Tak terasa, baik Sembrana dan Putri Mila hampir 3,5 jam berlatih silat dan terus di beri petunjuk oleh kakek misterius ini.Saking semangatnya, keduanya sampai lupa istirahat, kalau ada yang melihat gaya dua bocah yang beranjak remaja ini berlatih, semua akan terkagum-kagum.Bagaimana tidak, tak sekali dua kali saat Sembrana mengeluarkan jurus-jurus dahsyatnya yang sudah berhasil dia kuasai ini, terdengar bunyi yang sangat memekakan telinga.Air yang ada di telaga hantu ini muncrat sampai 20 meteran ke atas saking dahsyatnya pukulan remaja ini.Yang sangat menarik lagi, gaya bersilat Putri Mila, murid Nenek Maut ini bak bidadari sedang menari, dengan lemah gemulai dia terbang dari pohon ke pohon besar, dan setiap kali dia melepaskan pukulannya, berciutan angin yang sangat dingin dan bisa membuat butiran air menjadi membeku.Itulah jurus Bidadari Menari di Awan dan jurus Khayangan yang kini makin mahir dan di kuasai hampir sempurna oleh Putri Mila.Sudah bisa di duga, dalam hitungan 2
Kita tinggalkan sejenak Sembrana dan Putri Mila yang kini mulai terjun ke dunia ramai dengan kesaktian yang kelak bikin semua orang terkaget-kaget.Mari kita ikuti kisah Pangeran Remibara atau Pendekar Tampan Berhati Iblis dan istrinya Putri Dafina yang cukup lama kita tinggalkan.Setelah menjadi pelindung warga Kampung Bangkirai dan justru lama-lama mendekati Istana Pasir Berlumpur dan tinggal di sekitaran sana, lalu membuka pertanian an perkebunan.Kini hutan dengan pemandangan indah, namun mempunyai rahasia berbahaya, karena banyak terdapat lumpur hisab yang sangat menakutkan ini menjadi kampung baru yang ramai.Remibara dan Dafina pun hidup bak raja dan ratu, karena dengan harta luar biasa yang mereka miliki, kini pondok yang dulu pernah jadi tempat tinggal Ki Jantra di rombak Remibara dengan lebih indah dan tentunya diperbesar.Dengan bantuan hampir 100 warga yang pintar membangun Istana, dalam waktu 6 bulan berdirilah sebuah bangunan Istana yang sangat indah dan besar.Di saat b
“Ayo kita pergi, si pangeran dan istrinya itu tak ada di Istananya,” Kakek Kofa dan dua orang ini lalu melompat dan dalam sekejab menghilang dari halaman Istana Pasir Berlumpur ini. Kenapa Nenek Maut dan Kakek Kofa serta dua orang itu datang ke kediaman Remibara dan Putri Dafina..?Setelah gagal mendapatkan mestika dari ular raksasa di Telaga Hantu, Kakek Kofa yang masih penasaran dengan Remibara lalu mengajak si nenek peot yang sakti ini menantang Remibara lagi, kali ini Kakek Kofa mengajak dua temannya yang sangat sakti untuk menemani mereka.Nenek Maut tentu saja dengan senang hati menemani Kakek Kofa, apalagi dia juga masih sakit hati atas kematian kakaknya, Ki Pandit yang ditewaskan pendekar sakti tersebut.Namun saat mereka datang ke Istana Pasir Berlumpur, mereka tak berjumpa dengan Remibara dan Dafina, yang saat bersamaan sedang berkunjung ke Kerajaan Tawelong di bagian ujung paling Utara pulau Borneo ini.Ulah mereka yang sempat masuk slonong boy ke Istana ini membuat para
Nenek Maut ini tentu tahu, Prabu Sembara adalah seorang Maharaja yang tentu saja memiliki ratusan ribu pasukan.Lalu neneknya Putri Remi ini adalah Nyai Dawina, seorang bekas tokoh jahat yang tobat dan terkenal kejam.Kemudian Putri Remi, bergidik hatinya kalau si gadis cilik ini ternyata cucu bekas tokoh golongan hitam yang tobat dan menjadi ratu di dunia siluman.“Apes banget, anak yang ku culik ini benar-benar bukan keturunan sembarangan, goblok banget si kakek peot itu, masa mau bermusuhan dengan Remibara dan lebih tolol lagi aku berani nyulik anaknya ini..hiii…kalau neneknya yang jadi siluman ular itu datang, mampus aku…!” keluh Nenek Maut tak sadar bergidik sendiri. Sehingga sejak tahu jatidiri Putri Remi, makin besarlah hatinya untuk menjadikan si Putri Istimewa ini muridnya, pengganti Putri Mila.Nenek Maut berpikir simple, kalau kelak Putri Remi ini jadi muridnya, setidaknya si murid ini pasti akan berterima kasih padanya dan melindungi dari pembalasan dan kemarahan kedua
Kita kembali ikuti perjalanan Sembrana dan Putri Mila yang sempat kita tinggalkan, setelah di tinggalkan Ki Balongin dan membakar tiga kitab sesuai pesan kakek sakti itu, keduanya kini mulai mencari kampung terdekat, dengan maksud akan mencari pakaian dan mencari makanan enak.Putri Mila lah bilang sudah bosan makan daging bakar dan dedaunan serta buah, dia ingin sekali makan enak dan mau cari baju-baju yang indah.Sembrana tentu saja kasian dan mengiyakan keinginan Putri Mila ini, ia sadar selama lebih dari 3 tahunan ini, adiknya ini makan apa adanya dan pakaian pun compang camping.Setelah berjalan hampir 3 hari, mereka akhirnya menemukan sebuah kampung yang sangat ramai, bahkan sudah mirip kota.Sembrana ternyata masih memiliki 5 koin perak, tapi dia kaget saat Putri Mila bilang, gelangnya masih ada dan akan dia jual buat membeli pakaian baru.“Jangan Mila, pakai uang ku saja dulu, sayang kalau perhiasan kamu di jual, kan itu pemberian orang tuamu!”“Tenang abangku sayang, ini pemb
Selesai makan sampai puas, keduanya kini keluar dari rumah makan ini, Sembrana berencana mengajak Putri Mila ke kampung Marawis, karena remaja ini bermaksud menyelidiki di mana sarang para perampok yang dulu menewaskan ibundanya.Bayangan wajah kepala rampok yang saat itu berniat memperkosa ibunya tak pernah lenyap dalam batinnya.’Dendam membara benar-benar tertanama dalam hatinya, tanpa siapapun tahu, bahkan K Balongin yang dia anggap guru pun tak bisa menebak isi hatinya, sebab saat itu Sembrana betul-betul tekun berlatih, tanpa mau menyinggung soal kematian ibundanya.Namun, keduanya tak sadar, saat ini mereka sedang berada di sebuah wilayah kekuasaan Kesultanan Surata, yang terletak di bagian Barat Pulau Borneo. Itu setelah Putri Mila membaca nama wilayah ini di sebuah prasasti, yakni bertuliskan Negara Pahong, Kesultanan Surata.Sementara Kampung Marawis berada di wilayah Kadipaten Solak dan masih masuk wilayah Kerajaan Hilir Sungai, Sembrana selama ini hanya berpatokan pada a
Penampilan kakek ini rada aneh, biarpun sudah tua walaupun belum tua benar antara 50-53 tahunan, tapi pakaiannya mentereng dan dimulutnya tak pernah lepas dari cangklong.Sebagai orang muda yang tahu tata krama, Sembrana langsung memberi hormat, dia tak mau di anggap kurang ajar.“Aku Sembrana dan adiku Mila memberi hormat buat orang tua gagah!” Sembrana merangkapkan tangannya ke dada, sedangkan dua begal yang benjol dahinya terlihat menyingkir dan hanya melihat.Mereka kini sadar, baru gadis cilik ini saja mudah mengalahkan mereka, apalagi remaja yang terlihat pendiam dan serius ini.“He-he…bagus, kamu anak muda tahu adat, sedikit banyak mengurangi kejengkelanku,” cetus si kakek ini dengan gaya yang pongah, dia agaknya menganggap remeh kemampuan Sembrana dan Putri Mila.“Huhh udah bangkotan, gayanya sok banget!” cetus Putri Mila cuek, hingga si kakek ini langsung mendelik marah, kaget dengan keceriwisan mulut Putri Mila.“Hmm…moga mulut ceriwis kamu sehebat ucapanmu nona cilik, nihh
Sembrana menghela nafas untuk meredakan debaran di jantung, pengerahan tenaga dalam yang baru saja menewaskan Pendekar Cangklong benar-benar menguras tenaga dalamnya.“Wuihhh abang hebat bangetttt…pukulan beracun abang bikin si bangkotan langsung mati,” ceplos Putri Mila sambil memegang tangan Sembrana.“Sudahlah Mila, ayo kita lanjutin perjalanan…!”“Sembrana…tuan pendekar tunggu dulu…!” si muka pucat langsung menahan langkah Sembrana dan Putri Mila.“Iya ada apa..?” saat bicara begitu Sembrana sempat melirik, dua begal yang di hajar Putri Mila tadi terlihat pelan-pelan pergi dari tempatnya.Namun Sembrana membiarkan, karena dirinya tak punya urusan dengan para begal ini.“Kenalkan nama saya Dahor, saya sangat kagum dengan kehebatan tuan pendekar Sembrana, kalau boleh tahu, siapa kah nama julukan tuan pendekar ini,”Dahor terlihat menjura menyatakan hormatnya, diikuti 4 anak buahnya, sehingga Sembrana pun terpaksa membalas penghormatan ini.“Ehmmm….panggil saja Pendekar Beracun, nahh