Share

Pengagum Rahasia
Pengagum Rahasia
Author: Murguaa

1. Ketakutan

Author: Murguaa
last update Last Updated: 2021-11-18 21:57:10

"Hah... Hah... Tidak!"

Rara terbangun dengan napas tersengal-sengal, ia seperti habis lari marathon padahal dirinya hanya bermimpi buruk. 

Gadis itu masih berbaring dengan mata melotot, keringat membasahi pipinya dan ia merasakan badannya sedikit pegal.

"Cuma mimpi..." gumamnya sembari perlahan bangun.

Rara masih duduk di atas kasurnya, “Aduh, pegal sekali. Kenapa aku mendadak pegal linu begini?”

Rara sedikit bergeser sambil memijat punggungnya yang pegal, namun tiba-tiba ia merasa aneh. Ada suara lain, selain suara pergerakan tubuhnya.

Gadis itu takut, haruskah ia mengintip ke bawah ranjangnya atau tidak peduli? Rara menyeret pelan tubuhnya dan menurunkan kakinya satu persatu sebelum menyentuh lantai.

Ia terdiam lagi, “Sepertinya, tidak ada,” setelah bergumam akhirnya Rara beranjak dengan tenang.

Rara melihat wajahnya di cermin, ada bercak keunguan pada lehernya yang membuat dia panik. Ia tidak merasa pernah terluka di bagian sana, Rara menghela napasnya dengan pasrah, ia harus menutupinya dengan make up atau itu akan menjadi pertanyaan banyak orang.

“Sial, kenapa ini bisa lebam?” Rara menggerutu sendiri, “Aku tidak melakukan apapun demi Tuhan!”

Sebelum melangkah ke kamar mandi, Rara mendengar sebuah suara di dalam kamarnya. Ia terdiam, tubuhnya seketika menegang. 

Ia mendengarkan sekali lagi, memastikan dirinya tidak berhalusinasi, tapi tidak ada suara apapun setelahnya. Ia pun memutuskan untuk segera mandi.

"Sialan, lebamnya ada dimana-mana.." Rara melihat seluruh bagian atas tubuhnya di penuhi luka lebam yang sebelumnya tidak ada. 

Rara tidak tahu ada sebuah pergerakan di bawah ranjangnya tanpa suara, gadis itu masih mengobati tubuhnya di kamar mandi. Seorang pria baru saja keluar dari bawah ranjang Rara dan segera pergi tanpa meninggalkan jejak.

Begitu telah siap untuk bekerja, Rara melihat rak sepatunya dalam keadaan cukup berantakan.

"Perasaan aku sudah merapikan ini berulang kali?"

Rara mengunci ekstra apartemennya, agar dirinya merasa tenang selama bekerja nanti. Baru beberapa langkah Rara berjalan, Rian, CEO-nya sudah menelpon sehingga Rara harus terburu-buru.

“Halo Pak, Bu Karin sedang melakukan perjalanan ke—.”

“Saya tidak mau tahu soal Karin! Pokoknya kau cepat ke kantor sekarang!”

Rara menghela napasnya kembali, ini akan menjadi hari yang panjang untuknya. Ketika tiba di basement, Rara melihat seorang pria berdiri tak jauh dari mobilnya. Rara berusaha untuk tidak melihatnya, baginya tatapan pria itu sudah cukup menakutkan.

"Fokus Rara, fokus!"

Berulang kali gadis itu mengatur napasnya hingga akhirnya ia berhasil melajukan mobilnya dengan tenang. Ia melihat melalui kaca spion, pria itu masih mematung di tempat yang sama dan memperhatikannya.

Rara Xaviela adalah seorang gadis mandiri, dia benar-benar sendirian di kota ini. Tidak ada orang tua ataupun kerabat dekat, merantau bukanlah hal yang mudah tapi ia harus melakukan nya karena kala itu dirinya di hadapkan dua pilihan, menikah muda atau pergi.

Rara heran, memangnya ini zaman apa? Perjodohan masih eksis di zaman sekarang? Ia tidak akan pernah mau untuk melakukannya. Saat ini Rara bekerja di sebuah perusahaan besar yang sedang berkembang pesat, ia memegang jabatan sebagai asisten manajer.

“Rara, cepat!”

Rian Zyandru adalah CEO pemilik Zyandru Corp, perusahaan tempat Rara bekerja. Pria temperamental yang sehari-harinya hanya terus memarahi Rara dan menguras habis semua kesalahan yang di lakukan gadis itu walau tidak sengaja sekalipun.

Kali ini ia kesal dengan Rara yang mulai memberikan laporan padanya, padahal ia sudah mendapat pesan dari Karin kalau tugas mereka itu sudah selesai.

“Kenapa kau lamban sekali, Ra? Cepat masuk kedalam ruang rapat itu dan jelaskan pada mereka sekarang hasil laporan mu dengan Karin!” Rian lagi-lagi membentak Rara yang baru saja tiba di kantor.

Rara mengangguk pelan, “Baik, Pak.” Gadis itu dengan sabar masuk ke dalam ruang rapat dan hanya membawa laporan itu. Ia meninggalkan ponselnya di atas mejanya.

Rian yang masih kesal, tanpa sengaja melihat pesan masuk dari Karin pada ponsel Rara. Pria itu sudah menahan untuk tidak membukanya tetapi ia penasaran. Raut wajah Rara tadi terlihat sangat murung, Rian juga menyadari nya tapi itu pasti ada alasannya.

Ponsel Rara yang tidak terkunci bisa Rian buka dengan mudahnya, ia kemudian melihat sebuah status yang di buat Karin, wanita itu sedang berlibur di sebuah pantai. Rian lebih tercengang ketika membaca pesan yang Karin kirim.

Wanita itu mengancam Rara, jika Rara melaporkannya, maka Karin akan membuat Rara berhenti bekerja. Isi semua pesan dari Karin, hampir seluruhnya adalah ancaman terhadap Rara.

“Rara… kenapa dia diam ketika ada yang menindasnya seperti ini?” gumam Rian.

Pria itu kemudian kembali ke ruangannya, ia menunggu Rara menyelesaikan rapatnya di sana. Sebelum memecat Karin, ia ingin mendengar dari Rara secara langsung apa saja yang sudah di lakukan Karin selama ini.

Rara menyelesaikan rapat yang memang seharusnya di pimpin olehnya jika saja dia tidak terlambat beberapa menit tadi. Ia melihat dengan jelas kalau Rian sudah menunggunya dengan wajah masam.     

“Kali ini, aku salah apa lagi?” Rara merengek dengan sengsara. Melihat wajah bengis Rian saja sudah membuatnya ingin pulang.

Rara memasuki ruangan Rian kemudian duduk di depan meja pria itu. CEO killer yang bisa membuat Rara kebas kapan saja. Kalau sudah ceramah saja, Rian bisa bertahan setengah sampai satu jam lamanya.

“Bisa-bisa nya kau tidak kompeten dalam mengatasi masalah internal di kantor, apa kau selalu hidup seperti itu?” Rian langsung menyerangnya dengan pertanyaan.

Rara bahkan belum menjawabnya, tapi Rian sudah melayangkan tatapan kesal padanya dan bicara lagi. “Kau membantu Karin melalaikan pekerjaannya?”

“Tidak, aku tidak melakukan hal seperti itu!” akhirnya Rara berseru membela dirinya. Ia sedikit muak dengan tatapan tajam Rian dan tuduhan tak berdasar yang di lontarkan CEO nya itu.

“Karin selama ini tidak pernah bekerja dengan benar, kau yang melakukan semua pekerjaannya dan kau menyembunyikan hal itu dari ku. Apa aku salah?” pertanyaan Rian membuat Rara tercengang. Dari mana bosnya tau soal Karin?

Rara sekarang merasa tegang, habislah dia jika Karin tau kalau kelakuan buruknya sudah terdengar sampai ke telinga CEO mereka.

“Tapi, Pak—,” ucapan Rara tersendat karena bingung harus menjawab apa.

“Jika kau membelanya, maka kau yang akan di pecat.” Rian memotong ucapannya, “Tapi jika kau jujur maka kau selamat.” Tatapan Rian yang sengit membuat Rara tidak memiliki pilihan lain selain jujur.

Dirinya takut jika Karin akan melakukan hal buruk padanya tapi saat ini aura Rian lebih menakutkan dari apapun baginya. Tatapannya yang tajam dan sengit seolah bisa menyerap seluruh nyali Rara dalam sepersekian detik saja.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengagum Rahasia   2. Tak Sadar

    Rara terduduk lemas di kursinya, perhari ini Karin telah dipecat dan Rara kini di tunjuk untuk menggantikan posisinya. Rara tidak pernah memperkirakan hal ini akan terjadi, selama ini ia selalu menuruti perkataan Karin karena ia merasa posisinya terancam.Rian merupakan CEO yang bijaksana, ia mendengarkan semua penjelasan Rara tentang Karin dan juga mengkonfirmasikan kepada beberapa orang perihal kelakuan Karin. Namun kenaikan jabatan tidak berarti membuat Rara senang.Secara mengejutkan, Rian ingin ruangan Rara pindah, menjadi tepat di depan ruangan Rian, sejajar dengan meja sekretarisnya Rian. Bebannya terasa bertambah berat karena harus berhadapan langsung dengan sang bos setiap hari.“Ra, ingat tugasmu sekarang sudah berubah,” suara Rian tiba-tiba terdengar di dekatnya membuat Rara terkejut bukan main.“B-baik, Pak.”Rian memperhatikan penampilan Rara, dari ujung kepala hingga kaki. Ia kemudian membandingka

    Last Updated : 2021-11-23
  • Pengagum Rahasia   3. Halusinasi atau Delusi?

    “Haruskah itu yang kau pertanyakan? Beruntung Karin memberitahu lokasi apartemenmu. Bagaimana bisa kau bolos bekerja dan meninggalkan tanggung jawab begitu saja?” Rian mengomel tanpa memperhatikan wajah Rara yang pucat dan menyedihkan. “Secara kebetulan aku melihatmu sedang berada di sini, aku baru saja memberimu jabatan dan kau sudah besar kepala, huh.”“M-maafkan saya Pak, saya tidak berniat untuk melepaskan tanggung jawab tapi saya baru saja mengalami kendala di rumah sampai tidak bisa pergi bekerja.” Rara menjelaskan pada Rian yang terjadi.“Beruntung Tuhan mempertemukan kita secara kebetulan di sini saat aku hanya ingin memastikan alamat yang di berikan Karin.” Rian sama sekali tidak melunak, wajahnya masih memiliki emosi.Ia tidak berharap kalau Rian akan mengerti keadaannya hanya saja saat ini Rara sedang putus asa dengan apa yang baru saja ia lalui. Rian memperhatikan wajah Rara dengan seksama, ia tidak ber

    Last Updated : 2021-12-02
  • Pengagum Rahasia   4. Pesona Rara

    Alarm berbunyi begitu kencang, Rara membuka matanya dengan paksa. Napasnya terengah-engah dengan keringat dingin mengalir dari kening hingga pipinya. Apa yang terjadi padanya?Rara langsung terduduk dan menyadari kalau dirinya hanya sendirian di kamar, tidak ada pria yang sebelumnya menutupi wajahnya. Gadis itu segera mematikan alarm yang masih menyala, ia tidak melihat ada jejak orang lain di ranjangnya."Hanya mimpi? semua itu hanyalah mimpi?"Rara berpikir lebih keras lagi, apa mungkin yang ia alami senyata itu adalah mimpi semata? Tidak mungkin, ia merasakan segalanya, mulai dari sentuhan, gelombang, dan deru napas pria tersebut. Jika dirinya mengalami delusi parah, maka ia harus segera ke dokter.Setelah merasa dirinya tenang, Rara segera bersiap untuk berangkat bekerja. Ia memiliki kegiatan yang tidak bisa di tunda seenaknya atau ia akan dipecat.“Ya Tuhan!” Rara berjengit, begitu masuk ke dalam kamar mandinya, ia masih bisa meras

    Last Updated : 2021-12-17
  • Pengagum Rahasia   5. Rasa Peduli Rian

    Rara masih dalam kondisi cemas akan keadaan apartemennya. Jam kerjanya sudah selesai sejak satu jam yang lalu tapi gadis itu masih tidak berani untuk mengambil langkah dari ruangannya. Ia masih memikirkan bagaimana jika orang yang mengincarnya itu sedang menunggunya.Bisa jadi orang itu adalah orang jahat yang sudah lama menargetkan Rara. Rara sudah menghubungi pihak apartemen, ia sudah membulatkan tekadnya untuk pindah lagi tapi karena Rara sudah membayar sewa penuh untuk enam bulan ke depan dan menyutujui kontrak, maka dana yang sudah masuk tidak bisa kembali."Aku harus bagaimana sekarang? aku tidak bisa kalau harus menerima kerugian sampai jutaan hanya karena pindah apartemen!" Rara menggerutu sendiri.Rara juga sudah mengadu tentang keamanan apartemen yang sepertinya kurang terjaga sehingga ada yang berusaha membobol pintunya, tapi pihak apartemen tidak bisa memproses aduannya secara langsung karena mereka harus mengecek cctv yang akan memakan waktu.

    Last Updated : 2021-12-22
  • Pengagum Rahasia   6. Apartemen Tak Aman

    “Kau tidak pernah mencurigai keamanan di sini sedikitpun? Lihat, semuanya sangat mencurigakan,” Rian baru tau kalau gedung apartemen Rara lingkungannya seperti ini. Rara melihat wajah Rian yang tegas, berjalan di sampingnya dengan langkah yang tidak terlalu cepat seolah mengimbanginya. Sedikitnya rasa cemas Rara berkurang, setelah mereka tiba di depan apartemen Rara, gadis itu mengarahkan flash ponselnya pada gagang pintu. Rian salut, Rara cukup teliti sampai memperhatikan pintunya sedetail itu tapi jika gadis itu sampai memeriksanya dengan detail, berarti kejadian yang di alaminya menakutkan. “Jika tidak ada yang rusak, berarti aman. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya, sekarang kau harus tenang dan beristirahat, Rara,” ucap Rian. Rara menoleh, “Tapi aku tidak bisa tenang jika sudah begini.” “Kalau begitu aku akan mampir sebentar, apa kau berkenan?” tanya Rian. Rara seketika terkejut, bos nya akan mampir ke apartemennya ini? Pikirannya

    Last Updated : 2022-02-07

Latest chapter

  • Pengagum Rahasia   6. Apartemen Tak Aman

    “Kau tidak pernah mencurigai keamanan di sini sedikitpun? Lihat, semuanya sangat mencurigakan,” Rian baru tau kalau gedung apartemen Rara lingkungannya seperti ini. Rara melihat wajah Rian yang tegas, berjalan di sampingnya dengan langkah yang tidak terlalu cepat seolah mengimbanginya. Sedikitnya rasa cemas Rara berkurang, setelah mereka tiba di depan apartemen Rara, gadis itu mengarahkan flash ponselnya pada gagang pintu. Rian salut, Rara cukup teliti sampai memperhatikan pintunya sedetail itu tapi jika gadis itu sampai memeriksanya dengan detail, berarti kejadian yang di alaminya menakutkan. “Jika tidak ada yang rusak, berarti aman. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya, sekarang kau harus tenang dan beristirahat, Rara,” ucap Rian. Rara menoleh, “Tapi aku tidak bisa tenang jika sudah begini.” “Kalau begitu aku akan mampir sebentar, apa kau berkenan?” tanya Rian. Rara seketika terkejut, bos nya akan mampir ke apartemennya ini? Pikirannya

  • Pengagum Rahasia   5. Rasa Peduli Rian

    Rara masih dalam kondisi cemas akan keadaan apartemennya. Jam kerjanya sudah selesai sejak satu jam yang lalu tapi gadis itu masih tidak berani untuk mengambil langkah dari ruangannya. Ia masih memikirkan bagaimana jika orang yang mengincarnya itu sedang menunggunya.Bisa jadi orang itu adalah orang jahat yang sudah lama menargetkan Rara. Rara sudah menghubungi pihak apartemen, ia sudah membulatkan tekadnya untuk pindah lagi tapi karena Rara sudah membayar sewa penuh untuk enam bulan ke depan dan menyutujui kontrak, maka dana yang sudah masuk tidak bisa kembali."Aku harus bagaimana sekarang? aku tidak bisa kalau harus menerima kerugian sampai jutaan hanya karena pindah apartemen!" Rara menggerutu sendiri.Rara juga sudah mengadu tentang keamanan apartemen yang sepertinya kurang terjaga sehingga ada yang berusaha membobol pintunya, tapi pihak apartemen tidak bisa memproses aduannya secara langsung karena mereka harus mengecek cctv yang akan memakan waktu.

  • Pengagum Rahasia   4. Pesona Rara

    Alarm berbunyi begitu kencang, Rara membuka matanya dengan paksa. Napasnya terengah-engah dengan keringat dingin mengalir dari kening hingga pipinya. Apa yang terjadi padanya?Rara langsung terduduk dan menyadari kalau dirinya hanya sendirian di kamar, tidak ada pria yang sebelumnya menutupi wajahnya. Gadis itu segera mematikan alarm yang masih menyala, ia tidak melihat ada jejak orang lain di ranjangnya."Hanya mimpi? semua itu hanyalah mimpi?"Rara berpikir lebih keras lagi, apa mungkin yang ia alami senyata itu adalah mimpi semata? Tidak mungkin, ia merasakan segalanya, mulai dari sentuhan, gelombang, dan deru napas pria tersebut. Jika dirinya mengalami delusi parah, maka ia harus segera ke dokter.Setelah merasa dirinya tenang, Rara segera bersiap untuk berangkat bekerja. Ia memiliki kegiatan yang tidak bisa di tunda seenaknya atau ia akan dipecat.“Ya Tuhan!” Rara berjengit, begitu masuk ke dalam kamar mandinya, ia masih bisa meras

  • Pengagum Rahasia   3. Halusinasi atau Delusi?

    “Haruskah itu yang kau pertanyakan? Beruntung Karin memberitahu lokasi apartemenmu. Bagaimana bisa kau bolos bekerja dan meninggalkan tanggung jawab begitu saja?” Rian mengomel tanpa memperhatikan wajah Rara yang pucat dan menyedihkan. “Secara kebetulan aku melihatmu sedang berada di sini, aku baru saja memberimu jabatan dan kau sudah besar kepala, huh.”“M-maafkan saya Pak, saya tidak berniat untuk melepaskan tanggung jawab tapi saya baru saja mengalami kendala di rumah sampai tidak bisa pergi bekerja.” Rara menjelaskan pada Rian yang terjadi.“Beruntung Tuhan mempertemukan kita secara kebetulan di sini saat aku hanya ingin memastikan alamat yang di berikan Karin.” Rian sama sekali tidak melunak, wajahnya masih memiliki emosi.Ia tidak berharap kalau Rian akan mengerti keadaannya hanya saja saat ini Rara sedang putus asa dengan apa yang baru saja ia lalui. Rian memperhatikan wajah Rara dengan seksama, ia tidak ber

  • Pengagum Rahasia   2. Tak Sadar

    Rara terduduk lemas di kursinya, perhari ini Karin telah dipecat dan Rara kini di tunjuk untuk menggantikan posisinya. Rara tidak pernah memperkirakan hal ini akan terjadi, selama ini ia selalu menuruti perkataan Karin karena ia merasa posisinya terancam.Rian merupakan CEO yang bijaksana, ia mendengarkan semua penjelasan Rara tentang Karin dan juga mengkonfirmasikan kepada beberapa orang perihal kelakuan Karin. Namun kenaikan jabatan tidak berarti membuat Rara senang.Secara mengejutkan, Rian ingin ruangan Rara pindah, menjadi tepat di depan ruangan Rian, sejajar dengan meja sekretarisnya Rian. Bebannya terasa bertambah berat karena harus berhadapan langsung dengan sang bos setiap hari.“Ra, ingat tugasmu sekarang sudah berubah,” suara Rian tiba-tiba terdengar di dekatnya membuat Rara terkejut bukan main.“B-baik, Pak.”Rian memperhatikan penampilan Rara, dari ujung kepala hingga kaki. Ia kemudian membandingka

  • Pengagum Rahasia   1. Ketakutan

    "Hah... Hah... Tidak!"Rara terbangun dengan napas tersengal-sengal, ia seperti habis lari marathon padahal dirinya hanya bermimpi buruk.Gadis itu masih berbaring dengan mata melotot, keringat membasahi pipinya dan ia merasakan badannya sedikit pegal."Cuma mimpi..." gumamnya sembari perlahan bangun.Rara masih duduk di atas kasurnya, “Aduh, pegal sekali. Kenapa aku mendadak pegal linu begini?”Rara sedikit bergeser sambil memijat punggungnya yang pegal, namun tiba-tiba ia merasa aneh. Ada suara lain, selain suara pergerakan tubuhnya.Gadis itu takut, haruskah ia mengintip ke bawah ranjangnya atau tidak peduli? Rara menyeret pelan tubuhnya dan menurunkan kakinya satu persatu sebelum menyentuh lantai.Ia terdiam lagi, “Sepertinya, tidak ada,” setelah bergumam akhirnya Rara beranjak dengan tenang.Rara melihat wajahnya di cermin, ada bercak keunguan pada lehernya yang membuat dia panik. Ia tidak mer

DMCA.com Protection Status