Home / Pendekar / Pendekar Tombak Matahari / Sampai di Alas Pejagalan

Share

Sampai di Alas Pejagalan

Author: Rana Semitha
last update Last Updated: 2022-08-01 20:32:41

Rembulan telah sepenuhnya pergi, digantikan semburat jingga di ufuk timur tanda kedatangan sang surya yang menyinari dunia. Barak pasukan zirah hitam tampak ramai dengan kegiatan penghuninya. Ada yang mandi, ada yang membuat sarapan, ada juga yang sudah memulai latihan. Entah itu latihan berkuda, memanah, bahkan bertarung.

Surya Yudha dari tempatnya berdiri menatap para prajuritnya tanpa ekspresi. Jumlah pasukan zirah hitam tidak banyak, hanya tujuh puluh orang. Tetapi, nama mereka mampu menggetarkan hati lawan yang mendengarnya.

"Jendral Muda, apa anda yakin tidak ingin membawaku bersama?"

Surya Yudha melirikan matanya ke arah Baskoro, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Surya Yudha berbalik dan pergi meninggalkan Baskoro sendirian.

Baskoro masih berusaha mengejar Surya Yudha hingga akhirnya langkahnya terhenti karena lirikan tajam Surya Yudha.

"Kau tahu jika membangkang merupakan pelanggaran serius. Apa teguranku tidak cukup berarti sehingga kau memilih dihukum?"

Baskoro menelan l
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Tombak Matahari   Malam Di Alas Pejagalan

    Surya Yudha membersihkan badannya secepat mungkin, tak ingin membuat Pangeran Abimanyu menunggu terlalu lama.Pangeran Abimanyu duduk dengan santai di atas batu besar yang ada di tepi sungai. Walau begitu, pandangannya terus mengedar, tak ingin ada musuh yang terlewatkan olehnya.Tak berapa lama kemudian, Surya Yudha menghampiri Pangeran Abimanyu. "Maaf telah membuat Pangeran menunggu lama."Pangeran Abimanyu tersenyum kecil, "Aku tidak sekedar menunggumu, aku juga sedang menikmati pemandangan di sekitar sini.""Hari sudah terlalu malam untuk tetap menikmati pemandangan. Apa Pangeran masih ingin tetap di sini?" Pangeran Abimanyu menggeleng pelan, perutnya terasa lapar setelah sehari ini melakukan perjalanan panjang. "Aku lapar.""Kalau begitu kita pulang sekarang, Pangeran."Pangeran Abimanyu beranjak dari batu dan berjalan ke arah barat tempat mereka membangun perkemahan. "Pangeran ... Hamba mendengar Pangeran ingin berburu rusa. Jika boleh hamba tau, untuk apa rusa tersebut? Jik

    Last Updated : 2022-08-02
  • Pendekar Tombak Matahari   Denting Pedang di tengah Malam

    Angin malam berembus pelan, suara jangkrik dan burung hantu terdengar jelas dari tempat Surya Yudha berada. Pemuda itu sedang berdiri di depan tenda Pangeran Abimanyu. Firasatnya sejak sore tadi sudah tidak baik, membuatnya tak bisa istirahat dengan tenang.Surya Yudha mengedarkan pandangannya, mencoba mencari keanehan dari wilayah sekitarnya. Dia juga menajamkan pendengarannya, berusaha untuk menangkap suara-suara mencurigakan di balik gelapnya alas pejagalan.Sejauh ini tak ada yang mencurigakan, tetapi sebagai seseorang yang percaya dengan firasat, Surya Yudha tetap gelisah jika tak menemukan alasan kegelisahannya."Sebagian dari kalian istirahat, sebagian lagi berjaga. Lindungi tenda Putra Mahkota dengan benar. Kalian mengerti?""Kami mengerti!"Surya Yudha mengangguk pelan. Setelah sekali lagi dia memeriksa keadaan, pemuda itu masuk ke tendanya untuk beristirahat. Sebenarnya bukan beristirahat, melainkan menanti kedatangan orang yang memiliki niat jahat oada rombongannya.

    Last Updated : 2022-08-03
  • Pendekar Tombak Matahari   Pecahnya Pertempuran

    Surya Yudha menarik Pangeran Abimanyu keluar dari tenda. Begitu tirai tenda dibuka, dua buah golok besar membabat kearahnya. Surya Yudha mendorong Pangeran Abimanyu ke belakangnya agar lebih mudah melindunginya. Dengan cepat, Surya Yudha menarik pedangnya dan menangkis dua golok yang membabat ke arahnya. Surya Yudha melompat dan menendang dada dua orang yang menyerangnya secara bergantian.Begitu lawan roboh, Surya Yudha menarik tangan Pangeran Abimanyu dan mengajaknya segera pergi ke tempat kuda mereka berada."Syukurlah, mereka tak mencelakai kuda-kuda ini," ucap Surya Yudha.Surya Yudha berlari menuju kudanya diikuti oleh Pangeran Abimanyu yang mengekor di belakangnya."Awas!"Jleb!Bruk!Surya Yudha menoleh berbalik dan melihat seorang prajuritnya roboh di belakang Pangeran Abimanyu. Sebuah pisau menancap di punggungnya, tetapi prajurit tersebut terlihat berusaha bangkit.Dengan mulut yang meneteskan darah, Prajurit tersebut berkata pada Surya Yudha. "Jendral, aku akan menahan m

    Last Updated : 2022-08-04
  • Pendekar Tombak Matahari   Jendral Muda Arogan

    Surya Yudha melihat sebuah bayangan hitam melesat di belakang Pangeran Abimanyu dan berniat mencelakainya. Surya Yudha mengerahkan tenaga dalamnya ke kaki dan menjejak bumi, membuat tubuhnya meluncur deras bagai anak panah meninggalkan busur.Kini Surya Yudha tiba di hadapan Pangeran Abimanyu dan meraih bahu sang Pangeran sebelum menghempaskan tubuh Pangeran Abimanyu ke belakangnya. Pangeran Abimanyu tak bisa melawan ketika Surya Yudha memperlakukannya dengan kasar. Bukannya dia tidak bisa, tapi dia tidak mau melakukannya. Sebuah golok besar menebas di depan wajah Surya Yudha. Surya Yudha melipat pinggangnya ke belakang, golok yang seharusnya membelah wajahnya, hanya melintas begitu saja membawa angin tajam yang menyapu rambut Surya Yudha. Pangeran Abimanyu menggigil seketika saat melihat tempat golok tersebut menebas adalah tempat kepalanya berada beberapa saat lalu. Jika Surya Yudha tak menarik dan menghempaskannya, bisa saja kepalanya sudah menggelinding ke tanah.Surya Yudha mena

    Last Updated : 2022-08-05
  • Pendekar Tombak Matahari   Pertempuran Sulit

    Seorang pria berpakaian hitam dengan ikat kepala berwarna hitam maju selangkah, mengambil jarak dari kawan-kawannya. Di pipi pria tersebut, terdapat bekas luka yang melintang melewati hidungnya. Jambang dan kumisnya begitu tebal, membuat Surya Yudha tak dapat melihat rupa wajah pria tersebut dengan jelas.Terlihat pria tersebut begitu marah ketika melihat bandit-bandit yang tewas mengenaskan. Aura pembunuh yang cukup pekat mulai mengalir deras dari tubuh sang bandit."Aku, Singo Edan, tak akan membiarkan pembunuh kawan-kawanku lolos begitu saja!"Singo Edan, pemimpin Bandit Pejagalan mengangkat goloknya dan berlari menyerang Surya Yudha dengan ganas. Seperti namanya, gerakan Singo Edan gesit seperti singa dan tak beraturan seperti hilang akal. Surya Yudha melihat serangan tersebut kemudian menghindar ke samping, tetapi rahang pemuda tersebut mengeras ketika melihat Singo Edan tak mengejarnya melainkan menyasar ke Pangeran Abimanyu.Surya Yudha hanya bisa mengumpat keras ketika melih

    Last Updated : 2022-08-08
  • Pendekar Tombak Matahari   Akhir Cerita

    Darah mengalir deras dari punggung Surya Yudha karena dia lupa tak menyalurkan tenaga dalam untuk menghentikan pendarahan. Lukanya yang begitu dalam semakin parah ketika Surya Yudha melakukan bentrok tenaga dalam dengan Singo Edan.Namun, untuk kali ini Surya Yusha sama sekali tak memikirkan dirinya. Melihat Pangeran Abimanyu dalam posisi terkepung, Surya Yudha mengalirkan tenaga dalamnya dan melompat ke arah para bandit tersebut.Bukan sekedar lompatan biasa, Surya Yudha menendang dua orang bandit yang berdiri di hadapan Pangeran Abimanyu hingga terpental beberapa tombak jauhnya. Tak ada tanda-tanda kehidupan yang terlihat dari dua bandit tersebut, menandakan jika mereka tewas karena tendangan Surya Yudha. "Keparat!" umpat seorang bandit ketika melihat kedatangan Surya Yudha yang langsung menumbangkan dua kawannya. Surya Yudha mundur satu langkah dan melemparkan pandangannya kepada Pangeran Abimanyu. Pangeran Abimanyu perlahan bangkit dan meyakinkan Surya Yudha jika dirinya bai

    Last Updated : 2022-08-09
  • Pendekar Tombak Matahari   Bisa Ular

    Empat orang pria berseragam prajurit itu hanya mengangguk pelan dan berdiri sebelum memberikan salam perpisahan pada Surya Yudha. Gelapnya malam membuat mereka tak dapat melihat wajah Surya Yudha yang mulai pucat dengan bibir yang membiru. Hanya saja, mereka sedikit curiga ketika mendengar Surya Yudha menjawab dengan suara bergetar."Jendral Muda, apa anda baik-baik saja?" Seorang prajurit mendekati Surya Yudha dengan khawatir.Surya Yudha mengangguk pelan, "Aku baik-baik saja, aku hanya sedik-"Surya Yudha tak dapat melanjutkan kata-katanya, dari mulutnya menggelegak busa berwarna putih yang bercampur darah. Prajurit yang berdiri di di hadapan Surya Yudha langsung menopang tubuh Surya Yudha yang hampir ambruk."Jendral muda!" teriak Prajurit tersebut dengan panik. Tiga prajurit yang sempat terpaku karena hal tersebut ikut mendekati Surya Yudha dan memeriksa kondisinya. "Anda terluka?" Seorang prajurit menarik tangan Surya Yudha dari tempayan dan memeriksanya. Begitu melihat dua

    Last Updated : 2022-08-10
  • Pendekar Tombak Matahari   Menghadapi kematian

    Akhirnya Surya Yudha hanya bisa pasrah ketika Gendon memaksanya ikut ke barak prajurit puting beliung. Surya Yudha menunggang kuda bersama seorang prajurit yang menjaganya karena Gendon meminta dia tidak banyak bergerak. Setelah beberapa waktu berkuda, akhirnya enam orang itu sampai di barak prajurit Puting beliung. Gerbang utama dibuka, seorang prajurit bertanya. "Siapa mereka berdua?""Putra Panglima Besar Indra Yudha, Tuan Muda Surya Yudha. Kami bertemu di jalan dan Tuan Muda tidak memiliki tempat untuk beristirahat."Prajurit yang sedang berjaga mengangguk paham. Dia hanya pernah melihat Surya Yudha sekali, itu pun dari jarak yang terlalu jauh sehingga dia tidak dapat melihat wajah Surya Yudna dengan jelas.Akhirnya prajurit tersebut mempersilakan mereka berenam masuk.Satu dari enam orang tersebut melapor pada pimpinan mereka, Jendral muda Rangga Malela sementara lima lainnya menunggu di dekat lapangan latihan.Surya Yudha merasa tubuhnya sudah tak maruan dan ingin segera me

    Last Updated : 2022-08-11

Latest chapter

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 92

    Bab 92Ketika matahari mulai terbenam, Surya Yudha bersama dengan Banyulingga dan Gendon pergi ke markas Harimau Besi. Persis seperti kabar yang beredar, malam itu markas harimau besi begitu ramai. Ada banyak sekali orang yang datang ke tempat tersebut.“Den Bagus, kita mau gimana?” tanya Gendon. Surya Yudha tidak mengatakan apa pun sebelum pergi ke tempat ini.Surya Yudha meletakkan jari telunjuknya di bibir. “Jangan berisik.”Pemuda itu lantas menunjuk sebuah tembok yang berada di sisi timur. “Itu adalah tempat paling dekat dengan tempat para budak itu disekap.”Gendon mengangguk mengerti. “Den Bagus jaga di sini saja, biar Gendon yang masuk dan bawa para budak keluar.”Surya Yudha menggeleng. Dia sudah punya rencana sendiri. “Kau membawa arak, kan?”Gendon menggaruk lehernya yang tidak gatal. Ingin rasanya dia menggali lubang dan bersembunyi di dalamnya.“Keluarkan beberapa guci arak terbaik, juga beberapa harta benda.”“Tapi Den …” Wajah Gendon menunjukkan ekspresi keberatan. “Di

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 91

    Bab 91Setelah diskusi panjang nan alot, akhirnya Surya Yudha berhasil meyakinkan Mahasura dan lainnya. Ketika dirinya terdesak karena tiga orang itu, suara Baiji tiba-tiba beresonansi di kepalanya.[Asal menggunakan tombak yang kau dapatkan kemarin, tubuhmu akan baik-baik saja. Kau kelelahan karena tidak bisa mengeluarkan sumber energi dengan baik sehingga menyerang dirimu sendiri. Aku akan melatihmu mengendalikannya.]Mereka berempat kembali ke penginapan dan mendapati Candrika yang menyambut mereka dengan kemarahan. “Apa tidak cukup kalian membuatku gelisah semalam?”“Waduh … Gendon ngga ikut-ikut kalau begini.” Gendon segera berbalik dan melarikan diri. Musuh sekuat apa pun bisa dia hadapi, tetapi jika makhluk dengan jenis wanita, dia tidak pernah yakin bisa menghadapi mereka.Banyulingga yang tidak ingin mendapat masalah juga pergi. “Aku lupa meninggalkan arak yang sudah aku beli. Akan akan segera kembali.”Tersisa Surya Yudha dan Mahasura yang berdiri dengan gugup. Meski usianya

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 90

    Bab 90Surya Yudha merasakan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan rasa sakit. Pemuda itu membuka matanya perlahan, untuk saat ini penglihatannya sedikit buram. Namun, setelah mengerjapkan mata beberapa kali, akhirnya dia bisa melihat dengan jelas. Ingatan terakhirnya adalah pertarungannya melawan beruang jambul api yang dia menangkan sebelum jatuh pingsan.“Tuan Muda….”Suara lembut yang familier di telinga Surya Yudha menyiratkan kekhawatiran. Surya Yudha menoleh dan melihat Candrika yang duduk di sampingnya dengan wajah cemas. “Candrika? Ini … apa aku sudah di penginapan?”Ekspresi Candrika berubah begitu cepat. Gadis itu terlihat tak senang dengan Surya Yudha. Dengan marah dia berkata, “Kau berjanji akan baik-baik saja, tapi baru pergi dua hari malah pulang seperti ini.”Surya Yudha menghela napas pelan. Akhirnya dia mengerti dengan kecemasan gadis itu. “Aku baik-baik saja,” Pemuda itu mengedarkan pandangannya, mencari rekan-rekannya. “ Di mana Gendon dan Lingga?”Pemuda itu menyadar

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 89

    Bab 89Ketika matahari mulai tinggi, Surya Yudha meninggalkan lembah sunyi bersama Gendon dan Banyulingga. Seperti yang Banyulingga katakan sebelumnya, melakukan perjalanan di lembah sunyi pada siang hari sedikit lebih mudah dibandingkan jika melakukannya pada malam hari. Tak butuh waktu lama hingga mereka bisa meninggalkan lembah Sunyi.Perjalanan terus dilakukan, beberapa kali mereka harus berhenti untuk istirahat dan memberi makan kuda.“Kita langsung ke sarang macan atau mau ketemu paman Mahasura dulu, Den?”“Kita pulang ke penginapan dulu. Besok malam baru beraksi.”Gendon mengangguk paham. Pemuda bertubuh gempal itu sedang membakar ayam hutan buruannya beberapa waktu lalu. Aroma harum yang menyebar ke segala arah menarik perhatian, tidak hanya manusia tetapi juga hewan lainnya.“Kita kedatangan tamu.” Tanpa menoleh sedikit pun, Surya Yudha sudah menyadari kedatangan mereka. Pemuda itu menghela napas panjang sebelum bangkit dan menatap ke sebuah arah. Semak-semak mulai bergetar

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 88

    Pendekar Tombak Matahari bab 88[Tunjukkan padanya jika kau memiliki sesuatu yang istimewa!]Suara Bai Ji kembali menggea di pikiran Surya Yudha. Dia mengerutkan kening untuk sesaat, dan kembali seperti semula ketika menyadari jika Rangga Geni mungkin akan mencurigai perubahan ekspresinya.Istimewa apanya? Aku hanya pemuda yang kehilangan tenaga dalam. Selain latar belakang keluargaku, tidak ada lagi yang istimewa.Suara dengusan muncul dalam pikiran Surya Yudha.Apakah kepingan jiwa dari alam lain yang mendiami pikirannya juga bisa mendengus? [surya, aku bisa mendengar semua yang ada dalam pikiranmu dengan jelas. SEMUANYA!]Surya Yudha berdehem. Dia lantas membatin.Lalu bagaimana aku menunjukkan keistimewaan? Aku bahkan tidak tahu apa yang aku miliki sehingga membuatku menjadi istimewa.[Buatlah tungku energi dari sumber energi yang kau miliki.]Sebelumnya Surya Yudha sudah pernah mendengar tentang tungku pembakaran yang dipakai oleh para pande besi. Namun, selama hidupnya, dia tida

  • Pendekar Tombak Matahari   Surya Buntala

    Di dalam ruangan luas yang tampak sederhana itu, Surya Yudha duduk bersama Gendon sementara Banyulingga menyiapkan minum untuk para kawannya. Di ruangan itu pula, Sosok pria yang tampak dingin mengamati Surya Yudha dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tatapan tajamnya terasa mengintimidasi. Dia adalah Rangga Geni, guru Banyulingga sekaligus pande besi terbaik di Jalu Pangguruh.Surya Yudha yang ditatap sedemikian juga merasa sedang ditelanjangi oleh pria tua yang memiliki perawakan kekar itu. Namun, sebagai seseorang yang terbiasa dengan tekanan dari berbagai pihak, Surya Yudha bisa terlihat tetap tenang meski jantungnya berdebar kencang. Pada saat keheningan menenggelamkan mereka semua, tiba-tiba suara Baiji yang beberapa hari ini jarang muncul kembali bergema di kepala Surya Yudha. [Jadikan dia gurumu. Aku merasakan aura istimewa dari dalam tubuhnya. Bisa jadi dia telah menemukan sesuatu dari alamku.]Surya Yudha mengerutkan keningnya. Bagaimana mungkin dia bisa menjadikan seseo

  • Pendekar Tombak Matahari   Lembah Sunyi

    Sore harinya, di penginapan tempat Surya Yudha menginap, pemuda itu berkumpul bersama rekan-rekannya. Mereka duduk mengelilingi sebuah meja. Wajah mereka terlihat serius. "Candrika dan Paman Mahasura tetap di sini. Aku akan pergi bersama Banyulingga dan Gendon selama beberapa hari." "Apa yang ingin kau lakukan, Surya?" Candrika bertanya dengan penasaran."Aku harus pergi ke suatu tempat. Kalian berdua jangan khawatir.""Kalian ingin melakukan penyerangan?" tanya Mahasura. Surya Yudha menggeleng. "Tidak. Aku akan pergi bersama Banyulingga dan Gendon untuk mengambil sesuatu. Kalian jangan khawatir, aku akan baik-baik saja." Tatapan Mahasura beralih pada Banyulingga. "Ke mana kalian akan pergi? Jawab aku!"Banyulingga menelan ludahnya. Dia tidak menyangka pria yang pagi ini masih terlihat lemah saat ini tampak mengerikan."Ka-kami ...." Banyulingga tergagap, tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Surya Yudha yang melihat Banyulingga ketakutan tertawa. Dia lantas berkata lada Mahasur

  • Pendekar Tombak Matahari   Informasi tambahan

    Ada beberapa kedai arak di pasar budak. Namun, hanya ada satu yang selalu buka sementara yang lainnya hanya buka ketika senja datang. Surya Yudha memasuki kedai arak bersama Gendon dan Banyulingga. Kedatangan mereka menarik perhatian terutama Gendon yang mengeluarkan aroma obat dari tubuhnya, ciri khas para tabib. Surya Yudha mengajak mereka ke lantai dua kedai tersebut dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Di lantai tersebut, hanya ada kelompok Surya Yudha. Suasana kedai tersebut juga sangat tenang tidak seperti kedai arak di malam hari.Seorang pelayan pria datang menghampiri meja mereka. "Tuan-tuan ingin pesan apa?" "Dua guci arak beras, daging dan kacang rebus." Surya Yudha menjawab dengan cepat. Pelayan itu mengangguk dan pergi untuk menyiapkan pesanan. "Den bagus, kita mau cari informasi gimana? Ini masih sepi, lagipula kita datang kepagian." Gendon berkata dan diangguki Banyulingga. "Lihat saja apa yang akan aku lakukan."Mata Surya Yudha menerawang ke luar, memandang

  • Pendekar Tombak Matahari   Informasi

    Surya Yudha mendapat informasi tambahan mengenai pasar budak. Ternyata pasar budak dikuasai oleh sebuah organisasi yang bernama kelompok Harimau Besi. Pemuda itu juga mengetahui markas besar Harimau Besi."Bagus. Kita bisa melakukan penyerangan malam ini juga." Mahasura berdehem. Seolah menujukkan ketidaksetujuannya. Meski dia seorang budak, tetapi setelah mendapat nasihat bertubi-tubi dari Gendon, akhirnya Mahasura mau menerima identitasnya dulu, sebagai Paman dari Surya Yudha. "Paman, ada apa? Kau tidak setuju?" tanya Surya Yudha. "Surya, menyerang Markas Harimau Besi saat malam hari adalah ide paling buruk yang kita miliki." Mahasura berkata dengan tenang. Dia mengambil sebuah kendi dan meletakannya di atas meja. "Mereka sangat aktif pada malam hari. Kekuatan mereka berkumpul saat malam tiba. Menyerang saat tengah hari adalah pilihan terbaik." Mahasura mengambil sebuah cangkir dan meletakannya di bagian utara kendi."Ini adalah pintu utama yang dijaga oleh Harimau utara. Aku t

DMCA.com Protection Status