“Apa sih kalian. Ya sudah, pulang yuk.”“Gue sama Kejora di sini dulu. Nunggu jemputan. Sama mau ngepoin kondisi si Bani.”“Ide bagus. Gue pengen liat sebanyak apa pengaruh si Micin ke Bani."“Kalian benar-benar Ratunya kepo dan tegaan! Bisa-bisanya mau tahu sampai segitunya.""Bukan tegaan. Justru kita nanti mau kasih wejangan buat Bani biar enggak sedih lagi karena 'ditinggal' si Vitamin rambut. Itu juga kalau Bani-nya keliatan sedih sih.""Setuju! Kita malah ikut prihatin sama Bani karena jadi korbannya si Micin.""Aku tidak akan bisa menang dengan segala argumen kalian. Sepertinya kalian yang lebih cocok jadi pengacara."Tawa ramai kembali terdengar dari meja Elin."Kalau begitu aku pamit ya. Aku harus segera kembali ke kantor. Kasihan juga Bima yang menungguku."Seluruh tubuh Raja semakin panas saat nama si penghianat itu keluar dari mulut Elin.Raja bangkit dari dudu
“H-halo, Mbak Velindira.”“Mas Raja ada di sini juga?”“Enggak ada waktu buat ramah-ramahan sama pria itu! Pria itu menyerangku! Aku mau buat tuntutan dan kamu harus jadi pengacaraku!”Raja sudah beralih menatap Bima yang menunjuknya dengan murka.“Apa yang kamu katakan?! Jangan seperti itu! Tidak sopan!” Elin mencoba menarik tangan Bima agar tak lagi menunjuk Raja. Namun tenaganya kalah kuat, pria itu masih mempertahankan tangannya tetap berada di posisi semula.“Dia lebih enggak sopan karena narik bajuku. Kamu bisa lihat, kan, kalau bajuku jadi kusut?”Elin sudah mengalihkan pandangan ke arah kerah kemeja Bima yang memang terlihat habis ditarik kencang.“A—da apa sebenarnya?” tanya Elin pada Bima dengan bisikan, tapi tetap mampu masuk ke dalam indera pendengaran Raja karena suasana yang hening di sekitar mereka.“Tiba-tiba aja klienmu itu maks
Elin dan Bima saling pandang bingung.“Apa maksud Mas Raja?”“Kekasih Anda ini sudah mengkhianati Anda, Mbak Velindira. Apakah—”“Tunggu…” Elin mengerjap. Dahinya mengernyit dalam. “Apakah Mas Raja berpikir kalau Bima adalah kekasih saya?”Kali ini Raja yang mengerjap. Lalu mengangguk polos.Elin terdiam beberapa saat. Tak lama, tawa renyah keluar dari mulutnya. “Ya ampun Mas Raja salah paham. Bima adalah sepupu saya, dan—”“S-sepupu???” pekik Raja. Ia melotot. Menatap Elin dan Bima bergantian. Jantungnya nyaris terjungkal dari tempatnya.Bima menatap Raja tajam. “Iya. Se-pu-pu! Dan Anda malah merintah-merintah saya buat jauhi sepupu saya sendiri. Apakah Anda waras?! Lepasin tangan Anda dari sepupu saya! Jangan pegang-pegang!”Raja tersentak saat Bima melepas paksa tangannya dari lengan Elin.“Bim, jangan kasar!”“Kamu bela dia terus, padahal yang 'korban' di sini itu aku, Lin! Aku!” Bima menunjuk dirinya sendiri dengan raut menderita. Mendramatisir keadaan karena sudah terlanjur kesa
Raja berada di anak tangga paling bawah di gedung salah satu pengadilan yang ada di kota ini. Di depannya, tangga itu menjulang tinggi untuk sampai ke depan pintu utama gedung. Raja menyandarkan tubuhnya pada pegangan tangga yang terbuat dari batu alam. Menanti Elin yang sedang memiliki keperluan di pengadilan ini.Informasi tersebut didapat Raja setelah ia mendatangi tempat kerja Elin. Sudah empat hari mereka tak bertemu setelah pertemuannya dan Elin di kafe tersebut. Hal itu membuat Raja tak nyenyak tidur. Terlebih perpisahan mereka kembali penuh kecanggungan dan… ketegangan.Raja merutuki kebodohannya yang diam saja kala Erika menarik lengannya. Raja juga tak dapat berkata apa pun saat Erika mengaku mereka sedang berkencan. Karena nyatanya, mereka memang sedang menjalani kencan buta.Sial!Bisakah Raja menyebut jika kafe tersebut adalah kafe bencana alih-alih kafe yang terlihat cocok untuk orang berkencan?Raja menutup mata. Mengingat set
“A-anginnya kencang. Pakai jas saya.”“Saya sudah pakai jas saya sendiri—”“Akan lebih hangat jika pakai dua jas. Udaranya benar-benar dingin.” Raja tidak mengarang saat mengatakan hal itu. Angin memang berembus kencang beberapa kali sejak mereka berteduh.“Bukankah Mas Raja juga kedinginan?” Elin memperhatikan penampilan Raja yang hanya memakai kemeja putih lengan panjang.“Anginnya masih bisa dikompromi kulit saya.”Elin hanya dapat terdiam saat pria yang berdiri di sampingnya ini bersikeras menyampirkan jas biru tua ke bahunya. Jas yang beberapa waktu lalu menempel di tubuh pria itu. Pandangan Elin beralih ke arah lain saat tatapan mereka bertemu. Jantung Elin masih berdetak kencang. Rasa terkejut belum menghilang sepenuhnya karena kehadiran tiba-tiba sang klien.Hujan deras yang turun, memaksa mereka berlindung di sebuah bangunan yang berada di depan parkiran motor yang ada di gedung pengadilan. Mereka terpaksa menghentikan langkah sebelum sampai ke parkiran mobil yang jaraknya ma
Elin terus merutuki diri di dalam hati. Kenapa pikirannya bisa sekacau ini?? Kenapa bisa-bisanya dia berpikir jauh karena perkataan Raja yang seperti sebuah gombalan?‘Terlalu percaya diri tidak baik untuk kehidupanmu, Velindira! Bisa kamu berhenti berpikir ngawur?!’ maki Elin kembali pada diri sendiri.“Ini bukan masalah itu.”Elin kembali membuka mata, lalu mengernyit tak mengerti.Bukan masalah itu?“Apakah ada dokumen penting lain yang bermasalah, Mas Raja?”“Saya kehilangan dokumen penting di hidup saya, Mbak Velindira.”Elin kembali mengernyit, lalu tak lama, ia membelalak. “Apakah ada dokumen penting milik Mas Raja yang hilang??” tanya Elin panik. Kali ini Elin sudah bersikap profesional. Mengingat jika kemarin ia mengembalikan dokumen penting milik Raja yang sudah tidak diperlukan lagi pada Magani. Raja tidak ada bersama mereka karena pria itu sedang berada d
“Aku mengacaukan semuanya! Bisa-bisanya aku bicara berputar-putar seperti gasing!” bisik Raja memaki diri sendiri. Ia menjambak rambutnya. Merasa bodoh dan yakin kalau Elin tidak akan mau didekati pria aneh seperti dirinya.Jujur, ini adalah kali pertama Raja menyatakan cinta lebih dulu pada seseorang. Ia ingat dulu saat menjalin hubungan pertama kali dengan mantannya, mereka menjalin hubungan pertemanan lebih dulu. Lama kelamaan, perasaan nyaman berubah jadi rasa sayang. Mungkin mantannya juga merasakan hal yang sama, sehingga mengajak Raja untuk menjalin sebuah hubungan yang serius. Karena merasa nyaman dan tidak ada kecanggungan di antara mereka, Raja menyetujui hubungan tersebut. Sayangnya, ‘serius’ yang dimaksud Raja, berbeda arti dengan sang mantan.“M-Mas Raja…” bisik Elin seraya menyentuh bahu Raja. Pria ini terkesiap, dan langsung jatuh terduduk. Tidak menyangka kalau Elin menyentuhnya.“Mas Raja tidak ap
//Velin ( Jodohku maunya kamu. Aamiin ) Maaf ya. Tadi Papi saya jemput.Saya tidak bisa mencari alasan lainuntuk menolak ikut pulang sama Papi. Raja tersenyum kecil saat membaca pesan dari Elin. Kontak yang sebelumnya ia namai ‘Pengacara Velindira’, berganti menjadi ‘Velin’. Nama yang akan Raja sebut sesuai kesepakatan mereka siang tadi. Di belakang nama tersebut, Raja menambahkan dengan kata-kata yang menjadi harapannya. Raja tahu ini norak, dan baru kali ini ia menamai kontak seseorang pakai kata-kata hiasan seperti itu. Raja adalah orang yang simpel, sebelumnya… Tapi kini setelah bertemu Velindira, dia jadi orang yang… berlebihan? Orang yang sudah mengenal baik dirinya pasti akan terbahak saat membaca nama Elin di ponselnya. Ah! Persetan! Raja rasa ini tidak berlebihan. Bukankah ini termasuk doa? Raja kembali membaca pesan Elin. Seharusnya tadi ia yang mengantar Elin pulang, karena sebelumnya mereka sudah janjian. Namun sayang, saat menanti Elin di depan gedung firma hukum mi
“Jangan teriak bisa tidak sih?! D-dan jangan bicara sembarangan!” Kok malah jadi dia kena tuduh. “Gue bertanya karena…” Raja terdiam. Bingung ingin memberi alasan apa pada sahabatnya itu. >> “Karena apa hayo? Ngaku lo kalau lo lagi in lope juga sama cewek lain! Enggak usah pakai istilah ABC deh! Kayak vitamin aja.”“Tidak! Gue cuma cinta sama Velindira!” kata Raja tegas.>> “Terus kenapa nanya kayak gitu?”“Em… t-teman gue, teman gue menjalin hubungan sama dua orang.” Raja menggigit lidah gugup setelah mengatakan hal itu. Di dalam hati, ia memohon maaf sebanyak-banyaknya entah pada temannya yang mana, karena secara tidak langsung, dia sudah memfitnah ‘teman’nya itu. Anggap saja teman khayalan. “G-gue bingung, kenapa bisa seperti itu? Apa bisa rasa dibagi-bagi?”>> “Lah, temen lo yang jalin hubungan, kenapa lo yang bingung? Lagian ya, lo tanya sana sama Ares yang pernah pacaran sama dua cewek sekaligus. Bisa enggak tuh rasa dibagi-bagi?”“Lo kan tahu kalau dulu Ares melakukan hal itu
Magani mengusap-usap lembut surai sang putra. Sesekali tangannya mampir ke dahi Raja untuk memeriksa suhu tubuh si kalem ini. Masih hangat ternyata. Sejak tiba dari bandara lebih dari satu jam lalu, Raja langsung meminta izin membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga setelah melihat keberadaan sang ibu. Kepalanya ia letakkan di pangkuan Magani. Berbaring menyamping menghadap sandaran sofa dengan kedua tangan bersedekap. Tak membutuhkan waktu lama, Raja langsung terlelap. Sempat Magani memerintah putranya untuk makan dan membersihkan diri lebih dulu, tapi Raja menolak. Mengatakan kalau ia sedang tidak enak badan. Akhirnya Magani membiarkan saja sang putra tidur setelah mengetahui kalau suhu tubuh Raja sedang tidak normal.Pria muda yang amat sangat jarang sakit ini memang sedikit manja jika sedang sakit. Maunya dekat dengan Magani. Semandiri apa pun dia, Raja tetaplah anak tunggal yang sesekali memperlihatkan sikap manjanya. Tentu saja hanya pada sang ibu.Drrrtt!Drrrtt!Magani menghe
Elin menunduk. Cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Bima. Ia juga tak sanggup melihat tatapan penuh rasa bersalah yang saat ini terpancar dari mata Bima. Sungguh, Elin tidak ingin Bima juga merasa bersalah. Inilah yang menjadi penyebab ia tak ingin bercerita pada sepupunya ini. Namun apa mau dikata, ia sudah keceplosan bercerita.Bima menghela napas panjang, lalu mengusap sayang puncak kepala sepupu jauh yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. “Nanti kalau dia balik ke sini, aku kasih dia pelajaran!”Elin mengangkat kepala secepat kilat. “Siapa maksud kamu?”“Si Om-om bego lah—AH, Lin! Gak kira-kira kamu nabok punggungku!” Bima meringis seraya mengusap-usap punggung yang baru saja ditabok Elin sekuat tenaga. Gila ini sepupunya! Apa tidak ada tempat lain untuk ditabok? Kenapa harus di tempat yang sama?! Tiga kali loh! Bima yakin punggungnya pasti sudah memerah. “Tu Om-om tau enggak ya kamu galak? Apalagi tabokanmu
“Hiks…”“Sebenarnya kamu ini kenapa sih, Lin?!” Bima mengernyit bingung setengah kesal. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu datang ke rumah Gunawan, Elin tidak berhenti menangis. Ditanya malah nangisnya tambah jadi. Kan bikin jengkel. Padahal dia mau ikut menikmati nonton kartun kucing dan tikus yang terkenal doyannya gelut terus untuk menaikkan mood yang belakangan ini kacau balau. Kebetulan kartun itu sedang tayang. Kartun populer yang enggak ada matinya meski usia tayangnya sudah puluhan tahun.“I-itu…” Elin menunjuk layar televisi, “tikus sama kucingnya berantem! K-kasihan tikusnya! Huaaa~!” Elin menangis semakin kencang saat tokoh tikus kena perangkap si kucing. Mungkin kalau Raja melihat bagaimana kekanakannya sang kekasih saat ini, Raja bisa terkejut sampai terjungkal-jungkal. Karena inilah Elin yang sebenarnya dibalik sikap dewasanya. Meski mungkin sedikit-sedikit Raja mulai merasakan sikap
[ To: KodokYa. Gue masih di Inggris. ][ // Kodok Kapan pulang? Mau gue dan Jihan bantuin buat persiapan nikahnya? ]Raja menggigit pipi dalamnya galau. Pesan yang dikirim Azam membuatnya merutuki diri karena berbohong kepada ketiga sahabatnya kalau acara lamaran itu berhasil. Bukan maksud ingin berbohong, tapi Raja tak ingin kalau ketiga sahabatnya tahu yang sebenarnya, lalu mereka membenci Elin. Tidak. Raja tidak ingin pandangan baik mereka pada Elin selama ini berubah jadi buruk. Belum lagi, dia juga berbohong pada Daniel, mengatakan memundurkan waktu melamar Elin karena belum mendapat tempat istimewa yang pas. Daniel mengomelinya saat mengingat Raja pernah mengatakan kalau sudah dapat tempat itu. Raja merutuki diri karena lupa akan hal itu. Ini nih akibatnya kalau berbohong. Ia segera memutar otak. Memberikan alasan kalau tempat yang waktu itu ia katakan pada Daniel ternyata tidak seistimewa perkiraannya saat Raja datang untuk observasi. Meski kena omelan si Kaisar, tapi setel
“Raja, can you drive Trisha home? ( Raja, bisakah kamu mengantar Trisha pulang? )” tanya salah satu temannya dan Trisha dengan tatapan penuh permohonan. “She didn't bring a vehicle. She did come with me earlier. But after here, I have to go to my mom's house immediately. My mom called earlier. So... I can't take her home. ( Dia tidak membawa kendaraan. Dia tadi datang bersamaku. Tapi setelah dari sini, aku harus segera ke rumah ibuku. Ibuku menelepon tadi. Jadi... aku tidak bisa mengantarnya pulang. )”Raja menatap Trisha dan teman-temannya bergantian. Lalu kembali menatap temannya yang baru saja berkata. Tampaknya ia mencium bau-bau modus. Mereka semua sepertinya sangat serius mendekatkannya dan Trisha kembali. Tadi saja saat hendak berfoto bersama, teman-temannya membuat posisi Trisha berada di sampingnya. Namun Raja tidak tinggal diam. Ia bergeser ke belakang, memberi alasan kalau ia kurang nyaman berfoto di depan. “
[ // Calon Bidadari Surga-ku ( Insyaallah Menuju Halal )Mas, kabari aku kalau sudahpulang ya…Kita harus bicara. ][ Me Iya. ]Raja menatap nanar layar ponsel yang masih menampilkan ruang pesannya dan Elin di Cuitters. Komunikasi yang singkat, bukan? Tidak seperti sebelum-sebelumnya. Bahkan bisa dibilang, ini komunikasi melalui chat ke dua setelah ia berada di Inggris. Hubungannya dan Elin menjadi dingin. Sudah pasti karena masalah yang terjadi dan kesibukan masing-masing. Kesepakatan kerjasama yang akan dijalani JCA dan pihak asing akan mencapai titik akhir. Tentunya setelah semua keinginan kedua belah pihak masuk ke dalam surat perjanjian. Selama lima hari ini, Raja benar-benar memusatkan perhatian pada pekerjaan. Lebih tepatnya, memaksakan diri agar pikirannya tid
“Kamu baik-baik saja, Ja?”Raja mengulas senyum kecil saat sang om menegur seraya menepuk bahunya. Sementara beberapa orang lainnya dari pihak JCA yang juga ikut ke Inggris, sedang sibuk membangun percakapan mereka sendiri.“Baik, Om.”“Tapi kok kayak lemas begitu? Belum cukup ya charge energi cinta dari Velindira?”Deg!Senyum Raja luntur. Mendengar nama itu, jadi mengingatkannya akan kejadian semalam. Elin benar-benar tidak datang. Bahkan sampai Raja bertahan di sana sampai menjelang subuh tadi. Sebelumnya ia sempat ketiduran hampir dua jam lamanya. Hal itu terjadi setelah sang supir menghubunginya untuk memberitahu Elin minta berhenti di jalan, lalu wanita itu menaiki sebuah taksi online. Beruntung Raja memesan tempat lamarannya itu dua puluh empat jam. Sehingga seharusnya sampai sekarang pun, tempat itu masih menjadi hak Raja.Mungkin Raja terlalu bodoh tetap bertahan di sana sampai m
[ // KampretAstagfirullah sorry, Kus, typo. Maksud gue ‘nerima lo’. Ni laki-bini juga gak bosen kompak balesin gue@Kodok Milik Jihan @Jihan Milik Kodok? ][ // Jihan Milik KodokYa habisan kamu gak jelas banget typonya.Bikin Raja jantungan aja. ][ // Kodok Milik JihanGue yakin lo gak typo kan? ][ // KampretJangan mancing huru-hara deh, Dok!Liat noh si Tikus sampe nyalain capslock.Gil*, baru kali ini gue kena amuk chat si Tikus!Calon binik blm dateng @JRaja? ][ //JRajaBelum. Tapi sudah di perjalanan.Ehem… lo enggak sedang mengalihkan pembicaraan kan?Lo benar enggak ada niat rebut calon istri gue kan @Kampret?! ][ // KampretAstagfirullah. Beneran.Lagian gue udh punya binik. Gak niat juga nambah binik kok. ][ //Kodok Milik JihanMampus lo @Kampret! Hahaha ][ // Jihan Milik KodokSelamat dicurigai karena typoEh? Atau… pura-pura typo ya??? ][ //JRajaJadi lo typo atau tidak @Kampret?! ][ // KampretBeneran typo, RAJA JAGAPATI!Mam, @Jihan Milik Kodok tanggung jawab g