Aixing, Lan Feiyu, Li Haoxi, Zai Ziliu dan Li Ren menatap Zimai dengan lekat. Saat ini Zimai tidur di ranjang. Gadis itu tidak sadarkan diri setelah ilmu sihir itu tidak lagi mengendalikan tubuhnya. Zizi mendekati Zimai tangan gadis itu menekan leher Zimai. Masih bernyawa, tetapi wajah Zimai sangat pucat. Otot-otot zimai yang tadi keluar kini sudah kembali, hanya saja jejak-jejak hitam di leher Zimai masih terlihat jelas. "Bagaimana bisa ilmu sihir masuk ke Mata Air? Aku sudah menyegelnya sampai ke halaman belakang," ucap Li Haoxi. "Kecuali kalau Zimai yang membuat ulah terlebih dahulu," ucap Zizi membuat semua guru menatap ke arahnya. "Segel dari guru Li memang sangat kuat tidak bisa ditembus dari luar. Tetapi kalau dari dalam yang keluar tetap bisa, kan guru Li?" ujar Zizi sekaligus bertanya. Li Haoxi menganggukkan kepalanya. "Aku menebak kalau Zimai membuat ulah terlebih dahulu dengan melempar pedang, dan ilmu sihir itu datang dengan perantara pedang Zimai," jelas Zizi. "Egghh
Yan Liqin berjalan bersama Xiaowen menyusuri jalanan pinggir hutan, pria itu membawa pedangnya sembari menatap ke kanan dan ke kiri. Sepanjang perjalanan, gadis-gadis pemetik buah di pinggir hutan menatapnya penuh kagum. Selama ini belum pernah mereka melihat seorang pria dengan wajah yang sangat tampan. Kali pertamanya Yan Liqin membuka topengnya, semua orang mengagumi parasnya yang sangat tampan. Kulit seputih susu, hidung mancung, dan lesung pipi. terlebih mata Yan Liqin yang sangat indah dengan bulu mata lentik layaknya seorang perempuan. Daya tarik laki-laki itu tetap sama seperti dulu. Xiaowen hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat Yan Liqin yang tebar pesona, sejak keluar dari Lianhua, Yan Liqin terus tebar pesona. Layaknya seorang anak kecil yang tengah membanggakan dirinya dan seolah mengatakan 'akulah yang paling tampan.Xiaowen juga tahu kalau Yan Liqin sangat tampan, andai ia perempuan, ia pasti menyukai Xiaowen. Tetapi sayang ia terlahir laki-laki. "Yan Liqi
Suara pedang saling bersahutan dan berdentingan beradu saling bersahutan di ruang latihan. Zai Ziliu, seorang gadis yang paling muda di antara murid yang lainnya kini berlatih pedang dengaan tiga guru sekaligus. Zizi melawan Lan Feiyu, Aixing dan Li Haoxi dengan satu pedangnya. Gadis itu menyerang dan menahan balik serangan dari guru-gurunya. Li Haoxi menyabetkan pedang ke lengan gadis itu, pun dengan Lan Feiyu yang ingin menusukkan pedang pada Zizi. Zizi menggunakan pedangnya menepis dua pedang sekaligus. Aixing yang menyerang dari belakang pun tidak luput dari tendangan Zizi. Gadis itu berputar di udara dan menendang dada Aixing kencang. Aixing tidak berhenti di situ, pria itu mengeluarkan burusnya. Tujuh anak panah Aixing tarik ke arah Zizi. Lan Feiyu dan Li Haoxi terdiam. "Aixing, jangan keterlaluan!" tegur Lan Feiyu. Namun kekhawatiran Lan Feiyu tidak terjadi saat dengan mudahnya Zizi menangkis tujuh anak panah yang menyerangnya. Zizi terbang ke udara bersama Aixing, Aixing me
Seorang pria berpakaian putih dan kuning tengah berjalan bersama beberapa pria lain di belakangnya. Pria itu ketua dari Klan Ji, yaitu Ji Jinhan. Ji Jinhan rutin melakukan pemburuan malam setiap bulannya untuk menangkap monster dan iblis. Saat ini Klan Ji berburu di hutan tembakau yang berada di perbatasan wilayah Klan Ji dan Klan Wei. "Di sini para petani tembakau sering mengeluh adanya monster yang mengganggu mereka, Tuan," ucap salah satu pengawal Jinhan. Jinhan menganggukkan kepalanya. Pria itu masuk di kawasan hutan yang sangat mencekam. Suara hewan-hewan kecil di malam hari terdengar saling bersahutan. Jinhan menarik anak panahnya dengan waspada. Jinhan melesakkan anak panahnya saat melihat dedaunan yang lebat tampak bergoyang. Para pengawal Jinhan mendekati dedaunan rendah yang tadi dipanah Jinhan. "Tidak ada apa-apa, Tuan," ucap pengawal itu. Jinhan menatap ke sekelilingnya. Aura mencengkam itu masih menyelimuti hutan bakau itu. Krekk!Krekk!Krekk!"Xiaowen, suara apa itu
Yan Liqin kembali ke tempatnya semula, dan Xiaowen masih tertidur pulas. "Woy," teriak Yan Liqin menendang kecil kaki Xiaowen. Kalau begini caranya lama-lama Yan Liqin menjadikan Xiaowen musuh. Xiaowen ikut bersamanya untuk membantunya, tetapi yang terjadi Xiaowen malah tertidur pulas. "Woy Xiaowen, kamu tidur atau mati?" tanya Yan Liqin menendang sedikit kencang kaki Xiaowen. "Ada musuh," oekik Xiaowen tergagap bangun. Pria itu segera melompat berdiri sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit. Xiowen meletakkan kepalanya di pundak Yan Liqin karena masih pusing. "Dasar sialan. Kamu bilang 'Aku akan ikut guru dan membantu guru memperoleh apa yang guru inginkan, hah?" ujar Yan Liqin menirukan ucapan Xiaweon tempo lalu. "Apa ada musuh? Di mana musuh?" tanya Xiaowen celingak celinguk mencari orang lain di sana. "Sudah tumbang, itu," kata Yan Liqin menunjuk Ji Jinhan yang tergelatk dengan darah segar keluar dari dadanya. "Guru, apa yang sudah kamu lakukan pada Tuan Ji yang terhor
Suara alunan seruling yang indah membuat hewan-hewan di danau mendekat ke Zizi. Ikan-ikan kecil itu berkumpul di bawah jembatan. Sudah lama Zizi tidak memainkan serulingnya di ssana, kini hewan-hewan kecil itu seolah tengah memadu kerinduannya dengan Zai Ziliu. Angin berhembus pelan membuat bunga kertas berjatuhan mengenai tubuh Zizi. Rambut Zizi berkibar karena terpaan angin yang melambai-lambai. Zizi masih memejamkan matanyaa dengan air mata yang tidak kunjung berhenti. Zizi ingin menyampaikan pada angin bahwa ia sangat merindukan Yan Liqin.Seorang pria berjalan teramat pelan menuju ke jembatan danau kupu-kupu. Pria dengan rambut yang digerai itu menatap Zizi yang sangat cantik di bawah sinar bulan. Rambut Lan Feiyu ikut melambai-lambai karena terpaan angin. Langkah kaki Lan Feiyu menuju gadis itu, hingga saat tepat berada di depan Zizi, Lan Feiyu bisa melihat air mata gadis itu yang menetes dengan deras. Lan Feiyu terdiam, pria itu menikmati alunan seruling Zizi yang sangat merdu.
"Jika belum seribu tahun, kamu tidak akan bisa bersama cinta sejatimu." Kutukan yang diucapkan ayah Lan Feiyu kembali memasuki ingatan Lan Feiyu. Andai Lan Feiyu tahu jalan hidupnya, dulu ia tidak akan membangkang ucapan ayahnya dan ia tidak akan mendapatkan kutukan. Tetapi kalau ia tidak membangkang, takdir tidak akan mempertemukan dirinya dengan gadis yang dicintainya. Lan Feiyu bisa mencintai Yan Zai Ziliu, tapi untuk bersamanya, Lan Feiyu yakin akan banyak penghalangnya. Lan Feiyu tidak ingin percaya pada kutukan ayahnya, tetapi di sisi lain ia pun sangat takut. Takut kalau ucapan ayahya benar adanya. "Zizi, aku akan melakukan berbagai cara untuk terus bersamamu," batin Lan Feiyu. Lan Feiyu mulai memejamkan matanya karena rasa kantuk yang menyerangnya. Apalagi angin yang berhembus pelan, membuat Lan Feiyu ingin lelap dalam tidurnya. Kini di bawah bulan purnama, dua insan yang bertemu tidak sengaja itu memejamkan matanya masing-masing seraya menikmati kedekatan mereka. Di Mata A
Suara kicauan burung dengan merdu memasuki telinga Zai Ziliu, gadis itu menggerakkan tubuhnya pelan. Sayup-sayup ia pun membuka matanya. Hari masih gelap, bintang juga terlihat di atas sana. Zizi sedikit menolehkan kepalanya, wajah bak dewa itu kembali terlihat di matanya. Dilihat dari bawah, Lan Feiyu tetap terlihat tampan. Zizi mengakuinya, dari mana pun Lan Feiyu dilihat, pria itu tetap sangat tampan. Saat ini Lan Feiyu masih tertidur, rambut pria itu melambai-lambai diterpa angin. Setelah apa yang terjadi antara Zizi dan Lan Feiyu, saat ini Zizi merasa jantungnya bertalu-talu dengan cepat. Dadanya juga bergetar hebat. Ini kali ke tiganya Zizi tidur dengan Lan Feiyu. "Guru," panggil Zizi pelan. Tangan gadis itu terulur untuk memegang dagu Lan Feiyu. Lan Feiyu membuka matanya, pria itu menundukkan kepalanya dan menatap gadis yang masih merebahkan tubuh di pahanya. Paha Lan Feiyu mati rasa, bahkan saat ini Lan Feiyu seolah tidak bisa menggerakkan pahanya. Semalaman penuh Zizi tid