‘Bismillahirohmanirohim, Ya Allah lindungilah aku’ gumam Dzurriya sambil memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.“Silakan dikunyah nyonya.” Semakin pelayan itu mempersilahkannya makan, semakin ia terasa dipaksa, dan semakin ia curiga.“Pikirkan sesuatu Dzurriya,” gumamnya di dalam hati.“Nyonya!” seru pelayan itu begitu keras, dan membuatnya tersentak. Ia tanpa sengaja menelan makanan itu‘Allah’Tiba-tiba terdengar tepuk tangan dari arah depan.Alexa masuk dengan wajah sinisnya menatap tajam ke arah Dzurriya“Apa kau kira aku akan meracunimu?” ucap wanita itu dengan nada begitu dingin.Dzurriya hanya bisa diam dan tak berani menjawab. Ia takut kemurkaan wanita itu akan membahayakan dirinya dan bayinya.“Aku tidak sehina dirimu, Dzurriya,” ucap Alexa yang baru saja menghampirinya itu sambil berbisik sinis di telinganya.‘Bahkan setiap saat kau selalu menghinaku, Alexa. Tanpa kau ingatkan pun aku tahu dimana posisiku’ pikir Dzurriya sambil menatapnya nanar.“Aku tidak ak
Dzurriya berlari jedepan dengan panik diikuti oleh pelayannya itu.Ia segera menghampiri Eshan yang sedang digendong pengawalnya masuk ke dalam lift dalam keadaan lemas, menuju kamarnya tersebut.Dzurriya mengikutinya.“Nyonya Dzurriya dilarang naik ke atas atas perintah Nyonya Alexa,” ucap salah satu pengawal mencegahnya masuk ke dalam lift.“Biarkan dia masuk,” ucap Tikno yang baru saja sampai di tempat itu.“Tapi Nyonya Alex…..”“Ini perintah Tuhan Eshan, apakah kau hendak membantahnya?”Pengawal itu kelihatan tak berani dan mundur.Dzurriya menghela nafas lega. Ia segera masuk ke dalam lift diikuti oleh Tikno.Ia sudah tak peduli lagi, jika nanti di atas ia akan dimaki-maki oleh istri pertama suaminya itu.Dengan cemas dipandangnya wajah lelaki yang terlihat pucat tersebut.“Apa yang terjadi? kenapa Tuan pingsan?” tanya Dzurriya begitu khawatir.Sepertinya Tuan dehidrasi Nyonya, dari pagi Tuan muntah-muntah terus.‘Allah, kamu kenapa, Mas?’ gumam Dzurriya dalam hati.Tak berselan
“Aku akan membiarkanmu merawat Eshan, namun jangan sekali-kali kau membiarkan dia tahu tentang kehamilanmu. Aku yang akan memberitahu dan menjelaskan padanya nanti.”Dzurriya masih tak habis pikir, bagaimana istri pertama suaminya itu menyerahkan perawatan suaminya padanya, dengan begitu mudahnya.“Aku harusnya bahagia Mas tapi kenapa aku merasa Iba padamu,” gemam Dzurriya lirih sambil mengompres dahi suaminya itu.Dilihatnya jarum jam panjang sudah menunjuk angka dua belas.Dzurriya mulai menguap beberapa kali.Ia akhirnya menyandarkan kepalanya di tepi ranjang suaminya tersebut. Rasa kantuknya sudah tak tertahan.Perlahan, Ia pun tertidur di sana dalam keadaan duduk bersandar di samping suaminya.******Dzurriya menggeliat pelan, Ia merasakan kerudung di bagian kepalanya tengah dibelai dengan lembut.Ia menggeser tubuhnya sedikit dan menelan ludahnya sembari mengulum bibirnya yang kering, kemudian tertidur kembali.Seperti ada lengan tangan yang lumayan kekar di bawah tengkuk leherny
“Kau benar-benar pandai memasak,” puji Eshan sambil menyendok kembali bubur buatan Dzurriya. Lelaki itu tampak begitu menikmatinya sembari duduk di meja dapur.Dzurriya tersenyum hangat mendengarnya seraya berkata, “Apakah enak?”Lelaki itu tampak tersenyum mengangguk.‘Maaf Mas, aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya’“Kenapa serius begitu, apa ada masalah?” tanya Eshan yang mungkin menyadari ekspresi Dzurriya yang termangu melihatnya.Dzurriya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Lelaki itu tiba-tiba menyodorkan sendok berisi bubur ke arah Dzurriya yang berada di depannya.“Makanlah, kau pasti belum makan dari pagi, kan?” ujar Eshan terdengar begitu lembut.Dzurriya menurutinya dan membuka mulutnya.‘Terima kasih, Mas”Sekali lagi lelaki itu menyuapi Dzurriya. ‘Andai waktu terhenti di saat ini’“Mas, aku ingin duduk di taman belakang bersamamu habis ini. Apakah boleh?”Lelaki itu mengerjapkan matanya sambil mengangguk dan tersenyum.Tak berapa lama, lelaki itu telah selesai m
“Mas Eshan, kamu ngapain?” tanya Dzurriya yang tanpa sengaja melihat suaminya itu tengah menciumi perutnya.“Aku berharap proses IVf kemarin berhasil dan ada benihku di dalam perutmu ini.”Dzurriya begitu kaget mendengar pernyataan suaminya itu. ‘Apakah ini alasanmu Mas, sampai kau begitu baik padaku akhir-akhir ini’ pikir Dzurriya yang langsung bangkit dengan agak kesal hingga lelaki itu hampir saja terjungkal jatuh.“Apa kau marah?” tanya lelaki itu sambil berdiri menatapnya dalam-dalam.“Untuk apa aku marah?” elak Dzurriya sambil memalingkan muka ke arah lain. Namun setelah beberapa saat lelaki itu malah menikmati udara di taman itu dan tak kunjung membujuknya.Ia menjadi sangat kesal bagaimana suaminya itu begitu tidak peka.“Apa aku bagimu hanya mesin pembuat anak, Mas. Berarti selama ini aku tak berarti apa-apa, Begitu mas?” ucapnya marah sambil meneteskan air mata. Lelaki itu tampak menatapnya iba dan mulai merasa bersalah dan mencoba untuk memegang tangannya, namun Dzurriya
Eshan terlihat menyelimutinya dan hendak keluar.Dzurriya yang masih ketakutan dan tak bisa menguasai dirinya yang terus gemetar, segera meraih tangan suaminya itu kembali dan menariknya.Ia menggelengkan kepala dengan matanya yang berkaca-kaca kembali.Bayangan nakal paman Braha yang terus menggodanya, membuatnya begitu jijik dan cemas.Suaminya itu tampak menoleh, kemudian membalikkan badannya kembali ke arah Dzurriya.Dia kemudian menepuk punggung tangan Dzurriya yang sedang memegang erat tangannya itu seraya berkata, “aku tak akan meninggalkanmu, aku cuma mau menutup pintu sebentar.”Namun Dzurriya yang terlanjur takut, tetap memegangnya.“Tidak apa,” ujar lelaki itu sambil mengerjapkan matanya dan mengangguk pelan, kemudian melepaskan tangan Dzurriya yang mulai melemas dengan tangan lainnya.Lelaki itu tampak berjalan menuju pintu kamar, kemudian menutup dan menguncinya.Setelah itu, dia kembali membalikkan badan ke arah Dzurriya dan menghampirinya. Wajahnya terlihat tersenyum ha
Dzurriya segera menutup perutnya dengan gugup. Ia bingung harus ngomong apa.“Apakah kamu sedang hamil?” tanya Ehsan dengan mata berbinar-binar sambil mendekati istri keduanya tersebut.‘jangan sekali-kali kau membiarkan dia tahu tentang kehamilanmu!’Ucapan Alexa tersebut kembali bergema dalam pikiran Dzurriya.‘Allah, Apa yang harus kulakukan?” pikir Dzurriya semakin gugup.Lelaki itu semakin dekat, bahkan langkah kakinya yang berat itu terdengar menghentak lantai semakin keras di telinga Dzurriya.“Ini karena aku gendutan aja, Mas,” ujarnya sambil memaksa dirinya tersenyum untuk menyembunyikan kecemasannya, karena begitu gupuh.Lelaki itu terlihat terhenti melangkah dengan wajah tak percaya, ia menatap mata Dzurriya bergantian.“Setelah hampir setengah tahun aku menikah denganmu, jangan kira kau semakin mahir membodohiku, Dzurriyatul Jannah. Perut itu nyata-nyata terlihat buncit, bukan seperti perut wanita yang gendutan, kau hamil, kan? tanya lelaki itu marah, wajahnya berubah din
Dzurriya tengah menyantap makanannya di taman, saat tiba-tiba suara sepatu high heels madunya terdengar berjalan ke arahnya. Ia tak ingin emosinya tersulut, itu kenapa Ia memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya, dan beranjak masuk sambil membawa senampan makan siang berisi sepiring nasi dan segelas susu. Namun tiba-tiba wanita itu terhenti sambil tersenyum sinis. “Jangan menghindariku!” ucap wanita itu dengan suara rendahnya, membuat Dzurriya sontak berhenti melangkah. Sebenarnya ia sangat malas mendengar apapun dari wanita itu, karena setiap ucapannya terdengar manipulatif. “Apa kau tidak tahu kalau aku Nyonya di rumah ini?” ucap wanita itu sinis. ‘Terserah’ pikir Dzurriya. Sepertinya wanita itu memang sengaja menegaskan kepada Dzurriya bahwa ia bukanlah siapa-siapa di rumah itu. Dzurriya berusaha untuk tidak menghiraukannya dan berjalan berlalu masuk. Namun wanita itu sepertinya tidak terima, ia menarik lengan Dzurriya dan mulai berkata rendah, “Aku tidak akan
BrakTerdengar suara benturan dari bagian belakang kursi roda yang dinaiki Dzurriya karena menabrak dinding. Kursi roda itu tiba-tiba saja ditarik ke dalam sebuah ruangan oleh seseorang, kemudian kerangka sandarannya didorong ke belakang dengan cepat.Kejadian yang begitu cepat itu spontan membuat Dzurriya tersentak dengan tarikan nafasnya yang terjeda yang kemudian terengah-engah.Pria segera berusaha menguasai dirinya yang berdebar hebat dengan menelan ludahnya, kemudian perlahan mendongakkan kepalanya ke atas, menatap siapa yang sudah menariknya ke dalam ruangan tersebut.‘Mas!’Tampak wajah sang suami terlihat merah padam, sepertinya laki-laki itu sedang kesal.“Apa sebenarnya yang kau inginkan?” ucap suaminya itu terdengar begitu sinis dan dingin.“Yang kuinginkan? Apa maksudmu?” tanya Dzurriya tak mengerti dengan apa yang diucapkan lelaki itu padanya.“Jangan pura-pura lugu kau sedang memanfaatkan kami berdua, kan?” tuduh Eshan tampak menatapnya semakin dekat dan semakin dingin.
“Kenapa kau membiarkannya pergi?” tanya Ryan tampak menatap Dzurriya dengan heran, setelah kepergian Eshan yang terlihat kesal, saat mendapati dirinya dan Ryan bersama.“Bukankah kau juga menginginkannya?” ucap Dzurriya bertanya balik padanyaLelaki itu tampak memicingkan matanya sembari melirik ke arahnya, “jangan berbohong padaku! bahkan kau melakukannya bukan untukku, apa kau cemburu karena Alexa tadi tiba-tiba datang dan menciumnya?”“Jangan bicara omong kosong! untuk apa aku cemburu pada wanita murahan seperti dia? cepat dorong aku!” ujar Dzurriya berusaha mengalihkan pembicaraan.Ryan tampak terkesiap mendengar penuturannya tersebut.“A–apa maksudmu? Kenapa kau menyebutnya murahan?” tanya lelaki itu terdengar terbata-bata dan berhati-hati.Dzurriya kembali menoleh ke belakang dan menatap lelaki itu dalam-dalam.‘Apa kau benar-benar yakin mau mendengarnya dariku?’ pikir Dzurriya kemudian menelan ludahnya.“Apa kau benar-benar tidak ingin membawaku untuk keluar? aku begitu penat b
“Apa?” Tampak Eshan berusaha memastikan apa yang barusan ia dengar tersebut, dengan alisnya yang tampak saling mendekat dan hampir menyatu.“Jadi jangan sia-siakan dia! atau aku akan segera merebutnya darimu,” ujar Ryan tiba-tiba menarik kerah Eshan, sambil menatap begitu tajam ke arah kakak sepupunya tersebut.‘Hah!” desah Dzurriya penuh sesal, Iya begitu terkesiap sekaligus tak menyangka kalau mantan kekasihnya itu bakal bicara sembarangan seperti itu.Sementara Alexa terlihat nyengir kegirangan, Ia bahkan terlihat sangat menikmati pemandangan itu.Berbeda dengan dirinya yang mulai was-was, apalagi melihat suaminya itu memegang tangan Ryan yang tengah mencengkeram kuat kerah bajunya, kemudian perlahan menurunkan tangan adik sepupunya itu, dan mulai menatapnya dengan tajam.‘Jangan-jangan mereka akan berkelahi!’ pikir Dzurriya.Tapi apa yang akan terjadi melampaui perkiraannya.“Kalau kau sangat menyukainya…”‘Apa yang mau kau katakan, Mas?’ pikir Dzurriya sambil menatap mata suamin
BekTerdengar suara pukulan begitu keras, diikuti cairan yang terasa memancar di pipi kiri Dzurriya, tapi anehnya Dzurriya tak merasakan apa-apa.“Apa yang terjadi?” pikirnya.Dengan heran dibukanya matanya perlahan penuh was-was.Tampak tubuh tua bangka itu tergolek lemah di sampingnya dengan sisa-sisa bercak di tepi mulutnya, sepertinya itu adalah darah.Seketika Dzurriya langsung tersentak, sembari kembali menutup mulutnya yang mendesah singkat.Dialihkannya kemudian pandangannya ke arah seseorang berkemeja putih yang tampak memukul satu persatu para pengawal itu dengan membabi buta di depannya.“Mas!” Panggil Dzurriya lirih, begitu mendapati wajah lelaki yang tadi membelakanginya itu tiba-tiba menendang kepala seorang pengawal hinggap badannya memutar menghadap ke arah Dzurriya.Sementara itu tiba-tiba terlihat tangan Braha yang tersungkur di sebelahnya meraba-raba, seperti tengah hendak meraihnya. Dzurriya yang terperanjat kaget langsung menyeret tubuhnya mundur.Namun badan le
Dzurriya hendak menjelaskan kalau dia benar-benar amnesia, dan baru ingat semuanya, namun tiba-tiba tubuh Ryan tersentak hebat bersamaan dengan darah yang tiba-tiba memancar keluar dari dalam mulut mantan tunangannya itu.Sontak Eshan begitu terperanjat kaget dan terlihat langsung menghampiri sepupunya itu, kemudian menggendongnya.Dzurriya yang begitu syok hanya bisa menoleh sambil mendesah cepat, dan seketika menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya sendiri langsung berkaca-kaca.Ia lalu mengikuti suaminya yang setengah berlari dengan panik itu.Namun tiba-tiba tangan kanan Alexa menjulur dan menghalangi jalannya.Dzurriya menoleh ke arah wanita itu dengan heran, namun wanita tak punya hati itu malah tersenyum nyengir ke hadapannya, dan segera melirik ke arah pengawalnya tadi, yang sepertinya terlupakan oleh suaminya.Dia kemudian menggerakkan bola matanya melirik ke arah Dzurriya dengan cepat.Alhasil dalam sepersekian detik saja, para pengawal itu langsung membungkam mulut
Dzurriya segera mencari sesuatu di badan Ryan. Kalau perkiraannya benar, dan lelaki itu datang ke sana untuk menyelamatkannya, pasti dia membawa sesuatu untuk membela diri, dan benar saja itu yang menemukan senjata api di bagian dalam saku jaketnya.Dzurriya segera mengambil senjata itu dan berlari ke belakang pintu. Namun na’as, pintu itu tiba-tiba terbuka begitu saja, mata Dzurriya langsung membelalak lebar, tubuhnya pun yang tadinya condong kedepan karena buru-buru berlari ke belakang pintu, sontak menegak bersamaan dengan matanya yang menoleh ke arah pintu tersebut.Dengan panik, ia segera mengokang pistolnya, dan mengarahkan pistol itu pada seseorang yang masuk pertama, yang tak lain adalah paman istri pertama suaminya itu.Tapi karena Ia tidak mahir sama sekali juga begitu gugup, peluru pistol itu malah meluncur ke arah daun pintu tadi dan menyebabkan suara dentuman yang begitu keras. Alhasil Alexa dan Braha berhasil mundur dan menghindar.“Kurang ajar! berani sekali dia melaku
“Hi, Sayang! Apa kau sudah tertidur?” Mata Dzurriya langsung tersentak bangun mendengar suara yang mendesah berat tersebut, Ia langsung seketika berusaha mengangkat dirinya yang terikat kuat tersebut sampai-sampai kursi itu terangkat dan bergeser sedikit, kemudian terantuk ke lantai begitu keras.“Apa maumu, jangan coba-coba menyentuhku!” ancam Dzurriya dengan matanya yang membulat sempurna menoleh ke arah Tua bangka, Braha sialan itu, yang tengah memandangnya dengan dengan tatapan yang begitu menjijikan.“Kamu kira kamu bisa menghindar dariku sekarang?” ujar lelaki itu sambil meringis, belum lagi tangannya yang kotor dan keriput itu mengusap pipinya, membuat Dzurriya benar-benar muak dan segera menolehkan wajahnya ke arah lelaki itu, kemudian….“Akh!”Terdengar jeritan kesakitan yang begitu keras dan panjang dari lelaki itu, karena Dzurriya sengaja menggigit jemari tangannya yang barusan menyentuhnya sembarangan tersebut.Lelaki yang tampak kesakitan itu berusaha memukul badan dan k
“Apa? Kurang Ajar!” seru Eshan naik pitam, sambil menggebrak meja dengan keras, membuat Tikno yang baru saja masuk ke ruang kerjanya itu ikut tersentak kaget, dan langsung mengangkat kepala menatapnya.“Bagaimana kalian bisa dikecoh oleh seorang wanita seperti itu? Dasar Bodoh! Aku tidak mau tahu, cari dia sampai ketemu, atau kepala kalian taruhannya!” lanjutnya sembari langsung menutup teleponnya dengan nafas yang terengah-engah marah.“Beraninya dia bermain-main denganku?” gumamnya sambil menundukkan punggungnya dan menyandarkan tangannya di atas meja kerjanya.“Ada apa, apa dia menghilang?”Eshan mengangkat bola mata dan alisnya bersamaan ke arah Tikno.“Sepertinya tak ada cara lain, Tuan harus memasang penyadap di mobil Nyonya, ini pasti ada hubungannya dengan lelaki itu,” saran Tikno.“Kita bicarakan itu nanti,” ujar Eshan sembari menegakkan badannya berdiri. Selama ini dia berusaha tidak memata-matai dan percaya pada istrinya, sebagaimana janjinya dulu pada wanita itu sebelum me
Dzurriya sontak tersentak bangun dengan nafasnya yang ngop-ngopan, gimana tidak? tiba-tiba saja wajahnya ditimpa guyuran air yang menamparnya begitu deras. Padahal ia baru saja pingsan tertidur karena kelelahan, setelah hampir seharian ia ditampar dan dipukuli oleh Alexa dan Pamannya.“Enak sekali ya tidurnya?” tanya Alexa yang kini tengah berdiri kembali di hadapannya sambil membawa ember.“Kenapa kau terus menyiksaku?” tanya Dzurriya memberanikan diri.“Pertanyaan apa itu? Menurutmu, apa semua ini sudah sepadan untuk wanita perusak ruma tangga orang lain sepertimu, Hah?” tanya balik Alexa sambil dengan nada membentak.“Bukankah kau yang membawaku ke rumah itu, kau yang memaksaku untuk menikah dengan suami? Apa kau lupa? sekarang sikapmu sungguh kekanak-kanakan, kenapa— apa kau takut dengan keberadaanku?” tanya Dzurriya berusaha balik memprovokasinya.“Aku? takut dengan keberadaanmu? Apa kau sudah gila? Wanita murahan sepertimu, bagian dirimu mana yang harus aku iri?” tanya wanita it