Sarmad menjadi orang pertama yang maju menyerang Indra dengan melayangkan tinju tangan kanannya, tapi Indra dengan lincah segera menahan pukulan lawannya menggunakan telapak tangan kirinya. Indra tersenyum lalu memutar tubuhnya ke belakang, Sarmad terlihat meringis kesakitan karena tangannya yang digenggam Indra dipaksa ikut dengan gerakan Indra.
Tapi Sarmad segera menghentakan satu kakinya ke tanah hingga tubuhnya terangkat ke atas, tapi cengkraman tangan Indra tidak lepas sedikitpun padahal Sarmad sudah menghentakan kakinya sekuat tenaga hingga kakinya kini sudah teracung ke atas sementara kepalanya masih dibawah. Indra lagi-lagi tersenyum lalu menarik tangan kanan Sarmad dan menghantamkannya ke tanah.
‘Gggbbuukk’
Terdengar suara benturan tubuh Sarmad menghantam tanah pesawahan yang sudah dilapisi jerami, Sarmad langsung meringis kesakitan. Tapi dia belum mengaku kalah, Sarmad segera memutarkan tubuhnya dengan kaki melayang mengincar leher Indra yang masih mencengkram tangannya. Indra langsung menundukan kepalanya dan melepaskan cengkraman tangan kirinya.
Sarmad langsung bertumpu kepada tangannya ke tanah, tubuhnya diangkat ke atas lalu kedua kakinya dihentakan mengincar dada Indra. Namun Indra dengan gesit segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada untuk menahan hantaman kedua telapak kaki Sarmad.
‘Dddssshh’
Kedua kaki Sarmad menghantam kedua tangan Indra, meski berhasil menahan serangan lawannya tapi Indra yang baru bangkit setelah menunduk tadi langsung sempoyongan ke belakang karena posisi berdirinya masih belum kokoh. Sarmad memanfaatkan itu dengan langsung bangkit dan melayangkan kembali tendangan kaki kirinya sambil memutarkan badan ke arah kiri.
‘Dddggghh’
Indra berhasil menahan tendangan Sarmad dengan punggung tangan kanannya, Sarmad kembali berputar berlawanan arah dengan yang tadi dia lakukan, kini dia berputar ke sebelah kanan dan melayangkan tendangan kaki kanannya.
‘Dddaagghh’
Indra kembali menangkis serangan lawan menggunakan lengannya, tapi kali ini dia tidak membuang kesempatan. Indra langsung menangkan kaki kanan Sarmad dan menariknya hingga kakinya membuka lebar, raut wajah Sarmad tampak jelas kalau dia menahan rasa sakit karena kakinya dibuka lebar.
“Ngeng..” ucap Indra seraya menggusur kaki kanan Sarmad layaknya menarik mobil-mobilan. Tentu saja Sarmad semakin kesakitan, dia mencoba meraih permukaan tanah menggunakan kedua tangannya untuk mencoba memberikan perlawanan.
‘Bbbreeekk’
Suara celana robek tiba-tiba terdengar, Indra segera melepaskan kaki kanan Sarmad yang sedang dia gusur tadi. Kedua tangan Sarmad spontan menutupi bagian pantat dan selangkangannya, ternyata karena pergerakannya tadi yang mencoba meraih tanah membuat celananya sobek. Sontak saja para warga yang hadir menyaksikan sayembara langsung menertawakan Sarmad yang sedang menahan malu.
“Awas kau..” gerutu Sarmad sambil terus menutupi celananya yang robek.
“Pppffftt.. Hihihihi..” Indra berusaha menahan tawanya, tapi karena tidak kuat akhirnya dia tertawa keras melihat Sarmad yang berjalan pelan sambil menutupi bagian celananya yang robek, kedua kakinya yang dirapatkan membuat cara berjalan Sarmad terlihat semakin aneh. Sarmad langsung keluar dari arena pertarungan untuk mengganti celananya.
“Diluar dugaan, pendekar Sarmad berhasil dikalahkan oleh penantang kedua kita. Selanjutnya dia akan menghadapi pendekar Kusna si jari besi,” ucap pembawa acara, riuh tepuk tangan disertai tawa memenuhi area pesawahan. Indra hanya berdiri sambil melambai-lambaikan kedua tangannya kepada warga yang ada di berbagai sisi arena.
“Huh, maju Jang!” teriak pedagang singkong dari kejauhan.
Seorang pria kekar dengan tubuh lebih besar dari Indra langsung memasuki arena, terlihat wajahnya begitu kesal melihat rekannya tadi dipermalukan di depan orang banyak. Mereka berdua langsung bersiap dengan kuda-kuda masing-masing. Pria bernama Kusna itu langsung merapatkan jari tengah dan jari telunjuknya, baik itu tangan kiri maupun tangan kanannya dia arahkan ke depan.
Indra terlihat sangat waspada menatap Kusna, tanpa aba-aba Kusna langsung maju dengan menghujamkan totokan jari kanannya mengincar leher Indra, Indra langsung menahan pergelangan tangan Kusna dan membalas dengan hantaman lutut kaki kanannya. Tapi Kusna memiringkan tubuhnya dan menyerang lagi dengan totokan jari kirinya, Indra mau tidak mau langsung melompat ke samping menghindari serangan lawan.
Indra mendekati tempat persenjataan dari kayu yang disediakan oleh penyelenggara sayembara. Indra langsung mengambil tongkat kayu dan memainkannya di tangan, Kusna kembali melesat dengan totokan jari kanan melesat mengincar kepala Indra. Tapi dengan sigap Indra segera menahan totokan Kusna itu dengan tongkat yang dia pegang.
‘Bbbrrakk’
Seketika itu juga tongkat kayu langsung patah menjadi dua, Indra yang terkejut segera membuang kembali tongkat di tangannya. Dia pikir percuma saja menyediakan senjata murahan seperti itu untuk menghadapi pendekar tangguh seperti Kusna.
“Itu memang bukanlah ilmu kanuragan, melainkan hanya tenaga dalam yang dialirkan ke jari-jarinya. Sekali terkena totokannya tubuhku pasti berlubang,” gumam Indra sambil bergidik ngeri. Kusna kembali melesat menuju Indra, kali ini setelah Kusna cukup dekat Indra langsung melompat ke udara dan melayangkan tendangan tiga kali beruntun.
‘Ddagh’
Semua tendangan Indra berhasil ditahan oleh Kusna, lawan Indra itu kali ini kembali membalas dengan melesatkan totokan tangan kanan dan kirinya secara beruntun. Tapi Indra yang baru menapak di tanah dengan cekatan memiringkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan menghindari totokan Kusna seakan sedang menari.
Indra langsung melakukan serangan balik dengan memutar badannya dan melayangkan hantaman tumit kaki kirinya mengincar leher Kusna. Namun Kusna dengan sigap menunduk seraya menjulurkan totokan tangan kanannya mengincar kaki kanan Indra, tapi Indra tidak diam saja dia langsung menghentakan kaki kanannya ke tanah hingga tubuhnya terlontar ke atas lalu menghujamkan tumit kaki kanannya mengincar bahu Kusna.
‘Bbekh’
Serangan tumit kaki kanan Indra dengan tepat berhasil menghantam bahu kiri Kusna sampai tubuhnya roboh ke tanah, meski Kusna meringis kesakitan dia langsung memaksakan diri untuk menjauh dari Indra dengan menghantamkan kedua telapak tangannya ke tanah, Kusna berjungkir balik ke belakang lalu berdiri sembari memegang bahu kirinya.
“Hihihi.. apa hanya itu kemampuanmu kisanak?” ledek Indra sambil petangtang petengteng di tengah arena lalu berbalik membokongi Kusna.
“Diam kau bocah ingusan!” bentak Kusna yang terpancing amarahnya, dia langsung menghentakan kakinya. Hanya dalam satu lompatan saja, tubuhnya sudah melesat berada di depan Indra dengan jari telunjuk dan jari tengahnya terbuka siap menusuk punggung Indra.
‘Ddakh’
‘Bbrrsstt’
“Hekh..” Kusna menjerit karena kini kedua jari tangannya masuk ke lubang hidungnya sendiri, tidak lain itu adalah ulah Indra yang langsung berbalik sambil menghantam pergelangan tangan kanan Kusna hingga jarinya melesat masuk ke lubang hidungnya sendiri sampai mengeluarkan darah. Indra juga langsung menyapu kedua kaki Kusna sampai ambruk di arena.
“Haduh.. haduh,” rengek Kusna yang terlihat sangat kesakitan sambil duduk di arena, dia berusaha mencabut jari telunjuk dan jari tengahnya dari hidung. Darah mulai mengalir dari hidung Kusna ke jarinya.
“Hahaha..” terdengar suara para penonton tertawa lebar melihat Kusna yang kesakitan terkena jurusnya sendiri.
“Hihihi.. malah senjata makan tuan. Eh, maksudnya hidung makan jari,” kata Indra sambil tertawa.
Karena malu dan sakit akhirnya Kusna segera lari terbirit-birit dengan lubang hidungnya yang masih tertancap jari tangannya. Namun sebelum pergi dia menunjuk Indra seakan mengancam akan membalasnya, setelah itu Kusna langsung pergi ke belakang panggung dengan darah yang menetes dari tangannya.
Tanpa menuggu lama lagi satu pendekar lainnya langsung masuk ke dalam arena sayembara, dia adalah Tara. Tatapannya terlihat sangat tajam menatap Indra, setiap langkahnya terlihat penuh dengan wibawa. Sejak awal jika memang ada yang Indra waspadai dari ketiga pendekar yang duduk di kursi itu maka Tara adalah orangnya.
“Dia pendekar yang cukup cerdik, mengelabui Kusna dengan bersikap seolah-olah lengah. Dia juga pintar memancing emosi lawannya agar terbawa emosi,” gumam Tara sambil menatap Indra yang masih tersenyum lebar.
“Kelihatannya aku tidak bisa main-main menghadapi yang satu ini,” ujar Indra sambil balas menatap Tara yang mulai mendekat.
Bersambung…
“Kau cukup hebat pendekar muda, kalau boleh tahu. Siapa namamu?” tanya Tara sambil membuat salam khas pendekar.“Nama saya Indra, kisanak juga kelihatannya pendekar tua yang hebat. Kalau boleh tahu siapa nama kisanak?” jawab Indra sambil tersenyum.“Namaku Tara, sayangnya aku tidak seperti Kusna dan Sarmad. Aku sudah cukup tua untuk mudah terpancing emosi,” tukas Tara sambil mulai memasang kuda-kuda.“Sayang sekali, kelihatannya akan sangat merepotkan,” kata Indra yang juga mulai memasang kuda-kuda khas perguruan Dharmabuana. Kali ini dia sadar tidak akan mudah mengalahkan lawannya, terlebih Tara memang terlihat lebih kuat dari Kusna dan Sarmad.Tara langsung maju dengan tinju tangan kanannya, Indra juga melakukan hal yang sama. Benturan dua tinju pendekar itu terdengar keras pertanda tangan mereka dialiri oleh tenaga dalam. Tatapan mereka beradu seolah
Semua orang di tempat itu tersentak kaget karena sang putri yang memakai pakaian mewah itu kini berdiri di tengah arena bersama dengan Indra. Tatapan Mira dengan tajam menatap Indra yang berdiri di depannya.“Di mana pendekar terakhirnya nona?” tanya Indra sambil tersenyum.“Kau sudah melihatnya sendiri sekarang,” jawab Mira dengan dingin.“Maksudnya? Ah jangan bilang kalau dia berbuat curang dengan menggunakan aji halimunan,” kata Indra sambil berjalan.“Tidak akan ada yang melanggar peraturan di sini, aku pendekar terakhir yang akan kau lawan!” tegas Mira sambil bertolak pinggang.“Tunggu sebentar nona, saya bingung. Jika nona pendekar terakhirnya, lalu siapa yang akan saya nikahi nanti?” tanya Indra dengan serius.“Kau tidak akan menikahi siapapun!” bentak Mira sambil melepas pakaian m
Tatapan Indra yang terus berlari sekuat tenaga terus tertuju kepada asap hitam yang masih membumbung tinggi dari puncak Pasir Gede. Semua warga Desa Legokpare yang melihat Indra hanya bisa keheranan karena Indra terlihat begitu buru-buru, entah kenapa sosok Lingga dan juga Braja mulai terbayang-bayang di pikirannya.“Lingga.. Kakek.. apa yang terjadi?” gumam Indra sambil terus melesat secepat kilat.Tak membutuhkan waktu lama akhirnya Indra sampai di Desa Panungtungan lalu melesat kembali ke kaki bukit, dengan lincah dia menapaki pucuk-pucuk pepohonan menuju ke puncak. Asap hitam yang membumbung masih terlihat mengepul, nafas Indra mulai memburu tapi bukan karena cape melainkan kegelisahannya yang semakin menjadi.‘Tap’Indra turun dari batang pohon setelah sampai di puncak Pasir Gede. Dengan nafas tersengal-sengal dia menatap sekelilingnya seakan tak percaya, kini puncak Pasi
Setelah mendengar pertanyaan Indra tersebut Juha menjelaskan sebenarnya dia dan beberapa warga lainnya sempat melihat ada sebelas orang pendekar aneh yang datang ke desa. Mereka bahkan bertanya tentang di mana Braja Ekalawya tinggal, mereka mengaku sebagai kenalan lama Braja Ekalawya karena itu Juha dan temannya langsung menunjuk ke puncak Pasir Gede.Indra dengan cepat langsung menanyakan ciri-ciri kesebelas orang tersebut, Juha terlihat langsung termenung mencoba mengingat wajah mereka kembali. Dia langsung mengatakan bahwa diantara sebelas pendekar itu ada seorang paruh baya dengan luka sayatan pedang memotong wajahnya secara diagonal dari dahi kiri ke dagu kanan. Diantara mereka juga ada seorang pria muda yang hanya memiliki tangan kanan saja karena tangan kirinya buntung, dia juga membawa pedang di pinggang kirinya.Diantara mereka juga ada seorang wanita muda nan cantik, penampilannya agak aneh karena terdapat banyak sekali jarum kecil
Pria sangar itu tampak sedikit meringis kesakitan saat Indra mencengkram tangannya, pria itu berusaha menghentakan tangannya agar lepas. Tapi cengkraman Indra terlalu kuat, pria itu langsung melayangkan tendangan kaki kanannya mengincar leher bagian kiri Indra. Namun dengan lincah Indra menunduk tanpa melepaskan cengkraman tangannya. Saat kaki pria itu sudah berada di atasnya Indra langsung berdiri kembali.Kini tubuh pria itu langsung menghadap ke belakang terbawa tendangannya yang mengenai angin, sementara tangan kanannya yang tadi di tarik ke bawah oleh Indra langsung berada diantara kedua kakinya tepat di selangkangannya. Mau tidak mau kini tubuh pria itu membungkuk membelakangi Indra dengan tangan kanannya yang ditarik oleh Indra yang berada di belakangnya.“Hekhh..” pekik Pria itu saat Indra menghentakan tangannya ke atas hingga lengan pria itu menghantam selangkangannya sendiri, raut wajahnya langsung meringis kesakitan.
“Iya dari wajah saja tuan pendekar memang sudah kelihatan baik, kebanyakan pendekar yang mampir kemari memang suka nggak jujur. Makan gorengan tiga ngakunya satu, padahal kan saya liatin juga. Malah kadang ada juga pendekar yang lewat terus ngambil singkong seenaknya dari kebun warga,” timpal bibi pemilik kedai dengan geram.“He.. hehe.. pendekar-pendekar kayak begitu memang merusak nama baik pendekar saja bi,” kata Indra seraya garuk-garuk kepala karena merasa sedikit tersindir perkataan si bibi.“Kalau boleh tau, kisanak ini sebenarnya dari perguruan mana ya? Pancasagara atau perguruan besar lainnya?” tanya si bibi yang terlihat penasaran.“Ouh, saya Indra dari perguruan Dharmabuana bi,” jawab Indra. Si bibi terlihat langsung mengerutkan keningnya karena baru kali ini mendengar nama perguruan yang disebutkan oleh Indra.“Aduh baru kali ini bibi
“Hahaha… sudah jelas kau komplotan perampok itu. Aku tahu kau sengaja mengarang ngarang nama perguruan apalah itu, soalnya kalau kau mengaku berasal dari perguruan besar yang terkenal pasti kami akan meminta buktinya. Padahal kalau kau mengaku berasal dari perguruan besar masuk akal saja kau punya uang banyak,” timpal pria yang membawa golok disertai gelak tawa diikuti warga lainnya.“Mungkin perguruannya ada di alam mimpi,” timpal yang lainnya sembari tertawa.“Atau mungkin memang ada perguruan begitu, tapi muridnya perampok semua,” imbuh yang lainnya.“Sudah aku bilang kalau aku bukan komplotan perampok itu, lagipula mana buktinya aku komplotan mereka?” bantah Indra yang terlihat mulai kesal lantaran nama perguruannya menjadi bahan tertawaan.“Lah itu buktinya, mana ada pendekar biasa bawa uang banyak begitu. Kalau kau memang bukan komplo
Indra melesat cepat bagaikan angin, dedaunan kering yang dilewati olehnya langsung berhamburan terbang ke udara akibat hempasan angin dari tubuhnya yang berlari kencang. Semakin ke timur ternyata semakin masuk ke dalam hutan belantara, dari kejauhan Indra bisa melihat seorang wanita yang memakai caping sedang berjalan sendirian.Indra yang sedang dibakar api dendam langsung mengepalkan tinjunya dan melompat ke depan wanita bercaping tersebut. Sekilas memang terlihat di beberapa bagian baju wanita itu terdapat jarum-jarum dan peniti, melihat hal itu Indra tidak banyak bicara langsung melesat melayangkan tinjunya mengarah ke perut wanita bercaping.‘Dddssshh’Dengan tenang wanita itu berhasil menghalau tinju kanan Indra dengan telapak tangan kanannya, riuh angin langsung menghempaskan debu-debu dan dedaunan di sekitar mereka berdiri. Itu semua akibat benturan dua tenaga dalam yang digunakan kedua pendekar terse
Selamat siang sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Novel Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara akhirnya tamat juga. Cerita novel ini hanyalah fiktif belaka. Karena masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin masih ada beberapa misteri yang belum terungkap di novel ini karena masih berhubungan dengan Novel Jawara, jadi di sana ada jawabannya. Jika di sana tidak menemukan jawabannya maka bisa request ke saya di media sosial tentang jawabannya. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini. Semoga support yang telah sobat berikan kepada saya nanti akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipatnya. Mungkin untuk sementara saya tidak akan membuat novel baru di GN dulu, jika ingin tahu perkembangan karya lama atau karya baru saya selanjutnya silahkan ikuti media sosial saya di bawah. Sampai jumpa lagi. Igagram: @jajakareal Fanebuk: jalanfantasy Yoshzube:
Waktu berlalu dengan cepat. Dalam jangka waktu tiga hari tiga malam saja Indra sudah sampai di Desa Kowala. Dia juga tak lupa menyempatkan waktu untuk singgah di kediaman Badra dan Surti. Setelah menginap satu malam di sana, Indra kembali melanjutkan perjalanannya ke tepi pantai guna mencari nelayan yang bersedia membawanya ke kapal yang hendak pergi ke Kerajaan Panjalu.Tanpa perlu kesulitan Indra berhasil menumpang di kapal yang pergi menuju ke Kerajaan Panjalu. Dua hari dua malam lebih yang dibutuhkan oleh kapal untuk sampai ke Dermaga Nanggala. Dari Nanggala, Indra bergegas segera pergi ke Kadipaten Mandala untuk singgah di Desa Panungtungan sekalian berziarah ke pusara Braja Ekalawya dan Lingga.Dalam waktu kurang dari tiga hari saja Indra sudah sampai ke Desa Panungtungan, rasa gembira bisa langsung dia rasakan. Risau dan cemas yang sempat terlintas saat dia di Perguruan Jatibuana kini sudah terlupakan. Indra buru-buru pergi ke Pasir Gede untuk menziarahi pusara Braja Ekalawya,
Tak lama kemudian muri Jatibuana yang tadi pergi meninggalkan Indra sudah kembali lagi. Dia mengatakan bahwa Mahaguru Waluya bersedia bertemu dengan Indra. Saat itu juga Indra dan dua murid Pancabuana lainnya segera pergi menuju Perguruan Jatibuana. Suara ramai murid yang latihan mulai terdengar dari kejauhan, rasanya suaranya jelas lebih ramai dibandingkan saat dulu Indra datang ke Jatibuana.Setelah sampai di area perguruan, tampak ada puluhan pendekar sedang berlatih gerakan silat di halaman perguruan. Saat melihatnya Indra tersentak kaget sebab tidak hanya ada satu atau dua orang saja pendekar yang pernah dia lihat sebelumnya, kebanyakan pendekar lainnya sama sekali belum pernah Indra lihat. Saat Indra datang tampak semua pendekar mengalihkan pandangannya kepada Indra. Sementara itu di pendopo perguruan terlihat Mahaguru Waluya sedang duduk bersila bersama dengan Darga.“Silahkan temui Mahaguru di sana,” tukas dua pendekar yang mengantar Indra, mereka berdua segera pergi lagi ke d
“Itu mustahil. Aku belum pernah ke Paguron Jatibuana. Aku hanya bisa sampai ke kaki Gunung Jatibuana saja,” potong Laila.“Itu sudah bagus. Lagipula Indra kelihatannya tidak akan keberatan jika diantar sampai ke sana,” kata Purnakala.“Eh? Sebenarnya apa yang kalian maksud sejak tadi?” tanya Indra yang masih kebingungan dengan percakapan dua anggota Balapoetra Galuh tersebut.‘Set’‘Tap’Tiba-tiba saja secepat kilat Laila melayangkan tangan kanannya mengincar leher Indra, namun kemampuan Indra sudah meningkat pesat jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dia dengan mudah menangkap tangan Laila menggunakan tangan kirinya.“Ada apa ini?” tanya Indra dengan waspada.“Cih, gesit juga,” gerutu Laila.‘Beukh’“Heukh..” pekik Indra. Tanpa dia sadari Purnakala sudah menotok lehernya dari belakang, sontak saja tubuh Indra menjadi lemas, pandangannya juga samar-samar mulai kabur.“Maafkan aku Indra, ini adalah bagian dari perjanjianku,” terdengar suara Purnakala pelan.“Kenapa?” batin Indra
Malam itu semua murid Perguruan Pancabuana tampak senang karena sudah lama sekali mereka tidak mengadakan jamuan seperti itu. Indra sendiri merasa lega karena malam ini kemungkinan adalah malam terakhir dia menginap di Pancabuana. Setelah selesai makan, Indra juga tidak langsung tidur dan memilih untuk mengobrol bersama dengan Dewa dan murid Pancabuana lainnya.Esok paginya. Setelah selesai sarapan Indra langsung pergi ke kediaman Mahaguru Adiyaksa guna berpamitan. Kali ini di sana juga sudah ada Purnakala dan Jaka yang seakan sudah menunggu kedatangan Indra. Saat itulah Mahaguru Adiyaksa memberikan wejangan untuk terakhir kalinya kepada Indra, dia juga meminta Indra untuk mengamalkan ilmu yang dia dapat di Pancabuana dalam jalan yang benar.“Aku juga tidak keberatan jika kau mengajarkan ajian gelap ngampar yang kau kuasai itu kepada muridmu kelak, tapi kau harus berhati-hati agar kau tidak salah dalam memilih murid yang ingin kau ajari ajian terlarang itu. Sebab kau akan bertanggung
“Saya juga sudah berniat untuk mengambil jalan pintas saja Mahaguru, soalnya kalau berputar seperti jalan awal saya ke sini mana mungkin cukup satu atau dua bulanan. Kalau begitu saya akan menunggu sampai Purnakala pulang saja,” ucap Indra sembari tersenyum.Indra kemudian pamit dari kediaman Mahaguru Adiyaksa. Dia memutuskan untuk menunggu sampai satu minggu lagi, lagipula sebisa mungkin dia juga ingin pamit dulu kepada Purnakala. Tapi jika Purnakala tidak kunjung pulang maka mau tidak mau dia akan langsung pamit saja tanpa menunggu Purnakala dulu.“Padahal aku juga berharap bisa bertemu dengan kang Raka Adiyaksa, tapi tampaknya aku tidak akan bertemu dengannya di sini,” batin Indra. Selama hampir dua tahunan ini dia berguru di Pancabuana, dia belum pernah juga bertemu dengan Raka Adiyaksa.***Hari kembali berlalu sejak Indra berniat meminta izin meninggalkan Pancabuana dari Mahaguru Adiyaksa, lima hari sudah Indra kembali menjalani aktifitasnya di Perguruan Pancabuana. Hari keenamn
Hari berganti hari sejak Indra secara resmi menjadi murid Perguruan Pancabuana. Dia berlatih dengan giat demi menyempurnakan gerakan silat serta ilmu kanuragan miliknya. Tentunya dia tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan latihan dengan murid-murid lainnya, sebab sejak awal dia sudah memiliki dasarnya yang dia dapatkan dari Maung Lara.Waktu terus berlalu dengan cepat, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Tanpa terasa satu tahun lebih sudah Indra berada di Perguruan Pancabuana. Hampir dua tahun sudah dia berada di Kerajaan Galuh meninggalkan Kerajaan Panjalu. Murid Perguruan Pancabuana yang jumlahnya dulu hanya sepuluh orang dengan dirinya kini kedatangan empat murid baru, dua murid laki-laki yang bernama Taryana dan Pala serta dua lainnya adalah murid perempuan.Kini jumlah murid Perguruan Pancabuana berjumlah sebelas orang karena ada tiga orang yang memutuskan keluar dari perguruan. Dua murid laki-laki yang memutuskan untuk meninggalkan perguruan dan mengembara di du
“Apakah tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan agar Indra bisa menjadi murid di sini?” tanya Jaka dengan raut wajah serius.“Tidak ada. Dalam ujian ini dia harus bergantung kepada dirinya sendiri, entah itu pemikirannya atau keberuntungannya,” tegas Adiyaksa.“Yahuuu! Huaaaahh!” tiba-tiba saja dari kejauhan samar-samar suara Indra berteriak kencang.“Apakah dia sudah mengerti petunjuk yang aku berikan?” batin Jaka sambil berdiri menatap ke arah suara terdengar.Mendengar suara teriakan Indra seperti itu mendadak para murid pria keluar dari pondoknya dengan tatapan bingung, para murid wanita yang berada di pondok yang berbeda juga segera keluar menuju ke halaman perguruan. Adiyaksa sendiri segera berdiri dengan mengerutkan keningnya, baginya suara teriakan Indra tersebut tidak seperti orang yang akan menyerah dalam ujian.Semua orang yang ada di Perguruan Pancabuana kini berdiri menatap ke arah asal suara teriakan Indra. Tak lama kemudian semilir angin pagi mulai berhembus, dari ke
“Mira, apakah jika kau ada di posisiku saat ini kau bisa memikirkan cara lain?” batin Indra seraya membayangkan wajah pujaan hatinya.“Hmmh..” Indra menghela nafas panjang sambil bangkit dan menatap permukaan sungai.Semakin lama Indra berpikir semakin pusing dia dibuatnya, karena itulah Indra memilih untuk segera turun lagi ke sungai guna mencari batu yang dilemparkan Mahaguru Adiyaksa. Berpikir diam saja juga rasanya tidak akan membuahkan hasil. Indra terus menyusuri dasar sungai sesuai tanda yang telah dia buat di tepi sungai menggunakan bambu.Hari demi hari terus berlalu, Indra terus menyisir dasar sungai membolak balik batu yang dia lihat di dalamnya. Tanda yang dia buat di tepi sungai semakin lama semakin jauh dari tempat awal dia membuat tanda. Dia tidak bisa memikirkan cara lain yang lebih efektif untuk menemukan batu yang dia cari, karena itulah dia terus menggunakan cara yang sejak awal mampu dia pikirkan.Tanpa terasa enam hari sudah berlalu sejak dia pertama kali mencari