Garaga mulai melihat wajah Adiwilaga yang ada di samping kanannya itu.
"Apa kamu melihat ku seperti harimau yang sedang kelelahan? Kamu tenang saja, aku tidak merasakan apapun sekarang, aku masih seperti biasanya," jawab Garaga dengan memperlihatkan otot otot besar miliknya.
Adiwilaga sedikit lega dan berniat untuk membicarakan tentang tawaran Dewantara tadi pada Garaga.
Tapi Garaga menyuruh nya untuk tidur terlebih dahulu dan kembali membicarakan tentang itu besok pagi.
"Baiklah Garaga... Aku akan membicarakannya lagi besok, sekarang aku masuk ke dalam rumah dahulu, jika kamu merasa lelah kamu bisa tidur terlebih dahulu malam ini, aku benar benar kasihan melihat mu yang tak pernah istirahat," jawab Adiwilaga.
"Sudah cepat masuklah... Jangan terlalu menghawatirkan diriku, aku baik baik saja," jawab Garaga juga.
Akhirnya Adiwilaga mulai berjalan memasuki rumah, tak lupa ia juga menutup pintu rumah Dewantara dan berniat akan segera tidur bersa
Dug!!!Jantung keluarga Abisatya seketika berhenti sejenak karena merasa sangat kaget dengan keputusan yang sudah di ambil oleh tetua desa di sana.Tapi semuanya menerima dengan lapang dada keputusan dari tetua tersebut yang tidak memberikan ijin pada Garaga untuk tinggal di desa itu.Mereka semua juga memutuskan untuk segera kembali pergi ke dalam hutan dan kembali tinggal di rumah yang sudah di tempatinya selama bertahun tahun."Baiklah... Terimakasih atas keputusan mu itu, kami semua pamit akan kembali pergi ke dalam hutan," jawab kakek Byakta dengan nada kecewa.Semuanya mulai berjalan akan meninggalkan rumah Dewantara, Dewantara juga tak bisa memaksa mereka karena sudah berhubungan langsung dengan tetua desanya, dia tak berani melawannya."Tungguuuu... Jangan usir mereka semua dari desa ini," ucap seorang warga desa yang baru saja datang ke rumah Dewantara itu.
Garaga hanya melihat tertua dengan tatapan yang biasa.. tapi menurut tetua itu adalah tatapan Garaga yang begitu tajam.Garaga juga kembali berjalan mengikuti Dewi Suhita dan juga nek Siri menuju ladang.Sebenarnya Garaga sangat ingin menawarkan tumpangan pada nek Siri dan Dewi Suhita, tapi Garaga tak tahu tentang cara memberitahukan pada mereka berdua, karena tak ada satupun dari mereka berdua yang bisa mengerti bahasa Garaga.Setelah berjalan keluar desa, mereka bertiga sudah bisa melihat ladang milik nek Siri.Memang terlihat cukup luas dan banyak di tumbuhi oleh berbagai macam tanaman di dalamnya.Dewi Suhita melihat ada beberapa orang yang sedang mengambil beberapa sayuran di ladang milik nek Sri, membuat Dewi Suhita berfikir kalau orang orang itu sedang mencuri di ladang nek Sri."Nek... Ada pencuri di ladang milik nenek itu, ayo segera kita tangkap dia nek," ucap De
Tapi tetua tetap melanjutkan jalannya karena sudah sangat takut jika terlalu lama melihat mata Garaga tadi.Padahal sebenarnya tetua mendengar panggilan dari Dewi Suhita tadi, tapi dirinya berpura pura tidak mendengar nya, berusah ingin cepat pergi dari tempat itu dan lebih menjauhi Garaga."Sudah nak ayo kita pulang saja.. mungkin tetua tak mendengar panggilan mu tadi,," ucap nek Siri.Akhirnya mereka bertiga melanjutkan perjalanannya menuju rumah.Sesampainya di, Garaga kembali ke tempatnya berjaga, sedangkan nek Siri dan Dewi Suhita masuk kedalam rumah berniat akan segera menghaluskan beberapa rempah rempah tadi dan juga memotong sayur sayuran yang sudah di ambilnya tadi."Nak... Tolong kamu potong sayur sayuran itu biar nenek yang akan membuat bumbu halusnya ini," ucap nek Siri yang sudah menyiapkan wadah untuk bumbu halus yang akan di buatnya.Dewi Suhita segera memot
Garaga yang dari awal hanya diam saja, seketika mengeluarkan auaman miliknya yang begitu sangat menggelegar dan terdengar menakutkan di telinga semua orang.Seketika teriakan teriakan dari para warga tadi hilang.. semuanya diam karena hati mereka kembali gentar setelah mendengar auman dari Garaga tadi."Jangan bicara dulu! Nenek belum selesai bicara tadi! Dengarkan dulu aku bicara! Pasang baik baik telingamu itu! Tadi memang benar harimau besar itu yang sudah membuat pemuda ini tergeletak di tengah jalan (sembari menunjuk pemuda itu) tapi harimau itu punya alasan kenapa dirinya sampai menampar pemuda itu, sekarang tanya pada pemuda itu! Apa yang sudah dia lakukan terhadap aku dan Dewi Suhita tadi?! Andai saja dia tak berbuat aneh aneh pasti harimau ini tak akan membuatnya tergeletak di tengah jalan!"Semua warga terdiam, takut jika tindakan mereka semua itu benar benar salah total dan pastinya mereka semua merasa sangat
Nek siri Mulai membuka tutup panci tersebut, aroma sup menyebar keseluruh ruangan, begitu sangat nikmat aroma sup itu."Ayo segera kita makan nak sup daging rusa ini nak... Habiskan semuanya hehehe," ucap nek Siri setelah membuka tutup panci nya tadi.Tanpa pikir panjang semuanya segera mengambil sup itu satu persatu, tetap mengantri walaupun cacing cacing dalam perutnya sudah meronta kelaparan.Semuanya sudah mengambil sup daging rusa masakan nek Siri tadi, segera mereka semua makan secara bersamaan dan sangat menikmati rasa dari sup buatan nek Siri itu.Daging rusanya juga tak terlalu alot untuk di kunyah, masih enak untuk di nikmati dengan Gigi tua seperti kakek Byakta dan nek siri yang sudah cukup tua."Kek... Apa masih bisa mengunyah daging rusa ini?" Ledek Adiwilaga pada kakek Byakta."Hehehe masih kuat nak... Kalo nanti tidak kuat kakek bisa pinjam gigimu dul
Adiwilaga mulai merebahkan dirinya, tak langsung memejamkan matanya. Dirinya memikirkan tentang rencana nya besok, terlebih lagi Garaga tak memberi tahu tentang kelemahan dari raja di sana.Bahkan nama rajanya pun tidak di beri tahu oleh Garaga.Saat itu menjadi waktu yang sangat membingungkan bagi Adiwilaga, dirinya harus memikirkan strategi sendiri dan juga harus mengetahui titik kelemahan dari calon lawannya nanti.Semakin lama di pikirkan akan semakin membuat kepala Adiwilaga pusing dan sakit.Akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk segera memejamkan matanya berniat akan segera tidur dan tak lagi memikirkan tentang strategi penyerangan untuk besok.Tak berapa lama setelah memejamkan matanya, Adiwilaga mulai tertidur lelap hingga tak sadar jika tidurnya memeluk kakek Byakta di sebelahnya.Begitu juga sebaliknya, kakek Byakta juga tak sadar jika dirinya sedang di peluk oleh
Dewantara juga sedikit Lega setelah mendengar ucapan Abisatya tadi yang sudah mengizinkan dirinya untuk jujur pada ibunya saat itu juga."Begini Bu... Tapi ibu harus janji dahulu pada kami semua untuk tidak membicarakan hal ini pada siapapun termasuk semua warga desa ini karena hal ini memang sangat rahasia dan hanya keluarga saja yang bisa mengetahui tentang hal ini," jelas Dewantara pada ibunya.Nek siri tak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu, dirinya sangat yakin jika dirinya bisa menjaga rahasia apapun dari semua orang.Lantas nek Siri menyanggupi tentang satu syarat yang di berikan oleh anaknya tadi, nek Siri juga sudah berjanji pada semua orang jika dirinya tak akan memberitahukan hal itu pada semua orang termasuk orang di desa ini tanpa terkecuali."Jadi begini Bu.. Adiwilaga itu adalah seorang pendekar pilihan para dewa, dia di pilih menjadi pendekar untuk di tugaskan membantai seluruh keraja
Akhirnya mereka bertiga mulai berjalan menuju rumah nek Siri, pemuda itu berjalan di belakang sembari membawa sayur dan rempah rempah milik nek siri tadi.Sampai pada akhirnya mereka bertiga sudah sampai di depan rumah nek Siri, segera pemuda itu meletakkan semuanya di atas kursi yang ada di depan rumah."Sudah ya nek... Aku pamit pergi dulu, besok aku akan menunggu nenek lagi," ucap pemuda itu."Iya nak.. terimakasih banyak sudah membantu kami berdua," jawab nek Siri.Pemuda itu mulai berjalan kembali menuju tempat biasa ia duduk, lebih tepatnya di ujung desa."Ayo nak kita bawa bahan bahan ini masuk kedalam," ajak nek Siri pada Dewi Suhita.Mereka mulai mengangkat bahan bahan dan segera berjalan masuk kedalam rumah menuju ke dapur, di sana mereka berdua segera menghaluskan bumbu bumbu yang di gunakan untuk membuat kuah gulainya nanti.K