Kakek Byakta yang mendengarnya pun segera berdiri dan bersiap untuk berangkat berburu di dalam hutan.
Lagi lagi Abisatya tak di ajaknya karena dirinya masih tertidur pulas bersama Dewi Suhita di kamar.
Mereka semua sengaja tak mengajaknya karena takut mengganggu kenyamanan mereka berdua, jadi hanya mereka bertiga yang akan berangkat berburu saat itu.
Sedangkan Garaga di tugaskan Adiwilaga untuk tetap di rumah agar bisa menjaga kedua orang tua nya yang masih tertidur pulas.
Mereka bertiga mulai mengambil langkah kakinya, berjalan menuju dalam hutan.
"Kek... Bagaimana kalau kita pergi kesungai untuk mencari ikan disana, sudah lama kita tak makan ikan kek," ucap Adiwilaga.
Kakek Byakta dan Dewantara saling menatap, mempunyai satu pemikiran yang sama.
Tapi mereka berdua tak mau memberitahukan pada Adiwilaga terlebih dahulu tentang keadaan sun
"Jangan sombong dulu nak... Ikanmu masih akan kalah besar dengan ikan yang kakek dapatkan nanti, tunggu saja!" Ucap kakek Byakta yang begitu sangat yakin akan memenangkan perlombaan kali ini.Sedangkan Adiwilaga masih sangat serius melihat di sekitarnya, mencari ikan yang ukurannya paling besar.Dewantara yang sudah berhasil mendapatkan ikan akhirnya segera naik ke permukaan terlebih dahulu sembari melihat kakek Byakta dan Adiwilaga yang masih berjuang mencari ikan."Ayo kek.. Adiwilaga... Mana ikan kalian... Katanya ingin mengalahkan ikan tangkapan ku ini, hehehe.....," Ucap Dewantara yang sudah berhasil mendapatkan ikan.Adiwilaga semakin semangat untuk bisa mengalahkan ikan tangkapan Dewantara tadi, Adiwilaga terus mencari hingga di bawah bawah bebatuan yang ada di sungai.Sedangkan Kakek Byakta terus diam di tempatnya dan matanya terus memperhatikan ikan ikan di sekelilingnya
Dewi Suhita penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan di luar sana hingga tertawa terbahak bahak seperti tadi."Suamiku... Sedang membicarakan apa kalian sekarang? Suara tawa kalian terdengar sampai dalam tadi," ucap Dewi Suhita.Abisatya segera menoleh ke arah istrinya dan sedikit kaget melihat Dewi Suhita sudah terbangun dari tidurnya, Abisatya juga sedikit merasa bersalah karena sudah tertawa terlalu keras tadi."Hay istri ku sudah bangun... Maaf kalau suara tawa ku membuat mu terbangun tadi...," Jawab Abisatya pada Dewi Suhita.Dewi Suhita hanya menjawabnya dengan senyuman manisnya.Tiba tiba Kakek Byakta juga menjawab pertanyaan dari Dewi Suhita tadi."Kita sedang membicarakan anakmu ini, dia tadi sudah kalah dalam perlombaan hehehe," jelas kakek Byakta.Dewi Suhita juga sedikit tertawa setelah mendengar itu, dan sedikit berg
Tentunya jawaban Dewantara tadi tak bisa membuat kakek Byakta percaya padanya, lantas kakek Byakta menanyakan hal itu lagi pada Dewantara dengan lebih serius."Nak... Jujurlah pada Kakek, kakek paham kamu sedang memikirkan sesuatu sekarang," ucap kakek pada Dewantara.Dewantara tak langsung menjawabnya, dia terdiam sebentar sembari terus menahan air matanya agar tak jatuh kembali di hadapan kakek Byakta.Air mata sudah berhasil ia tahan, mulai membuka mulutnya dan segera menceritakan semuanya pada Kakek Byakta."Setelah melihat kebahagiaan di keluarga Abisatya... Aku teringat dengan semua keluarga ku di desa kek... Aku merindukan mereka semua," jelas Dewantara."Tenang nak lain waktu kita datang ke desamu untuk melihat kondisi keluarga mu di sana, kakek paham sekali dengan apa yang kamu rasakan sekarang ini... Sudah jangan sedih nak..," jawab kakek Byakta yang mencoba menenangkan
"Bruk.. bruk.. bruk.." suara langkah kaki Garaga yang semakin cepat."Semuanya jangan lupa berpegangan, bisa memegang bulu bulu Garaga agar tidak jatuh ke tanah," teriak Adiwilaga mengingatkan pada semuanya.Semua orang pun dengan erat memegang bulu bulu Garaga yang sangat lebat itu.Garaga berlari terlalu kencang hingga membuat semua orang di atas punggung nya merasa ketakutan akan jatuh ke tanah.Adiwilaga yang menyadari itu segera memberikan pukulan pelan pada Garaga agar bisa sedikit memperlambat langkah kakinya.Garaga yang merasakan pukulan itupun tersadar jika langkah kakinya terlalu cepat sehingga membuat semua orang ketakutan."Maaf maaf aku terbiasa lari dengan cepat.. maafkan aku hehehe," ucap Garaga pada Adiwilaga yang sudah mengingatkan nya tadi."Iya Garaga tidak apa apa... Jangan terlalu cepat lagi, kasian semuanya yang bel
Seisi ruangan merasakan keharuan yang sangat luar biasa antara seorang ibu dan anak yang sudah sangat lama tak bertemu.Pelukan mereka di rasa sudah cukup, Dewantara juga mulai sedikit bicara pada ibunya tentang keberadaan ayahnya yang tidak terlihat dari tadi."Buu... Ayah kemana? Apa masih ada di kamar sedang tidur?" Tanya Dewantara pada ibunya.Ibu Dewantara tak langsung menjawab pertanyaan dari anaknya tadi.. ibu Dewantara sedikit menundukkan kepalanya dan raut wajahnya berubah menjadi sedikit sedih setelah mendengar pertanyaan dari anaknya tadi.Ibu Dewantara tetap terdiam..."Buuu.... Ayah kemana?" Tanya Dewantara lagi.Dewantara pun bergegas berdiri dan mencari sendirian keberadaan ayahnya di kamar, ternyata tidak ada ayahnya di situ.Segera ia melangkahkan kakinya menuju dapur dan ruangan lainnya, ternyata hasilnya nihil! Tak berhasil menemukan aya
Garaga mulai melihat wajah Adiwilaga yang ada di samping kanannya itu."Apa kamu melihat ku seperti harimau yang sedang kelelahan? Kamu tenang saja, aku tidak merasakan apapun sekarang, aku masih seperti biasanya," jawab Garaga dengan memperlihatkan otot otot besar miliknya.Adiwilaga sedikit lega dan berniat untuk membicarakan tentang tawaran Dewantara tadi pada Garaga.Tapi Garaga menyuruh nya untuk tidur terlebih dahulu dan kembali membicarakan tentang itu besok pagi."Baiklah Garaga... Aku akan membicarakannya lagi besok, sekarang aku masuk ke dalam rumah dahulu, jika kamu merasa lelah kamu bisa tidur terlebih dahulu malam ini, aku benar benar kasihan melihat mu yang tak pernah istirahat," jawab Adiwilaga."Sudah cepat masuklah... Jangan terlalu menghawatirkan diriku, aku baik baik saja," jawab Garaga juga.Akhirnya Adiwilaga mulai berjalan memasuki rumah, tak lupa ia juga menutup pintu rumah Dewantara dan berniat akan segera tidur bersa
Dug!!!Jantung keluarga Abisatya seketika berhenti sejenak karena merasa sangat kaget dengan keputusan yang sudah di ambil oleh tetua desa di sana.Tapi semuanya menerima dengan lapang dada keputusan dari tetua tersebut yang tidak memberikan ijin pada Garaga untuk tinggal di desa itu.Mereka semua juga memutuskan untuk segera kembali pergi ke dalam hutan dan kembali tinggal di rumah yang sudah di tempatinya selama bertahun tahun."Baiklah... Terimakasih atas keputusan mu itu, kami semua pamit akan kembali pergi ke dalam hutan," jawab kakek Byakta dengan nada kecewa.Semuanya mulai berjalan akan meninggalkan rumah Dewantara, Dewantara juga tak bisa memaksa mereka karena sudah berhubungan langsung dengan tetua desanya, dia tak berani melawannya."Tungguuuu... Jangan usir mereka semua dari desa ini," ucap seorang warga desa yang baru saja datang ke rumah Dewantara itu.
Garaga hanya melihat tertua dengan tatapan yang biasa.. tapi menurut tetua itu adalah tatapan Garaga yang begitu tajam.Garaga juga kembali berjalan mengikuti Dewi Suhita dan juga nek Siri menuju ladang.Sebenarnya Garaga sangat ingin menawarkan tumpangan pada nek Siri dan Dewi Suhita, tapi Garaga tak tahu tentang cara memberitahukan pada mereka berdua, karena tak ada satupun dari mereka berdua yang bisa mengerti bahasa Garaga.Setelah berjalan keluar desa, mereka bertiga sudah bisa melihat ladang milik nek Siri.Memang terlihat cukup luas dan banyak di tumbuhi oleh berbagai macam tanaman di dalamnya.Dewi Suhita melihat ada beberapa orang yang sedang mengambil beberapa sayuran di ladang milik nek Sri, membuat Dewi Suhita berfikir kalau orang orang itu sedang mencuri di ladang nek Sri."Nek... Ada pencuri di ladang milik nenek itu, ayo segera kita tangkap dia nek," ucap De