Setiap kali Golem itu hancur dan rubuh, ia kan tetap kembali seperti semula. Situasi ini membuat Kilek semakin kesal.
Di waktu yang sama, pasukan infanteri juga berhasil mendarat dengan selamat. Sebelumnya mereka harus berjibaku menghindari serangan dari pertahanan kota. Serta dari serangan pesawat musuh.
Untunglah Dewa Ruci selalu menjaga mereka dari atas. Begitu juga dengan pesawat-pesawat tempur Union yang juga melakukan pengawalan.
Dua peleton pasukan infanteri bawahan Kilek segera keluar dari pod pendarat. Lalu bergabung bersama pasukan Union untuk melindungi para pendekar.
“Orang-orang ini sudah gila!” ucap seorang komandan pasukan darat saat melihat Roland berlari maju seraya menembak musuh. Seolah tidak peduli jika tembakan pasukan musuh akan membunuhnya.
Roland tidak maju sendirian, ia membawa satu peleton untuk membantu Kilek menahan dua golem lain. Melalui radio ia berbicara pada komandan pasukan darat.
“Pasukan darat Union, lindungi kami dari prajurit musuh. Golem dan pendekar serahkan pada pasukan Dewa Ruci.”
“Sialan, aku diperintah oleh seorang sersan.” Kapten pemimpin kompi yang berada paling dekat bersungut kesal saat mendengar perkataan Roland.
“Maju! Beri tembakan perlindungan.” Meski tidak senang, kapten itu masih bersedia memberi bantuan untuk pasukan Dewa Ruci.
Karena kalah dalam jumlah pendekar, Kilek memerintahkan Roland untuk memimpin perlawanan melawan golem.
Di sendiri berusaha mencari Sang Pengendali dengan merasakan aliran energi tenaga dalam di dalam tanah.
Namun satu golem lain sudah berdiri di belakang dan memukulkan dua tangannya ke tempat Kilek berdiri.
Boom
Debu pekat bertaburan, namun keanehan terjadi. Golem terlihat kesulitan mengangkat satu tangannya.
Ternyata Kilek menginjak tangan raksasa itu, ia menyeringai. Kali ini tangin kiri Kilek sudah menggenga kerambit selain leris di tangan kanan.
Berlari cepat dengan setengah menunduk di atas lengan golem, ia berkali-kali menggerakkan tangan. Serangan energi tenaga dalam memotong lengan golem seperti sedang mengiris potongan tahu.
“Awas Letnan!”
Wynne memperingatkan Kilek saat tiga pendekar melompat ke arahnya. Elf itu berhasil menembak dua dari mereka. Tapi satu tembakan lain berhasil dimentalkan, menandakan jika pendekar itu bukan pendekar biasa.
Beugh
Meski berhasil menahan sabetan pedang lawan, Kilek terlempar saat dadanya terkena tendangan berputar. Wynne kembali menembak musuh berkali-kali, tapi kali ini tembakannya berhasil dimentahkan dan dihindari oleh pendekar bayaran.
Seraya menjauh dari golem, Kilek memberikan perintah, “Sersan Wynne. Serahkan orang ini padaku.”
“Roger,”ucap Wynne sembari mencari posisi untuk melindungi pasukan infanteri yang dipimpin oleh Roland.
Suara letupan dan ledakan terdengar dimana-mana. Bukan hanya dari senjata para prajurit, tapi juga berasal dari pertarungan sengit antar pendekar. Saat mereka beradu ilmu kanuragan, suaranya tidak kalah memekakkan telinga.
Cekungan kecil di tanah terlihat seperti sebuah bom skala ringan yang baru saja diledakkan.
Di sisi lain, Andromeda sudah berdiri di atas atap pod pendarat. Pedang besar yang ia bawa terlihat sudah tersandang di pungungnya.
Dia menatap tajam pada tiga raksasa yang tidak henti-hentinya hancur dan tumbuh kembali, bahkan terlihat semakin kuat dengan banyaknya baja yang membentuk tubuh golem.
Seorang pendekar berusaha melindungi pasukan infanteri yang hampir terkena tendangan golem. beruntung serangannya berhasil tepat waktu.
Andromeda menempelkan ujung jari di telinga kanan, “Roland, perintahkan anak buahmu menjauh dan menghemat amunisi.”
"Bantu dan lindungi para pendekar dari serangan infantri musuh!”
Moral pasukan infateri langsung meningkat saat mendengar suara Kapten mereka. Sembari tetap
menembak, mereka mundur menjauhi ketiga golem.
Namun golem itu terus-terusan berusaha mendekat dan melempar apa pun yang bisa mereka raih. Satu rongsokan kendaraan tempur dilempar oleh golem ke arah Roland.
Melihat bahaya mengintai anak buahnya, Andromeda melesat dari atas atap pod pendarat dengan pedang terhunus, lalu berputar sekali di udara.
“Sial. Mati aku!” Roland terpana saat rongsokan besi itu sudah berada di atasnya. Napasnya seola berhenti saat bayangan besi sudah menyapu wajah.
Slash
Bam
Rongsokan kendaraan tempur itu terbelah dua dan melewati tubuh Roland begitu saja. Wajah pria berambut pirang itu putih pucat seolah darah tidak lagi mengalir di pembuluh darahnya.
“Fiyuh..., apa tidak bisa lebih cepat Kapten?”ucapnya dengan napas yang kembali normal setelah terhenti sesaat, seolah ia lupa cara untuk bernapas.
“Lain kali akan kupasrahkan tubuhmu rata dengan tanah!”
“Hahaha. Seperti biasa, bercandamu tidak lucu Kapt.”
“Semua bergabung dan bertempur bersama pendekar!”Roland memberi perintah pada reg yang ia pimpin. Mereka langsung mengarahkan moncong senjata masing-masing ke arah para pendekar lawan.
Pasukan darat Union kembali terbelalak saat melihat pasukan infanteri Dewa Ruci bertarung bahu membahu dengan pendekar.
Para pendekar akan melindungi dengan ilmu kanuragan, begitu juga sebaliknya. Pasukan infanteri akan melindungi pendekar dari tembakan prajurit musuh.
Perpaduan antara mereka berhasil memukul musuh mundur hingga mendekati tembok kota.
Andromeda dengan tenang memperhatikan keadaan. Pedang dengan bilah selebar lebih kurang dua puluh sentimeter, serta panjang tidak kurang dari satu meter, terpanggul di pundaknya.
Andromeda memperhatikan dengan tajam gerak gerik Kilek yang tengah bertarung dengan salah satu golem yang kembali berhasil menghancurkan sat kepala monster batu itu.
Sang kapten menghela napas melihat Kilek terlalu bersemangat, “Berhentilah bermain-main! Jangan bertindak seperti amatiran yang baru turun gunung.”
“Mereka tidak memberiku kesempatan sedikit pun untuk mencari keberadaan penyihir pengendali,” balas Kilek disela-sela menghindari serangan golem.
“Kapten. Jika kau ingin menonton aksi laga, bukan di sini tempatnya. Pergilah ke bioskop! Atau kau lebih suka melihatku benyek diinjak golem-golem ini?”
Andromeda tersenyum kecut mendengar perkataan Kilek, lalu berkata dengan entengnya, “Menonton dari sini tidak buruk juga. Aku tidak harus membeli tiket masuk.”
Selesai berbicara, Andromeda menepiskan pedang untuk melindungi tubuhny dari tembakan prajurit musuh.
Klang
Pedang besar di genggaman Andromeda bergetar saat menepis satu peluru dari seorang penembak runduk yang berada di dekat benteng kota.
“Cih, sayang sekali tembakan mereka meleset.” Kilek dengan wajah tidak senang berbicara lantang. Andromeda hanya tersenyum tipis mendengar perkataan sahabat sekaligus bawahannya itu.
Dengan menghentakkan kaki, Andromeda melompat melenting tinggi ke arah salah satu golem yang mengepung sahabatnya itu.
Merasakan kehadiran Sang Kapten, Kilek tidak ingin memberi waktu bagi pengendali golem untuk bertindak. Sudah jelas sang penyihir juga melihat pergerakan Andromeda dari kejauhan.
Dengan keris dan kerambit di kedua tangannya, Kilek berkali-kali menebas angin, kedua senjata yang ia genggam mengeluarkan kilatan cahaya energi ke arah kaki ketiga golem. Seketika golem-golem itu ambruk karena satu kaki mereka berhasil dipatahkan.
Bersamaan dengan itu, Andromeda bersiap mendarat dengan posisi pedang mengarah tajam ke tanah. Lalu,
Blaar
Beberapa kali terlihat ledakan yang menjalar saat pedang besar di tangan Andromeda menghujam ke dalam tanah.
Ledakan itu membuat pola tiga garis memanjang ke satu arah yang sama. Permukaan tanah berhamburan di setiap garis ledakan. Golem-golem tadi juga sedikit terdorong oleh daya ledakan.
Yang dilakukan Andromeda adalah menghancurkan jalur aliran tenaga dalam yang mengendalikan ketiga golem.
Dengan begitu, si Pengendali akan membutuhkan waktu untuk membangkitkan kembali golem miliknya.
Berbeda dengan para pendekar, mereka yang disebut penyihir menggunakan istilah Mana bagi tenaga dalam. Begitu juga dengan bangsa Elfes, mereka menggunakan istilah yang sama dengan penyihir.
Meski ledakan aliran tenaga dalam tadi tidak cukup jauh, Andromeda dan Kilek mendapat informasi dari langit.
“Kapten. Penyihir itu sepertinya dijaga oleh dua orang pendekar.” Suara Letnan Jenny terdengar di telinga mereka. Pilot Dewa Ruci bersama rekannya terus mengamati melalui monitor pengintai di anjungan.
Keberadaan Sang Penyihir berhasil mereka terendus oleh keduanya saat Andromeda memutuskan aliran energi di dalam tanah.
Di tempat lain, di salah satu bangunan pos penjaga yang rusak parah. Seorang wanita berambut pirang dan panjang baru saja bangkit berdiri setelah terhempas kuat. Meski berada jauh dari golem-golem miliknya, tetap saja ia terkena imbas dari aliran energi yang terputus.“Thora, kau tidak apa-apa?” tany a salah seorang pendekar yang berdiri dengan tenang sembari menatap tajam ke arah Andromeda dan Kilek.“Aku baik-baik saja Kapten Jacka,” balas Thora pada pria yang ternyata menjadi pemimpin pendekar bayaran.“Seperti yang dirumorkan. Kapten Andromeda Nanggala, sesuai dengan julukannya, Si Penebas Bintang,” ucap Jacka dengan seulas senyum dingin dan tatapan kekaguman.Pria yang berdiri di sebelah Jacka bertanya, “Apa yang harus kita lakukan Kapten? Pendekar di pihak orang itu semuanya tidak lemah. Meski orang-orang kita lebih banyak, pasukan infanteri mereka bergerak sangat dinamis menyesuaikan pergerakan para pendekar.”Saat mendengar pertanyaan anak buahnya, Kapten Jacka mengusap-usap kepalan tinju hingga membuat suara gemeratak dari jari tangannya.“Bertemu lawan kuat seperti ini, apa tidak menggugah jiwa Ksatria-mu Kacak? Aku akan bermain-main dengannya sebentar, kita mungkin tidak akan bertemu lagi di galaksi yang luas ini.”“Ada informasi baru Kapten. Mereka adalah kelompok perompak Black Cows. Salah seorang dari mereka adalah Jacka. Salah satu dari dua pimpinan perompak itu. Julukannya adalah Banteng Nebula.”
“Berhati-hatilah, dia cukup kuat!”
Kilek menatap Andromeda yang terlihat acuh dan tenang. Lalu berbicara dengan nada kesal, “Ternyata kelompok aliran hitam, Kebo Ireng.”
“Tidak. Kau salah, Jacka tidak beraliran hitam. Aku pernah mendengar tentangnya, ia cukup terkenal di dunia persilatan. Hanya karena bersekutu dengan Kebo Ireng, orang-orang menganggap dia dari aliran hitam.”
Kelompok perompak Black Cows memang dipimpin oleh dua orang. Divisi satu dipimpin oleh Kebo Ireng, sedangkan Divisi dua dipimpin oleh Jacka. Divisi kedua adalah kelompok yang dibayar oleh kota Krom dan Pirim.
Andromeda dan Kilek menghentikan pembicaraan saat beberapa tembakan meriam plasma dari benteng kota dilesatkan ke arah mereka.
Mereka menjauh satu sama lain, namun tetap berlari ke arah Jacka dan dua bawahannya.
“Wynne! Pengendali Golem berada dalam reruntuhan. Cegah dia untuk kembali membangkitkan golem-golemnya.”
Wynne yang sedang melindungi para infanteri dan pendekar, segera mengalihkan arah moncong senapan ke arah reruntuhan bangunan yang diinformasikan dari Dewa Ruci.
Di bawah tekanan dan tembakan dari pasukan udara musuh. Wynne menembak seraya menghindari peluru-peluru dari pesawat tempur.
Dar
Satu peluru tajam yang telah dialiri tenaga dalam melesat ke arah bangunan. Namun, Jacka yang sudah menggenggam tombak bermata seperti keris.
Dengan tangkas dan sangat cepat, ia menyabetkan tombak. Satu suara keras terdengar saat peluru dari senapan Wynne beradu dengan tombak Jacka.
“Kuat. Orang ini sangat kuat, mungkin setara dengan Kapten, ” batin Wynne melihat betapa cepatnya pergerakan Jacka.
Jarak antara dua orang kuat Dewa Ruci dan pemimpin pendekar bayaran sudah semakin dekat. Namun satu pesawat angkut kecil tiba-tiba sudah melayang di atas reruntuhan pos penjaga.
Jacka terlihat tidak terlalu senang, namun dia berteriak lantang pada Andromeda. “Sangat disayangkan, padahal aku sangat ingin beradu ilmu kanuragan denganmu Penebas Bintang. Kota ini milikmu!”
Setelah berbicara, Jacka dan dua rekannya segera melompat ke atas pesawat. Lalu melambaikan tangan dengan senyum mengejek, “Sampai Jumpa lain waktu, Andromeda Sang Penjagal.”
“Kekalahan hari ini pasti akan kubalaskan.”
Andromeda dan Kilek berhenti berlari saat melihat Jacka masuk ke dalam pesawat. Ia melihat sekeliling, para pendekar musuh juga sudah kabur dan melarikan diri dengan beberapa pesawat angkut lainnya.
Bersamaan dengan itu, satu informasi lain masuk dari Jagau yang berada di pertempuran kota Pirim.
“Kapten. Kami berhasil mengalahkan sebagian besar musuh. Pasukan aliansi juga sudah berhasil merangsek masuk ke dalam benteng kota.”
“Kembali ke kapal!” Andromeda langsung membalas laporan dari Jagau. Karena tugas mereka sudah jelas. Hanya bertarung melawan para pendekar. Jika musuh kabur, bukan tanggung jawab mereka. Karena misi aliansi hanya merebut dua kota di planet Kryo.
Setelah para pendekar melarikan diri, pasukan aliansi segera menekan musuh dan meransek masuk ke dalam benteng kota.
Sementara itu kapal utama perompak Black Cows berhasil melarikan diri meninggalkan Kryo. Keadaan itu membuat laksamana Arthur White mencak-mencak pada anak buahnya yang berjaga di sisi lain.
Kembali ke daratan. Menyadari tugas mereka sudah berakhir. Roland dengan napas terengah-engah segera menghadap Sang kapten.
Belum sempat Roland berbicara, Andromeda sudah memberi perintah. “Bawa yang gugur dan terluka. Segera tinggalkan tempat ini!”
“Laksanakan.” Setelah memberi hormat dan menurunkan tangan, Roland segera kembali ke pasukannya. Ia memimpin mereka kembali ke dalam Pod pendarat dengan membawa beberapa jenazah dan korban luka-luka. Baik di pihak pendekar, maupun prajurit infanteri.
Tidak lama setelah kelompok Andromeda memasuki Dewa Ruci. Kelompok kedua juga kembali dari kota Pirim. Hari sudah memasuki senja saat semua korban luka-luka berhasil diobati. Sedangkan korban yang gugur akan dimakamkan di Neo Nusantara.
Setelah semua persiapan selesai, Andromeda segera melapor pada Laksamana Arthur White untuk meninggalkan planet Kryo. Seperti yang sudah dijanjikan sebelum misi dimulai.
“Kerja bagus Prajurit! Aku menyesal harus mengatakan ini. Berhubung tujuan kalian adalah Neo Nusantara. Markas pusat meminta kalian untuk memeriksa keadaan planet Lemurian.”
Dengan kening berkerut, Andromeda terpaksa bertanya. Karena informasi yang diberikan oleh Arthur White tidak terlalu jelas.
“Apa yang terjadi di sana Laksamana? Apa yang harus kami periksa?”
“Aku juga tidak tahu. Hanya itu informasi yang kami dapatkan.”
Ingin bertanya lebih, Andromeda menghentikan niatnya. Karena dari raut wajah Laksamana White, juga tampak ketidakpuasan dengan informasi yang dia dapat dari markas pusat.
Setelah memberikan informasi pada awak lainnya. Mereka yang mendengar hanya bisa mengeluh dengan keadaan. Namun apa daya, mereka adalah prajurit yang harus patuh pada atasan.
“Setidaknya arah kita tidak melenceng dari jalur pulang.” Kilek berusaha menenangkan prajurit yang terlihat lesu. Semangat mereka yang menggebu-gebu untuk segera melihat kampung halaman kembali tertahan.
Andromeda tidak kembali ke ruang kendali. Ia memilih untuk memeriksa keadaan pasukannya. Ia memberi perintah pada kedua pilot untuk menjalankan tugas masing-masing.
Jenny Wong dan Mandala Ayu segera membawa Dewa Ruci ke orbit luar planet Kryo. Setelah memutar arah kapal menuju titik koordinat Neo Nusantara. Kapal itu dengan sekejap mata menghilang dari radar pasukan aliansi.
... Dewa Ruci akhirnya muncul di koordinat planet tujuan, Lemurian. Dari Anjungan, dua orang pilot sekaligus Navigator itu, menatap satu planet yang terlihat terbakar dan penuh oleh radiasi. Mereka berulang kali memastikan apakah posisi mereka saat ini sudah tepat. Jenny dengan suara bergetar bertanya dengan tidak yakin. Berharap penglihatannya tidak seperti yang ia saksikan. “Mandala Ayu. Apa menurutmu kita sudah berada di koordinat yang tepat?” ucap Jenny kebingungan mengotak-atik layar komputer. “Letnan Jenn. Kau tidak salah. Itu...,” Dengan mata yang sudah basah, Mandala Ayu menutup mulutnya, “Itu..., Planet Lemurian.” Dengan tatapan nanar dan kebingungan, Jenny segera menghubungi Andromeda, “Kapten, kalian harus melihat ini. Aku akan membuka dek untuk kalian. Mandala Ayu segera memutar posisi kapal agar semua orang bisa melihat apa yang mereka lihat secara langsung. Bukan menyaksikan dari layar proyeksi. “Semua unit segera berkumpul di Dek.” Dari pengeras suara letnan Jen
Satu kapal mirip kepala banteng lengkap dengan dua tanduk tengah mengangkasa dan bersiap memasuki orbit sebuah planet berwarna kemerahan. Kapal itu berisi divisi kedua dari perompak dan pendekar bayaran Black Cows.Jacka terlihat kesal karena gagal bertarung dengan Andromeda. “Sial. Kalian sangat bodoh. Bagaimana mungkin kalah secepat itu dari pasukan pendekar golongan putih.”“Gara-gara kalian kita gagal mendapat bayaran penuh. Padahal tugas kita hanya perlu menahan pasukan Union beberapa jam lagi sesuai perjanjian. Sampai tentara bayaran lain yang mereka sewa sampai di Kryo.”Seluruh bawahan Jacka tidak bergeming, tak seorang pun dari mereka yang berani membantah ucapannya. Bahkan banyak dari mereka tergolek terluka parah. Keadaan pasukannya membuat Jacka semakin terlihat kesal.BraakMelepas kekesalan, Jacka menggebrak meja di kabin perawatan. Ia menoleh saat melihat tangan kanannya mendekat.Kacak membisikkan sesuatu, “Kalacakra sudah tewas, ia tidak terselamatkan. Andromeda terny
...Akhirnya Dewa Ruci memasuki atmosfer planet Nasa G9 setelah tiga bulan pelayaran di angkasa. Planet Nasa G9 ternyata hanyalah planet berbatu tanpa ada ditumbuhi sebatang pohon dan tumbuhan. Namun di sana terdapat lautan yang selalu terlihat bergejolak.Letnan Jenny dan sersan Ayu mendaratkan kapal di daerah lapang di dataran yang tinggi.Jenny melakukan beberapa pemindaian dengan mengirim beberapa drone keluar dari Dewa Ruci. Suasana tampak seperti malam hari saat ini. “Sedang menganalisa status planet dan kemungkinan keberadaan makhluk organik,” ucap Jenny.Hingga beberapa waktu kemudian dia kembali melapor, “Status aman, tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk hidup.”Pintu palka menuju anjungan terbuka, ternyata Kilek dan Jagau datang untuk melapor.“Kami sudah siapkan satu regu yang berisi sepuluh orang kru untuk ekspedisi awal, tapi Dr. Birkins mengatakan sepertinya akan cukup sulit untuk menambang uranium dengan jumlah besar dalam kondisi seperti ini.”Andromeda mengangguk
Titik kumpul awal regu satu kini sudah sunyi dan gelap sepenuhnya. Tidak terdengar ada tanda-tanda kehidupan.“Kami sudah sampai.” Suara jagau terdengar di Dewa Ruci melalui pengeras suara. Kali ini gambar video langsung juga ditampilkan lewat kamera yang terpasang di helmnya.Lima belas orang pendekar lain bersenjata lengkap, serta sepuluh orang prajurit bersenjata berat dibawa oleh Jagau. Kilek juga ikut terjun untuk membantu juga kelompok Jagau.“Sial. Sepertinya mereka semua sudah tewas,” ucap Kilek saat melihat kendaraan yang dan perlengkapan yang dibawa oleh regu satu sudah rusak parah. Bahkan dinding baja kendaraan berat terlihat meleleh dan berasap.Tidak hanya itu, di tanah dan di dinding kendaraan lain juga terlihat banyak cipratan darah.“Bentuk barisan barikade dan tetap waspada,” ucap Jagau memberi arahan. Semua pendekar dan prajurit langsung menyebar dengan siaga tempur.Baru saja Jagau hendak memeriksa ke dalam kendaraan, satu suara mengurungkan niatnya.“Aku menemukan
Seorang pendekar pengguna tombak memutar-mutar senjata di tangannya. Tombak dipenuhi oleh energi tenaga dalam.Satu tusukan runcing dari tangan alien menghujam ke arahnya. Pendekar menghindar ringan ke samping, namun mulut alien menganga lebar hendak menyemburkan asam.“Mati...” ucap pendekar yang bernama Wira. Dia menusukkan tombaknya ke dalam mulut alien sebelum monster itu menyemburkan asam. Alien mengejang beberapa saat, sebelum ambruk dan tewas.“Tidak butuh banyak tenaga dalam untuk membunuhnya jika mengenai mulut dan kepala,” ucap Wira memperingatkan semua orang.Akan tetapi saat menarik kembali tombaknya, wajah Wira berubah masam. Ujung mata tombaknya telah meleleh dan rusak.“Sial....” Wira berteriak melepas kekesalan.Sementara itu Jagau sudah melemparkan senjatanya ke udara, pedang melengkung yang disebut Mandau. Pedang itu langsung berputar-putar dan mengeluarkan suara dengungan di udara.Wira memperingatkan Jagau, “Hati-hati Letnan. Asam makhluk ini sangat keras dan tajam
Tepat satu bulan setelah hari kedatangan armada Lentera Hitam di Zeus, kapten Anggita sudah kembali memimpin kru navigasi untuk mempersiapkan kapal induk. Di bawah atap berkaca tebal kabin ruang kemudi, wajah Anggita menengadah ke langit-langit kapal. Menatap satelit alami planet Zeus. Bulan planet Zeus dinamakan Olimpus, di sanalah Kaisar dan orang penting lainnya tinggal. “Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Kaisar? Mengorbankan milyaran makhluk hanya untuk mengkambing hitamkan Dewa Ruci, pasti ada hal besar dibalik ini semua,” batin Anggita bertanya-tanya. “Tidak bisa dimaafkan!! tidak ada kata yang pantas untuk menggambarkan dan mengutuk kebiadaban ini.” “Kalian adalah iblis berwujud manusia,” batin Anggita mengepalkan tinju untuk menahan kemarahannya. ... Kembali pada Dewa Ruci. Kapal tempur dan jelajah itu baru saja keluar dari Atmosfir luar planet Nasa G9. Setelah memasuki gelapnya angkasa luar, mereka langsung mengadakan upacara pelepasan jenazah rekan-rekan mereka ya
Kilek dan Jagau mendatangi Dr. Birkins. Pria tua berambut putih itu tengah berdiri mengawasi sepuluh bongkah batu yang diterangi oleh cahaya ultraviolet di balik jeruji besi yang dialiri listrik.“Bagaimana situasinya Dokter?” tanya Jagau berdiri melipat tangan di depan jeruji.“Aman dan terkendali, seperti yang kalian lihat. Makhluk ini memang memiliki kemiripan dengan Troll. Hanya saja tidak memiliki akal seperti troll pada umumnya,” jawab Dr. Birkins menjelaskan situasi.Kilek mendesah pelan, “Syukurlah mereka menjadi batu saat terkena cahaya matahari. Akan merepotkan jika kita menangkap makhluk ini hidup-hidup jika sedang aktif.” “Hehehe, makhluk-makhluk ini pasti bernilai tinggi. Sangat disayangkan kau tidak akan mendapat nama dari penemuan ini Dokter,” ucap Kilek setengah bercanda sembari mengangkat kedua alis pada Birkins.Dokter Birkins tersenyum masam mendengar candaan Kilek, lalu menghela napas ringan, “Setidaknya kita akan mendapat dua puluh juta Kupang untuk untuk kesepul
Segera setelah mendapat persetujuan untuk mendarat dari menara pengawas, Jenny langsung mengarahkan Dewa Ruci ke daratan di wilayah selatan.Seluruh orang harap-harap cemas dengan senjata sudah siap ditembakkan untuk mengantisipasi jika ada serangan kejutan.Wynne juga sudah bersiap di dalam ruang tembak meriam sembari menatap ke arah lautan. Laut yang bisa dikatakan cukup tenang. Dari mata wanita ras peri itu terpancar kekaguman saat melihat banyak kapal laut dan kapal selam yang berlabuh di dekat gedung yang terlihat sedikit bergoyang.“Indahnya. Hebat sekali, mereka bisa membangun gedung bertingkat di tengah laut.”Semakin dekat ke daratan, Wynne bisa melihat jika beberapa gedung hanya terlihat ujung atapnya saja. Helipad untuk pendaratan heli dan pesawat kecil tepat di puncaknya.“Kapten, sepertinya semua aman. Tidak ada tanda-tanda pasukan penyergap,” ujar Wynne setelah melakukan pengamatan.”Jenny juga memberi konfirmasi, “Situasi aman. Sepertinya berita dari Union memang belum
Segera setelah mendapat persetujuan untuk mendarat dari menara pengawas, Jenny langsung mengarahkan Dewa Ruci ke daratan di wilayah selatan.Seluruh orang harap-harap cemas dengan senjata sudah siap ditembakkan untuk mengantisipasi jika ada serangan kejutan.Wynne juga sudah bersiap di dalam ruang tembak meriam sembari menatap ke arah lautan. Laut yang bisa dikatakan cukup tenang. Dari mata wanita ras peri itu terpancar kekaguman saat melihat banyak kapal laut dan kapal selam yang berlabuh di dekat gedung yang terlihat sedikit bergoyang.“Indahnya. Hebat sekali, mereka bisa membangun gedung bertingkat di tengah laut.”Semakin dekat ke daratan, Wynne bisa melihat jika beberapa gedung hanya terlihat ujung atapnya saja. Helipad untuk pendaratan heli dan pesawat kecil tepat di puncaknya.“Kapten, sepertinya semua aman. Tidak ada tanda-tanda pasukan penyergap,” ujar Wynne setelah melakukan pengamatan.”Jenny juga memberi konfirmasi, “Situasi aman. Sepertinya berita dari Union memang belum
Kilek dan Jagau mendatangi Dr. Birkins. Pria tua berambut putih itu tengah berdiri mengawasi sepuluh bongkah batu yang diterangi oleh cahaya ultraviolet di balik jeruji besi yang dialiri listrik.“Bagaimana situasinya Dokter?” tanya Jagau berdiri melipat tangan di depan jeruji.“Aman dan terkendali, seperti yang kalian lihat. Makhluk ini memang memiliki kemiripan dengan Troll. Hanya saja tidak memiliki akal seperti troll pada umumnya,” jawab Dr. Birkins menjelaskan situasi.Kilek mendesah pelan, “Syukurlah mereka menjadi batu saat terkena cahaya matahari. Akan merepotkan jika kita menangkap makhluk ini hidup-hidup jika sedang aktif.” “Hehehe, makhluk-makhluk ini pasti bernilai tinggi. Sangat disayangkan kau tidak akan mendapat nama dari penemuan ini Dokter,” ucap Kilek setengah bercanda sembari mengangkat kedua alis pada Birkins.Dokter Birkins tersenyum masam mendengar candaan Kilek, lalu menghela napas ringan, “Setidaknya kita akan mendapat dua puluh juta Kupang untuk untuk kesepul
Tepat satu bulan setelah hari kedatangan armada Lentera Hitam di Zeus, kapten Anggita sudah kembali memimpin kru navigasi untuk mempersiapkan kapal induk. Di bawah atap berkaca tebal kabin ruang kemudi, wajah Anggita menengadah ke langit-langit kapal. Menatap satelit alami planet Zeus. Bulan planet Zeus dinamakan Olimpus, di sanalah Kaisar dan orang penting lainnya tinggal. “Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Kaisar? Mengorbankan milyaran makhluk hanya untuk mengkambing hitamkan Dewa Ruci, pasti ada hal besar dibalik ini semua,” batin Anggita bertanya-tanya. “Tidak bisa dimaafkan!! tidak ada kata yang pantas untuk menggambarkan dan mengutuk kebiadaban ini.” “Kalian adalah iblis berwujud manusia,” batin Anggita mengepalkan tinju untuk menahan kemarahannya. ... Kembali pada Dewa Ruci. Kapal tempur dan jelajah itu baru saja keluar dari Atmosfir luar planet Nasa G9. Setelah memasuki gelapnya angkasa luar, mereka langsung mengadakan upacara pelepasan jenazah rekan-rekan mereka ya
Seorang pendekar pengguna tombak memutar-mutar senjata di tangannya. Tombak dipenuhi oleh energi tenaga dalam.Satu tusukan runcing dari tangan alien menghujam ke arahnya. Pendekar menghindar ringan ke samping, namun mulut alien menganga lebar hendak menyemburkan asam.“Mati...” ucap pendekar yang bernama Wira. Dia menusukkan tombaknya ke dalam mulut alien sebelum monster itu menyemburkan asam. Alien mengejang beberapa saat, sebelum ambruk dan tewas.“Tidak butuh banyak tenaga dalam untuk membunuhnya jika mengenai mulut dan kepala,” ucap Wira memperingatkan semua orang.Akan tetapi saat menarik kembali tombaknya, wajah Wira berubah masam. Ujung mata tombaknya telah meleleh dan rusak.“Sial....” Wira berteriak melepas kekesalan.Sementara itu Jagau sudah melemparkan senjatanya ke udara, pedang melengkung yang disebut Mandau. Pedang itu langsung berputar-putar dan mengeluarkan suara dengungan di udara.Wira memperingatkan Jagau, “Hati-hati Letnan. Asam makhluk ini sangat keras dan tajam
Titik kumpul awal regu satu kini sudah sunyi dan gelap sepenuhnya. Tidak terdengar ada tanda-tanda kehidupan.“Kami sudah sampai.” Suara jagau terdengar di Dewa Ruci melalui pengeras suara. Kali ini gambar video langsung juga ditampilkan lewat kamera yang terpasang di helmnya.Lima belas orang pendekar lain bersenjata lengkap, serta sepuluh orang prajurit bersenjata berat dibawa oleh Jagau. Kilek juga ikut terjun untuk membantu juga kelompok Jagau.“Sial. Sepertinya mereka semua sudah tewas,” ucap Kilek saat melihat kendaraan yang dan perlengkapan yang dibawa oleh regu satu sudah rusak parah. Bahkan dinding baja kendaraan berat terlihat meleleh dan berasap.Tidak hanya itu, di tanah dan di dinding kendaraan lain juga terlihat banyak cipratan darah.“Bentuk barisan barikade dan tetap waspada,” ucap Jagau memberi arahan. Semua pendekar dan prajurit langsung menyebar dengan siaga tempur.Baru saja Jagau hendak memeriksa ke dalam kendaraan, satu suara mengurungkan niatnya.“Aku menemukan
...Akhirnya Dewa Ruci memasuki atmosfer planet Nasa G9 setelah tiga bulan pelayaran di angkasa. Planet Nasa G9 ternyata hanyalah planet berbatu tanpa ada ditumbuhi sebatang pohon dan tumbuhan. Namun di sana terdapat lautan yang selalu terlihat bergejolak.Letnan Jenny dan sersan Ayu mendaratkan kapal di daerah lapang di dataran yang tinggi.Jenny melakukan beberapa pemindaian dengan mengirim beberapa drone keluar dari Dewa Ruci. Suasana tampak seperti malam hari saat ini. “Sedang menganalisa status planet dan kemungkinan keberadaan makhluk organik,” ucap Jenny.Hingga beberapa waktu kemudian dia kembali melapor, “Status aman, tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk hidup.”Pintu palka menuju anjungan terbuka, ternyata Kilek dan Jagau datang untuk melapor.“Kami sudah siapkan satu regu yang berisi sepuluh orang kru untuk ekspedisi awal, tapi Dr. Birkins mengatakan sepertinya akan cukup sulit untuk menambang uranium dengan jumlah besar dalam kondisi seperti ini.”Andromeda mengangguk
Satu kapal mirip kepala banteng lengkap dengan dua tanduk tengah mengangkasa dan bersiap memasuki orbit sebuah planet berwarna kemerahan. Kapal itu berisi divisi kedua dari perompak dan pendekar bayaran Black Cows.Jacka terlihat kesal karena gagal bertarung dengan Andromeda. “Sial. Kalian sangat bodoh. Bagaimana mungkin kalah secepat itu dari pasukan pendekar golongan putih.”“Gara-gara kalian kita gagal mendapat bayaran penuh. Padahal tugas kita hanya perlu menahan pasukan Union beberapa jam lagi sesuai perjanjian. Sampai tentara bayaran lain yang mereka sewa sampai di Kryo.”Seluruh bawahan Jacka tidak bergeming, tak seorang pun dari mereka yang berani membantah ucapannya. Bahkan banyak dari mereka tergolek terluka parah. Keadaan pasukannya membuat Jacka semakin terlihat kesal.BraakMelepas kekesalan, Jacka menggebrak meja di kabin perawatan. Ia menoleh saat melihat tangan kanannya mendekat.Kacak membisikkan sesuatu, “Kalacakra sudah tewas, ia tidak terselamatkan. Andromeda terny
... Dewa Ruci akhirnya muncul di koordinat planet tujuan, Lemurian. Dari Anjungan, dua orang pilot sekaligus Navigator itu, menatap satu planet yang terlihat terbakar dan penuh oleh radiasi. Mereka berulang kali memastikan apakah posisi mereka saat ini sudah tepat. Jenny dengan suara bergetar bertanya dengan tidak yakin. Berharap penglihatannya tidak seperti yang ia saksikan. “Mandala Ayu. Apa menurutmu kita sudah berada di koordinat yang tepat?” ucap Jenny kebingungan mengotak-atik layar komputer. “Letnan Jenn. Kau tidak salah. Itu...,” Dengan mata yang sudah basah, Mandala Ayu menutup mulutnya, “Itu..., Planet Lemurian.” Dengan tatapan nanar dan kebingungan, Jenny segera menghubungi Andromeda, “Kapten, kalian harus melihat ini. Aku akan membuka dek untuk kalian. Mandala Ayu segera memutar posisi kapal agar semua orang bisa melihat apa yang mereka lihat secara langsung. Bukan menyaksikan dari layar proyeksi. “Semua unit segera berkumpul di Dek.” Dari pengeras suara letnan Jen
Setiap kali Golem itu hancur dan rubuh, ia kan tetap kembali seperti semula. Situasi ini membuat Kilek semakin kesal. Di waktu yang sama, pasukan infanteri juga berhasil mendarat dengan selamat. Sebelumnya mereka harus berjibaku menghindari serangan dari pertahanan kota. Serta dari serangan pesawat musuh. Untunglah Dewa Ruci selalu menjaga mereka dari atas. Begitu juga dengan pesawat-pesawat tempur Union yang juga melakukan pengawalan. Dua peleton pasukan infanteri bawahan Kilek segera keluar dari pod pendarat. Lalu bergabung bersama pasukan Union untuk melindungi para pendekar. “Orang-orang ini sudah gila!” ucap seorang komandan pasukan darat saat melihat Roland berlari maju seraya menembak musuh. Seolah tidak peduli jika tembakan pasukan musuh akan membunuhnya. Roland tidak maju sendirian, ia membawa satu peleton untuk membantu Kilek menahan dua golem lain. Melalui radio ia berbicara pada komandan pasukan darat. “Pasukan darat Union, lindungi kami dari prajurit musuh. Golem dan