Setelah mengantarkan Dewi Suhita kembali kedalam kamar, Abisatya kembali menemui kakek Byakta yang masih menunggu di depan.
"Gimana kek? Apa sudah terjebak sosok misterius itu?" Tanya Abi pada Kakek Byakta.
"Belum nak.... Barusan sudah kakek lihat tapi belum ada tanda tanda apapun," jawab kakek Byakta.
Akhirnya Abi kembali duduk di sebelah kakek Byakta dan menanyakan sedikit pertanyaan tentang jebakan itu.
"Kek ... Semisal jebakan itu gagal bagaimana kek?" Tanya Abi.
"Tenang saja nak... Kakek sangat yakin kalau jebakan kita kali ini akan berhasil menjebak sosok misterius itu," jawab Kakek Byakta dengan sangat yakin.
"Iya kek... Semoga benar benar berhasil kali ini, aku sudah sangat penasaran dengan sosok itu."
Hari mulai siang, tapi belum ada tanda tanda apapun dari sosok misterius itu yang terkena jebakan.
Perut Abi
Setelah semuanya beres dan bersih, Abisatya segera kembali kedalam rumah dan berniat akan membicarakan perihal jebakan yang ada di sebelah rumah.Saat sampai dirumah Abi langsung masuk dan segera menemui istrinya."Istriku aku ingin bicara sebentar denganmu ini penting sekali untukmu," ucap Abi pada istrinya."Ada hal penting apa suamiku? Apa kita harus pindah tempat tinggal lagi?" Jawab Dewi Suhita."Tidak istriku.. ini soal kamu yang selalu aku suruh masuk rumah tadi, emangnya kamu tidak mau tahu alasanku melarang mu untuk pergi keluar rumah?""Owh itu... Sebenarnya aku juga ingin tahu alasan mu suamiku, tapi aku tak mau membantah omonganmu.""Jadi begini istriku... Aku melarang mu pergi keluar rumah sebenarnya ada alasannya, di sebelah rumah kita ada jebakan yang terbuat dari tali. Kamu ingat tadi aku berlarian ke arahmu? Itu di depanmu sudah ada jebakan y
Selama di perjalanan pulang kakek Byakta terus mengawasi kondisi di sekitarnya, Kakek Byakta takut kalau ada para pendekar pendekar jahat yang melihat mereka berdua.Sedangkan Abisatya malah tiba tiba terpikirkan dengan jebakannya. Abi juga berharap kalau dirinya dan kakek Byakta sampai rumah, jebakan yang mereka buat sudah berhasil menangkap sosok misterius itu."Kek.. kira kira jebakan kita tadi sudah berhasil menangkap sosok misterius itu atau belum ya.... Aku sungguh sangat penasaran dengan sosok itu kek," ucap Abisatya."Berharap saja nak kalau jebakan itu sudah berhasil menangkap sosok misterius yang kita cari," jawab kakek dengan nada sedikit khawatir.Abisatya yang mendengar suara Kakek Byakta merasakan kalau Kakek Byakta sedang khawatir akan sesuatu, tapi Abi belum mengetahuinya."Kek... Kakek kelihatannya sedang khawatir akan suatu hal, kakek khawatir Kenapa? Coba cerit
Kakek Byakta mulai berdiri dan segera mengajak Abisatya untuk segera pergi kehutan mencari buah hutan seperti kemarin."Abi... Ayo kita cari buah hutan lagi," ucap kakek."Apa kita tidak membakar ikan dulu kek untuk sarapan kita?""Ikan yang mana nak?""Umpan jebakan kita kemarin saja kek daripada busuk kita biarkan disana terus.""Owh benar juga katamu nak... Ayo kita segera bakar semua ikan ikannya.""Ayo kek."Mereka berdua pun mulai berjalan keluar rumah dan segera menyiapkan semuanya.Ikan pun mulai di bakar oleh mereka berdua, untungnya ikan ikan itu belum ada yang busuk sama sekali.Setelah lumayan lama membakar ikan ikan tadi, akhirnya semua ikan itu sudah matang dengan sempurna.Abisatya mulai mengambilkan beberapa ekor ikan untuk istrinya yang sudah menunggu di dalam
"Syukurlah nak kita sudah sampai di rumah dengan selamat dan juga tidak ada anggota pendekar api yang mengejar kita," ucap Kakek Byakta dengan perasaan lega."Iya kek kita masih beruntung hari ini," jawab Abisatya.Mereka berdua pun segera masuk kedalam rumah terlebih dahulu untuk menikmati buah yang sudah di petiknya tadi.Abisatya juga tak lupa mengajak istrinya untuk makan buah hutan itu bersama sama."Istriku... Ayo kita kedepan, buahnya sudah ada di depan ayo kita nikmati bersama," ucap Abi sembari mengajak istrinya kedepan."Wahhh... Akhirnya aku bisa makan buah itu lagi, ayo suamiku kita kedepan," jawab Dewi Suhita yang sangat senang.Mereka berdua pun segera menuju kedepan menghampiri kakek Byakta yang sudah menunggu mereka berdua."Ayo Dewi kamu habiskan semua ini... Katanya kan kamu mau di petikkan buah yang banyak hehehe....,"
Setelah berhasil bebas, pendekar api itu mulai di suruh masuk dalam rumah oleh Kakek Byakta."Nak... Masuklah sebentar kerumah kami, aku ingin sedikit bicara padamu," ucap Kakek Byakta pada Pendekar api tersebut."Baik kek... Terimakasih sebelumnya sudah baik terhadap ku," jawab pendekar api itu.Sedangkan Abi masih tak percaya dengan sikap baik kakek pada Pendekar jahat itu, Abi merasa sangat salut dengan sikap Kakek Byakta.Abi berpikir kalau kakek Byakta sudah bisa memendam rasa balas dendam nya pada para pendekar api yang sudah membunuh orang tuanya dulu.Kemudian Abi mulai biasa dengan keberadaan pendekar api di sisi mereka.Akhirnya mereka bertiga masuk rumah dan segera duduk berdampingan. Kebetulan saat itu Dewi Suhita sudah tertidur lelap, jadi dia tak tahu ada seorang pendekar api dirumahnya.Kakek Byakta mulai berbicara pada Pen
"Apa kamu percaya dengan dia? Dia benar benar tidak akan membunuh kita?" Tanya Dewi Suhita."Tidak ada salahnya kalau kita percaya lebih dulu padanya," jawab Abi."Iya nak... Kamu tenang saja, Kakek yang jamin kalau Dewantara ini tak akan menyakiti kita sedikitpun," jawab Kakek juga.Setelah obrolan panjang itu akhirnya mereka semua memutuskan untuk segera tidur karena hari sudah semakin gelap."Hari sudah sangat malam nak... Ayo kita segera bersiap untuk tidur," ucap Kakek Byakta pada semuanya.Akhirnya mereka semua bersiap untuk segera tidur, kakek Byakta tidur bersama Dewantara sedangkan Abisatya tidur dengan anak dan istrinya.Kakek Byakta dan Dewantara kembali sedikit bicara saat akan tidur."Nak... Apa alasanmu dulu bergabung dengan Pendekar api?" Tanya Kakek Byakta.Dewantara sebenarnya tak ingin menceritakanny
Setelah berjalan lumayan jauh akhirnya Abisatya melihat ada seekor rusa yang sedang makan rerumputan. Abipun bersiap untuk melempar tongkat kayunya.Abi mulai membidik leher rusa tersebut, lalu tongkat kayu miliknya langsung di lemparkan."Bruuuuuuuuuuuhss......" Suara tongkat Abi yang meleset.Ternyata tongkat kayu milik Abi tak tepat sasaran, tongkat kayu itu meleset sangat jauh kearah pohon.Hal itu tentunya membuat rusa targetnya itu kabur dan berlari dengan sangat cepat karena sudah merasa terancam."Ah sayang sekali nak lemparan mu tak tepat sasaran... Rusa itupun sekarang sudah kabur menjauh," ucap Kakek Byakta."Hehehe maaf kek... Tadi aku terburu buru saat melemparkan tongkat kayu milikku," jawab Abi."Yasudah cepat kamu ambil lagi tongkat kayu milikmu itu dan ayo kita cari hewan buruan di tempat lainnya.""B
Setelah api itu menyala besar, ayam hutan tadi segera diangkat di atas bara api yang sudah di buat Abisatya tadi.Setelah beberapa lama akhirnya ayam hutan itu matang dengan sempurna, Abisatya dan kakek Byakta pun segera membawanya masuk kedalam rumah untuk bisa di nikmati bersama sama.Setelah membawanya di dalam rumah, Abi dan kakek mulai mengupas nangka yang sudah di bawanya tadi.Akhirnya semua telah siap dan Abi hanya perlu memanggil istrinya untuk makan bersama sama.Abisatya pun segera memanggil istrinya untuk diajak makan bersama sama."Istriku... Ayo kita segera makan... Ada ayam bakar disini, dan juga ada nangka yang kakek Byakta temukan tadi," ucap Abi pada istrinya."Tapi Adiwilaga masih bangun suamiku...""Sudah gapapa bawa saja Adiwilaga keluar, siapa tahu dia menyukai buah nangka."Akhirnya Dewi Suhita
Setelah itu tetua mulai meninggalkan rumah Dewantara, ia berjalan kembali ke arah rumah nya yang berada di ujung depan desa."Terimakasih sudah mau membelaku tadi... Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu tadi," ucap Gen pada Adiwilaga yang sedang menenangkan ibunya tadi.Adiwilaga mengangguk ringan sembari memberikan senyuman ringan pada Gen yang terlihat sangat bahagia itu."Yasudah Dewi..... kalau begitu ayo kita kembali melanjutkan memasak nya," ucap nek Siri yang mengajak Dewi Suhita melanjutkan memasaknya tadi."Iya nek..."Dewi Suhita segera berjalan masuk kedalam rumah mengikuti nek Siri, berniat akan melanjutkan memasaknya tadi yang sempat tertunda karena ada sedikit masalah di luar rumah."Nak... Antarkan nak Gen ini ke rumah sebelah, biar nanti dia bisa tidur di sana," ucap kakek Byakta yang sudah mulai peduli dengan Gen.Adiwilaga se
Kakek Byakta terdiam.. tak bisa menjawab apa apa pada tetua karena itu sudah menjadi keputusan warga bersama dan pastinya mereka sudah berunding perihal ini.Raja Gen yang mendengar penjelasan dari tetua desa tadi merasa sedikit bersalah pada semua keluarga Adiwilaga yang terkena dampaknya atas kedatangan dirinya di desa itu.Raja Gen memutuskan untuk segera berjalan ke depan berniat untuk segera pergi meninggalkan desa itu dan kembali ke kerajaan nya untuk tetap tinggal di sana seorang diri.Semua warga ketakutan saat melihat raja Gen berjalan.. semua warga memberikan jalan untuk raja Gen lewat dan sebenarnya juga merasa ketakutan.Tapi Adiwilaga tak bisa membiarkan hal itu, dirinya tetap ingin membela raja Gen untuk tetap tinggal di desa itu, Adiwilaga merasa jika tindakan para warga itu terlalu kelewatan sehingga membuat perasaan dari raja Gen terluka."Berhenti... Jangan kemb
"Garaga? Siapa itu Garaga? Apa nama harimau milikmu ini?" Tanya raja Gen yang terlihat kebingungan."Iya benar... Nama harimau milikku ini adalah Garaga, memangnya kenapa?" Tanya Adiwilaga pada raja Gen.Raja Gen terdiam, sedikit merasa aneh dengan Adiwilaga yang memberikan nama Garaga pada hewan peliharaan nya itu.Setahu Gen, nama Garaga adalah sebutan nama untuk hewan utusan para dewa, raja Gen pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya."Tidak apa apa.. aku hanya sedikit bingung saja kenapa nama harimau mu ini mirip dengan sebutan para dewa pada hewan utusan mereka.. apa harimau mu ini adalah utusan para dewa?" Jawab raja Gen sembari bertanya balik pada Adiwilaga.Adiwilaga sedikit panik... Tak tahu jika raja Gen mengetahui tentang hal itu sebelumnya.Tapi Adiwilaga tetao berusaha untuk tetap tenang saat menjawab pertanyaan dari raja Gen tadi."Owh be
Akhirnya Adiwilaga mundur dan tak jadi membunuh raja Gen yang sudah sangat lemah itu."Baiklah... Aku mengampuni mu, aku pegang janjimu tadi yang akan berubah jadi yang lebih baik, tapi aku mau seluruh anggota mu ini kamu bebaskan dan biarkan mereka semua kembali ke rumahnya masing masing, dan juga kamu! Awas saja masih berani berbuat jahat pada orang orang kecil, tak akan aku mengampuni mu lagi!" Ucap Adiwilaga.Raja Gen sangat lega, benar benar lega setelah mendengar ucapan dari Adiwilaga tadi yang sudah mau mengampuni dirinya."Terimakasih anak muda.... Terimakasih.... Aku berjanji akan menjadi seorang yang lebih baik lagi, aku juga akan membubarkan seluruh anggota ku agar mereka semua bisa kembali ke keluarganya masing masing," jawab raja Gen dengan perasaan yang sangat lega."Tunggu apa lagi sekarang? Cepat bubarkan para anggotamu itu!"Raja Gen mulai berusaha berdiri
Raja Gen sudah tak bisa menahan emosi nya lagi, dirinya mengibaskan pedangnya ke arah dada Adiwilaga."Sliiiing...... ""Uhg hampir saja, kali ini sabitan pedangmu lebih baik dari yang tadi, tapi tak lebih bagus jika hanya menembus angin, hahahaha!" Ucap Adiwilaga yang berhasil menghindari tebasan pedang dari raja Gen tadi.Raut wajah raja Gen sudah mulai berubah warna menjadi sangat merah, tanda jika emosional di dalam tubuhnya sudah memuncak dan itu adalah waktu yang pas bagi Adiwilaga untuk menyerang raja Gen yang benar benar emosi itu.Tongkat kayu mulai di keluarkan dari saku celananya, semua orang melihatnya dan beranggapan jika Adiwilaga sedang bercandaan dengan dahan kayu tua yang di keluarkan nya dari dalam saku celananya tadi.Begitu juga raja Gen yang semakin yakin dan percaya diri jika dirinya akan menang dengan sangat mudah kali ini."Nak... Masih berani melaw
Adiwilaga juga menjadi sangat penasaran dengan sosok perempuan yang di lihatnya tadi, sangat cantik dan begitu menggoda hati Adiwilaga.Itu ajaib, hanya dengan penglihatan dari jauh sudah bisa membuat Adiwilaga jatuh cinta padanya."Tentang itu kamu harus fokus pada titik tujuan mu itu, jangan terlalu kosong pikiran mu, nanti hasilnya akan seperti itu, menjadi melihat seseorang yang bahkan belum pernah kita jumpai sebelumnya," jawab Garaga.Adiwilaga mengangguk ringan sembari terus tersenyum senyum karena baru pertama kali dirinya melihat wanita dan langsung jatuh cinta pada wanita itu.Adiwilaga juga selalu mengingat ngingat wajah perempuan cantik itu, menurutnya wanita cantik itu cocok untuk di jadikan sebagai istri nya.Sudah saatnya juga Adiwilaga memikirkan tentang hal itu, usianya sudah cukup pas untuk melakukan pernikahan.Garaga yang menyadari akan hal itu sedikit
Akhirnya mereka bertiga mulai berjalan menuju rumah nek Siri, pemuda itu berjalan di belakang sembari membawa sayur dan rempah rempah milik nek siri tadi.Sampai pada akhirnya mereka bertiga sudah sampai di depan rumah nek Siri, segera pemuda itu meletakkan semuanya di atas kursi yang ada di depan rumah."Sudah ya nek... Aku pamit pergi dulu, besok aku akan menunggu nenek lagi," ucap pemuda itu."Iya nak.. terimakasih banyak sudah membantu kami berdua," jawab nek Siri.Pemuda itu mulai berjalan kembali menuju tempat biasa ia duduk, lebih tepatnya di ujung desa."Ayo nak kita bawa bahan bahan ini masuk kedalam," ajak nek Siri pada Dewi Suhita.Mereka mulai mengangkat bahan bahan dan segera berjalan masuk kedalam rumah menuju ke dapur, di sana mereka berdua segera menghaluskan bumbu bumbu yang di gunakan untuk membuat kuah gulainya nanti.K
Dewantara juga sedikit Lega setelah mendengar ucapan Abisatya tadi yang sudah mengizinkan dirinya untuk jujur pada ibunya saat itu juga."Begini Bu... Tapi ibu harus janji dahulu pada kami semua untuk tidak membicarakan hal ini pada siapapun termasuk semua warga desa ini karena hal ini memang sangat rahasia dan hanya keluarga saja yang bisa mengetahui tentang hal ini," jelas Dewantara pada ibunya.Nek siri tak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu, dirinya sangat yakin jika dirinya bisa menjaga rahasia apapun dari semua orang.Lantas nek Siri menyanggupi tentang satu syarat yang di berikan oleh anaknya tadi, nek Siri juga sudah berjanji pada semua orang jika dirinya tak akan memberitahukan hal itu pada semua orang termasuk orang di desa ini tanpa terkecuali."Jadi begini Bu.. Adiwilaga itu adalah seorang pendekar pilihan para dewa, dia di pilih menjadi pendekar untuk di tugaskan membantai seluruh keraja
Adiwilaga mulai merebahkan dirinya, tak langsung memejamkan matanya. Dirinya memikirkan tentang rencana nya besok, terlebih lagi Garaga tak memberi tahu tentang kelemahan dari raja di sana.Bahkan nama rajanya pun tidak di beri tahu oleh Garaga.Saat itu menjadi waktu yang sangat membingungkan bagi Adiwilaga, dirinya harus memikirkan strategi sendiri dan juga harus mengetahui titik kelemahan dari calon lawannya nanti.Semakin lama di pikirkan akan semakin membuat kepala Adiwilaga pusing dan sakit.Akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk segera memejamkan matanya berniat akan segera tidur dan tak lagi memikirkan tentang strategi penyerangan untuk besok.Tak berapa lama setelah memejamkan matanya, Adiwilaga mulai tertidur lelap hingga tak sadar jika tidurnya memeluk kakek Byakta di sebelahnya.Begitu juga sebaliknya, kakek Byakta juga tak sadar jika dirinya sedang di peluk oleh