Adiwilaga sangat kaget setelah mendengar penjelasan dari tetua itu, dirinya sebagai warga pribumi juga sedikit malu atas perbuatan yang sudah di lakukan oleh orang yang di ceritakan tetua tadi.
"Owh jadi begitu tetua... Aku atas nama warga pribumi ingin meminta maaf pada kalian semua terutama dengan korban pemerkosaan yang sudah di lakukan nya dahulu, aku benar benar minta maaf," ucap Adiwilaga pada tetua itu karena sudah merasa bersalah.
Tetua segera mengangguk ringan dan sedikit memberikan senyuman nya pada Adiwilaga.
"Sudah itu bukan salahmu tuan muda... Itu juga hanya kenangan kelam, jadi tak perlu di anggap serius sekarang... Lebih baik sekarang kita mulai jalan menuju rumah Chou Li di sana, biar aku antar," jawab tetua tadi.
Akhirnya mereka semua mulai berjalan santai menuju rumah Chou Li.
Perasaan Chou Li semakin campur aduk karena sangat takut jika keluarganya tak menerim
Setelah lama berlarian, akhirnya Garaga dan Adiwilaga sudah hampir sampai di depan rumah mereka.Adiwilaga mulai melihat ibu dan yang lainnya sedang berada di luar rumah sembari menyalakan api unggun.Hal yang jarang terjadi, Adiwilaga juga belum tahu apa alasan mereka menyalakan api unggun hingga larut malam seperti itu.Garaga mulai memperlambat langkah kakinya, dan mulai berjalan normal saat sudah semakin dekat dengan rumahnya.Dewi Suhita yang dari tadi menunggu Adiwilaga pulang akhirnya melihat Garaga dan Adiwilaga sedang berjalan ke arah rumah."Lihat itu... Adiwilaga pulang dengan selamat...," Teriak Dewi Suhita dengan penuh kegembiraan.Semuanya menoleh ke arah Adiwilaga, berteriak menyambut kedatangan Adiwilaga yang sudah pulang dengan keadaan selamat.Adiwilaga yang melihat mereka semua pun tersenyum haru dengan sambutan yang lu
"Ini aku kembalikan punya kakek... Dahan kayu keramat ini kan punya kakek Byakta jadi aku sekarang berniat untuk mengembalikan nya pada Kakek...," Jawab Adiwilaga sembari terus menyodorkan dahan kayu keramat itu pada Kakek Byakta.Kakek Byakta tiba tiba tersenyum, segera menjelaskan pada Adiwilaga saat itu juga."Nak.... Sebenarnya dahan kayu keramat ini milik ayahmu Abisatya, di dia yang menemukan senjata keramat ini, dan sekarang senjata keramat ini lebih pantas untuk kamu bawa, kamu bisa menggunakan senjata keramat itu saat di perlukan," jelas kakek Byakta.Adiwilaga yang mendengarnya sedikit tak percaya dengan keputusan kakek Byakta tersebut, Karena Adiwilaga merasa belum pantas jika harus memegang senjata sehebat itu.Tapi kakek Byakta terus saja memaksa Adiwilaga untuk tetap membawa senjata keramat tadi.Dengan terpaksa akhirnya Adiwilaga mau untuk tetap membawa senjata ker
Kakek Byakta yang mendengarnya pun segera berdiri dan bersiap untuk berangkat berburu di dalam hutan.Lagi lagi Abisatya tak di ajaknya karena dirinya masih tertidur pulas bersama Dewi Suhita di kamar.Mereka semua sengaja tak mengajaknya karena takut mengganggu kenyamanan mereka berdua, jadi hanya mereka bertiga yang akan berangkat berburu saat itu.Sedangkan Garaga di tugaskan Adiwilaga untuk tetap di rumah agar bisa menjaga kedua orang tua nya yang masih tertidur pulas.Mereka bertiga mulai mengambil langkah kakinya, berjalan menuju dalam hutan."Kek... Bagaimana kalau kita pergi kesungai untuk mencari ikan disana, sudah lama kita tak makan ikan kek," ucap Adiwilaga.Kakek Byakta dan Dewantara saling menatap, mempunyai satu pemikiran yang sama.Tapi mereka berdua tak mau memberitahukan pada Adiwilaga terlebih dahulu tentang keadaan sun
"Jangan sombong dulu nak... Ikanmu masih akan kalah besar dengan ikan yang kakek dapatkan nanti, tunggu saja!" Ucap kakek Byakta yang begitu sangat yakin akan memenangkan perlombaan kali ini.Sedangkan Adiwilaga masih sangat serius melihat di sekitarnya, mencari ikan yang ukurannya paling besar.Dewantara yang sudah berhasil mendapatkan ikan akhirnya segera naik ke permukaan terlebih dahulu sembari melihat kakek Byakta dan Adiwilaga yang masih berjuang mencari ikan."Ayo kek.. Adiwilaga... Mana ikan kalian... Katanya ingin mengalahkan ikan tangkapan ku ini, hehehe.....," Ucap Dewantara yang sudah berhasil mendapatkan ikan.Adiwilaga semakin semangat untuk bisa mengalahkan ikan tangkapan Dewantara tadi, Adiwilaga terus mencari hingga di bawah bawah bebatuan yang ada di sungai.Sedangkan Kakek Byakta terus diam di tempatnya dan matanya terus memperhatikan ikan ikan di sekelilingnya
Dewi Suhita penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan di luar sana hingga tertawa terbahak bahak seperti tadi."Suamiku... Sedang membicarakan apa kalian sekarang? Suara tawa kalian terdengar sampai dalam tadi," ucap Dewi Suhita.Abisatya segera menoleh ke arah istrinya dan sedikit kaget melihat Dewi Suhita sudah terbangun dari tidurnya, Abisatya juga sedikit merasa bersalah karena sudah tertawa terlalu keras tadi."Hay istri ku sudah bangun... Maaf kalau suara tawa ku membuat mu terbangun tadi...," Jawab Abisatya pada Dewi Suhita.Dewi Suhita hanya menjawabnya dengan senyuman manisnya.Tiba tiba Kakek Byakta juga menjawab pertanyaan dari Dewi Suhita tadi."Kita sedang membicarakan anakmu ini, dia tadi sudah kalah dalam perlombaan hehehe," jelas kakek Byakta.Dewi Suhita juga sedikit tertawa setelah mendengar itu, dan sedikit berg
Tentunya jawaban Dewantara tadi tak bisa membuat kakek Byakta percaya padanya, lantas kakek Byakta menanyakan hal itu lagi pada Dewantara dengan lebih serius."Nak... Jujurlah pada Kakek, kakek paham kamu sedang memikirkan sesuatu sekarang," ucap kakek pada Dewantara.Dewantara tak langsung menjawabnya, dia terdiam sebentar sembari terus menahan air matanya agar tak jatuh kembali di hadapan kakek Byakta.Air mata sudah berhasil ia tahan, mulai membuka mulutnya dan segera menceritakan semuanya pada Kakek Byakta."Setelah melihat kebahagiaan di keluarga Abisatya... Aku teringat dengan semua keluarga ku di desa kek... Aku merindukan mereka semua," jelas Dewantara."Tenang nak lain waktu kita datang ke desamu untuk melihat kondisi keluarga mu di sana, kakek paham sekali dengan apa yang kamu rasakan sekarang ini... Sudah jangan sedih nak..," jawab kakek Byakta yang mencoba menenangkan
"Bruk.. bruk.. bruk.." suara langkah kaki Garaga yang semakin cepat."Semuanya jangan lupa berpegangan, bisa memegang bulu bulu Garaga agar tidak jatuh ke tanah," teriak Adiwilaga mengingatkan pada semuanya.Semua orang pun dengan erat memegang bulu bulu Garaga yang sangat lebat itu.Garaga berlari terlalu kencang hingga membuat semua orang di atas punggung nya merasa ketakutan akan jatuh ke tanah.Adiwilaga yang menyadari itu segera memberikan pukulan pelan pada Garaga agar bisa sedikit memperlambat langkah kakinya.Garaga yang merasakan pukulan itupun tersadar jika langkah kakinya terlalu cepat sehingga membuat semua orang ketakutan."Maaf maaf aku terbiasa lari dengan cepat.. maafkan aku hehehe," ucap Garaga pada Adiwilaga yang sudah mengingatkan nya tadi."Iya Garaga tidak apa apa... Jangan terlalu cepat lagi, kasian semuanya yang bel
Seisi ruangan merasakan keharuan yang sangat luar biasa antara seorang ibu dan anak yang sudah sangat lama tak bertemu.Pelukan mereka di rasa sudah cukup, Dewantara juga mulai sedikit bicara pada ibunya tentang keberadaan ayahnya yang tidak terlihat dari tadi."Buu... Ayah kemana? Apa masih ada di kamar sedang tidur?" Tanya Dewantara pada ibunya.Ibu Dewantara tak langsung menjawab pertanyaan dari anaknya tadi.. ibu Dewantara sedikit menundukkan kepalanya dan raut wajahnya berubah menjadi sedikit sedih setelah mendengar pertanyaan dari anaknya tadi.Ibu Dewantara tetap terdiam..."Buuu.... Ayah kemana?" Tanya Dewantara lagi.Dewantara pun bergegas berdiri dan mencari sendirian keberadaan ayahnya di kamar, ternyata tidak ada ayahnya di situ.Segera ia melangkahkan kakinya menuju dapur dan ruangan lainnya, ternyata hasilnya nihil! Tak berhasil menemukan aya