Merasa cocok dan punya tujuan yang sama, yakni ke Telaga Hantu, Balu, Juri dan Sembrana akhirnya bersama melanjutkan perjalanan menuju ke Telaga Hantu, yang masih 3-4 hari perjalanan lagi.Makin menuju ke tempat itu, perjalanan makin sulit dan mereka juga tak sedikit bertemu dengan orang-orang aneh, yang dari pakaiannya sama-sama kaum pendekar.Sembrana tentu saja sangat antusias, dia kadang bertanya siapa saja tokoh-tokoh yang mreka temui, Balu dan Juri yang sangat luas pengetahuannya menyebutkan siapa-siapa saja tokoh-tokoh tersebut.Untungnya tokoh pendekar yang mereka temui rata-rata dari golongan putih, tapi Sembrana agak kurang suka, karena terlihat banyak gaya, mentang-mentang merasa dirinya sakti dan dari golongan dengan strata di atas para pendekar golongan hitam.Ada juga sesekali mereka melihat pendekar dari golongan hitam, bahkan yang banyak yang berprofesi perampok ataupun perompak.Namun mereka tak takut, apalagi Balu dan Juri juga sudah terkenal sebagai tokoh-tokoh pers
“Nahh di depan kita ada 6 tikus yang mau ikutan berebut mestika ini nenek peot, bagaimana? Apakah perlu kita kirim ke neraka bersama-sama?”“Hiks-hiks, iya donk, bikin pusing saja, habisin dah, muak aku liat pendekar-pendekar yang sok alim dan ngaku dari golongan putih ini,” cetus si Nenek Maut.Lalu secara tak terduga, si nenek ini mengibaskan lengannya, serangkum serangan dahsyat langsung menerpa ke 6 orang ini.Untungnya ke 6 nya bukan pendekar sembarangan dan mereka sejak tadi sudah waspada, mereka berlompatan menghindar sehingga serangan itu luput.“He-he-he baru segitu aje udah pada ngacir!” ejek si nenek itu terus terkekeh.Ternyata Kakek Kofa tak tinggal diam, dia pun kini ikut mengibaskan tangannya, sehingga serangan kedua yang lebih dahsyat menerjang ke 6 orang tersebut.Maka sibuklah ke 6 orang ini menghindar dan pastinya membalas, karena mereka tak ingin mati konyol.Sembrana yang melihat pertarungan ini tentu saja berpihak pada ke 6 orang itu, apalagi ada dua orang dari P
Nenek Maut sangat marah melihat bocah kecil yang ternyata murid tunggalnya bernama Putri Mila terjungkal ke dalam Telaga Hantu ini, sekaligus sangat khawatir dengan nasib murid kesayangannya itu.Murid Nenek Maut ini bukan sembarangan namanya saja Putri Mila, ini menandakan gadis cilik itu keturunan seorang priyayi.Dengan kemarahan meluap-luap, Nenek Maut kini mencabut pedangnya dan dia dengan pengerahan tenaga dalam melawan ular tersebut.Saat ekor ular ini kembali mengibas, si nenek ini menebaskan pedangnya dengan tenaga dalam yang mencapai level tertingginya.Tapi alangkah kagetnya si nenek ini, kulit ular itu ternyata kebal, bahkan seperti karet, membal.Tebasannya mental, padahal pedangnya termasuk pedang pusaka, belum lagi tenaga dalamnya yang selalu dia latih sejak dulu hingga kini dan jarang ada yang mampu bertahan dengan kekuatannya ini.Tapi melawan sang ular raksasa ini, kekuatannnya ternyata tak ada gunanya, si ular mungkin faktor umurnya yang sudah sangat tua, kini kulit
“Sebentar Mila, aku buat obor dulu, di sini banyak kayu lapuk!” Radin lalu mencari-cari ranting lapuk di dalam gua ini.Mila tak tinggal diam dia ikut mencari kayu lapuk dan di satukan, lalu Sembrana mengosok-gosokan kayu tadi dan tak lama kemudian mulai timbul asap dan keluarlah percikan api, saat di tiup menyalahlah asap tadi dan setelah itu ruangan gua ini jadi terang benderang.Kini Sembrana dan Mila bisa melihat sekelilingnya dengan lebih jelas dan keduanya lega, gua ini merupakan sebuah gua yang tak terlalu jauh menjorok ke dalam, sehingga kekhawatiran kalau gua ini jadi sarang ular raksasa musnah.Keduanya kini duduk berhadapan sambil menatap api unggun kecil yang sengaja mereka buat, tak jauh dari mulut gua tersebut, sambil berpikir keras bagaimana bisa keluar dari tempat ini.Mereka belum bercerita latar belakang masing-masing, karena konsentrasi bagaimana agar bisa keluar dari tempat ini secepatnya.“Sembrana, perutku lapar, eh tadi kamu kan mungut satu telor, itu aja kita m
Akhirnya setelah sekali lagi menjenguk ke jurang yang tak tahu berapa dalamnya, Nenek Maut di iringi Kakek Kofa dan Ki Jarot pergi dari kawasan Telaga Hantu ini.Bukan main kesal dan sedih hati si nenek ini karena kehilangan murid kesayangannya, yang baru 3,5 tahunan bersamanya.Sang murid itu ternyata bukan anak sembarangan, Putri Mila adalah anak seorang pangeran dari selir di Kerajaan Surata, yang justru ada hubungannya dengan Kakek Kofa, karena ayah Putri Mila adalah cucu keponakan si kakek renta ini.Sehingga sepanjang jalan si kakek ini menghibur si nenek yang bilang bingung kelak menyampaikan pada orang tua Putri Mila, kalau anaknya di anggap tewas karena terjatuh ke jurang.Padahal orang tua Putri Mila berharap dengan menjadi murid si nenek sakti ini, putri mereka akan menjadi seorang pendekar hebat di masa depan.Namun apa lacur ini, semuanya berantakan, walaupun Kakek Kofa terus menghibur dan mengatakan belum tentu Putri Mila tewas, bisa saja ada keajaiban dan masih hidup.L
Setelah hampir 10 hari membaca kitab itu, mulailah Sembrana melatih jurus-jurus ini berdasarkan petunjuk kitab tersebut.Ia langsung bersorak kembali, ternyata jurus Bangkui menerkam Elang yang jadi ilmu andalannya makin hebat saja setelah dia ikuti petunjuk di kitab ini.Sembrana juga makin gembira, dua buah jurus yang dinamakan Menari di Atas Awan dan Menembus Awan juga ada di dalam kitab ini, sehingga hanya dalam waktu 6 bulan, ketiga jurus hebat ini makin luar biasa saja sejak di latihnya siang malam.Putri Mila juga mengalami kemajuan tak kalah pesatnya dari Sembrana, gadis ningrat yang cerdas ini dengan mudah memahami apa yang ada di kitab ini, kalaupun dia rada bingung, tanpa sungkan dan malu Putri Mila bertanya pada Sembrana, yang sudah dia anggap abangnya sendiri.Karena nasib mereka sama, sama-sama terjebak di gua, lalu sama-sama makan mestika ular raksasa dan sama-sama menemukan kitab Kakek Berhati Emas, keduanya tak sungkan lagi bergaul, benar-benar bak saudara kandung.So
Tak terasa, baik Sembrana dan Putri Mila hampir 3,5 jam berlatih silat dan terus di beri petunjuk oleh kakek misterius ini.Saking semangatnya, keduanya sampai lupa istirahat, kalau ada yang melihat gaya dua bocah yang beranjak remaja ini berlatih, semua akan terkagum-kagum.Bagaimana tidak, tak sekali dua kali saat Sembrana mengeluarkan jurus-jurus dahsyatnya yang sudah berhasil dia kuasai ini, terdengar bunyi yang sangat memekakan telinga.Air yang ada di telaga hantu ini muncrat sampai 20 meteran ke atas saking dahsyatnya pukulan remaja ini.Yang sangat menarik lagi, gaya bersilat Putri Mila, murid Nenek Maut ini bak bidadari sedang menari, dengan lemah gemulai dia terbang dari pohon ke pohon besar, dan setiap kali dia melepaskan pukulannya, berciutan angin yang sangat dingin dan bisa membuat butiran air menjadi membeku.Itulah jurus Bidadari Menari di Awan dan jurus Khayangan yang kini makin mahir dan di kuasai hampir sempurna oleh Putri Mila.Sudah bisa di duga, dalam hitungan 2
Kita tinggalkan sejenak Sembrana dan Putri Mila yang kini mulai terjun ke dunia ramai dengan kesaktian yang kelak bikin semua orang terkaget-kaget.Mari kita ikuti kisah Pangeran Remibara atau Pendekar Tampan Berhati Iblis dan istrinya Putri Dafina yang cukup lama kita tinggalkan.Setelah menjadi pelindung warga Kampung Bangkirai dan justru lama-lama mendekati Istana Pasir Berlumpur dan tinggal di sekitaran sana, lalu membuka pertanian an perkebunan.Kini hutan dengan pemandangan indah, namun mempunyai rahasia berbahaya, karena banyak terdapat lumpur hisab yang sangat menakutkan ini menjadi kampung baru yang ramai.Remibara dan Dafina pun hidup bak raja dan ratu, karena dengan harta luar biasa yang mereka miliki, kini pondok yang dulu pernah jadi tempat tinggal Ki Jantra di rombak Remibara dengan lebih indah dan tentunya diperbesar.Dengan bantuan hampir 100 warga yang pintar membangun Istana, dalam waktu 6 bulan berdirilah sebuah bangunan Istana yang sangat indah dan besar.Di saat b