Share

Pertarungan

Penulis: Rana Semitha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-21 14:27:20

Ndaru melompat ke arah Surya Yudha, mengeluarkan segenap kemampuannya untuk mengalahkan lawannya itu.

Surya Yudha segera menyalurkan sumber energinya dan bergerak untuk menghindari serangan tersebut.

Melompat!

Klang!

Serangan Ndaru gagal mengenai Surya Yudha dan membentur bebatuan di tempat Surya Yudha berdiri sebelumnya.

Ndaru menyeringai! Kali ini serangannya memang meleset, tetapi tidak untuk serangan selanjutnya.

Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu ternganga, rahang mereka seperti jatuh ke tanah dan membuat mereka kesulitan menutup mulut.

Ndaru tidak berhenti, dia langsung berbalik dan mengejar Surya Yudha.

Sementara Surya Yudha, dia terus bergerak untuk menghindari serangan Ndaru.

Ndaru berteriak marah. "Setan alas! Apa kau berniat mengajakku kejar-kejaran?"

"Aku hanya sedang menguji ketahananmu." Surya Yudha menjawab dengan santai. Padahal sejujurnya dia sedang memikirkan cara untuk mengalahkan Ndaru.

Ndaru yang mendengar ejekan Surya Yudha menjadi sangat marah, dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Tombak Matahari   Penemuan

    Surya Yudha meninggalkan tepi kawah agni. Dia bergerak menuju gerbang padepokan berniat untuk turun gunung saat ini juga. Untuk Ki Joko, dia akan mengirimkan surat permintaan maaf. Langkah Surya Yudha terhenti saat melihat pria yang menggunakan jubah berdiri membelakanginya. "Aku penasaran, kenapa kau menyerah? Aku yakin dengan kemampuanmu kau bisa mengeluarkan sapuan badai."Surya Yudha memandangi tanah di depannya. Bingung harus menjawab apa. Suasana berubah menjadi canggung. Setelah hening beberapa saat, kembali terdengar seseorang berbicara. "Aku tidak akan menahan kepergianmu. Namun, jika suatu saat Ki Arya meminta penjelasan, apa yang harus aku katakan?" Bruk!Surya Yudha menjatuhkan lututnya. Dia menunduk hormat pada sosok yang telah menjadi gurunya itu. "Guru, terima kasih telah memberiku kesempatan untuk mempelajari kitab Raga Geni. Sayangnya aku tidak bisa menjaganya dan malah menghancurkannya. Jika suatu saat eyangku datang dan meminta penjelasan, maka katakan padany

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-30
  • Pendekar Tombak Matahari   Membabat hingga akar

    Surya Yudha membawa pria yang dia temukan di danau ke rumah milik warga. Pemuda itu bingung karena pria itu masih belum sadar."Saat Sakra terluka, dia hanya membutuhkan beberapa saat sebelum pulih sepenuhnya. Namun, pemuda ini, sudah hampir setengah jam mengapa dia belum sadar juga?"Obat yang diracik oleh Ki Arya Saloka memang memiliki efek penyembuhan yang mengesankan. Namun, satu hal yang tidak diketahui oleh Surya Yudha yaitu, dia tidak menyalurkan tenaga dalam untuk melarutkan obat tersebut, sehingga efeknya akan bekerja dengan lambat."Mungkin kondisinya terlalu parah dan butuh waktu lebih banyak." Surya Yudha bangkit dan meninggalkan kamar. Dia pergi bersama bintang untuk berkeliling, melihat situasi di desa tersebut. Banyak mata yang memperhatikan Surya Yudha karena pemuda itu tampak asing di mata mereka. Surya Yudha tidak peduli. Toh dirinya di sini tidak memiliki niat jahat. Saat Surya Yudha sedang berjalan-jalan, tiba-tiba titir tanda bahaya terdengar di beberapa titik

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-01
  • Pendekar Tombak Matahari   Menemukan Sarang Bandit

    Ketika menyadari jika kelompok bandit yang menyerang desa merupakan kelompok besar, Surya Yudha semakin geram. Dia meningkatkan kecepatannya dan membunuh setiap bandit yang dia lihat dengan satu kali tebas. Mayat-mayat bergelimpangan di banyak sudut desa, aroma darah dan daging hangus juga menyerbak membuat banyak orang menjadi mual. Namun, seorang pemuda yang sedang berdiri di pucuk pohon tertinggi sambil menggenggam pedang terlihat tidak terpengaruh sama sekali. Dia adalah Surya Yudha, putra Panglima besar Indra Yudha. Ketika dia masih sangat muda, Surya Yudha sudah menginjakan kaki di medan tempur yang sesungguhnya. Aroma darah di tempat ini tidak akan mengusiknya sama sekali. Dari atas pohon itu, Surya Yudha bisa melihat seluruh wilayah desa dengan jelas. Dia mengedarkan pandangannya, mencari sisa-sisa bandit di segala penjuru desa. Setelah beberapa saat melakukan pencarian, dia tidak menemukan satupun pergerakan. Surya Yudha menyimpan pedangnya ke dalam cincin semesta. Kaki

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02
  • Pendekar Tombak Matahari   Menang

    Mengikuti suara teriakan itu, seorang pria muncul dari dalam gua. Wajah pria tersebut putih pucat, manik matanya sedikit merah. Jubah yang dia kenakan memiliki tangan yang lebar sehingga jika pria tersebut melompat dari ketinggian, maka akan terlihat seperti kelalawar raksasa yang sedang terbang. Di belakang pria tersebut, ada lebih dari selusin bandit yang berdiri dengan posisi siaga. Mereka tidak berani lengah sedikitpun karena telah melihat bagaimana keganasan pemuda itu saat menghabisi musuh. Surya Yudha juga tampak waspada. Dia mengeluarkan pedang dari cincin semesta dan segera mencabut pedang dari sarungnya. "Kelompok kelalawar hitam? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya? Jangan-jangan kalian kelompok yang baru menetas." Surya Yudha sengaja memancing emosi lawannya. Namun, tidak seperti yang Surya Yudha harapkan. Pria berwajah pucat itu malah tertawa hingga langit-langit mulutnya terlihat. "Anak muda, lawakanmu sungguh bagus." Pria tersebut berhenti sejenak. Tatapannya beru

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-05
  • Pendekar Tombak Matahari   Mengembalikan Para Gadis

    "Baiji, apa yang harus aku lakukan?" tanya Surya Yudha dengan napas tersengal. Tenaganya hampir habis, racun akibat angin hitam Pak Lawa juga belum dia keluarkan seluruhnya. ["Kembali ke desa, cari tabib atau seseorang yang bisa menangani lukamu dengan baik. Obat di dalam cincin semestamu itu tidak akan berguna untuk saat ini."]Surya Yudha mengangguk. Dia kembali teringat akan gadis-gadis desa itu. Pemuda itu kembali berjalan dan saat dia sampai di tengah gua, terlihat gunungan harta serta belasan gadis cantik yang sedang ketakutan. "Kalian tenanglah, aku bukan bagian dari kelalawar hitam.""Tuan, apa anda datang menyelamatkan kami?" Seorang gadis berkata dengan ketakutan. Wajahnya cantik, tetapi pakainnya dipenuhi dengan sobekan. Sepertinya gadis itu sudah mengalami rudapaksa. "Bisa dibilang seperti itu." "Tuan, kami sudah tidak memiliki masa depan lagi. Jika anda mengembalikan kami ke tempat asal kami, maka yang terjadi adalah kehidupan yang lebih mengerikan dari kematian." "A

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Pendekar Tombak Matahari   Banyulingga

    Surya Yudha kembali ke desa yang dia singgahi kemarin. Sesampainya di sana, pemuda itu mendapati jika para warga sedang gotong royong membersihkan desa yang hancur karena penyerangan kemarin. Orang-orang melihat Surya Yudha dengan tatapan aneh. Sebagian orang terlihat kagum, sementara sebagian lain terlihat ketakutan. Para gadis yang sempat diculik oleh bandit menyambut Surya Yudha dengan senyuman. "Tuan Surya, akhirnya anda kembali. Kami sangat mengkhawatirkan anda." Seorang gadis berkata dengan wajah penuh senyuman. Terlihat senang saat melihat Surya Yudha datang. "Aku baik-baik saja. Candrika merawatku dengan baik sehingga aku cepat pulih." Surya Yudha berkata dengan tenang. Sementara Candrika, wajahnya memerah begitu mendengar ucapan Surya Yudha.Surya Yudha yang tidak sadar dengan akibat dari ucapannya, terkejut saat melihat wajah Candrika. "Apa kau sakit? Kenapa wajahmu merah?" Para gadis tertawa melihat kepolosan Surya Yudha. "Tuan, sebaiknya anda segera membawa Nona Candr

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Pendekar Tombak Matahari   Terobosan 1

    Aroma obat yang kuat menyeruak memenuhi ruangan. Dua orang pemuda yang terlihat tidak berbeda jauh secara usia duduk berdampingan. Masing-masing dari mereka memegang mangkok obat. "Minumlah selagi hangat karena begitu dingin ramuan itu akan terasa jauh lebih pahit."Surya Yudha meminum ramuan itu secara perlahan. Rasa ramuan yang pahit segera memenuhi mulut pemuda itu. Dia ingin memuntahkannya tetapi berusaha ditahan. Sementara Banyulingga, dia berusaha meminum obatnya secepat mungkin. Candrika meraih dua mangkok yang sudah kosong dan membawanya pergi. "Kita terlihat seperti anak-anak," kekeh Banyulingga. "Sementara Candrika seperti ibu yang khawatir dengan anaknya." Surya Yudha membalas. "Aku mendengarnya!" Terdengar suara Candrika dari luar ruangan. Dua pemuda itu kembali terkekeh. Saat Candrika masuk, keduanya berusaha untuk menyembunyikan tawa. "Setelah ini kalian harus istirahat, tuan-tuan.""Candrika, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanya Surya Yudha. Candrika melebarkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-08
  • Pendekar Tombak Matahari   Kelebihan Energi

    Banyulingga menatap Surya Yudha dengan cemas. "Ada apa? Kenapa kau di sini?" tanya Surya Yudha keheranan saat melihat Banyulingga yang seperti menunggunya. "Kau sudah empat hari bertapa tapi tidak bangun-bangun. Kau bilang hanya memulihkan energi, kenapa begitu lama?""Empat hari?" Surya Yudha terkejut saat mengetahui waktu yang dia habiskan. "Gawat! Aku menghabiskan terlalu banyak waktu. Kita harus pergi ke pasar budak saat ini juga!"Surya Yudha bergegas bangkit dan menyiapkan kelengkapannya. Namun, suara Banyulingga berhasil menghentikannya. "Candrika tidak akan membiarkan kita pergi sebelum memeriksa kondisimu." "Aku baik-baik saja. Aku sudah sangat sehat." Surya Yudha menunjukkan tubuhnya. Dia memang tampak sangat sehat sekarang. Tanpa berkata-kata lagi, Surya Yudha mencengkeram bahu Banyulingga. Pemuda itu mengerahkan sumber energinya ke kaki dan melompat hingga keluar dari tempat itu. Ketika tubuhnya masih berada di udara, Surya Yudha bersiul. Ringkikan kuda menyahuti si

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11

Bab terbaru

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 92

    Bab 92Ketika matahari mulai terbenam, Surya Yudha bersama dengan Banyulingga dan Gendon pergi ke markas Harimau Besi. Persis seperti kabar yang beredar, malam itu markas harimau besi begitu ramai. Ada banyak sekali orang yang datang ke tempat tersebut.“Den Bagus, kita mau gimana?” tanya Gendon. Surya Yudha tidak mengatakan apa pun sebelum pergi ke tempat ini.Surya Yudha meletakkan jari telunjuknya di bibir. “Jangan berisik.”Pemuda itu lantas menunjuk sebuah tembok yang berada di sisi timur. “Itu adalah tempat paling dekat dengan tempat para budak itu disekap.”Gendon mengangguk mengerti. “Den Bagus jaga di sini saja, biar Gendon yang masuk dan bawa para budak keluar.”Surya Yudha menggeleng. Dia sudah punya rencana sendiri. “Kau membawa arak, kan?”Gendon menggaruk lehernya yang tidak gatal. Ingin rasanya dia menggali lubang dan bersembunyi di dalamnya.“Keluarkan beberapa guci arak terbaik, juga beberapa harta benda.”“Tapi Den …” Wajah Gendon menunjukkan ekspresi keberatan. “Di

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 91

    Bab 91Setelah diskusi panjang nan alot, akhirnya Surya Yudha berhasil meyakinkan Mahasura dan lainnya. Ketika dirinya terdesak karena tiga orang itu, suara Baiji tiba-tiba beresonansi di kepalanya.[Asal menggunakan tombak yang kau dapatkan kemarin, tubuhmu akan baik-baik saja. Kau kelelahan karena tidak bisa mengeluarkan sumber energi dengan baik sehingga menyerang dirimu sendiri. Aku akan melatihmu mengendalikannya.]Mereka berempat kembali ke penginapan dan mendapati Candrika yang menyambut mereka dengan kemarahan. “Apa tidak cukup kalian membuatku gelisah semalam?”“Waduh … Gendon ngga ikut-ikut kalau begini.” Gendon segera berbalik dan melarikan diri. Musuh sekuat apa pun bisa dia hadapi, tetapi jika makhluk dengan jenis wanita, dia tidak pernah yakin bisa menghadapi mereka.Banyulingga yang tidak ingin mendapat masalah juga pergi. “Aku lupa meninggalkan arak yang sudah aku beli. Akan akan segera kembali.”Tersisa Surya Yudha dan Mahasura yang berdiri dengan gugup. Meski usianya

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 90

    Bab 90Surya Yudha merasakan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan rasa sakit. Pemuda itu membuka matanya perlahan, untuk saat ini penglihatannya sedikit buram. Namun, setelah mengerjapkan mata beberapa kali, akhirnya dia bisa melihat dengan jelas. Ingatan terakhirnya adalah pertarungannya melawan beruang jambul api yang dia menangkan sebelum jatuh pingsan.“Tuan Muda….”Suara lembut yang familier di telinga Surya Yudha menyiratkan kekhawatiran. Surya Yudha menoleh dan melihat Candrika yang duduk di sampingnya dengan wajah cemas. “Candrika? Ini … apa aku sudah di penginapan?”Ekspresi Candrika berubah begitu cepat. Gadis itu terlihat tak senang dengan Surya Yudha. Dengan marah dia berkata, “Kau berjanji akan baik-baik saja, tapi baru pergi dua hari malah pulang seperti ini.”Surya Yudha menghela napas pelan. Akhirnya dia mengerti dengan kecemasan gadis itu. “Aku baik-baik saja,” Pemuda itu mengedarkan pandangannya, mencari rekan-rekannya. “ Di mana Gendon dan Lingga?”Pemuda itu menyadar

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 89

    Bab 89Ketika matahari mulai tinggi, Surya Yudha meninggalkan lembah sunyi bersama Gendon dan Banyulingga. Seperti yang Banyulingga katakan sebelumnya, melakukan perjalanan di lembah sunyi pada siang hari sedikit lebih mudah dibandingkan jika melakukannya pada malam hari. Tak butuh waktu lama hingga mereka bisa meninggalkan lembah Sunyi.Perjalanan terus dilakukan, beberapa kali mereka harus berhenti untuk istirahat dan memberi makan kuda.“Kita langsung ke sarang macan atau mau ketemu paman Mahasura dulu, Den?”“Kita pulang ke penginapan dulu. Besok malam baru beraksi.”Gendon mengangguk paham. Pemuda bertubuh gempal itu sedang membakar ayam hutan buruannya beberapa waktu lalu. Aroma harum yang menyebar ke segala arah menarik perhatian, tidak hanya manusia tetapi juga hewan lainnya.“Kita kedatangan tamu.” Tanpa menoleh sedikit pun, Surya Yudha sudah menyadari kedatangan mereka. Pemuda itu menghela napas panjang sebelum bangkit dan menatap ke sebuah arah. Semak-semak mulai bergetar

  • Pendekar Tombak Matahari   Bab 88

    Pendekar Tombak Matahari bab 88[Tunjukkan padanya jika kau memiliki sesuatu yang istimewa!]Suara Bai Ji kembali menggea di pikiran Surya Yudha. Dia mengerutkan kening untuk sesaat, dan kembali seperti semula ketika menyadari jika Rangga Geni mungkin akan mencurigai perubahan ekspresinya.Istimewa apanya? Aku hanya pemuda yang kehilangan tenaga dalam. Selain latar belakang keluargaku, tidak ada lagi yang istimewa.Suara dengusan muncul dalam pikiran Surya Yudha.Apakah kepingan jiwa dari alam lain yang mendiami pikirannya juga bisa mendengus? [surya, aku bisa mendengar semua yang ada dalam pikiranmu dengan jelas. SEMUANYA!]Surya Yudha berdehem. Dia lantas membatin.Lalu bagaimana aku menunjukkan keistimewaan? Aku bahkan tidak tahu apa yang aku miliki sehingga membuatku menjadi istimewa.[Buatlah tungku energi dari sumber energi yang kau miliki.]Sebelumnya Surya Yudha sudah pernah mendengar tentang tungku pembakaran yang dipakai oleh para pande besi. Namun, selama hidupnya, dia tida

  • Pendekar Tombak Matahari   Surya Buntala

    Di dalam ruangan luas yang tampak sederhana itu, Surya Yudha duduk bersama Gendon sementara Banyulingga menyiapkan minum untuk para kawannya. Di ruangan itu pula, Sosok pria yang tampak dingin mengamati Surya Yudha dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tatapan tajamnya terasa mengintimidasi. Dia adalah Rangga Geni, guru Banyulingga sekaligus pande besi terbaik di Jalu Pangguruh.Surya Yudha yang ditatap sedemikian juga merasa sedang ditelanjangi oleh pria tua yang memiliki perawakan kekar itu. Namun, sebagai seseorang yang terbiasa dengan tekanan dari berbagai pihak, Surya Yudha bisa terlihat tetap tenang meski jantungnya berdebar kencang. Pada saat keheningan menenggelamkan mereka semua, tiba-tiba suara Baiji yang beberapa hari ini jarang muncul kembali bergema di kepala Surya Yudha. [Jadikan dia gurumu. Aku merasakan aura istimewa dari dalam tubuhnya. Bisa jadi dia telah menemukan sesuatu dari alamku.]Surya Yudha mengerutkan keningnya. Bagaimana mungkin dia bisa menjadikan seseo

  • Pendekar Tombak Matahari   Lembah Sunyi

    Sore harinya, di penginapan tempat Surya Yudha menginap, pemuda itu berkumpul bersama rekan-rekannya. Mereka duduk mengelilingi sebuah meja. Wajah mereka terlihat serius. "Candrika dan Paman Mahasura tetap di sini. Aku akan pergi bersama Banyulingga dan Gendon selama beberapa hari." "Apa yang ingin kau lakukan, Surya?" Candrika bertanya dengan penasaran."Aku harus pergi ke suatu tempat. Kalian berdua jangan khawatir.""Kalian ingin melakukan penyerangan?" tanya Mahasura. Surya Yudha menggeleng. "Tidak. Aku akan pergi bersama Banyulingga dan Gendon untuk mengambil sesuatu. Kalian jangan khawatir, aku akan baik-baik saja." Tatapan Mahasura beralih pada Banyulingga. "Ke mana kalian akan pergi? Jawab aku!"Banyulingga menelan ludahnya. Dia tidak menyangka pria yang pagi ini masih terlihat lemah saat ini tampak mengerikan."Ka-kami ...." Banyulingga tergagap, tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Surya Yudha yang melihat Banyulingga ketakutan tertawa. Dia lantas berkata lada Mahasur

  • Pendekar Tombak Matahari   Informasi tambahan

    Ada beberapa kedai arak di pasar budak. Namun, hanya ada satu yang selalu buka sementara yang lainnya hanya buka ketika senja datang. Surya Yudha memasuki kedai arak bersama Gendon dan Banyulingga. Kedatangan mereka menarik perhatian terutama Gendon yang mengeluarkan aroma obat dari tubuhnya, ciri khas para tabib. Surya Yudha mengajak mereka ke lantai dua kedai tersebut dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Di lantai tersebut, hanya ada kelompok Surya Yudha. Suasana kedai tersebut juga sangat tenang tidak seperti kedai arak di malam hari.Seorang pelayan pria datang menghampiri meja mereka. "Tuan-tuan ingin pesan apa?" "Dua guci arak beras, daging dan kacang rebus." Surya Yudha menjawab dengan cepat. Pelayan itu mengangguk dan pergi untuk menyiapkan pesanan. "Den bagus, kita mau cari informasi gimana? Ini masih sepi, lagipula kita datang kepagian." Gendon berkata dan diangguki Banyulingga. "Lihat saja apa yang akan aku lakukan."Mata Surya Yudha menerawang ke luar, memandang

  • Pendekar Tombak Matahari   Informasi

    Surya Yudha mendapat informasi tambahan mengenai pasar budak. Ternyata pasar budak dikuasai oleh sebuah organisasi yang bernama kelompok Harimau Besi. Pemuda itu juga mengetahui markas besar Harimau Besi."Bagus. Kita bisa melakukan penyerangan malam ini juga." Mahasura berdehem. Seolah menujukkan ketidaksetujuannya. Meski dia seorang budak, tetapi setelah mendapat nasihat bertubi-tubi dari Gendon, akhirnya Mahasura mau menerima identitasnya dulu, sebagai Paman dari Surya Yudha. "Paman, ada apa? Kau tidak setuju?" tanya Surya Yudha. "Surya, menyerang Markas Harimau Besi saat malam hari adalah ide paling buruk yang kita miliki." Mahasura berkata dengan tenang. Dia mengambil sebuah kendi dan meletakannya di atas meja. "Mereka sangat aktif pada malam hari. Kekuatan mereka berkumpul saat malam tiba. Menyerang saat tengah hari adalah pilihan terbaik." Mahasura mengambil sebuah cangkir dan meletakannya di bagian utara kendi."Ini adalah pintu utama yang dijaga oleh Harimau utara. Aku t

DMCA.com Protection Status