Tentunya jawaban Dewantara tadi tak bisa membuat kakek Byakta percaya padanya, lantas kakek Byakta menanyakan hal itu lagi pada Dewantara dengan lebih serius.
"Nak... Jujurlah pada Kakek, kakek paham kamu sedang memikirkan sesuatu sekarang," ucap kakek pada Dewantara.
Dewantara tak langsung menjawabnya, dia terdiam sebentar sembari terus menahan air matanya agar tak jatuh kembali di hadapan kakek Byakta.
Air mata sudah berhasil ia tahan, mulai membuka mulutnya dan segera menceritakan semuanya pada Kakek Byakta.
"Setelah melihat kebahagiaan di keluarga Abisatya... Aku teringat dengan semua keluarga ku di desa kek... Aku merindukan mereka semua," jelas Dewantara.
"Tenang nak lain waktu kita datang ke desamu untuk melihat kondisi keluarga mu di sana, kakek paham sekali dengan apa yang kamu rasakan sekarang ini... Sudah jangan sedih nak..," jawab kakek Byakta yang mencoba menenangkan
"Bruk.. bruk.. bruk.." suara langkah kaki Garaga yang semakin cepat."Semuanya jangan lupa berpegangan, bisa memegang bulu bulu Garaga agar tidak jatuh ke tanah," teriak Adiwilaga mengingatkan pada semuanya.Semua orang pun dengan erat memegang bulu bulu Garaga yang sangat lebat itu.Garaga berlari terlalu kencang hingga membuat semua orang di atas punggung nya merasa ketakutan akan jatuh ke tanah.Adiwilaga yang menyadari itu segera memberikan pukulan pelan pada Garaga agar bisa sedikit memperlambat langkah kakinya.Garaga yang merasakan pukulan itupun tersadar jika langkah kakinya terlalu cepat sehingga membuat semua orang ketakutan."Maaf maaf aku terbiasa lari dengan cepat.. maafkan aku hehehe," ucap Garaga pada Adiwilaga yang sudah mengingatkan nya tadi."Iya Garaga tidak apa apa... Jangan terlalu cepat lagi, kasian semuanya yang bel
Seisi ruangan merasakan keharuan yang sangat luar biasa antara seorang ibu dan anak yang sudah sangat lama tak bertemu.Pelukan mereka di rasa sudah cukup, Dewantara juga mulai sedikit bicara pada ibunya tentang keberadaan ayahnya yang tidak terlihat dari tadi."Buu... Ayah kemana? Apa masih ada di kamar sedang tidur?" Tanya Dewantara pada ibunya.Ibu Dewantara tak langsung menjawab pertanyaan dari anaknya tadi.. ibu Dewantara sedikit menundukkan kepalanya dan raut wajahnya berubah menjadi sedikit sedih setelah mendengar pertanyaan dari anaknya tadi.Ibu Dewantara tetap terdiam..."Buuu.... Ayah kemana?" Tanya Dewantara lagi.Dewantara pun bergegas berdiri dan mencari sendirian keberadaan ayahnya di kamar, ternyata tidak ada ayahnya di situ.Segera ia melangkahkan kakinya menuju dapur dan ruangan lainnya, ternyata hasilnya nihil! Tak berhasil menemukan aya
Garaga mulai melihat wajah Adiwilaga yang ada di samping kanannya itu."Apa kamu melihat ku seperti harimau yang sedang kelelahan? Kamu tenang saja, aku tidak merasakan apapun sekarang, aku masih seperti biasanya," jawab Garaga dengan memperlihatkan otot otot besar miliknya.Adiwilaga sedikit lega dan berniat untuk membicarakan tentang tawaran Dewantara tadi pada Garaga.Tapi Garaga menyuruh nya untuk tidur terlebih dahulu dan kembali membicarakan tentang itu besok pagi."Baiklah Garaga... Aku akan membicarakannya lagi besok, sekarang aku masuk ke dalam rumah dahulu, jika kamu merasa lelah kamu bisa tidur terlebih dahulu malam ini, aku benar benar kasihan melihat mu yang tak pernah istirahat," jawab Adiwilaga."Sudah cepat masuklah... Jangan terlalu menghawatirkan diriku, aku baik baik saja," jawab Garaga juga.Akhirnya Adiwilaga mulai berjalan memasuki rumah, tak lupa ia juga menutup pintu rumah Dewantara dan berniat akan segera tidur bersa
Dug!!!Jantung keluarga Abisatya seketika berhenti sejenak karena merasa sangat kaget dengan keputusan yang sudah di ambil oleh tetua desa di sana.Tapi semuanya menerima dengan lapang dada keputusan dari tetua tersebut yang tidak memberikan ijin pada Garaga untuk tinggal di desa itu.Mereka semua juga memutuskan untuk segera kembali pergi ke dalam hutan dan kembali tinggal di rumah yang sudah di tempatinya selama bertahun tahun."Baiklah... Terimakasih atas keputusan mu itu, kami semua pamit akan kembali pergi ke dalam hutan," jawab kakek Byakta dengan nada kecewa.Semuanya mulai berjalan akan meninggalkan rumah Dewantara, Dewantara juga tak bisa memaksa mereka karena sudah berhubungan langsung dengan tetua desanya, dia tak berani melawannya."Tungguuuu... Jangan usir mereka semua dari desa ini," ucap seorang warga desa yang baru saja datang ke rumah Dewantara itu.
Garaga hanya melihat tertua dengan tatapan yang biasa.. tapi menurut tetua itu adalah tatapan Garaga yang begitu tajam.Garaga juga kembali berjalan mengikuti Dewi Suhita dan juga nek Siri menuju ladang.Sebenarnya Garaga sangat ingin menawarkan tumpangan pada nek Siri dan Dewi Suhita, tapi Garaga tak tahu tentang cara memberitahukan pada mereka berdua, karena tak ada satupun dari mereka berdua yang bisa mengerti bahasa Garaga.Setelah berjalan keluar desa, mereka bertiga sudah bisa melihat ladang milik nek Siri.Memang terlihat cukup luas dan banyak di tumbuhi oleh berbagai macam tanaman di dalamnya.Dewi Suhita melihat ada beberapa orang yang sedang mengambil beberapa sayuran di ladang milik nek Sri, membuat Dewi Suhita berfikir kalau orang orang itu sedang mencuri di ladang nek Sri."Nek... Ada pencuri di ladang milik nenek itu, ayo segera kita tangkap dia nek," ucap De
Tapi tetua tetap melanjutkan jalannya karena sudah sangat takut jika terlalu lama melihat mata Garaga tadi.Padahal sebenarnya tetua mendengar panggilan dari Dewi Suhita tadi, tapi dirinya berpura pura tidak mendengar nya, berusah ingin cepat pergi dari tempat itu dan lebih menjauhi Garaga."Sudah nak ayo kita pulang saja.. mungkin tetua tak mendengar panggilan mu tadi,," ucap nek Siri.Akhirnya mereka bertiga melanjutkan perjalanannya menuju rumah.Sesampainya di, Garaga kembali ke tempatnya berjaga, sedangkan nek Siri dan Dewi Suhita masuk kedalam rumah berniat akan segera menghaluskan beberapa rempah rempah tadi dan juga memotong sayur sayuran yang sudah di ambilnya tadi."Nak... Tolong kamu potong sayur sayuran itu biar nenek yang akan membuat bumbu halusnya ini," ucap nek Siri yang sudah menyiapkan wadah untuk bumbu halus yang akan di buatnya.Dewi Suhita segera memot
Garaga yang dari awal hanya diam saja, seketika mengeluarkan auaman miliknya yang begitu sangat menggelegar dan terdengar menakutkan di telinga semua orang.Seketika teriakan teriakan dari para warga tadi hilang.. semuanya diam karena hati mereka kembali gentar setelah mendengar auman dari Garaga tadi."Jangan bicara dulu! Nenek belum selesai bicara tadi! Dengarkan dulu aku bicara! Pasang baik baik telingamu itu! Tadi memang benar harimau besar itu yang sudah membuat pemuda ini tergeletak di tengah jalan (sembari menunjuk pemuda itu) tapi harimau itu punya alasan kenapa dirinya sampai menampar pemuda itu, sekarang tanya pada pemuda itu! Apa yang sudah dia lakukan terhadap aku dan Dewi Suhita tadi?! Andai saja dia tak berbuat aneh aneh pasti harimau ini tak akan membuatnya tergeletak di tengah jalan!"Semua warga terdiam, takut jika tindakan mereka semua itu benar benar salah total dan pastinya mereka semua merasa sangat
Nek siri Mulai membuka tutup panci tersebut, aroma sup menyebar keseluruh ruangan, begitu sangat nikmat aroma sup itu."Ayo segera kita makan nak sup daging rusa ini nak... Habiskan semuanya hehehe," ucap nek Siri setelah membuka tutup panci nya tadi.Tanpa pikir panjang semuanya segera mengambil sup itu satu persatu, tetap mengantri walaupun cacing cacing dalam perutnya sudah meronta kelaparan.Semuanya sudah mengambil sup daging rusa masakan nek Siri tadi, segera mereka semua makan secara bersamaan dan sangat menikmati rasa dari sup buatan nek Siri itu.Daging rusanya juga tak terlalu alot untuk di kunyah, masih enak untuk di nikmati dengan Gigi tua seperti kakek Byakta dan nek siri yang sudah cukup tua."Kek... Apa masih bisa mengunyah daging rusa ini?" Ledek Adiwilaga pada kakek Byakta."Hehehe masih kuat nak... Kalo nanti tidak kuat kakek bisa pinjam gigimu dul