinding melihat Jonathan. ‘Astaga, orang ini! Dia membuatku kehilangan kata-kata.’ Kemudian Jonathan menoleh ke arah Cakra. Ekspresi lembutnya seketika berubah dingin, bahkan tatapan matanya yang lembut berubah tajam ketika mata itu memandang Cakra. “Kau baru kembali dan tidak datang menyapa nenek. Malah datang mengganggu kakak iparmu. Di mana sopan santunmu sama tetua di rumah ini, Cakra?” Wajah Cakra yang santai dan penuh senyum menggoda, seketika berubah serius. Wjaahnya pun tampak kesal. Dimatanya hanya ada kebencian dan dendam ketika mata itu memandang Jonathan tapi Cakra tetap menuruti Jonathan dengan sikapnya yang menghormati Jonathan. “Aku berencana menemui nenek dan menyapa beliau tapi aku tidak sengaja lihat kakak ipar di sini. Jadi karena ingin menjaga sopan santunku pada kakak ipar, aku menyapanya lebih dulu. Sebagai adik, aku tidak mungkin mengabaikan kakak ipar,
Nyonya Rukmana lelah mendengar menantunya keberatan dengan keputusan hingga dia tidak langsung menanggapi ucapan menantunya itu, malah menoleh ke arah Ivy. "Ivy, nenek tanya padamu. Apa menjadi istri Jonathan sangat penting untukmu?" Ivy terkejut mendengar pertanyaan Nyonya Rukmana. Pertanyaan itu membuatnya bingung harus menjawab apa sampai dia menoleh ke Jonathan yang duduk di sebelahnya, dan pria itu pun menoleh ke arahnya. Mereka saling melihat dengan ekspresi serius tapi tidak mengatakan apapun. Ivy sadar bahwa Jonathan tidak akan membantunya hingga detik berikutnya, Ivy kembali menoleh ke arah Nyonya Rukmana yang duduk di depannya. "Kalau dibilang penting, itu sangat penting Nek." "Dengarkan Bu. Dia mengatakan tujuan sebenarnya menikah dengan Jonathan. Itu karena dia sudah lama menginginkan status istri konglomerat. Dia menjadi istrinya Jonathan karena uang dan status kelas atas keluarga kita Bu." Nyonya Selfia kembali menyahut saat Ivy masih ingin berbicara. Hal itu membuat
Jonathan saat ini berada di ruang kerjanya. Satu jam lalu, dia meninggalkan Ivy di taman bersama Nyonya Rukmana. Selama satu jam itu, Jonathan hanya berada di ruang kerjanya, sementara Ivy menemani Nyonya Rukmana di kamarnya setelah puas bersantai di taman. Di kamar itu, Ivy memijat kaki Nyonya Rukmana untuk pertama kalinya, dan karena tindakannya itu juga lah, dia menjadi lebih dekat dengan Nyonya Rukmana. Ivy pun keluar dari kamar Nyonya Rukmana dan dia langsung menghela nafas lelahnya ketika pintu dia tutup, karena akhirnya selesai menemani Nyonya Rukmana di dalam. “Lelah sekali!” keluh Ivy sembari meremas bahunya yang kesakitan karena menunduk terlalu lama ketika memijat kaki Nyonya Rukmana. Namun meski dia mengeluh tapi dia tidak kesal sama sekali dengan Nyonya Rukmana yang minta ditemani. Malah Ivy senang jika bisa menemani Nyonya Rukmana, karena kasih sayang Nyonya Rukmana membuat rasa rindunya pada kasih sayang orang tuanya, terobati. Ivy melangkah pergi dari kamar Nyonya R
Dalam semalam, berita tentang Ivy yang menjadi simpanan Sutradara Wong, muncul diberbagai media dan majalah hiburan. Namun Ivy belum mengetahui tentang hal itu. Sebab, beberapa media yang tengah memburunya, tidak mengetahui tempat tinggal Ivy saat ini. Mereka malah berkumpul di rumah orang tua Ivy tanpa tahu bahwa Ivy tidak menempati rumah tersebut. Sebagian reporter juga berkumpul di lokasi syuting karena tahu bahwa Ivy masih sedang syuting di sana. Mereka yang ingin mewawancarai Ivy secara langsung terkait masalah perselingkuhannya dengan Sutradara Wong, yakin bahwa Ivy akan datang ke tempat itu. Dengan ketidaktahuannya itu, Ivy meninggalkan Kediaman Graham. Dia menuju ke lokasi syuting bersama Edy yang setia mendampinginya.Sampai di lokasi syuting, Ivy terkejut melihat banyak reporter berkumpul di depan. Namun dia tidak curiga sama sekali, dan tetap turun dari mobil dengan santai.Seketika, para repoter itu menoleh ke arah mobil Ivy. Mereka semua berlari menghampiri Ivy yang baru
Jonathan terkejut. Bahkan seketika dipenuhi kekhawatiran saat Edy menghubunginya dan mengatakan tentang masalah yang terjadi pada Ivy. Dia buru-buru meninggalkan ruang rapat bersama Danny yang mendampinginya.Kekhawatiran diwajahnya bahkan tidak bisa dia sembunyikan. Terlihat jelas dari ekspresi dan sikapnya yang terburu-buru. Beberapa karyawan pun, yang berpapasan dengan Jonathan, merasakan hal itu. Bukan hanya itu saja. Jonathan mengabaikan rapatnya, bahkan tak pamit dan pergi begitu saja.“Tuan!” Edy yang menunggu di depan perusahaan, membungkuk hormat ketika Jonathan berjalan menghampirinya.Jonathan tampak marah melihat Edy yang hanya sendiri di sana. “Kenapa kau tidak bersama dengan Ivy?”“Nyonya sudah pergi lebih dulu, Tuan!”“Edy, saya bayar kamu untuk menjaga keselamatan Ivy tapi kau malah meninggalkannya. Kau ini bagaimana sih?” Jonathan begitu kesal karena tindakan Edy yang malah meninggalkan Ivy. Dia sampai menunjuk-nunjuk Edy.“Maafkan saya Tuan! Saya diikuti beberapa rep