Njir... Geli sendiri pas baca chat Raja-Elin
Setelah kepergian Magani – Yang mana tidak diketahui Raja sama sekali kalau sang ibu sempat mampir ke kamarnya–, suasana di kamarnya hening. Raja maupun Elin tak lagi bersuara. Hanya deru napas keduanya yang saling bersahutan, yang menandakan panggilan mereka masih tersambung.Tak lama, Raja memecah keheningan tersebut. Meminta Elin untuk segera makan. Sambungan terputus setelah mereka mengucapkan salam perpisahan dengan canggung.Raja memegang jantungnya yang masih bertalu kencang. Senyum lebar tersungging dari bibir.
“Aku enggak bisa marah kalau sama kamu.”>> “Jangan sok lembut sama bini gue, Kus!”Raja memutar bola mata malas mendengar nada kesal Azam yang menjurus ke arah cemburu.>> “Apa sih kamu!”>> “Aku kan—”>> “Jangan mulai deh. Kamu kayak enggak tahu aja kalau sahabat kamu itu emang enggak bisa kasar sama cewek.”>> “Yang—”>> “Diam dulu, Sayang, aku mau ngomong sama Raja.”>> “Iya-iya.”>> “Ehm… Ja…”“Hm?” jawab Raja setelah akhirnya perdebatan suami istri itu berakhir dan perhatian Jihan kembali kepadanya.>> “Kamu kan udah lama nih gak jalin hubungan setelah putus sama yang dulu itu.”Raja tersenyum kecil mendeng
“Terima kasih atas sarannya.”“Sama-sama, Bu Syarif. Jika Ibu sudah memutuskan mau pakai jalur hukum atau tidak, Ibu bisa menghubungi saya lagi.” Elin berjalan bersisian dengan seorang wanita yang mana adalah calon kliennya menuju ke arah pintu ruang kerja wanita ini.Elin membuka pintu, lalu mempersilakan wanita tersebut keluar lebih dulu.“Terima kasih. Setelah konsultasi dengan Pengacara Velindir
Tawa canggung terdengar di seberang sana. Elin membayangkan wajah Raja yang gugup. Mungkin juga pria itu sedang mengusap tengkuknya.>> “Jadi sudah sampai ya?”“Kenapa Mas Raja mengirimkan makanan-makanan itu?”>> “Saya merasa bersalah karena mengingkari janji yang telah kita buat.”Elin menggigit bibir. “Mas Raja tidak harus melakukannya. Tidak ada yang diingkari. Mas Raja juga sudah memberitahu saya sebelumnya, jadi itu namanya tidak ingkar. Kecuali, kalau Mas Raja tidak ada konfirmasi apa pun.”>> “Tetap saja… Ah sial!”Elin mengerjap. Ada apa dengan pria itu?>> “Seharusnya saya mengingat janji dengan klien, sehingga saya tidak sembarangan mengajak kamu makan bersama disaat jadwal saya ternyata penuh.”Hati Elin menghangat. Pria itu benar-benar orang yang tidak enakan.>>
Pusaka Nyaris Karatan// KampretKus, udah ikutin smua saran gue?To : KampretSudah smua.// KampretGood. Yang nurut ya jadi murid.Biar lo cepet nyusul gue & Azam.Kasian pusaka lo.Raja menggigit bibir kesal. Ia tahu maksud sahabatnya itu apa. Mentang-mentang mereka berdua sudah berkeluarga, seenaknya saja meledek Raja yang masih sendiri. Biasanya, Raja tidak mudah terpancing emosi jika para sahabatnya meledek Raja yang masih betah dengan kesendirian. Tapi semenjak terpesona pada Elin, rasa-rasanya dia jadi iri dengan kehidupan rumah tangga para sahabatnya.To : KampretSialan lo, Kampret!Lo sama
“K-kamu—"“Maaf. Saya—Hachi!”Brak!Elin terkejut ketika Raja membuka pintu mobilnya dengan kasar. Pria itu keluar dengan tergesa. Dapat Elin lihat rahang Raja mengeras. Menandakan jika pria itu sedang emosi.“M-Mas Raja—”Ucapan Elin terhenti saat Raja membuka pintu jok belakang. Pria itu mengambil bunga yang tadi sempat ia berikan pada Elin. Tatapan mereka bertemu.“Tunggu sebentar ya. Saya akan menyingkirkan bunga ini.” Setelah mengatakan itu, Raja tersenyum lembut. Pergantian ekspresi Raja sangat cepat. Berbeda dengan apa yang baru saja diperlihatkannya saat keluar dari mobil.“Maafkan say—”Ucapan Elin lagi-lagi terhenti saat Raja menggeleng. “Saya yang minta maaf. Saya tidak tahu kamu alergi. Saya harus segera menyingkirkan bunga ini agar kamu tidak menderita lagi,” terang Raja dengan wajah kesal. Entah ditujukan pada siapa kekesalan
“Mau cari Raja ya?” Magani memperhatikan seorang wanita muda yang berdiri di depannya. Wajahnya cantik. Rambutnya panjang tergerai dan berwarna pirang. Bukan pirang alami. Pakaiannya terlihat rapi. Di tangannya terdapat bungkusan bertuliskan nama toko kue yang sudah terkenal di negara ini. Tadi, penjaga keamanan yang berjaga di pos depan rumah, menghubunginya untuk memberitahu jika ada seorang wanita muda yang mencari Raja. Karena penasaran, Magani memerinta sang penjaga keamanan meminta wanita itu masuk. “Y-ya. Mas Raja-nya ada?” “Raja sudah sejak pagi tadi berangkat ke kantor. Kalau boleh tahu, ada perlu apa ya?” “Saya mau bertemu dengan Mas Raja. Maaf, Ibu ini—?” “Saya ibunya Raja.” Magani menjawab saat wanita di depannya ini menggantung ucapan seakan bertanya. Mata wanita muda itu membelalak. Segera saja ia menyambar tangan Magani. Membuat Magani berjengit karena terkejut. Siapa yang tidak terkejut jika tangannya tiba-tiba disalami. Asisten rumah tangga yang berada di sampin
Elin terdiam kaku. Masih tak percaya bertemu dengan wanita yang pernah menjadi pasangan kencan buta satu-satunya pria asing yang kini berhubungan dekat dengannya. “Mbak Elin dan Nak Zahra sudah saling kenal?” “Zahra?” Elin mengernyit bingung saat Magani menyebut nama Erika menjadi Zahra. “Nama saya Erika Zahra.” “O-oh.” Elin segera mengerti setelah mendapat penjelasan dari wanita resek di Fastbus kala itu. “Nak Zahra kenal Mbak Elin di mana?” Elin kembali menatap Magani. Ada rasa tak nyaman di hatinya saat Magani memanggil wanita itu dengan akrab. Seolah ada hubungan kuat yang terjalin antara Magani dan Erika. Erika… Wanita itu kenapa bisa ada di rumah Raja? Bukankah Raja mengatakan jika hubungannya dan Erika hanya sebatas hubungan kencan buta yang bisa dikatakan gagal? Elin masih mengingat jelas kalau Raja mengatakan tak ada pasangan kencan butanya yang spesial, termasuk Erika. “Ehm… kami—” “Kami ketemu di kafe yang sama saat saya dan Mas Raja bertemu, Tante.” Tante??? Pera
“Velin naik pesawat apa?” tanya Raja di sela langkah kakinya yang terburu-buru. Di sampingnya, Bima tampak menyamai kecepatan langkah si King Raja yang sudah tidak sabar bertemu dengan pujaan hati. Raja ingin segera memberikan obat penenang yang berada di saku kemejanya sebelum sang kekasih terbang. Syukur-syukur tidak jadi terbang. Atau mungkin… Raja akan ikut terbang juga ke manapun Elin pergi. Kan memang niat awalnya ingin menempeli Elin sampai Elin kec*nduan dengan kehadirannya. Pokoknya Raja mau menggentayangi Elin mulai sekarang!“Penerbangan luar kota kan? Kota mana? Apa di sana?” Raja melangkah menuju gate untuk penerbangan domestik. Namun langkahnya tertahan karena Bima menarik lengannya.“Bukan.”“Terus di mana?” tanya Raja tak sabar.“Em…” Bima tampak ragu mengatakan sesuatu. Ia menggaruk tengkuk salah tingkah dengan sebelah tangan yang bebas.Apa yang Bima l
“Om, kamu beneran enggak mengkhianati Elin kan?”Raja menoleh ke arah pria yang sedang mengemudi di sampingnya. Sejak hening entah berapa lama setelah mereka meninggalkan kediaman Gunawan, pria yang ia gaungkan sebagai rival-nya itu bertanya dengan nada waswas. Bukan nada mengesalkan seperti saat di depan rumah Elin tadi.“Saya bukan orang yang seperti itu. Terserah kamu mau percaya atau tidak. Dan mengenai kenapa saya tidak menepis berita itu, karena saya benar-benar tidak tahu. Seperti apa yang saya katakan tadi, saya menghapus semua sosial media di ponsel saya setelah masalah saya di sana selesai.”“Kenapa kamu hapus, Om? Jadinya kamu enggak tau kan kalau kamu jadi pembahasan ‘lagi’ di sosmed.”“Saya pikir kan masalahnya sudah selesai. Jadi ya sudah saya hapus saja daripada tidak pernah saya pergunakan. Bukankah Mubazir ruang penyimpanan kalau saya pertahankan? Tidak sangka ternyata ada mas
“Mau ke mana dulu?”“Menemui Velin! Ayo kita tanyakan pada KEKASIH SAYA, siapa sebenarnya yang dia cintai!” kata Raja datar. Namun tatapannya tajam menusuk. Napasnya masih memburu karena emosi yang belum mereda sama sekali. Namun, Raja merasa buang-buang waktu tarung sama Bima. Bukan, bukan Raja takut pada Bima setelah pria itu sempat meninjunya. Walaupun bisa dikatakan Bima memiliki tenaga yang boleh juga, tapi Raja yakin bisa mengalahkan pria itu kok. Tapi Raja tetaplah Raja yang sebenarnya tidak suka cara kekerasan seperti tadi. Anggap saja dia tadi sedikit khilaf telah meninju Bima dua kali. Raja akan memilih menanyakan langsung pada Velin-nya siapa sebenarnya yang ada di hati wanita itu. Atau kalau memang Elin mencintai dua pria sekaligus, Raja ingin tahu berapa persen kedudukannya di hati Elin. Kalaupun lebih kecil Raja, Raja harap tidak selisih jauh. Sehingga Raja masih bisa segera mengejar ketertinggalannya sampai menjadi seratus persen. Sampai nama Bima gone dibawa angin.“El
“Ngapain Bang Toyib ke sini?”Raja mengernyit tak suka setengah bingung saat mendengar perkatakan rivalnya, Bima si SEPUPU JAUH sang kekasih. Kenapa pria itu ada di rumah ini?! Alih-alih mendapati keberadaan sang kekasih, Raja justru disuguhi wajah songong pria mengesalkan itu. Apa sejak ia pergi, Velin-nya dan Bima sering menghabiskan waktu bersama?Kedua tangan Raja terkepal kuat.Si*lan!Tidak bisa dibiarkan!Rencana membuat Elin kecanduan akan kehadirannya harus segera dilaksanakan DETIK INI juga!“Siapa yang kamu sebut ‘Bang Toyib’?”“Anda lah. Memang siapa lagi yang enggak pulang-pulang malah sibuk selingkuh? CLBK sama mantan? Idih! Enggak banget! Kayak enggak ada cewek lain aja!”“Nama saya ‘Raja’, bukan ‘Bang Toyib’! Dan jangan bicara sembarangan! Siapa yang CLBK?!”“Jangan pura-pura beg0. Enggak punya HP atau gimana? Bukannya Anda lagi jadi selebriti di sosmed? Akun Anda juga bolak-balik kena tag loh. Masih mau belagak beg0? Atau jangan-jangan kamu b*ta?” sinis Bima tajam.Ra
“Jangan teriak bisa tidak sih?! D-dan jangan bicara sembarangan!” Kok malah jadi dia kena tuduh. “Gue bertanya karena…” Raja terdiam. Bingung ingin memberi alasan apa pada sahabatnya itu. >> “Karena apa hayo? Ngaku lo kalau lo lagi in lope juga sama cewek lain! Enggak usah pakai istilah ABC deh! Kayak vitamin aja.”“Tidak! Gue cuma cinta sama Velindira!” kata Raja tegas.>> “Terus kenapa nanya kayak gitu?”“Em… t-teman gue, teman gue menjalin hubungan sama dua orang.” Raja menggigit lidah gugup setelah mengatakan hal itu. Di dalam hati, ia memohon maaf sebanyak-banyaknya entah pada temannya yang mana, karena secara tidak langsung, dia sudah memfitnah ‘teman’nya itu. Anggap saja teman khayalan. “G-gue bingung, kenapa bisa seperti itu? Apa bisa rasa dibagi-bagi?”>> “Lah, temen lo yang jalin hubungan, kenapa lo yang bingung? Lagian ya, lo tanya sana sama Ares yang pernah pacaran sama dua cewek sekaligus. Bisa enggak tuh rasa dibagi-bagi?”“Lo kan tahu kalau dulu Ares melakukan hal itu
Magani mengusap-usap lembut surai sang putra. Sesekali tangannya mampir ke dahi Raja untuk memeriksa suhu tubuh si kalem ini. Masih hangat ternyata. Sejak tiba dari bandara lebih dari satu jam lalu, Raja langsung meminta izin membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga setelah melihat keberadaan sang ibu. Kepalanya ia letakkan di pangkuan Magani. Berbaring menyamping menghadap sandaran sofa dengan kedua tangan bersedekap. Tak membutuhkan waktu lama, Raja langsung terlelap. Sempat Magani memerintah putranya untuk makan dan membersihkan diri lebih dulu, tapi Raja menolak. Mengatakan kalau ia sedang tidak enak badan. Akhirnya Magani membiarkan saja sang putra tidur setelah mengetahui kalau suhu tubuh Raja sedang tidak normal.Pria muda yang amat sangat jarang sakit ini memang sedikit manja jika sedang sakit. Maunya dekat dengan Magani. Semandiri apa pun dia, Raja tetaplah anak tunggal yang sesekali memperlihatkan sikap manjanya. Tentu saja hanya pada sang ibu.Drrrtt!Drrrtt!Magani menghe
Elin menunduk. Cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Bima. Ia juga tak sanggup melihat tatapan penuh rasa bersalah yang saat ini terpancar dari mata Bima. Sungguh, Elin tidak ingin Bima juga merasa bersalah. Inilah yang menjadi penyebab ia tak ingin bercerita pada sepupunya ini. Namun apa mau dikata, ia sudah keceplosan bercerita.Bima menghela napas panjang, lalu mengusap sayang puncak kepala sepupu jauh yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. “Nanti kalau dia balik ke sini, aku kasih dia pelajaran!”Elin mengangkat kepala secepat kilat. “Siapa maksud kamu?”“Si Om-om bego lah—AH, Lin! Gak kira-kira kamu nabok punggungku!” Bima meringis seraya mengusap-usap punggung yang baru saja ditabok Elin sekuat tenaga. Gila ini sepupunya! Apa tidak ada tempat lain untuk ditabok? Kenapa harus di tempat yang sama?! Tiga kali loh! Bima yakin punggungnya pasti sudah memerah. “Tu Om-om tau enggak ya kamu galak? Apalagi tabokanmu
“Hiks…”“Sebenarnya kamu ini kenapa sih, Lin?!” Bima mengernyit bingung setengah kesal. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu datang ke rumah Gunawan, Elin tidak berhenti menangis. Ditanya malah nangisnya tambah jadi. Kan bikin jengkel. Padahal dia mau ikut menikmati nonton kartun kucing dan tikus yang terkenal doyannya gelut terus untuk menaikkan mood yang belakangan ini kacau balau. Kebetulan kartun itu sedang tayang. Kartun populer yang enggak ada matinya meski usia tayangnya sudah puluhan tahun.“I-itu…” Elin menunjuk layar televisi, “tikus sama kucingnya berantem! K-kasihan tikusnya! Huaaa~!” Elin menangis semakin kencang saat tokoh tikus kena perangkap si kucing. Mungkin kalau Raja melihat bagaimana kekanakannya sang kekasih saat ini, Raja bisa terkejut sampai terjungkal-jungkal. Karena inilah Elin yang sebenarnya dibalik sikap dewasanya. Meski mungkin sedikit-sedikit Raja mulai merasakan sikap
[ To: KodokYa. Gue masih di Inggris. ][ // Kodok Kapan pulang? Mau gue dan Jihan bantuin buat persiapan nikahnya? ]Raja menggigit pipi dalamnya galau. Pesan yang dikirim Azam membuatnya merutuki diri karena berbohong kepada ketiga sahabatnya kalau acara lamaran itu berhasil. Bukan maksud ingin berbohong, tapi Raja tak ingin kalau ketiga sahabatnya tahu yang sebenarnya, lalu mereka membenci Elin. Tidak. Raja tidak ingin pandangan baik mereka pada Elin selama ini berubah jadi buruk. Belum lagi, dia juga berbohong pada Daniel, mengatakan memundurkan waktu melamar Elin karena belum mendapat tempat istimewa yang pas. Daniel mengomelinya saat mengingat Raja pernah mengatakan kalau sudah dapat tempat itu. Raja merutuki diri karena lupa akan hal itu. Ini nih akibatnya kalau berbohong. Ia segera memutar otak. Memberikan alasan kalau tempat yang waktu itu ia katakan pada Daniel ternyata tidak seistimewa perkiraannya saat Raja datang untuk observasi. Meski kena omelan si Kaisar, tapi setel