...
Dewa Ruci akhirnya muncul di koordinat planet tujuan, Lemurian.
Dari Anjungan, dua orang pilot sekaligus Navigator itu, menatap satu planet yang terlihat terbakar dan penuh oleh radiasi.
Mereka berulang kali memastikan apakah posisi mereka saat ini sudah tepat. Jenny dengan suara bergetar bertanya dengan tidak yakin. Berharap penglihatannya tidak seperti yang ia saksikan.
“Mandala Ayu. Apa menurutmu kita sudah berada di koordinat yang tepat?” ucap Jenny kebingungan mengotak-atik layar komputer.
“Letnan Jenn. Kau tidak salah. Itu...,”
Dengan mata yang sudah basah, Mandala Ayu menutup mulutnya, “Itu..., Planet Lemurian.”
Dengan tatapan nanar dan kebingungan, Jenny segera menghubungi Andromeda, “Kapten, kalian harus melihat ini. Aku akan membuka dek untuk kalian.
Mandala Ayu segera memutar posisi kapal agar semua orang bisa melihat apa yang mereka lihat secara langsung. Bukan menyaksikan dari layar proyeksi.
“Semua unit segera berkumpul di Dek.” Dari pengeras suara letnan Jenny memberi perintah, tetapi suara wanita itu terdengar sedikit berbeda kali ini.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Misi apa yang kita terima sebenarnya?” Dengan tergesa-gesa semua orang segera berkumpul di Dek.
Dinding besi yang melindungi kapal tiba-tiba saja terbuka, kini hanya lapisan kaca saja yang melindungi orang-orang dari angkasa luar.
Setiap orang yang baru sampai di dek langsung terperangah saat mereka menyaksikan pemandangan planet Lemurian. Keadaan planet itu sungguh sangat memilukan.
Planet yang sebelumnya terlihat sangat indah dari luar angkasa, kini terlihat seperti terbakar dan banyak sekali rekahan yang mengitari planet. Bahkan tanpa diperiksa, bisa ditebak jika planet itu menghasilkan radiasi yang sangat kuat.
“Meda. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kondisi Lemurian bisa seperti itu?” Kilek yang terlambat datang karena harus ke toilet. Ia berbisik pelan pada Andromeda yang juga baru saja sampai dengan suara bergetar. Siapapun yang melihat kondisi planet Lemurian saat ini pasti akan terguncang.
Sang kapten diam cukup lama setelah mendengar perkataan temannya. Pria itu menghela napas panjang sebelum berkata. “Entahlah. Mereka tidak mengatakan apapun sebelumnya.”
“Kita diperintahkan kemari hanya untuk memeriksa keadaan, walau tidak jelas keadaan seperti apa yang mereka maksudkan.”
Dewa Ruci kemudian menjadi sangat berisik. Prajurit wanita bagaimanapun akan tetap menangis melihat pemandangan yang sangat memilukan itu.
Wynne dengan mata berkaca-kaca mengangkat suara, “Kuharap seluruh penduduk berhasil di evakuasi sebelum bencana ini terjadi. Apa mungkin kita ditugaskan kemari untuk membantu evakuasi?”
“Aku tidak melihat ada kapal ataupun pesawat kecil di dekat planet ini. Radar juga tidak menangkap satu pun pergerakan kapal dan pesawat yang terbang meninggalkan planet.” Pilot Jenny menanggapi ucapan wanita Elf tadi dengan sedikit ragu-ragu.
Suasana menjadi sunyi saat pikiran semua orang berkecamuk memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi. Tetapi tidak satupun dari mereka yang berhasil menemukan jawaban.
Suasana hening pecah saat suara letnan Jenny terdengar lemah, “Kapten. Melihat kondisi saat ini, kemungkinan bencana yang menimpa Lemurian sudah berlangsung beberapa hari. Mungkin saja petinggi Union telah salah mendapatkan informasi.”
Baru saja Jenny mengutarakan pemikirannya. Alarm peringatan terdengar di seluruh bagian Dewa Ruci.
Sistem kapal Dewa Ruci menangkap sinyal bahaya dengan kemunculan tiba-tiba beberapa kapal perang dan satu kapal induk Union. Mereka berada di posisi yang berbeda-beda.
Kapal-kapal itu jelas dalam posisi siaga tempur karena langsung memposisikan diri mengepung Dewa Ruci.
Semua orang di kapal segera bersikap waspada. Hingga Ronald menenangkan prajurit yang ada di sekitar dirinya. “Tenanglah. Itu hanya kapal dari Union yang mendekat. Mungkin mereka ingin melihat langsung keadaan yang menimpa planet Lemurian.”
Namun apa yang ada dalam pemikiran Kapten Andromeda berbeda. Dia langsung berteriak dengan lantang dan tegas.
“Semua awak segera ke posisi tempur masing-masing. Bersiaplah untuk berperang demi hidup kita semua!”
Semua awak saling pandang karena tidak mengerti maksud perkataan Sang kapten. “Bukankah itu kapal induk dan kapal perang Union? Kenapa kapten meminta kita untuk siaga tempur?” ucap salah satu prajurit dengan raut wajah kebingungan.
Belum satu pun bergerak mengikuti perintah sang kapten. Mereka tidak mengerti kenapa Andromeda memberi perintah seperti itu. Padahal tidak ada musuh di sekitar, kecuali kapal-kapal sekutu Union.
Melihat awak kapal yang terlihat kebingungan, Jagau segera berteriak. “Apalagi yang kalian tunggu! Kapten sudah memberi perintah. Bukan hak kalian untuk mempertanyakan keputusannya. Cepat pergi ke posisi masing-masing untuk mempertahankan Dewa Ruci.”
Segera setelah Jagau berteriak, seluruh awak tempur segera ke posisi untuk menembakkan meriam plasma.
Andromeda sudah berdiri di belakang Jenny dan Mandala Ayu yang baru selesai memasang sabuk pengaman.
“Cepat bawa kita menjauh dari tempat ini!”
Boom
Dewa Ruci berguncang saat satu tembakan meriam plasma mengenai tubuh Dewa Ruci.
Seorang prajurit yang tengah berlari ke arah meriam pertahanan terhempas ke dinding karena kehilangan keseimbangan.
Namun tanpa menghiraukan rasa sakit, ia kembali bangkit dan berhasil membuka tempat meriam plasma berada. Tempat meriam itu berbentuk seperti tabung, yang akan menjorok keluar dari dinding kapal setelah prajurit menekan satu tombol.
“Mereka tidak main-main. Apa yang sebenarnya terjadi?”
Semua orang menggumamkan hal yang sama. Bertanya-tanya kenapa mereka diserang secara tiba-tiba.
Begitu juga dengan Jenny Wong. Dia berusaha menghubungi kapal induk Union. Tetapi saluran komunikasi mereka ternyata sudah dibajak dan terputus dengan dunia luar.
Melihat anak buahnya masih berupaya menghubungi kapal induk. Andromeda menepuk pundak Jenny, “Tidak ada gunanya. Mereka memang berniat memusnahkan kita dan jelas akan menjadi kambing hitam dari apa yang telah menimpa Lemurian.”
Baru Andromeda berbicara, satu ledakan kembali mengguncang Dewa Ruci. Suara teriakan Kilek terdengar melalui komunikasi. Ia juga turut menembakkan meriam plasma ke arah-pesawat-pesawat tempur union.
“Kapten..., jumlah mereka terlalu banyak. Jika terlalu lama, tempat ini akan menjadi pemakaman bagi kita.”
Puluhan pesawat tempur Union beterbangan menembaki Dewa Ruci. Meriam pertahanan kapal berusaha bertahan dan menembak pesawat musuh.
Sementara itu meriam plasma dari kapal induk dan kapal-kapal penghancur tidak tinggal diam, mereka juga membombardir Dewa Ruci.
Serangan dari pesawat-pesawat tempur masih bisa dihadapi dan dilawan oleh pertahanan Dewa Ruci. Tetapi serangan dari meriam-meriam plasma armada besar. Akan sangat fatal jika terus-terusan mengenai badan kapal.
Wynne yang juga bertugas sebagai operator salah satu meriam berulang kali menembaki pesawat-pesawat lawan.
Satu pesawat musuh menghindari tembakan laser yang ditembakkan oleh Wynne. Pesawat itu meliuk bermanuver menghindari serangan. Tetapi nahas bagi pesawat di belakangnya.
“Mampus! Ayo...mendekat padaku!” Wynne tampak bergembira setelah berhasil meledakkan beberapa pesawat tempur musuh.
“Wynn... aku sudah menjatuhkan tiga pesawat musuh. Hahaha.” Kilek terdengar sangat bangga pada dirinya sendiri.
Seulas senyum remeh mekar di bibir Wynne, “Aku sudah menjatuhkan lima lalat-lalat ini,” balas elf itu dengan suara mengejek.
“Cih, omong kosong!”
Wynne tidak ambil peduli dengan rutukan Kilek. Ia terus fokus menembaki pasukan musuh. Satu pesawat tempur bermanuver sembari menembakkan senjata tanpa henti.
Tetapi tentu saja Wynne juga melakukan hal yang sama, meski pilot pesawat itu berhasil menghindar beberapa waktu, tidak butuh waktu lama bagi Wynne untuk mengenainya dengan meriam plasma.
Blaar
Pesawat meluncur deras ke arah dinding Dewa Ruci dengan asap di bagian ekornya.
Boom
Terlihat riak pancaran energi pelindung berwarna pelangi di tubuh Dewa Ruci saat pesawat musuh hancur menabrak dinding.
Kilek merutuk karena posisi ledakan tepat tidak jauh dari meriam yang ia kendalikan. Tabung meriam tempat ia duduk langsung berguncang keras.
“Sialan kau Wynne. Kau pasti sengaja melakukannya?!”
“Dasar bodoh!” balas Wynne kesal karena telinganya sakit mendengar rutukan Kilek.
Sementara itu, Mandala Ayu dengan raut cemas melihat layar yang menginformasikan kondisi kapal.
“Pertahanan kapal terus menipis Kapten. Jika terus seperti ini, Dewa Ruci akan berlubang dalam waktu lima menit.”
Sedangkan Jenny terlihat sangat tegang. Keselamatan semua orang bergantung pada dirinya saat ini. Ia tidak bisa mengarahkan kapal ke arah Neo Nusantara.
Karena arah rute mereka sudah di hadang oleh lawan. Terpaksa ia memutar moncong Dewa Ruri ke arah lain.
“Berapa persen ketahanan kapal yang tersisa?”
“Lima belas persen.”
Andromeda yang terlihat masih sangat tenang menepuk pundak Jenny, “Kemanapun arahnya, bawa kita pergi dari sini.”
Jenny hanya mengangguk, terus berkonsentrasi penuh mengendalikan kapal untuk menghindari serangan musuh.
“Kapten, kita hanya bisa melakukan warping sekali lagi. Sebagian besar energi kapal habis untuk memperkuat pertahanan.” Mandala Ayu kembali memberikan informasi.
Warping adalah istilah untuk melakukan kecepatan atau lompatan cahaya bagi kapal ruang angkasa agar mereka bisa pergi jutaan kilometer jauhnya.
Dari kapal induk Union, terlihat cahaya besar energi meluap-luap di ujung meriam yang sangat besar. Mereka tampak bersiap untuk menghancurkan Dewa Ruci dalam satu kali serangan.
Sementara itu, Dewa Ruci kembali terkena tembakan dari kapal penghancur. Beberapa lampu penerangan kapal terlihat berkedip seolah hendak padam. Keadaan benar-benar sudah sangat kritis bagi Dewa Ruci dan awak di dalamnya.
Andromeda dengan suara tegas berbicara kepada semua awak, “Semua awak tempur hentikan tembakan plasma. Semua energi akan difokuskan pada pertahanan pelindung kapal.”
Mendengar perintah kapten, seluruh meriam-meriam tempur kembali masuk ke dalam badan kapal. Tetapi akibatnya, tubuh Dewa Ruci terus berguncang keras terkena hantaman serangan lawan.
Lampu di dalam kabin terus berkelap-kelip tidak karuan. Konsleting terlihat dimana-mana.
Salah satu kapten di kapal penghancur Union tampak tersenyum puas, “Sepertinya mereka sudah pasrah menerima nasib.”
Pria yang menjadi pilot kapal Union menatap kagum Dewa Ruci, “Ternyata Dewa Ruci memang sekuat yang dikatakan ahli penerbangan Kapten. Kapal itu bahkan belum hancur setelah terkena banyak serangan plasma.”
“Sangat disayangkan, padahal aku sangat menginginkannya. Meski dulu kapal itu dianggap produk gagal. Siapa yang mengira kalau seorang pendekar mampu mengubahnya menjadi kapal yang sangat tangguh.”
Kembali ke Dewa Ruci, Jenny dan Ayu terus berusaha menyeimbangkan kapal. Dahi kedua wanita itu sudah basah oleh keringat. Seolah pendingin udara di kapal juga sudah rusak.
Seluruh awak Dewa Ruci juga sudah bersiap dengan duduk memakai sabuk pengaman.
“Pertahan pelindung kapal turun dengan cepat. Hanya bersisa lima persen.” Mandala Ayu kembali memberikan informasi.
Awak kapal Dewa Ruci tampak sudah pasrah dengan keadaan. Karan menatap foto seorang wanita di genggamannya. Dia mengecup foto Adele, wanita yang sangat ia sukai.
“Tiga persen!”
Laser di moncong meriam kapal induk Union juga sudah terisi penuh. Kapal itu bersiap menembakkan energi yang sangat besar untuk menghancurkan Dewa Ruci.
“Dua persen...!”
Laksamana yang memimpin kapal induk mengangkat tangan terkepal, “Hancurkan Dewa Ruci. Biarkan mereka menjadi sampah ruang angkasa.”
Whoos
Meriam plasma itu segera menembakkan laser dengan skala besar. Lurus tepat ke arah Dewa Ruci.
Namun sesaat sebelum mengenai tubuh kapal, Dewa Ruci sudah menghilang meninggalkan kelebatan cahaya seperti ekor putih.
“Kurang ajar! Cepat lacak titik koordinat mereka. Jangan sampai kapal itu lolos dan berkeliaran di semesta.”
Wajah-wajah pemimpin kapal perang langsung terlihat masam. Mereka tidak menyangka Dewa Ruci masih mampu melakukan Warping setelah menggunakan sebagian besar sumber energinya.
“Mereka tidak akan bisa pergi jauh Laksamana Rock. Arah tujuan mereka sudah berhasil terlacak oleh kapal penghancur Kapten Janu.”
Tidak lama setelah itu, Armada kapal perang Union ikut menghilang. Warping dengan tujuan yang sama ke arah tujuan Dewa Ruci pergi .
Satu kapal mirip kepala banteng lengkap dengan dua tanduk tengah mengangkasa dan bersiap memasuki orbit sebuah planet berwarna kemerahan. Kapal itu berisi divisi kedua dari perompak dan pendekar bayaran Black Cows.Jacka terlihat kesal karena gagal bertarung dengan Andromeda. “Sial. Kalian sangat bodoh. Bagaimana mungkin kalah secepat itu dari pasukan pendekar golongan putih.”“Gara-gara kalian kita gagal mendapat bayaran penuh. Padahal tugas kita hanya perlu menahan pasukan Union beberapa jam lagi sesuai perjanjian. Sampai tentara bayaran lain yang mereka sewa sampai di Kryo.”Seluruh bawahan Jacka tidak bergeming, tak seorang pun dari mereka yang berani membantah ucapannya. Bahkan banyak dari mereka tergolek terluka parah. Keadaan pasukannya membuat Jacka semakin terlihat kesal.BraakMelepas kekesalan, Jacka menggebrak meja di kabin perawatan. Ia menoleh saat melihat tangan kanannya mendekat.Kacak membisikkan sesuatu, “Kalacakra sudah tewas, ia tidak terselamatkan. Andromeda terny
...Akhirnya Dewa Ruci memasuki atmosfer planet Nasa G9 setelah tiga bulan pelayaran di angkasa. Planet Nasa G9 ternyata hanyalah planet berbatu tanpa ada ditumbuhi sebatang pohon dan tumbuhan. Namun di sana terdapat lautan yang selalu terlihat bergejolak.Letnan Jenny dan sersan Ayu mendaratkan kapal di daerah lapang di dataran yang tinggi.Jenny melakukan beberapa pemindaian dengan mengirim beberapa drone keluar dari Dewa Ruci. Suasana tampak seperti malam hari saat ini. “Sedang menganalisa status planet dan kemungkinan keberadaan makhluk organik,” ucap Jenny.Hingga beberapa waktu kemudian dia kembali melapor, “Status aman, tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk hidup.”Pintu palka menuju anjungan terbuka, ternyata Kilek dan Jagau datang untuk melapor.“Kami sudah siapkan satu regu yang berisi sepuluh orang kru untuk ekspedisi awal, tapi Dr. Birkins mengatakan sepertinya akan cukup sulit untuk menambang uranium dengan jumlah besar dalam kondisi seperti ini.”Andromeda mengangguk
Titik kumpul awal regu satu kini sudah sunyi dan gelap sepenuhnya. Tidak terdengar ada tanda-tanda kehidupan.“Kami sudah sampai.” Suara jagau terdengar di Dewa Ruci melalui pengeras suara. Kali ini gambar video langsung juga ditampilkan lewat kamera yang terpasang di helmnya.Lima belas orang pendekar lain bersenjata lengkap, serta sepuluh orang prajurit bersenjata berat dibawa oleh Jagau. Kilek juga ikut terjun untuk membantu juga kelompok Jagau.“Sial. Sepertinya mereka semua sudah tewas,” ucap Kilek saat melihat kendaraan yang dan perlengkapan yang dibawa oleh regu satu sudah rusak parah. Bahkan dinding baja kendaraan berat terlihat meleleh dan berasap.Tidak hanya itu, di tanah dan di dinding kendaraan lain juga terlihat banyak cipratan darah.“Bentuk barisan barikade dan tetap waspada,” ucap Jagau memberi arahan. Semua pendekar dan prajurit langsung menyebar dengan siaga tempur.Baru saja Jagau hendak memeriksa ke dalam kendaraan, satu suara mengurungkan niatnya.“Aku menemukan
Seorang pendekar pengguna tombak memutar-mutar senjata di tangannya. Tombak dipenuhi oleh energi tenaga dalam.Satu tusukan runcing dari tangan alien menghujam ke arahnya. Pendekar menghindar ringan ke samping, namun mulut alien menganga lebar hendak menyemburkan asam.“Mati...” ucap pendekar yang bernama Wira. Dia menusukkan tombaknya ke dalam mulut alien sebelum monster itu menyemburkan asam. Alien mengejang beberapa saat, sebelum ambruk dan tewas.“Tidak butuh banyak tenaga dalam untuk membunuhnya jika mengenai mulut dan kepala,” ucap Wira memperingatkan semua orang.Akan tetapi saat menarik kembali tombaknya, wajah Wira berubah masam. Ujung mata tombaknya telah meleleh dan rusak.“Sial....” Wira berteriak melepas kekesalan.Sementara itu Jagau sudah melemparkan senjatanya ke udara, pedang melengkung yang disebut Mandau. Pedang itu langsung berputar-putar dan mengeluarkan suara dengungan di udara.Wira memperingatkan Jagau, “Hati-hati Letnan. Asam makhluk ini sangat keras dan tajam
Tepat satu bulan setelah hari kedatangan armada Lentera Hitam di Zeus, kapten Anggita sudah kembali memimpin kru navigasi untuk mempersiapkan kapal induk. Di bawah atap berkaca tebal kabin ruang kemudi, wajah Anggita menengadah ke langit-langit kapal. Menatap satelit alami planet Zeus. Bulan planet Zeus dinamakan Olimpus, di sanalah Kaisar dan orang penting lainnya tinggal. “Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Kaisar? Mengorbankan milyaran makhluk hanya untuk mengkambing hitamkan Dewa Ruci, pasti ada hal besar dibalik ini semua,” batin Anggita bertanya-tanya. “Tidak bisa dimaafkan!! tidak ada kata yang pantas untuk menggambarkan dan mengutuk kebiadaban ini.” “Kalian adalah iblis berwujud manusia,” batin Anggita mengepalkan tinju untuk menahan kemarahannya. ... Kembali pada Dewa Ruci. Kapal tempur dan jelajah itu baru saja keluar dari Atmosfir luar planet Nasa G9. Setelah memasuki gelapnya angkasa luar, mereka langsung mengadakan upacara pelepasan jenazah rekan-rekan mereka ya
Kilek dan Jagau mendatangi Dr. Birkins. Pria tua berambut putih itu tengah berdiri mengawasi sepuluh bongkah batu yang diterangi oleh cahaya ultraviolet di balik jeruji besi yang dialiri listrik.“Bagaimana situasinya Dokter?” tanya Jagau berdiri melipat tangan di depan jeruji.“Aman dan terkendali, seperti yang kalian lihat. Makhluk ini memang memiliki kemiripan dengan Troll. Hanya saja tidak memiliki akal seperti troll pada umumnya,” jawab Dr. Birkins menjelaskan situasi.Kilek mendesah pelan, “Syukurlah mereka menjadi batu saat terkena cahaya matahari. Akan merepotkan jika kita menangkap makhluk ini hidup-hidup jika sedang aktif.” “Hehehe, makhluk-makhluk ini pasti bernilai tinggi. Sangat disayangkan kau tidak akan mendapat nama dari penemuan ini Dokter,” ucap Kilek setengah bercanda sembari mengangkat kedua alis pada Birkins.Dokter Birkins tersenyum masam mendengar candaan Kilek, lalu menghela napas ringan, “Setidaknya kita akan mendapat dua puluh juta Kupang untuk untuk kesepul
Segera setelah mendapat persetujuan untuk mendarat dari menara pengawas, Jenny langsung mengarahkan Dewa Ruci ke daratan di wilayah selatan.Seluruh orang harap-harap cemas dengan senjata sudah siap ditembakkan untuk mengantisipasi jika ada serangan kejutan.Wynne juga sudah bersiap di dalam ruang tembak meriam sembari menatap ke arah lautan. Laut yang bisa dikatakan cukup tenang. Dari mata wanita ras peri itu terpancar kekaguman saat melihat banyak kapal laut dan kapal selam yang berlabuh di dekat gedung yang terlihat sedikit bergoyang.“Indahnya. Hebat sekali, mereka bisa membangun gedung bertingkat di tengah laut.”Semakin dekat ke daratan, Wynne bisa melihat jika beberapa gedung hanya terlihat ujung atapnya saja. Helipad untuk pendaratan heli dan pesawat kecil tepat di puncaknya.“Kapten, sepertinya semua aman. Tidak ada tanda-tanda pasukan penyergap,” ujar Wynne setelah melakukan pengamatan.”Jenny juga memberi konfirmasi, “Situasi aman. Sepertinya berita dari Union memang belum
Planet Kryo adalah planet yang sebagian besar daratannya adalah gurun berbatu. Perang sedang terjadi di planet itu. Perang antara pasukan Union (United Nation) melawan bangsa Kryponian yang merupakan penghuni asli planet tersebut.Mereka adalah sebagian penduduk planet yang menolak planet Kryo menjadi bagian dari aliansi Union di galaksi Ursa Mayor.Di orbit luar planet Kryo, satu kapal kapal induk berbentuk kerucut segi enam dan kapal -kapal pelindung dari pasukan Union sedang melayang di wilayah luar planet.Seorang Kapten dari kapal penghancur yang melindungi kapal induk berbicara melalui gambar proyeksi komunikasi. Pria itu segera memberi hormat pada komandan tertinggi satuan tempur yang akan merebut planet yang sedang mereka awasi.“Lapor Laksamana White. Seluruh pasukan yang diterjunkan ke planet Kryo saat ini sudah mulai bertempur untuk merebut kota Krom dan Pirim dari kelompok pemberontak.”“Tetapi, kita baru mengetahui jika mereka menyewa banyak pendekar bayaran. Ini membuat p
Segera setelah mendapat persetujuan untuk mendarat dari menara pengawas, Jenny langsung mengarahkan Dewa Ruci ke daratan di wilayah selatan.Seluruh orang harap-harap cemas dengan senjata sudah siap ditembakkan untuk mengantisipasi jika ada serangan kejutan.Wynne juga sudah bersiap di dalam ruang tembak meriam sembari menatap ke arah lautan. Laut yang bisa dikatakan cukup tenang. Dari mata wanita ras peri itu terpancar kekaguman saat melihat banyak kapal laut dan kapal selam yang berlabuh di dekat gedung yang terlihat sedikit bergoyang.“Indahnya. Hebat sekali, mereka bisa membangun gedung bertingkat di tengah laut.”Semakin dekat ke daratan, Wynne bisa melihat jika beberapa gedung hanya terlihat ujung atapnya saja. Helipad untuk pendaratan heli dan pesawat kecil tepat di puncaknya.“Kapten, sepertinya semua aman. Tidak ada tanda-tanda pasukan penyergap,” ujar Wynne setelah melakukan pengamatan.”Jenny juga memberi konfirmasi, “Situasi aman. Sepertinya berita dari Union memang belum
Kilek dan Jagau mendatangi Dr. Birkins. Pria tua berambut putih itu tengah berdiri mengawasi sepuluh bongkah batu yang diterangi oleh cahaya ultraviolet di balik jeruji besi yang dialiri listrik.“Bagaimana situasinya Dokter?” tanya Jagau berdiri melipat tangan di depan jeruji.“Aman dan terkendali, seperti yang kalian lihat. Makhluk ini memang memiliki kemiripan dengan Troll. Hanya saja tidak memiliki akal seperti troll pada umumnya,” jawab Dr. Birkins menjelaskan situasi.Kilek mendesah pelan, “Syukurlah mereka menjadi batu saat terkena cahaya matahari. Akan merepotkan jika kita menangkap makhluk ini hidup-hidup jika sedang aktif.” “Hehehe, makhluk-makhluk ini pasti bernilai tinggi. Sangat disayangkan kau tidak akan mendapat nama dari penemuan ini Dokter,” ucap Kilek setengah bercanda sembari mengangkat kedua alis pada Birkins.Dokter Birkins tersenyum masam mendengar candaan Kilek, lalu menghela napas ringan, “Setidaknya kita akan mendapat dua puluh juta Kupang untuk untuk kesepul
Tepat satu bulan setelah hari kedatangan armada Lentera Hitam di Zeus, kapten Anggita sudah kembali memimpin kru navigasi untuk mempersiapkan kapal induk. Di bawah atap berkaca tebal kabin ruang kemudi, wajah Anggita menengadah ke langit-langit kapal. Menatap satelit alami planet Zeus. Bulan planet Zeus dinamakan Olimpus, di sanalah Kaisar dan orang penting lainnya tinggal. “Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Kaisar? Mengorbankan milyaran makhluk hanya untuk mengkambing hitamkan Dewa Ruci, pasti ada hal besar dibalik ini semua,” batin Anggita bertanya-tanya. “Tidak bisa dimaafkan!! tidak ada kata yang pantas untuk menggambarkan dan mengutuk kebiadaban ini.” “Kalian adalah iblis berwujud manusia,” batin Anggita mengepalkan tinju untuk menahan kemarahannya. ... Kembali pada Dewa Ruci. Kapal tempur dan jelajah itu baru saja keluar dari Atmosfir luar planet Nasa G9. Setelah memasuki gelapnya angkasa luar, mereka langsung mengadakan upacara pelepasan jenazah rekan-rekan mereka ya
Seorang pendekar pengguna tombak memutar-mutar senjata di tangannya. Tombak dipenuhi oleh energi tenaga dalam.Satu tusukan runcing dari tangan alien menghujam ke arahnya. Pendekar menghindar ringan ke samping, namun mulut alien menganga lebar hendak menyemburkan asam.“Mati...” ucap pendekar yang bernama Wira. Dia menusukkan tombaknya ke dalam mulut alien sebelum monster itu menyemburkan asam. Alien mengejang beberapa saat, sebelum ambruk dan tewas.“Tidak butuh banyak tenaga dalam untuk membunuhnya jika mengenai mulut dan kepala,” ucap Wira memperingatkan semua orang.Akan tetapi saat menarik kembali tombaknya, wajah Wira berubah masam. Ujung mata tombaknya telah meleleh dan rusak.“Sial....” Wira berteriak melepas kekesalan.Sementara itu Jagau sudah melemparkan senjatanya ke udara, pedang melengkung yang disebut Mandau. Pedang itu langsung berputar-putar dan mengeluarkan suara dengungan di udara.Wira memperingatkan Jagau, “Hati-hati Letnan. Asam makhluk ini sangat keras dan tajam
Titik kumpul awal regu satu kini sudah sunyi dan gelap sepenuhnya. Tidak terdengar ada tanda-tanda kehidupan.“Kami sudah sampai.” Suara jagau terdengar di Dewa Ruci melalui pengeras suara. Kali ini gambar video langsung juga ditampilkan lewat kamera yang terpasang di helmnya.Lima belas orang pendekar lain bersenjata lengkap, serta sepuluh orang prajurit bersenjata berat dibawa oleh Jagau. Kilek juga ikut terjun untuk membantu juga kelompok Jagau.“Sial. Sepertinya mereka semua sudah tewas,” ucap Kilek saat melihat kendaraan yang dan perlengkapan yang dibawa oleh regu satu sudah rusak parah. Bahkan dinding baja kendaraan berat terlihat meleleh dan berasap.Tidak hanya itu, di tanah dan di dinding kendaraan lain juga terlihat banyak cipratan darah.“Bentuk barisan barikade dan tetap waspada,” ucap Jagau memberi arahan. Semua pendekar dan prajurit langsung menyebar dengan siaga tempur.Baru saja Jagau hendak memeriksa ke dalam kendaraan, satu suara mengurungkan niatnya.“Aku menemukan
...Akhirnya Dewa Ruci memasuki atmosfer planet Nasa G9 setelah tiga bulan pelayaran di angkasa. Planet Nasa G9 ternyata hanyalah planet berbatu tanpa ada ditumbuhi sebatang pohon dan tumbuhan. Namun di sana terdapat lautan yang selalu terlihat bergejolak.Letnan Jenny dan sersan Ayu mendaratkan kapal di daerah lapang di dataran yang tinggi.Jenny melakukan beberapa pemindaian dengan mengirim beberapa drone keluar dari Dewa Ruci. Suasana tampak seperti malam hari saat ini. “Sedang menganalisa status planet dan kemungkinan keberadaan makhluk organik,” ucap Jenny.Hingga beberapa waktu kemudian dia kembali melapor, “Status aman, tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk hidup.”Pintu palka menuju anjungan terbuka, ternyata Kilek dan Jagau datang untuk melapor.“Kami sudah siapkan satu regu yang berisi sepuluh orang kru untuk ekspedisi awal, tapi Dr. Birkins mengatakan sepertinya akan cukup sulit untuk menambang uranium dengan jumlah besar dalam kondisi seperti ini.”Andromeda mengangguk
Satu kapal mirip kepala banteng lengkap dengan dua tanduk tengah mengangkasa dan bersiap memasuki orbit sebuah planet berwarna kemerahan. Kapal itu berisi divisi kedua dari perompak dan pendekar bayaran Black Cows.Jacka terlihat kesal karena gagal bertarung dengan Andromeda. “Sial. Kalian sangat bodoh. Bagaimana mungkin kalah secepat itu dari pasukan pendekar golongan putih.”“Gara-gara kalian kita gagal mendapat bayaran penuh. Padahal tugas kita hanya perlu menahan pasukan Union beberapa jam lagi sesuai perjanjian. Sampai tentara bayaran lain yang mereka sewa sampai di Kryo.”Seluruh bawahan Jacka tidak bergeming, tak seorang pun dari mereka yang berani membantah ucapannya. Bahkan banyak dari mereka tergolek terluka parah. Keadaan pasukannya membuat Jacka semakin terlihat kesal.BraakMelepas kekesalan, Jacka menggebrak meja di kabin perawatan. Ia menoleh saat melihat tangan kanannya mendekat.Kacak membisikkan sesuatu, “Kalacakra sudah tewas, ia tidak terselamatkan. Andromeda terny
... Dewa Ruci akhirnya muncul di koordinat planet tujuan, Lemurian. Dari Anjungan, dua orang pilot sekaligus Navigator itu, menatap satu planet yang terlihat terbakar dan penuh oleh radiasi. Mereka berulang kali memastikan apakah posisi mereka saat ini sudah tepat. Jenny dengan suara bergetar bertanya dengan tidak yakin. Berharap penglihatannya tidak seperti yang ia saksikan. “Mandala Ayu. Apa menurutmu kita sudah berada di koordinat yang tepat?” ucap Jenny kebingungan mengotak-atik layar komputer. “Letnan Jenn. Kau tidak salah. Itu...,” Dengan mata yang sudah basah, Mandala Ayu menutup mulutnya, “Itu..., Planet Lemurian.” Dengan tatapan nanar dan kebingungan, Jenny segera menghubungi Andromeda, “Kapten, kalian harus melihat ini. Aku akan membuka dek untuk kalian. Mandala Ayu segera memutar posisi kapal agar semua orang bisa melihat apa yang mereka lihat secara langsung. Bukan menyaksikan dari layar proyeksi. “Semua unit segera berkumpul di Dek.” Dari pengeras suara letnan Jen
Setiap kali Golem itu hancur dan rubuh, ia kan tetap kembali seperti semula. Situasi ini membuat Kilek semakin kesal. Di waktu yang sama, pasukan infanteri juga berhasil mendarat dengan selamat. Sebelumnya mereka harus berjibaku menghindari serangan dari pertahanan kota. Serta dari serangan pesawat musuh. Untunglah Dewa Ruci selalu menjaga mereka dari atas. Begitu juga dengan pesawat-pesawat tempur Union yang juga melakukan pengawalan. Dua peleton pasukan infanteri bawahan Kilek segera keluar dari pod pendarat. Lalu bergabung bersama pasukan Union untuk melindungi para pendekar. “Orang-orang ini sudah gila!” ucap seorang komandan pasukan darat saat melihat Roland berlari maju seraya menembak musuh. Seolah tidak peduli jika tembakan pasukan musuh akan membunuhnya. Roland tidak maju sendirian, ia membawa satu peleton untuk membantu Kilek menahan dua golem lain. Melalui radio ia berbicara pada komandan pasukan darat. “Pasukan darat Union, lindungi kami dari prajurit musuh. Golem dan