"Jangan sombong dulu nak... Ikanmu masih akan kalah besar dengan ikan yang kakek dapatkan nanti, tunggu saja!" Ucap kakek Byakta yang begitu sangat yakin akan memenangkan perlombaan kali ini.
Sedangkan Adiwilaga masih sangat serius melihat di sekitarnya, mencari ikan yang ukurannya paling besar.
Dewantara yang sudah berhasil mendapatkan ikan akhirnya segera naik ke permukaan terlebih dahulu sembari melihat kakek Byakta dan Adiwilaga yang masih berjuang mencari ikan.
"Ayo kek.. Adiwilaga... Mana ikan kalian... Katanya ingin mengalahkan ikan tangkapan ku ini, hehehe.....," Ucap Dewantara yang sudah berhasil mendapatkan ikan.
Adiwilaga semakin semangat untuk bisa mengalahkan ikan tangkapan Dewantara tadi, Adiwilaga terus mencari hingga di bawah bawah bebatuan yang ada di sungai.
Sedangkan Kakek Byakta terus diam di tempatnya dan matanya terus memperhatikan ikan ikan di sekelilingnya
Dewi Suhita penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan di luar sana hingga tertawa terbahak bahak seperti tadi."Suamiku... Sedang membicarakan apa kalian sekarang? Suara tawa kalian terdengar sampai dalam tadi," ucap Dewi Suhita.Abisatya segera menoleh ke arah istrinya dan sedikit kaget melihat Dewi Suhita sudah terbangun dari tidurnya, Abisatya juga sedikit merasa bersalah karena sudah tertawa terlalu keras tadi."Hay istri ku sudah bangun... Maaf kalau suara tawa ku membuat mu terbangun tadi...," Jawab Abisatya pada Dewi Suhita.Dewi Suhita hanya menjawabnya dengan senyuman manisnya.Tiba tiba Kakek Byakta juga menjawab pertanyaan dari Dewi Suhita tadi."Kita sedang membicarakan anakmu ini, dia tadi sudah kalah dalam perlombaan hehehe," jelas kakek Byakta.Dewi Suhita juga sedikit tertawa setelah mendengar itu, dan sedikit berg
Tentunya jawaban Dewantara tadi tak bisa membuat kakek Byakta percaya padanya, lantas kakek Byakta menanyakan hal itu lagi pada Dewantara dengan lebih serius."Nak... Jujurlah pada Kakek, kakek paham kamu sedang memikirkan sesuatu sekarang," ucap kakek pada Dewantara.Dewantara tak langsung menjawabnya, dia terdiam sebentar sembari terus menahan air matanya agar tak jatuh kembali di hadapan kakek Byakta.Air mata sudah berhasil ia tahan, mulai membuka mulutnya dan segera menceritakan semuanya pada Kakek Byakta."Setelah melihat kebahagiaan di keluarga Abisatya... Aku teringat dengan semua keluarga ku di desa kek... Aku merindukan mereka semua," jelas Dewantara."Tenang nak lain waktu kita datang ke desamu untuk melihat kondisi keluarga mu di sana, kakek paham sekali dengan apa yang kamu rasakan sekarang ini... Sudah jangan sedih nak..," jawab kakek Byakta yang mencoba menenangkan
"Bruk.. bruk.. bruk.." suara langkah kaki Garaga yang semakin cepat."Semuanya jangan lupa berpegangan, bisa memegang bulu bulu Garaga agar tidak jatuh ke tanah," teriak Adiwilaga mengingatkan pada semuanya.Semua orang pun dengan erat memegang bulu bulu Garaga yang sangat lebat itu.Garaga berlari terlalu kencang hingga membuat semua orang di atas punggung nya merasa ketakutan akan jatuh ke tanah.Adiwilaga yang menyadari itu segera memberikan pukulan pelan pada Garaga agar bisa sedikit memperlambat langkah kakinya.Garaga yang merasakan pukulan itupun tersadar jika langkah kakinya terlalu cepat sehingga membuat semua orang ketakutan."Maaf maaf aku terbiasa lari dengan cepat.. maafkan aku hehehe," ucap Garaga pada Adiwilaga yang sudah mengingatkan nya tadi."Iya Garaga tidak apa apa... Jangan terlalu cepat lagi, kasian semuanya yang bel
Seisi ruangan merasakan keharuan yang sangat luar biasa antara seorang ibu dan anak yang sudah sangat lama tak bertemu.Pelukan mereka di rasa sudah cukup, Dewantara juga mulai sedikit bicara pada ibunya tentang keberadaan ayahnya yang tidak terlihat dari tadi."Buu... Ayah kemana? Apa masih ada di kamar sedang tidur?" Tanya Dewantara pada ibunya.Ibu Dewantara tak langsung menjawab pertanyaan dari anaknya tadi.. ibu Dewantara sedikit menundukkan kepalanya dan raut wajahnya berubah menjadi sedikit sedih setelah mendengar pertanyaan dari anaknya tadi.Ibu Dewantara tetap terdiam..."Buuu.... Ayah kemana?" Tanya Dewantara lagi.Dewantara pun bergegas berdiri dan mencari sendirian keberadaan ayahnya di kamar, ternyata tidak ada ayahnya di situ.Segera ia melangkahkan kakinya menuju dapur dan ruangan lainnya, ternyata hasilnya nihil! Tak berhasil menemukan aya
Garaga mulai melihat wajah Adiwilaga yang ada di samping kanannya itu."Apa kamu melihat ku seperti harimau yang sedang kelelahan? Kamu tenang saja, aku tidak merasakan apapun sekarang, aku masih seperti biasanya," jawab Garaga dengan memperlihatkan otot otot besar miliknya.Adiwilaga sedikit lega dan berniat untuk membicarakan tentang tawaran Dewantara tadi pada Garaga.Tapi Garaga menyuruh nya untuk tidur terlebih dahulu dan kembali membicarakan tentang itu besok pagi."Baiklah Garaga... Aku akan membicarakannya lagi besok, sekarang aku masuk ke dalam rumah dahulu, jika kamu merasa lelah kamu bisa tidur terlebih dahulu malam ini, aku benar benar kasihan melihat mu yang tak pernah istirahat," jawab Adiwilaga."Sudah cepat masuklah... Jangan terlalu menghawatirkan diriku, aku baik baik saja," jawab Garaga juga.Akhirnya Adiwilaga mulai berjalan memasuki rumah, tak lupa ia juga menutup pintu rumah Dewantara dan berniat akan segera tidur bersa
Dug!!!Jantung keluarga Abisatya seketika berhenti sejenak karena merasa sangat kaget dengan keputusan yang sudah di ambil oleh tetua desa di sana.Tapi semuanya menerima dengan lapang dada keputusan dari tetua tersebut yang tidak memberikan ijin pada Garaga untuk tinggal di desa itu.Mereka semua juga memutuskan untuk segera kembali pergi ke dalam hutan dan kembali tinggal di rumah yang sudah di tempatinya selama bertahun tahun."Baiklah... Terimakasih atas keputusan mu itu, kami semua pamit akan kembali pergi ke dalam hutan," jawab kakek Byakta dengan nada kecewa.Semuanya mulai berjalan akan meninggalkan rumah Dewantara, Dewantara juga tak bisa memaksa mereka karena sudah berhubungan langsung dengan tetua desanya, dia tak berani melawannya."Tungguuuu... Jangan usir mereka semua dari desa ini," ucap seorang warga desa yang baru saja datang ke rumah Dewantara itu.
Garaga hanya melihat tertua dengan tatapan yang biasa.. tapi menurut tetua itu adalah tatapan Garaga yang begitu tajam.Garaga juga kembali berjalan mengikuti Dewi Suhita dan juga nek Siri menuju ladang.Sebenarnya Garaga sangat ingin menawarkan tumpangan pada nek Siri dan Dewi Suhita, tapi Garaga tak tahu tentang cara memberitahukan pada mereka berdua, karena tak ada satupun dari mereka berdua yang bisa mengerti bahasa Garaga.Setelah berjalan keluar desa, mereka bertiga sudah bisa melihat ladang milik nek Siri.Memang terlihat cukup luas dan banyak di tumbuhi oleh berbagai macam tanaman di dalamnya.Dewi Suhita melihat ada beberapa orang yang sedang mengambil beberapa sayuran di ladang milik nek Sri, membuat Dewi Suhita berfikir kalau orang orang itu sedang mencuri di ladang nek Sri."Nek... Ada pencuri di ladang milik nenek itu, ayo segera kita tangkap dia nek," ucap De
Tapi tetua tetap melanjutkan jalannya karena sudah sangat takut jika terlalu lama melihat mata Garaga tadi.Padahal sebenarnya tetua mendengar panggilan dari Dewi Suhita tadi, tapi dirinya berpura pura tidak mendengar nya, berusah ingin cepat pergi dari tempat itu dan lebih menjauhi Garaga."Sudah nak ayo kita pulang saja.. mungkin tetua tak mendengar panggilan mu tadi,," ucap nek Siri.Akhirnya mereka bertiga melanjutkan perjalanannya menuju rumah.Sesampainya di, Garaga kembali ke tempatnya berjaga, sedangkan nek Siri dan Dewi Suhita masuk kedalam rumah berniat akan segera menghaluskan beberapa rempah rempah tadi dan juga memotong sayur sayuran yang sudah di ambilnya tadi."Nak... Tolong kamu potong sayur sayuran itu biar nenek yang akan membuat bumbu halusnya ini," ucap nek Siri yang sudah menyiapkan wadah untuk bumbu halus yang akan di buatnya.Dewi Suhita segera memot
Setelah itu tetua mulai meninggalkan rumah Dewantara, ia berjalan kembali ke arah rumah nya yang berada di ujung depan desa."Terimakasih sudah mau membelaku tadi... Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu tadi," ucap Gen pada Adiwilaga yang sedang menenangkan ibunya tadi.Adiwilaga mengangguk ringan sembari memberikan senyuman ringan pada Gen yang terlihat sangat bahagia itu."Yasudah Dewi..... kalau begitu ayo kita kembali melanjutkan memasak nya," ucap nek Siri yang mengajak Dewi Suhita melanjutkan memasaknya tadi."Iya nek..."Dewi Suhita segera berjalan masuk kedalam rumah mengikuti nek Siri, berniat akan melanjutkan memasaknya tadi yang sempat tertunda karena ada sedikit masalah di luar rumah."Nak... Antarkan nak Gen ini ke rumah sebelah, biar nanti dia bisa tidur di sana," ucap kakek Byakta yang sudah mulai peduli dengan Gen.Adiwilaga se
Kakek Byakta terdiam.. tak bisa menjawab apa apa pada tetua karena itu sudah menjadi keputusan warga bersama dan pastinya mereka sudah berunding perihal ini.Raja Gen yang mendengar penjelasan dari tetua desa tadi merasa sedikit bersalah pada semua keluarga Adiwilaga yang terkena dampaknya atas kedatangan dirinya di desa itu.Raja Gen memutuskan untuk segera berjalan ke depan berniat untuk segera pergi meninggalkan desa itu dan kembali ke kerajaan nya untuk tetap tinggal di sana seorang diri.Semua warga ketakutan saat melihat raja Gen berjalan.. semua warga memberikan jalan untuk raja Gen lewat dan sebenarnya juga merasa ketakutan.Tapi Adiwilaga tak bisa membiarkan hal itu, dirinya tetap ingin membela raja Gen untuk tetap tinggal di desa itu, Adiwilaga merasa jika tindakan para warga itu terlalu kelewatan sehingga membuat perasaan dari raja Gen terluka."Berhenti... Jangan kemb
"Garaga? Siapa itu Garaga? Apa nama harimau milikmu ini?" Tanya raja Gen yang terlihat kebingungan."Iya benar... Nama harimau milikku ini adalah Garaga, memangnya kenapa?" Tanya Adiwilaga pada raja Gen.Raja Gen terdiam, sedikit merasa aneh dengan Adiwilaga yang memberikan nama Garaga pada hewan peliharaan nya itu.Setahu Gen, nama Garaga adalah sebutan nama untuk hewan utusan para dewa, raja Gen pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya."Tidak apa apa.. aku hanya sedikit bingung saja kenapa nama harimau mu ini mirip dengan sebutan para dewa pada hewan utusan mereka.. apa harimau mu ini adalah utusan para dewa?" Jawab raja Gen sembari bertanya balik pada Adiwilaga.Adiwilaga sedikit panik... Tak tahu jika raja Gen mengetahui tentang hal itu sebelumnya.Tapi Adiwilaga tetao berusaha untuk tetap tenang saat menjawab pertanyaan dari raja Gen tadi."Owh be
Akhirnya Adiwilaga mundur dan tak jadi membunuh raja Gen yang sudah sangat lemah itu."Baiklah... Aku mengampuni mu, aku pegang janjimu tadi yang akan berubah jadi yang lebih baik, tapi aku mau seluruh anggota mu ini kamu bebaskan dan biarkan mereka semua kembali ke rumahnya masing masing, dan juga kamu! Awas saja masih berani berbuat jahat pada orang orang kecil, tak akan aku mengampuni mu lagi!" Ucap Adiwilaga.Raja Gen sangat lega, benar benar lega setelah mendengar ucapan dari Adiwilaga tadi yang sudah mau mengampuni dirinya."Terimakasih anak muda.... Terimakasih.... Aku berjanji akan menjadi seorang yang lebih baik lagi, aku juga akan membubarkan seluruh anggota ku agar mereka semua bisa kembali ke keluarganya masing masing," jawab raja Gen dengan perasaan yang sangat lega."Tunggu apa lagi sekarang? Cepat bubarkan para anggotamu itu!"Raja Gen mulai berusaha berdiri
Raja Gen sudah tak bisa menahan emosi nya lagi, dirinya mengibaskan pedangnya ke arah dada Adiwilaga."Sliiiing...... ""Uhg hampir saja, kali ini sabitan pedangmu lebih baik dari yang tadi, tapi tak lebih bagus jika hanya menembus angin, hahahaha!" Ucap Adiwilaga yang berhasil menghindari tebasan pedang dari raja Gen tadi.Raut wajah raja Gen sudah mulai berubah warna menjadi sangat merah, tanda jika emosional di dalam tubuhnya sudah memuncak dan itu adalah waktu yang pas bagi Adiwilaga untuk menyerang raja Gen yang benar benar emosi itu.Tongkat kayu mulai di keluarkan dari saku celananya, semua orang melihatnya dan beranggapan jika Adiwilaga sedang bercandaan dengan dahan kayu tua yang di keluarkan nya dari dalam saku celananya tadi.Begitu juga raja Gen yang semakin yakin dan percaya diri jika dirinya akan menang dengan sangat mudah kali ini."Nak... Masih berani melaw
Adiwilaga juga menjadi sangat penasaran dengan sosok perempuan yang di lihatnya tadi, sangat cantik dan begitu menggoda hati Adiwilaga.Itu ajaib, hanya dengan penglihatan dari jauh sudah bisa membuat Adiwilaga jatuh cinta padanya."Tentang itu kamu harus fokus pada titik tujuan mu itu, jangan terlalu kosong pikiran mu, nanti hasilnya akan seperti itu, menjadi melihat seseorang yang bahkan belum pernah kita jumpai sebelumnya," jawab Garaga.Adiwilaga mengangguk ringan sembari terus tersenyum senyum karena baru pertama kali dirinya melihat wanita dan langsung jatuh cinta pada wanita itu.Adiwilaga juga selalu mengingat ngingat wajah perempuan cantik itu, menurutnya wanita cantik itu cocok untuk di jadikan sebagai istri nya.Sudah saatnya juga Adiwilaga memikirkan tentang hal itu, usianya sudah cukup pas untuk melakukan pernikahan.Garaga yang menyadari akan hal itu sedikit
Akhirnya mereka bertiga mulai berjalan menuju rumah nek Siri, pemuda itu berjalan di belakang sembari membawa sayur dan rempah rempah milik nek siri tadi.Sampai pada akhirnya mereka bertiga sudah sampai di depan rumah nek Siri, segera pemuda itu meletakkan semuanya di atas kursi yang ada di depan rumah."Sudah ya nek... Aku pamit pergi dulu, besok aku akan menunggu nenek lagi," ucap pemuda itu."Iya nak.. terimakasih banyak sudah membantu kami berdua," jawab nek Siri.Pemuda itu mulai berjalan kembali menuju tempat biasa ia duduk, lebih tepatnya di ujung desa."Ayo nak kita bawa bahan bahan ini masuk kedalam," ajak nek Siri pada Dewi Suhita.Mereka mulai mengangkat bahan bahan dan segera berjalan masuk kedalam rumah menuju ke dapur, di sana mereka berdua segera menghaluskan bumbu bumbu yang di gunakan untuk membuat kuah gulainya nanti.K
Dewantara juga sedikit Lega setelah mendengar ucapan Abisatya tadi yang sudah mengizinkan dirinya untuk jujur pada ibunya saat itu juga."Begini Bu... Tapi ibu harus janji dahulu pada kami semua untuk tidak membicarakan hal ini pada siapapun termasuk semua warga desa ini karena hal ini memang sangat rahasia dan hanya keluarga saja yang bisa mengetahui tentang hal ini," jelas Dewantara pada ibunya.Nek siri tak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu, dirinya sangat yakin jika dirinya bisa menjaga rahasia apapun dari semua orang.Lantas nek Siri menyanggupi tentang satu syarat yang di berikan oleh anaknya tadi, nek Siri juga sudah berjanji pada semua orang jika dirinya tak akan memberitahukan hal itu pada semua orang termasuk orang di desa ini tanpa terkecuali."Jadi begini Bu.. Adiwilaga itu adalah seorang pendekar pilihan para dewa, dia di pilih menjadi pendekar untuk di tugaskan membantai seluruh keraja
Adiwilaga mulai merebahkan dirinya, tak langsung memejamkan matanya. Dirinya memikirkan tentang rencana nya besok, terlebih lagi Garaga tak memberi tahu tentang kelemahan dari raja di sana.Bahkan nama rajanya pun tidak di beri tahu oleh Garaga.Saat itu menjadi waktu yang sangat membingungkan bagi Adiwilaga, dirinya harus memikirkan strategi sendiri dan juga harus mengetahui titik kelemahan dari calon lawannya nanti.Semakin lama di pikirkan akan semakin membuat kepala Adiwilaga pusing dan sakit.Akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk segera memejamkan matanya berniat akan segera tidur dan tak lagi memikirkan tentang strategi penyerangan untuk besok.Tak berapa lama setelah memejamkan matanya, Adiwilaga mulai tertidur lelap hingga tak sadar jika tidurnya memeluk kakek Byakta di sebelahnya.Begitu juga sebaliknya, kakek Byakta juga tak sadar jika dirinya sedang di peluk oleh