Seminggu kemudian, setelah mendapat wejangan atau nasehat-nasehat dari kakek Celun, untuk pertama kalinya Sembrana merantau seorang diri, setelah 5 tahun bersama gurunya ini.Dengan usia sudah 13 tahun, tentu sangat beda jauh antara Sembrana kala pertama kali meninggalkan kampung Marawis dan merantau menuju Kotaraja Bajama, dengan Sembrana saat ini.Saat meninggalkan kampung halamannya, Sembrana masih berusia 6 tahunan, seorang bocah yang tak punya keahlian silat apapun dan bermodal nekat doank.Kini di usianya yang sudah beranjak abege, badan Sembrana sudah menjulang bak remaja usia 17-18 tahunan. Walaupun badannya kurus, tapi kokoh dan di dalam tubuh kokohnya ini terdapat tenaga dahsyat dan kesaktian yang sangat hebat.Didikan selama 5 tahun dari Kakek Celun, ditambah bakat dan ketekunan Sembrana yang sangat keras, membuat anak ini menjadi sosok yang berubah 180 derajat.Awalnya Kakek Celun ingin menemani muridnya ini ke Telaga Hantu, tapi faktor kesehatan dan usia tua membuat si ka
Kakek ini lalu mengerahkan tenaga dalamnya, tangannya terlihat memerah keduanya, tanda kekuatan full sudah dia kerahkan buat Sembrana.Tak mau konyol, Sembrana juga bersiap, kini dia mengerahkan jurus Bangkui Menerkam Elang, jurus dahsyat yang di hasilkan melalui kolaborasi Kakek Celun dan Ki Sandar.Jurus ini tentu saja sangat kuat di pertahanan, namun Sembrana lupa, dia baru saja turun gunung dan dan belum teruji berhadapan dengan orang-orang hebat dan sakti, namun anak ini sangat percaya diri, sehingga tanpa takut, kini dia bersiap menerima serangan dahsyat dari kakek yang tak di kenal ini.Tentu saja tingkahnya ini makin membuat si kakek renta makin murka dan dia tak tanggung-tanggung mengerahkan tenaga dalamnya, si kakek ini ingin langsung bikin mampus Sembrana.“Hiattttt….!” Sambil melompat si kakek ini menyerang Sembrana yang pada saat bersamaan juga mengulurkan tangannya menyambut pukulan dari jarak 5 meteran ini.Dua tenaga dalam yang sama dahsyat pun bertemu dari jarak kuran
Merasa cocok dan punya tujuan yang sama, yakni ke Telaga Hantu, Balu, Juri dan Sembrana akhirnya bersama melanjutkan perjalanan menuju ke Telaga Hantu, yang masih 3-4 hari perjalanan lagi.Makin menuju ke tempat itu, perjalanan makin sulit dan mereka juga tak sedikit bertemu dengan orang-orang aneh, yang dari pakaiannya sama-sama kaum pendekar.Sembrana tentu saja sangat antusias, dia kadang bertanya siapa saja tokoh-tokoh yang mreka temui, Balu dan Juri yang sangat luas pengetahuannya menyebutkan siapa-siapa saja tokoh-tokoh tersebut.Untungnya tokoh pendekar yang mereka temui rata-rata dari golongan putih, tapi Sembrana agak kurang suka, karena terlihat banyak gaya, mentang-mentang merasa dirinya sakti dan dari golongan dengan strata di atas para pendekar golongan hitam.Ada juga sesekali mereka melihat pendekar dari golongan hitam, bahkan yang banyak yang berprofesi perampok ataupun perompak.Namun mereka tak takut, apalagi Balu dan Juri juga sudah terkenal sebagai tokoh-tokoh pers
“Nahh di depan kita ada 6 tikus yang mau ikutan berebut mestika ini nenek peot, bagaimana? Apakah perlu kita kirim ke neraka bersama-sama?”“Hiks-hiks, iya donk, bikin pusing saja, habisin dah, muak aku liat pendekar-pendekar yang sok alim dan ngaku dari golongan putih ini,” cetus si Nenek Maut.Lalu secara tak terduga, si nenek ini mengibaskan lengannya, serangkum serangan dahsyat langsung menerpa ke 6 orang ini.Untungnya ke 6 nya bukan pendekar sembarangan dan mereka sejak tadi sudah waspada, mereka berlompatan menghindar sehingga serangan itu luput.“He-he-he baru segitu aje udah pada ngacir!” ejek si nenek itu terus terkekeh.Ternyata Kakek Kofa tak tinggal diam, dia pun kini ikut mengibaskan tangannya, sehingga serangan kedua yang lebih dahsyat menerjang ke 6 orang tersebut.Maka sibuklah ke 6 orang ini menghindar dan pastinya membalas, karena mereka tak ingin mati konyol.Sembrana yang melihat pertarungan ini tentu saja berpihak pada ke 6 orang itu, apalagi ada dua orang dari P
Nenek Maut sangat marah melihat bocah kecil yang ternyata murid tunggalnya bernama Putri Mila terjungkal ke dalam Telaga Hantu ini, sekaligus sangat khawatir dengan nasib murid kesayangannya itu.Murid Nenek Maut ini bukan sembarangan namanya saja Putri Mila, ini menandakan gadis cilik itu keturunan seorang priyayi.Dengan kemarahan meluap-luap, Nenek Maut kini mencabut pedangnya dan dia dengan pengerahan tenaga dalam melawan ular tersebut.Saat ekor ular ini kembali mengibas, si nenek ini menebaskan pedangnya dengan tenaga dalam yang mencapai level tertingginya.Tapi alangkah kagetnya si nenek ini, kulit ular itu ternyata kebal, bahkan seperti karet, membal.Tebasannya mental, padahal pedangnya termasuk pedang pusaka, belum lagi tenaga dalamnya yang selalu dia latih sejak dulu hingga kini dan jarang ada yang mampu bertahan dengan kekuatannya ini.Tapi melawan sang ular raksasa ini, kekuatannnya ternyata tak ada gunanya, si ular mungkin faktor umurnya yang sudah sangat tua, kini kulit
“Sebentar Mila, aku buat obor dulu, di sini banyak kayu lapuk!” Radin lalu mencari-cari ranting lapuk di dalam gua ini.Mila tak tinggal diam dia ikut mencari kayu lapuk dan di satukan, lalu Sembrana mengosok-gosokan kayu tadi dan tak lama kemudian mulai timbul asap dan keluarlah percikan api, saat di tiup menyalahlah asap tadi dan setelah itu ruangan gua ini jadi terang benderang.Kini Sembrana dan Mila bisa melihat sekelilingnya dengan lebih jelas dan keduanya lega, gua ini merupakan sebuah gua yang tak terlalu jauh menjorok ke dalam, sehingga kekhawatiran kalau gua ini jadi sarang ular raksasa musnah.Keduanya kini duduk berhadapan sambil menatap api unggun kecil yang sengaja mereka buat, tak jauh dari mulut gua tersebut, sambil berpikir keras bagaimana bisa keluar dari tempat ini.Mereka belum bercerita latar belakang masing-masing, karena konsentrasi bagaimana agar bisa keluar dari tempat ini secepatnya.“Sembrana, perutku lapar, eh tadi kamu kan mungut satu telor, itu aja kita m
Akhirnya setelah sekali lagi menjenguk ke jurang yang tak tahu berapa dalamnya, Nenek Maut di iringi Kakek Kofa dan Ki Jarot pergi dari kawasan Telaga Hantu ini.Bukan main kesal dan sedih hati si nenek ini karena kehilangan murid kesayangannya, yang baru 3,5 tahunan bersamanya.Sang murid itu ternyata bukan anak sembarangan, Putri Mila adalah anak seorang pangeran dari selir di Kerajaan Surata, yang justru ada hubungannya dengan Kakek Kofa, karena ayah Putri Mila adalah cucu keponakan si kakek renta ini.Sehingga sepanjang jalan si kakek ini menghibur si nenek yang bilang bingung kelak menyampaikan pada orang tua Putri Mila, kalau anaknya di anggap tewas karena terjatuh ke jurang.Padahal orang tua Putri Mila berharap dengan menjadi murid si nenek sakti ini, putri mereka akan menjadi seorang pendekar hebat di masa depan.Namun apa lacur ini, semuanya berantakan, walaupun Kakek Kofa terus menghibur dan mengatakan belum tentu Putri Mila tewas, bisa saja ada keajaiban dan masih hidup.L
Setelah hampir 10 hari membaca kitab itu, mulailah Sembrana melatih jurus-jurus ini berdasarkan petunjuk kitab tersebut.Ia langsung bersorak kembali, ternyata jurus Bangkui menerkam Elang yang jadi ilmu andalannya makin hebat saja setelah dia ikuti petunjuk di kitab ini.Sembrana juga makin gembira, dua buah jurus yang dinamakan Menari di Atas Awan dan Menembus Awan juga ada di dalam kitab ini, sehingga hanya dalam waktu 6 bulan, ketiga jurus hebat ini makin luar biasa saja sejak di latihnya siang malam.Putri Mila juga mengalami kemajuan tak kalah pesatnya dari Sembrana, gadis ningrat yang cerdas ini dengan mudah memahami apa yang ada di kitab ini, kalaupun dia rada bingung, tanpa sungkan dan malu Putri Mila bertanya pada Sembrana, yang sudah dia anggap abangnya sendiri.Karena nasib mereka sama, sama-sama terjebak di gua, lalu sama-sama makan mestika ular raksasa dan sama-sama menemukan kitab Kakek Berhati Emas, keduanya tak sungkan lagi bergaul, benar-benar bak saudara kandung.So
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma